PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh : NUR HANIIF LAILI 053111347 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
90
Embed
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/122/jtptiain-gdl... · terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN
JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL
QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
NUR HANIIF LAILI053111347
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAHAlamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, 10 Desember 2010Lamp : 4 (Empat) EksemplarHal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdr. Nur Haniif Laili Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama inisaya kirim naskah skripsi saudara:
Nama : Nur Haniif LailiNIM : 053111347Judul : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL
QUR’AN JAWA TENGAH DALAMMENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’ANBAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapatdimunaqosahkan.
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
Nama : Nur Haniif LailiNIM : 053111347
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PAIJudul Skripsi : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL
QUR’AN JAWA TENGAH DALAMMENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’ANBAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan LULUS, pada tanggal:
17 Desember 2010
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Nur Haniif Laili (NIM: 053111347). Peran Lembaga Pengembangan TilawatilQur’an Jawa Tengah dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an bagi Qori’dan Qori’ah Tahun 2005-2010. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Prestasi Tilawatil Qur’anQori’ dan Qori’ah Jawa Tengah tahun 2005-2010; (2) Peran LembagaPengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasitilawatil Qur’an bagi Qori’ dan Qori’ah tahun 2005-2010.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif tentang peranLPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an dan penelitianlapangan dengan observasi, interview dan dokumentasi tentang LPTQ JawaTengah dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Lembaga PengembanganTilawatil Qur’an adalah suatu lembaga yang berada di bawah naunganKementerian Agama yang bergerak dibidang keagamaan, untuk menciptakanmasyarakat Indonesia yang Qur’ani agar dapat seirama dengan derappembangunan nasional dan perkembangan masyarakat yang semakin pesat. (2)Tilawatil Qur’an secara etimologi adalah membaca Qur’an dengan suara indah.Sedangkan secara terminologi tilawah adalah memperbagus suara saat membacaal-Qur’an, tentunya dengan indah bahkan amat indah. Jadi suara yang indah akanmenambah keindahannya sehingga menggerakkan hati dan menggoncangkanqalbu ketika mendengarnya. Jadi Tilawatil Qur’an adalah membaca Al-Qur’andengan menggunakan lagu, suara yang indah dan merdu. Lagu-lagu yangdigunakan untuk Tilawatil Qur’an itu ada tujuh macam, diantaranya adalah LaguBayyati, hijaz, nahawand, rast, sika, shoba, dan jiharka. (3) Peran LPTQ JawaTengah diantaranya: (a) Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan danKabupaten), (b) Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah, (c)Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, (d)Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di tingkatPropinsi jawa Tengah, (e) Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudahmempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, (f) Mengirim para pesertaterbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding di BaitulQurro’ Ciputat Jakarta, (g) Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akanmengikuti MTQ tingkat Nasional
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasidan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semuapihak yang membutuhkan khususnya di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo Semarang dan LPTQ Jawa Tengah terutama dalam meningkatkanprestasinya.
MOTTO
“Apabila Perkara Tidak Dipegang Pada AhlinyaMaka Tunggulah Kehancurannya”
“Pemuda Sekarang adalah Pemimpin Masa Depan”Jadilah Pemuda yang Berkualitas untuk Menjadi Pemimpin yang
Berkualitas1
1 Dikutip dari Shahih Al Bukhari Hadits Ke 57 juz I, hlm. 103.
PERSEMBAHAN
Dalam perjuangan mengarungi samudera Ilahi tanpa batas, dengan
keringat dan air mata, kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-
orang yang selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi
mereka yang tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupanku, khususnya buat:
1. Almarhum. Bapak Nur Roziqin dan Ibu Siti Kumyati, S.Pd.I (Kedua
Orang Tuaku Tercinta) yang selalu memberi semangat, membimbing
dan mengarahkan hidupku. Beliau berdua selalu memberi wacana tentang
perjuangan hidup. Terlebih Bapak ketika masih hidup telah memberikan
banyak ilmu, sehingga saya bisa jadi orang yang bermanfaat di
masyarakat. Ibu juga selalu mencurahkan kasih sayang dan selalu menjadi
Psikologi, Jilid I, 1980). hlm 136.18 Observasi ini sering digunakan dalam penelitian eksploratif. Yang dimaksud dalam
observasi partisipan adalah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagianatau berada dalam keadaan obyek yang di observasi (disebut observes), apabila observasipartisipan tetapi unsur partisipan sama sekali ada pada observer dalam kegiatannya maka disebutobservasi non partisipan. Lihat Metodologi penelitian, Abu Ahmadi, Bumi Aksara, Jakarta, 1997hlm 72
19 Djoko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta ,1997). hlm. 63.
b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.20
Metode ini dilakukan untuk mengetahui alat/benda yang
dianggap penting untuk menunjang penelitian misalnya surat
keputusan, surat instruksi, Silabus, dll.
c. Metode Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah bentuk komunikasi
langsung antara peneliti dengan responden.21 Dalam metode ini dapat
dikatakan bahwa terjadi pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu, sehingga dapat melengkapi data-data yang
dibutuhkan, melalui wawancara lisan maupun tertulis. Wawancara juga
dapat dilakukan dengan bentuk formal maupun informal.
Wawancara dilakukan tanpa menggunakan pedoman
wawancara, tetapi peneliti senantiasa berusaha mengembangkan
wawancara di sekitar peranan, sikap dan harapan-harapan para
informan dalam berbagai peristiwa, persoalan dan perubahan.
Wawancara akan peneliti arahkan di sekitar persoalan atau pernyataan
yang pernah dikemukakan informan yang terekam melalui
pengamatan.
Para informan di pilih secara purposif dengan sasaran
memperoleh data yang maksimal dari orang–orang yang memiliki
peranan penting atau memiliki banyak informasi mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan LPTQ Jawa Tengah. Wawancara
seperti itu selalu direkam dan atau di catat, untuk di dengar kembali
dari waqaf. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti
di tempat itu sudah baik.
(b) Mura’at al Huruf wa al Harakat
Yaitu menjaga huruf dan harakat. Contoh: Wawu dibaca
fa, fathah dibaca dhomah atau sebaliknya.
(c) Muro’at al Kalimat wa al Ayat
Yaitu menjaga Kalimat dan Ayat. Contoh: loncat ke
baris berikutnya
(3) Bidang Suara (nilai maksimal 15)
(a) Kejernihan/kebeningan suara
Suara yang jernih dan bening adalah suara yang
ketika membaca Al-Qur’an tidak ada suara serak dan
pita suara bebas dari gangguan. Oleh karena itu untuk
memperoleh suara yang jernih dan bening, seorang
peserta harus mampu menjaga kondisi, pola makan,
istirahat yang cukup agar kondisi badan tetap fit saat
tampil dalam suatu Musabaqoh Tilawatil Qur’an.
(b) Kehalusan
Kehalusan yang dimaksud adalah saat
mengeluarkan suara dan saat membaca ayat-ayat Al-
qur’an itu penekanan nada harus halus atau tidak kasar.
Sehingga huruf yang dibaca juga jelas dan bila di
dengarkan juga lebih indah dan lebih bias menyentuh
hati.
(c) Kenyaringan
Suara yang nyaring sangat diperlukan oleh
peserta dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an, karena
kenyaringan suara itu harus maximal ketika
membawakan lagu-lagu tilawah pada tingkatan nada
tinggi. Terutama pada nada Bayyati Jawab, hijaz Kard
kurd, Nahawan Jawab dan nada-nada yang lain yang
membutuhkan suara tinggi dan powerful.
(d) Keutuhan
Keutuhan disini berarti nada awal sampai nada
akhir harus utuh dan seimbang. Tidak terjadi penurunan
nada ataupun peningkatan nada. Ketika seorang peserta
sudah memulai nada awal ta’awudz makan nada awal
tersebut harus utuh sampai nada akhir tasydiiq.
(e) Pengaturan nafas
Nafas yang panjang sangat dibutuhkan dalam
membaca tilawatil Qur’an, pada hakekatnya membaca
Al-Qur’an harus satu nafas. Maka nafas yang panjang
bisa membuat peserta lebih nyaman ketika membacakan
ayat yang panjang dan bisa maksimal ketika
membawakan dengan nada tinggi.36
(4) Bidang Lagu (nilai maksimal 25)
(a) Lagu permulaan
Lagu dalam Tilawatil Qur’an dalam MTQ harus
di awali dengan lagu Bayyati. Boleh dari bayyati
tingkatan Qoror ataupun tingkatan nawa.
(b) Jumlah lagu
Jumlah lagu dalam Tilawatil Qur’anm ada tujuh
macam, diantaranya Lagu Bayyati, Hijaz, Nahawan,
Rast, sika, Shoba, dan Jiharka. Jumlah lagu yang
dibawakan ketika mengikuti MTQ tidak sama,
36 Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim MusabaqohTilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma HajiArmina Donohudan Boyolali.
tergantung golongan masing-masing. Biasanya jumlah
lagu yang dibawakan minimal 3 macam Lagu.
(c) Peralihan keutuhan tempo lagu
Peralihan dari lagu yang satu ke lagu yang lain
harus utuh nadanya dan tempo saat membawakan lagu
tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat, bisa
dikatakan tempo standar.
(d) Irama dan gaya
Irama dan gaya sangat mempengaruhi
keindahan membaca. Irama nada yang indah, penuh
dengan improvisasi dan gaya membaca yang penuh
ta’dzim tetapi tetap percaya diri sangat menunjang
untuk memperoleh nilai yang maksimal. Irama dan gaya
dari masing peserta Tilawah berbeda-beda, ada yang
mempunyai gaya suara tinggi, ada pula yang
mengandalkan permainan irama dan gaya timur Tengah.
(e) Variasi
Variasi setiap tahun berubah-ubah, karena
perkembangan variasi di kalangan Qori dan Qori’ah
sangat pesat. Ada yang memakai variasi Timur Tengah,
ada pula yang mengkombinasikan antara variasi daerah
sendiri dengan gaya variasi Syeikh-Syeikh Arab Saudi.
Jadi pada intinya variasi setiap tahun ada perubahan.37
2) Ketentuan Penilaian
Ketentuan penilaian adalah merupakan kriteria-kriteria
kesalahan dan istilah kesalahan yang digunakan dalam penilaian
dan terdapat pada masing-masing bidang yaitu bidang Tajwid,
Fashahah, bidang suara dan lagu:
37 Orientasi LPTQ Jawa Tengah oleh Drs. Ahmad Yani, tanggal 25 Oktober 2010.
a) Bidang Tajwid dan Fashahah
Istilah kesalahan yang digunakan dalam setiap bentuk
kesalahan yang terdapat pada materi-materi Tajwid dan
Fashahah adalah:
(1) Kesalahan Jali yaitu kesalahan dalam pengucapan lafadz Al
qur’an yang merusak ketentuan-ketentuan Qiraat/bacaan
menurut Riwayat Hafsh, baik yang mengakibatkan
rusaknya makna maupun tidak. Disebut kesalahan Jali
karena kesalahan itu diketahui oleh ulama’-ulama’ Qiraat
dan bukan ulama Qiraat. Seperti:
(a) Pengucapan huruf tho ( ) dibaca ( )
(b) Perubahan harakat kasrah dibaca fathah seperti
dibaca
(2) Kesalahan Khafi yaitu kesalahan dalam pengucapan lafaz
sehingga menyimpang dan ketentuan Qiraat Ashim
Riwayat Hafsh, tetapi tidak merusak makna.
(3) Disebut kesalahan Khafi karena kesalahan tersebut hanya
diketahui oleh ulama Qiraat dan Ahiul Ada’ saja.
Kesalahan Khafi terbagi menjadi dua bagian:
(a) Kesalahan Khafi yang hanya diketahui oleh ulama
Qiraat (teoritis) seperti:
1. Meninggalkan Idgham, Idzhar, Ikhfa’, Iqiab dll.
2. Menipiskan yang seharusnya tebal dan sebaliknya,
wakaf dengan dan harakat yang sempurna, dll.
(b) Kesalahan Khafi yang hanya diketahui oleh orang-
orang yang mahir (practice) dalam Qiraat seperti:
1. Menggetar-getarkan huruf RA
2. Menebalkan huruf LAM dan mencampurkan
dengan ghunnah.
3. Mendemonstrasikan napas panjang tanpa
menghiraukan norma al-wakaf wa al-ibtida’
4. Dan lain-lain
(c) Contoh-contoh kesalahan Jali dan Khafi pada setiap
materi yang dinilai dapat dilihat pada bagian cara
penilaian.
b) Bidang Suara dan lagu
(1) Lagu yang dipergunakan dalam cabang Tilawah al Quran
adalah lagu-lagu Arabi yang sudah masyhur dikalangan
para Qari’-Qari’ah, baik yang dianggap sebagai lagu Misty
maupun lagu Makkawy seperti Bayyati/Husaini, Hijaz,
Sika, dan lain-lain dengan segala variasinya.
(2) Jumlah lagu yang dibacakan oleh golongan remaja dan
dewasa minimal 5 (lima) jenis lagu.
(3) Lagu permulaan bebas termasuk tangga nada yang
dibawakan
(4) Macam-macam kesalahan dalam bidang suara:
(a) Suara kasar, pecah atau parau.
(b) Suara lemah dan tidak mampu tinggi.
(c) Suara sumbang
(d) Suara sengau/khaisum
(e) Dan lain-lain.
(5) Macam-macam kesalahan dalam bidang lagu:
(a) Jumlah lagu kurang dan batas minimum.
(b) Peralihan lagu tidak serasi, keutuhan yang tidak jelas
dan tempo lagu yang cepat atau lambat.
(c) Irama, gaya, dan variasi lagu yang tidak indah (tidak
ada Dzauq Tahsinnya)
(d) Pengaturan nafas yang tidak terkendali
(e) Tidak membawakan jenis lagu secara lengkap atau
kurang sempurna (sebagaimana ketentuan 2 dan 3)
3) Cara Penilaian
a) Bidang Tajwid dan Fashahah.
(1) Jumlah angka nilai bidang Tajwid dan Fashahah masing-
masing maksimal 30 (tiga puluh) point.
(2) Kesalahan Jali satu kali, nilai dikurangi 2 (dua) point dan
seterusnya.
(3) Kesalahan Khafi satu kali, nilai dikurangi 1 (satu) point dan
seterusnya.
(4) Setiap bacaan yang terdapat kesalahan jali atau Khafi,
otomatis langsung dianggap sebagai suatu kesalahan,
walaupun bacaan tersebut diulang dengan benar. Nilai
harus dikurangi sesuai dengan bentuk kesalahan (Jali atau
Khafi).
(5) Kesalahan Jali atau Khafi yang Sama seperti sebelumnya
tetap dianggap sebagai suatu kesalahan baru dan nilainya
dikurangi 2 (dua) point bila tergolong salah Jali dan I (satu)
point bila tergolong salah Khafi.
(6) Nilai akhir adalah nilai maksimal dikurangi jumlah
kesalahan.
b) Bidang Suara dan Lagu.
(1) Bidang suara jumlah angka maksimal adalah 15 point
sedangkan angka minimal 5 point, dengan perincian:
No Materi yang dinilaibidang suara Maksimal Minimal Ket
15 4(2) Bidang lagu jumlah angka maksimal adalah 25 point,
sedangkan angka minimal 5 point dengan perincian sebagai
berikut:
No Materi yang dinilaibidang suara Maksimal Minimal Ket
123
45
Lagu pertamaJumlah laguPeralihan, keutuhan dantempo iramaIrama dan gayaVariasi
555
55
111
11
Jumlah 25 5
(3) Nilai maksimal ini sudah mencakup adanya nilai tambah
maksimum 4 diberikan kepada peserta apabila:
(a) Membawakan lagu lebih dari 5 (lima) macam lagu
golongan dewasa dan 4 (empat) macam lagu bagi
remaja dan anak-anak atau membawakan variasi lagu
yang lebih indah.
(b) Membawakan suara yang lebih indah, lebih harus dan
lebih sempurna serta nafas panjang.
(4) Penilaian dilakukan dengan mengurangi 1 (satu) point pada
setiap kesalahan.
4) Perangkat Perhakiman
a) Personalia
(1) Komposisi Majelis Hakim.
Majelis hakim tiap golongan pada cabang tilawah
Al-Qur’an terdiri dan ketua, sekretaris, dan anggota dibantu
oleh seorang panitera.
(2) Ketua Majelis merangkap sebagai Anggota.
Anggota adalah Hakim penilai yang terdiri dan:
(a) Hakim penilai bidang Tajwid
(b) Hakim penilai bidang Fashahah
(c) Hakim penilai bidang Suara
(d) Hakim penilai bidang Lagu
(3) Ketentuan Majlis Hakim
(a) Hakim penilai pada masing-masing golongan maksimal
8 (delapan) orang
(b) Hakim penilai pada masing-masing bidang penilaian
maksimal 2 (dua) orang
(c) Ketentuan jumlah maksimal pada point 1 dan 2 tersebut
diatas dilaksanakan pada MTQ tingkat nasional
Jam’iyyatul Qura’ Wal Huffadh (JQH).
b) Tempat Tugas
(1) Majelis Hakim menempati tempat tugas yang telah
disediakan terdiri dari ruangan tugas untuk masing-masing
hakim dan panitera.
(2) Tempat majelis hakim harus aman dari gangguan
c) Sarana dan Perlengkapan
Dalam menjalankan tugasnya majelis hakim dilengkapi sbb:
(1) Sarana Administrasi
Sarana administrasi meliputi: Formulir Nilai,
Ballpoint, Karbon, Block note atau kertas kosong,
Kalkulator, ATK lainnya.
(2) Sarana Penunjang
Sarana penunjang meliputi: Mushaf, Weker/stop
watch, Head phone, Tas atau map, Buku petunjuk, Buku
pedoman, Jadwal penampilan peserta, Jadwal tugas.
d. Metode belajar membaca al-Qur’an
1) Tahqiq
Metode tahqiq adalah cara membaca Al-Qur'an dengan
menggunakan tempo bacaan yang sangat lambat.
2) Tartil
Metode tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan
menggunakan tempo bacaan sedang.
3) Tadzwir
Metode tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan
menggunakan tempo bacaan cepat.38
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi dalam buku Berinteraksi
dengan Al-Qur’an dijelaskan bahwa:
Etika membaca Al-Qur’an ada beberapa etika yang harusdiperhatikan, antara lain (a) Membaca Al-Qur’an secaraTartil, (b) Membaca Al-Qur’an dengan irama dan suarayang indah, dan (c) Membaca Al-Qur’an dengan suara kecilatau keras.39
Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan sebagai berikut:
1) Membaca Al-Qur’an secara Tartil
Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan
bacaan lainnya karena ia adalah kalam Allah SWT sebagaimana
Ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secaraterperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang MahaBijaksana lagi Maha Tahu. (QS. Hud: 1).
Oleh karena itu membaca Al-Qur’an mempunyai etika zahir
dan batin. Diantara etika-etika zahir adalah membacanya dengan
tartil. Makna membaca Al-Qur’an dengan tartil adalah dengan
perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya.
Dalam kitab al-Burhan karya Az-Zarkasyi yang dikutip oleh Dr.
Yusuf Qardhawi dikatakan bahwa:
Kesempurnaan tartil adalah membaca dengan seksamalafal-lafalnya serta jelas huruf-hurufnya, dan satu huruftidak ada yang tercampur dengan huruf lain. Sedangkanetika batin berarti jika membaca ayat yang berisi ancamanmaka membacanya dengan ekspresi ancaman dan jikamembaca ayat yang berisi pemuliaan maka membacanya
Diantara etika membaca al-Qur’an yang disepakati oleh
ulama adalah memperbagus suara saat membaca al-Qur’an
tentunya adalah indah bahkan ia amat indah. Namun suara yang
indah akan menambah keindahannya sehingga menggerakkan hati
dan menggoncangkan kalbu.
Akan tetapi ada perbedaan tentang batasan melagukan suara
itu. Ada ulama yang ketat, ada yang membebaskan dan ada yang
bersikap pertengahannya. Dan sebaik perkara adalah
pertengahannya, tidak baik dalam berlaku berlebihan atau
berkurang.
Menurut As-Syuyuthi yang dikutip oleh Dr. Yusuf
Qardhawi dijelaskan bahwa membaca Al-Qur’an dengan dilagukan
(suara yang merdu) hukumnya adalah sunah.41
3) Membaca Al-Qur’an dengan suara kecil atau keras
Ada beberapa hadits yang menunjukkan sunnah membaca
Al-Qur’an dengan suara keras, dan hadits yang menunjukkan
membaca dengan suara lembut dan suara kecil. Diantaranya adalah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu
Hurairah42 yang artinya “Allah tidak pernah mengizinkan sesuatu
seperti yang diizinkan kepada Nabi yang bersuara indah, yaitu
melagukan Al-Qur’an dan membacanya dengan suara keras.”
Sedangkan hadits kelompok kedua adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi serta Nasa’i Serta Ahmad
bin Hambal43 yang artinya: “Orang yang membaca Al-Qur’an
40 Ibid., hlm. 32841 Ibid, hlm. 23742 Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muhirah bin bardzbah Al-
Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Juz.5, (Bairut: Darul Kutb, tt), hlm. 42643 Muhammad Abussalam Abdussyaafiy, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz 4,
(Bairut: Darul Kutb, tt), hlm. 187.
dengan suara keras adalah seperti orang yang memberikan sedekah
dengan terang-terangan sedangkan orang yang membaca Al-
Qur’an dengan suara perlahan-lahan seperti orang yang
memberikan sedekah dengan merahasiakannya.”
An-Nawawi mengatakan sebagaimana dikutip oleh Dr.
Yusuf Qardhawi bahwa:
Penyatuan antara kedua hadits itu adalah dengan suaralembut adalah lebih afdhol karena takut riya’, ataumengganggu orang yang sedang shalat dan sedang tidurdengan suaranya itu. Sedangkan membaca suara keras lebihutama dalam keadaan selain itu karena dengan seperti itulebih banyak energi yang dikeluarkan, dan faedahnyasampai kepada para pendengarnya, serta ia membangunkanhati pembacanya, memfokuskan hatinya untuk berfikir,memusatkan pendengarannya kepadanya, sertamenghilangkan kantuk, dan menambah semangat.44
Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa etika
membaca al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1) Membaca Al-Qur’an dilakukan dengan sikap yang baik, yaitu
hendaknya duduk dengan tenang, suci dari hadats kecil dan besar,
berpakaian bersih, berada di tempat yang terbebas dari segala
kotoran, menghadap kiblat, tidak bersandar atau berbaring.
2) Membaca al-Qur’an dengan tartil, tafkhim, perlahan-lahan huruf
demi huruf, dan tidak membiasakan diri membaca secara terburu-
buru.
3) Membaca al-Qur’an dengan irama dan suara yang indah
4) Membaca al-Qur’an dengan pelan (lembut) atau keras.
4. Prestasi Tilawatil Qur’an
a. Pengertian Prestasi
Menurut bahasa, prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai
atau dilakukan.45 Ada juga yang mengartikan bahwa prestasi adalah
44 Ibid., hlm. 234.45 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2006), cet. 3, hlm. 910.
tingkat hasil yang diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang
yang dipelajari.46
Sedangkan dalam buku Evaluasi Instruksional disebutkan
bahwa prestasi yang dimaksud adalah kemampuan, keterampilan, dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.47
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai pada saat sekarang
dalam menyelesaikan suatu hal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
Menurut Muhibbin Syah secara global dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu:
1) Faktor Internal dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a) Aspek fisiologis, dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
(1) Tonus jasmani pada umumnya
(2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
b) Aspek psikologis yang terdiri atas:
(1) Inteligensi; pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat.
(2) Sikap; adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya baik secara positif maupun negatif.
(3) Bakat; dalam perkembangannya diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
46 Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga PengkajianKebudayaan Nusantara, 2006), cet. 5, hlm. 886.
langkah dan usaha yang maksimal dan kegagalan pada masa lalu
diharapkan menjadi motivasi serta evaluasi bagi semua pihak.
1) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada
MTQ.
a) Faktor peserta
(1) Bakat alam
Bila ada bakat alam lebih mudah untuk dibina.
Untuk mengetahui bakat bias dilakukan pengamatan bakat
ke daerah dan lembaga yang melakukan pelatihan Tilawatil
Qur’an, seleksi pencarian bibit melalui MTQ tingkat
kelurahan, melalui pengamatan pelatih secara
(2) Kesehatan fisik
Untuk latihan kesehatan fisik bisa dilakukan dengan
beberapa hal diantaranya, latihan kebugaran jasmani,
latihan pernafasan dan olah vocal, menghindari sakit,
menghindari makanan dan minuman tertentu, menyediakan
menu bergizi, hindari aktivitas yang tidak perlu, siklus
menstruasi harus diperhitungkan.
(3) Penguasaan materi
Penguasaan materi musabaqoh tergantung cabang
yang diikuti. Kalau dalam cabang Tilawatil Qur’an harus
menguasai tiga aspek yaitu, penguasaan tajwid, suara dan
penguasaan lagu-lagu tilawah.
(4) Kondisi mental
Mental sangat dibutuhkan oleh peserta dalam
mengikuti MTQ. Mental sangat berpengaruh terhadap
penampilan di atas mimbar Tilawah. Beberapa hal yang
mempengaruhi mental yaitu, dukungan keluarga, sering try
out, Taqarrub kepada Allah, Keikhlasan, Akhlaqul karimah.
b) Faktor pembinaan dan latihan
(1) Rutinitas
Pembinaan rutin di tempat asal, pembinaan tingkat
kecamatan untuk persiapan MTQ kabupaten, pembinaan
tingkat kabupaten untuk persiapan MTQ tingkat Propinsi
dan Nasional.
(2) Sistem latihan
Latihan hendaknya dilakukan setiap hari terutama
pada waktu yang menurutnya nyaman. apa di pagi hari,
siang, sore, atau malam.
(3) Pelatih
Para pelatih harus mempunyai persamaan persepsi
tentang materi yang disampaikan, harus mengikuti
pedoman MTQ Nasional, ahli dan pakar di bidangnya.
(4) Tempat
Tempat latihan hendaknya jauh dari kebisingan dan
suasana bersih, karena kalau seandainya tempatnya dekat
dengan polusi maka akan mengganggu pernafasan dan
konsentrasi dalam latihan tidak akan maksimal.
(5) Menu makanan
Makanan sangat berpengaruh ketika seorang peserta
mau menghadapi MTQ. Ada beberapa makanan yang harus
di hindari pada umumnya, yaitu es, gorengan, pedas, dan
makanan yang bias mengganggu di tenggorokan.
(6) Materi latihan
Berpedoman pada buku pedoman MTQ termasuk
Maqra’ dari LPTQ pusat, praktikum di Laboratorium,
menyediakan mimbar tilawah tiruan (ber-AC),
menyediakan video shooting saat mengadakan Try out
untuk analisis dan evaluasi, saat try out sesuai kondisi
MTQ, materi TC disesuaikan dengan kemampuan peserta,
peserta diberi kesempatan untuk berlatih mandiri.
c) Faktor dewan hakim
(1) Obyektivitas
Memilih dewan hakim yang obyektif dan memiliki
kapasitas yang dibutuhkan.
(2) Pengetahuan
Dewan hakim harus mempunyai pengetahuan dan
jam terbang yang mumpuni dan yang terpenting adalah
mempunyai sertifikat dewan hakim di masing-masing
daerah.
(3) Kedekatan emosional
Membina hubungan baik dengan para Dewan
Hakim tingkat Propinsi.
(4) Faktor Lainnya
Hadiah bagi predikat peserta terbaik harus
ditingkatkan, bonus haji bagi para pemenang selalu ada,
kesejahteraan bagi para pelatih dan Dewan hakim harus
diperhatikan, member beasiswa bagi para peserta yang
berprestasi, menyediakan maktabah Shoutiyyah (kaset, CD,
VCD, DVD) para Qurra’ yang Masyhur terutama dari
Timur Tengah, menyediakan maktabah (Library).
Jadi keberhasilan dalam MTQ melibatkan berbagai
komponen dari peserta, materi, system pelatihan, Dewan
Hakim, pengurus LPTQ, dan lain-lain. Masing-masing pihak
harus berperan secara maksimal sesuai dengan fungsinya. Dan
selanjutnya perlu adanya koordinasi yang mantap dan
hubungan yang harmonis dari berbagai pihak tersebut.49
49 Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim MusabaqohTilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma HajiArmina Donohudan Boyolali.
C. LPTQ DALAM PENINGKATAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
Perencanaan kegiatan LPTQ harus memasukkan suatu program
strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lahir batin. Yang terpenting
dalam LPTQ ini adalah pengelolaan administrasi organisasi secara baik,
pemantapan manajemen, struktur dan organisasi, pemberdayaan peranan
LPTQ serta keterlibatan lembaga keagamaan, ulama, tokoh masyarakat dalam
mendukung kegiatan operasional LPTQ50.
Penguatan peran dan fungsi LPTQ tidak terbatas hanya pada
penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan sejenisnya diberbagai
tingkatan. LPTQ mempunyai tugas dan fungsi pembinaan dan pengembangan
pendidikan non formal dan informal di bidang Al-Qur’an dan pelatihan Qori
dan Qoriah, Hafidz dan Hafidzah, dan sejenisnya diberbagai tingkatan. Selain
itu Mengoptimalkan peran instansi terkait dan Pemerintah Daerah dalam
mendukung program LPTQ51
Maka dari itu, untuk meningkat prestasi Tilawatil Qur’an, LPTQ Jawa
Tengah perlu meningkatkan peran secara lebih maksimal dan optimal. Peran
LPTQ Jawa Tengah diantaranya:
1. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal ini
dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan
Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga
bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal.
2. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari
masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif
dan menemukan bibit Qori’ dan Qori’ah yang memang unggulan dan
berbakat.
3. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, agar
tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masing-
50 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “LPTQ”, (6 April 2010, 11.21 WIB)51 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “Peran LPTQ”, (6 April 2010, 11.28
masing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur
subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar terbaik.
4. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qori’ah terbaik di
tingkat Propinsi jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus
bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya
dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja, akan
tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif.
5. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi
Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari Jakarta
(juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul Mubaraq dari
Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia), H. Syaiful Munir dari
Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki).
6. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan
Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan menambah
wacana tentang Tilawatil Qur’an.
7. Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat
Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari pelatihan ,
peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport dan uang saku
peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan bonus atau reward
manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi juara MTQ di tingkat
Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan perjuangan para peserta agar
lebih maksimal saat tampil di mimbar Tilawah di Level Nasional.52
52 Wawancara dengan H. Masyhudi selaku ketua kafilah Jawa Tengah dalam MTQNasional di Bengkulu 2010, pada Tanggal 18 Oktober 2010, pukul 09.00 WIB.
BAB III
PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA
TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
A. Kondisi Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah
1. Letak Geografis
LPTQ Jawa Tengah terletak di Jalan Sisingamangaraja No 5
Semarang. Kantor LPTQ ini terletak di dalam Gedung Kementerian
Agama Propinsi Jawa Tengah. Ditinjau dari Letaknya, Kantor LPTQ Jawa
Tengah kurang strategis karena tidak dekat dengan Kota dan jauh dari
keramaian.
Namun disisi lain LPTQ Jawa Tengah mudah dijangkau dari segi
Transportasi. Selain itu juga berada tepat di depan gedung AKPOL Jawa
Tengah, sehingga mudah diketahui oleh setiap orang yang ingin
berkunjung ke LPTQ Jawa Tengah53.
2. Landasan Hukum LPTQ Jawa Tengah
Dasar dan Landasan Hukum Berdirinya LPTQ Jawa Tengah
a. Keputusan bersama Menteri Agama No. 151 Tahun 1977 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No 19 Thn 1977 tentang
Pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
b. Keputusan Menteri Agama No 28 tahun 1977 tentang Susunan
Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Nasional.
c. Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Nomor 48 Thn 1988 dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 182 A Thn 1988 tentang Pengembangan
Organisasi Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.
d. Keputusan Menteri Agama No 240 tahun 1990 tentang susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.
53 Dokumen data LPTQ Jawa Tengah
e. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah no 451/ 21/ 2002 tentang
Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Propinsi
Jawa Tengah Periode 2002 – 200554.
3. Susunan Pengurus LPTQ Jawa Tengah:
Berdasarkan data yang ada, susunan Kepengurusan LPTQ Jawa Tengah
adalah Sebagai Berikut:
Ketua Umum : Drs. H. Masyhudi, MM
Ketua I : Drs. H. Ahmad Darodji, M.Si
Ketua II : DR. H. Noor Ahmad, MA
Sekretaris : Drs. H. Ahyani, M.SI
Bendahara : Hj. Siti Zaenatun, S.Pd.I
Pembina Tilawah :
1. H. Nur Faqih, S. Ag
2. KH. Abdullah Hanif, AH
Pembina Tahfidz :
1. KH. Ulil Abshor, AH
2. KH. Ibnu Athoillah, AH
3. KH. Zaenuri Ahmad, AH
4. KH. Ahmad Thoha, AH
5. Makmun Ahmad, AH
Pembina Tafsir :
1. DR. Hj. Yuyun Effendy, Lc
2. H. Amin Handoyo, Lc
Pembina MSQ/MFQ :
1. H. Taufiqurrahman, M.SI
2. Drs. H. Adib Zamroni
Pembina Khath :
1. H. Nur Aufa Shiddiq
2. Drs. H. Wahid Adib
54 Surat keputusan Kementerian Agama
4. Logo LPTQ
Keterangan dari Logo LPTQ :
1. Lambang Padi dan kapas menunjukkan kemakmuran dan kebersamaan
2. Lambang Padi dan kapas bertalian itu melambangkan kebersamaan
3. Lambang Al-Qur’an itu merupakan simbol bahwa Pedoman hidup
terletak pada Al-Qur’an dan kita diharuskan untuk selalu membaca,
mengetahui, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
4. Terdapat tiang yang kokoh yang di atasnya ada bintang dan kobaran api
yang artinya Semangat bersama untuk berjuang mensyiarkan islam
lewat al-Qur’an.
5. Tulisan LPTQ berarti LPTQ yang mengelola, mengatur, serta menjadi
penanggung jawab atas semua kegiatan yang berhubungan dengan
Kegiatan Mengamalkan Al-Qur’an
6. Warna Hijau dan kuning melambangkan kemakmuran dan kesatuan
7. Tulisan arab Tilawatil Qur’an menerangkan bahwa LPTQ merupakan
Lembaga yang bergerak dibidang keagamaan khususnya Mengkaji Al-
Qur’an
5. Visi dan Misi LPTQ Jawa Tengah
Visi LPTQ adalah terwujudnya penghayatan dan pengamalan Al
Qur’an dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri,
bahagia, sejahtera di dunia dan selamat di akhirat.
Misi LPTQ adalah melaksanakan pendalaman, penghayatan dan
pengamalan Al Qur’an yang betul-betul mantap di kalangan masyarakat
Indonesia, sehingga nilai-nilai Al Qur’an benar-benar menjadi etos
pembangunan.
B. Prestasi Tilawatil Qur’an Jawa Tengah tahun 2005-2010
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) tingkat Propinsi
Jawa Tengah sampai saat ini belum bisa berkembang secara baik. Hal itu bisa
dilihat dari daftar prestasi para Qori’ dan Qori’ah yang setiap tahun kian
merosot. Dibuktikan dengan hasil Prestasi dari Musabaqoh Tilawatil Qur’an
(MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) tingkat Nasional yang diadakan
tiap tahun. Rangking dari Propinsi Jawa Tengah selalu berada di bawah Jawa
Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Hal ini sungguh sangat memprihatinkan bagi LPTQ Jawa Tengah.
Padahal Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang berpotensi untuk
menjadi juara dan mempunyai peluang untuk berprestasi berdasarkan
beberapa faktor, diantaranya:
a. Jumlah penduduk yang cukup besar. Propinsi Jawa Tengah berpenduduk ±
33 juta orang dan beragama islam ± 88 %
b. Besarnya Pondok Pesantren Al Qur’an yang tersebar di Jawa Tengah.
c. Banyaknya para santri yang belajar diluar Jawa Tengah/ Luar Negeri yang
diharapkan dapat memperkuat Jawa Tengah dalam peningkatan prestasi
d. Tidak sedikitnya tokoh-tokoh di bidang Tilawatil Qur’an yang menjadi
pembina/ pelatih dan anggota Dewan Hakim Tingkat Nasional
e. Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda Propinsi) yang cukup besar55
Namun beberapa faktor tersebut belum bisa dimaksimalkan dan belum
bisa diwujudkan untuk menjadikan sebuah prestasi yang gemilang bagi LPTQ
Jawa Tengah, karena ada beberapa hambatan dan masalah yang menghambat
55 Dokumen data selayang pandang LPTQ Jawa Tengah
sulitnya LPTQ jawa tengah untuk berprestasi dalam event MTQ Nasional.
Hambatan tersebut diantaranya adalah:
a. Tidak adanya dukungan dana pembinaan di tingkat Kabupaten/ Kota
secara memadai, sehingga pembinaan secara intensif tidak dapat berjalan
dengan baik. Pembinaan di daerah (Kabupaten/ Kota) yang selama ini
berjalan berasal dari dana bantuan LPTQ yang bersumber dari sumbangan.
b. Kurang adanya jaminan kepastian memperolah masa depan yang baik bagi
para juara.
c. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan MTQ
d. Banyaknya pengurus daerah (Propinsi lain) yang sengaja mencari bibit
dari Jawa Tengah
e. Kurangnya pendekatan secara intensif pemerintah Kabupaten/ Kota
terhadap potensi daerahnya
f. Masih terdapat keyakinan sebagian para ulama tentang bolehnya Al
Qur’an dimusabaqahkan dan sedikitnya jumlah Dewan Hakim dari Jawa
tengah ditingkat Nasional.56
Hambatan-hambatan yang ada tersebut harus bisa dicari jalan keluar
atau solusinya, sehingga tidak terjadi penurunan prestasi Tilawah LPTQ Jawa
Tengah yang tercantum dalam data prestasi Tilawah berikut ini.
Data menunjukkan bahwa daftar prestasi para Qori’-Qori’ah dari
Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional dari tahun
2005-2010 adalah sebagai berikut:
a. STQ Tingkat Nasional tahun 2005 di Gorontalo, tidak ada Qori’-Qori’ah
yang menjadi juara.
b. MTQ Tingkat Nasional tahun 2006 di Kendari, Juara I MTQ golongan
Remaja putra yang diraih oleh Ustadz. Rohani.
c. STQ Tingkat Nasional tahun 2007 di Jakarta, Juara I MTQ Golongan
Dewasa Putra yang diraih oleh Ustadz. Herfan.
56 Ibid
d. MTQ Tingkat Nasional tahun 2008 di Banten, tidak ada Qori’-Qori’ah
yang menjadi juara.
e. STQ Tingkat Nasional tahun 2009 di Jakarta, tidak ada yang menjadi
juara.
f. MTQ Tingkat Nasional tahun 2010 di Bengkulu, tidak ada yang menjadi
juara.57
Dari data diatas prestasi tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah
mengalami Penurunan. Padahal kegiatan Pelatihan dan pembinaan telah
dilakukan dengan maksimal untuk menciptakan peserta tilawah yang handal.
Namun kenyataan membuktikan bahwa hasil peringkat LPTQ Jawa Tengah
pada MTQ Nasional sangat memprihatinkan dari tahun 2005-2010.
Setelah melalui pengamatan secara seksama, ternyata kegagalan yang
dialami oleh Qori’ dan Qori’ah di MTQ dan STQ Nasional adalah pada faktor
penguasaan materi tilawah. Tajwid yang mereka kuasai masih banyak
kekurangan. Ada beberapa peserta Jawa Tengah yang masih sering terjadi
kesalahan jali dan itu akan berakibat fatal. Selain itu ada juga yang belum
memahami masalah Fashohah dan adab dalam membaca Qur’an. Fashohah
yang masih sering terjadi kesalahan adalah dalam hal Waqaf dan ibtida’. Ada
beberapa peserta Jawa Tengah yang Fashohahnya kurang tepat dan masih
sering terjadi kesalahan. Selain penguasaan tajwid dan fasohah, penguasaan
lagu dan irama yang semakin tahun semakin mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Lagu-lagu Tilawah setiap tahun mengalami perubahan dan setiap
peserta di tuntut untuk mengikuti perkembangannya. Dari sudut pandang lagu
dan irama, peserta dari Jawa Tengah tidak kalah dengan peserta lain namun
yang menjadi kekurangan adalah masalah improvisasi irama dari peserta.
Peserta dari Jawa Tengah belum bisa melakukan improvisasi irama secara
baik dan maksimal. Sehingga irama yang dikeluarkan terkesan masih kaku
dan kurang indah58
57 Dokumen data LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ Nasional58 Wawancara dengan Pak Ahyani pada tanggal 9 Desember 2010 pukul 10.15 WIB
Namun disisi lain ada faktor yang cukup berpengaruh dalam
keberhasilan seorang peserta tilawah untuk menjadi yang terbaik adalah faktor
mental. Setelah tim dari LPTQ mengadakan evaluasi terhadap hasil dari MTQ
Nasional, ternyata benar, bahwa faktor yang paling mendalam yang
mempengaruhi penurunan prestasi adalah faktor mental yang belum terbentuk
dari masing-masing peserta.
Mental yang lemah dikarenakan peserta tidak siap dan kurang
maksimal dalam usaha batin. Padahal usaha batin itu justru sangat
berpengaruh dalam penampilan peserta di mimbar tilawah. Kebanyakan
peserta dari Jawa Tengah lebih mengutamakan usaha lahir seperti Latihan
rutin, menjaga pola makan dan kesehatan serta mengadakan studi banding ke
Jakarta untuk memperoleh pengalaman yang lebih. Usaha lahir yang
maksimal akan tetapi tidak di imbangi usaha batin yang istiqomah akan
mempengaruhi penampilan peserta tilawah di ajang Nasional dan
Internasional. Jadi usaha batin seperti puasa, sholat sunnah, mengamalkan
ijazah dan doa-doa itu tidak kalah penting dibandingkan dengan usaha Lahir.59
Selain itu, kegagalan Qori’ dan Qori’ah dari Jawa Tengah juga
dikarenakan Beban Mental yang dibebankan di setiap peserta untuk menjadi
juara. Beban itu di sampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah kepada para
peserta yang disampaikan ketika peserta mau berangkat di MTQ Nasional.
Hal tersebut sangat mempengaruhi penampilan peserta, karena harus menang.
Ini yang seharusnya dihindari. Karena bagaimanapun juga keharusan untuk
menjadi juara itu sangat membuat peserta tilawah menjadi tertekan disaat
tampil. Seharusnya seorang pimpinan tidak menyampaikan target harus
menang. Karena yang dinamakan Musabaqoh itu tidak bisa diharuskan
menang, kita hanya bisa berusaha dan berdoa, yang menentukan adalah Allah
SWT.60
Jadi keberhasilan itu tidak bisa dipaksakan atau bahkan dibebankan
kepada peserta untuk menjadi juara. Yang jelas keberhasilan adalah sesuatu
59 Wawancara dengan Ustadz Muhammadun Zein tanggal 11 November pukul 10.30 WIB60 Wawancara dengan ustadz Rohani selaku Qori’ Jawa Tengah pada tanggal 13
November 2010 pukul 16.00 WIB
yang dilakukan atas dasar usaha, doa, dan tawakkal untuk bisa tampil
maksimal. Baru kemudian keberhasilan tersebut akan mengikuti
dibelakangnya.
C. Peran LPTQ Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawah
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an memiliki peran penting dan
strategis dalam mendorong, meningkatkan semangat umat Islam untuk
membaca, mendalami, menghayati dan mengamalkan isi dan kandungan Al
Qur’an. Organisasi LPTQ telah tumbuh dari daerah sampai tingkat pusat dan
telah memiliki jalinan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah dan
swasta termasuk dengan lembaga perguruan / pendidikan mulai tingkat dasar
sampai tingkat perguruan tinggi. LPTQ harus dioptimalkan menjadi pusat
pengkajian dan berfungsi sebagai fasilitator bagi lembaga-lembaga keagamaan
dalam upaya meningkatkan kemampuan baca tulis, memahami makna, isi,
kandungan dan pengamalan Al Qur’an.
Menyadari akan posisi dan fungsi LPTQ yang sangat strategis, maka
diperlukan pengelolaan organisasi secara tertib, efektif dan profesional agar
lebih terarah untuk mempercepat pencapaian tujuan. Untuk itu, LPTQ perlu
memantapkan prinsip manajemen modern yang berorientasi pada arah
tercapainya visi dan misi organisasi. Guna mendinamiskan LPTQ, diperlukan
kantor yang representatif yang didukung tenaga full-timer, sarana dan
prasarana yang memadai.
Perkembangan dan dinamika masyarakat saat ini berkembang pesat
sejalan dengan tuntutan semangat reformasi. Sehubungan dengan itu, maka
LPTQ harus merespon perkembangan tersebut dengan mengembangkan
paradigma baru, yaitu LPTQ sebagai organisasi pembina kegiatan pemahaman
dan penghayatan Al Qur’an yang mandiri, mantap dan profesional. Oleh
karena itu LPTQ perlu melakukan reorganisasi dan reposisi terhadap perannya
di masyarakat sesuai dengan harapan dan tuntutan masa depan yang antara
lain :
1. Pemberdayaan peran LPTQ dalam pembinaan umat, khususnya
pembinaan baca tulis, pemahaman dan kajian serta pengamalan isi dan
kandungan Al Qur’an;
2. Perlu penyusunan program yang mantap, pelaksanaan yang tepat dan
pengawasan yang ketat dengan melakukan evaluasi dan monitoring setiap
tahapan pelaksanaan kegiatan LPTQ;
3. Semakin berkembangnya pelaksanaan MTQ yang dilakukan oleh berbagai
kalangan perlu mendapatkan pembinaan dan arahan dari LPTQ untuk
memperjelas dan mengembangkan struktur kelembagaan yang ada guna
mengakomodasikan aspirasi masyarakat.
Selain itu LPTQ harus mempunyai Tujuan dan Program Kerja yang
jelas dan Realistis agar Kegiatan LPTQ bisa lebih fokus dan tidak mengalami
kegagalan ataupun salah sasaran. Adapun tujuan LPTQ Jawa Tengah
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Semakin meningkatnya jumlah lembaga dan kegiatan yang mempelajari al
Qur’an dikalangan masyarakat dan dunia pendidikan.
2. Dimiliki dan dibacanya al Qur’an oleh setiap keluarga muslim.
3. Semakin meningkatnya pemahaman dan pengamalan umat terhadap isi,
makna dan kandungan al Qur’an.
4. Terwujudnya perilaku akhlak Qur’ani pada masyarakat Islam Indonesia.
5. Makin meningkatnya kualitas dan performance para qari’ / qari’ah Jawa
Tengah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.
Dari tujuan diatas diharapkan bisa menciptakan Masyarakat Indonesia
yang Qur’ani, Sejahtera, aman, damai, sentosa.
Selain tujuan, LPTQ Jawa Tengah juga mempunyai Program kerja,
diantaranya sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan MTQ di Jawa Tengah.
a. Menyempurnakan organisasi dan kualitas pengorganisasian dan
penyelenggaraan MTQ Nasional dan Daerah, meliputi perencanaan,
pelaksanaan dalam pengendalian dan khususnya kualitas perhakiman.
b. Menginventarisir dan mendayagunakan aset MTQ untuk menunjang
program-program LPTQ.
c. Menyusun dan menyempurnakan buku pedoman Musabaqah al Qur’an
dan pembinaan purna musabaqah.
d. Melakukan pembinaan dan pendayagunaan sumber daya insani pasca
MTQ.
2. Pembinaan Tilawah, Tahfidz, Khat, MSQ dan MFQ Al Qur’an.
a. Menyusun pedoman tentang pendekatan, sistem, metode, teknik
sebagai model pembinaan tilawah, tafhim, tahfidz, khat, MSQ dan
MFQ Al Qur’an.
b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan pembinaan tilawah,
tafhim, tahfidz, khat dan puitisasi al Qur’an tingkat pusat, propinsi,
kabupaten, kecamatan dan desa.
c. Melaksanakan pembinaan tilawah, tafhim, tahfidz, khat dan puitisasi
Al-Qur’an melalui lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah.
3. Upaya peningkatan pemahaman al Qur’an :
a. Mengembangkan penemuan-penemuan baru tentang metode cepat
memahami al Qur’an.
b. Menyelenggarakan pengajian khusus pemahaman al Qur’an
percontohan tingkat desa (desa pembinaan/pemahaman al Qur’an)
yang hasilnya dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif.
c. Menyelenggarakan pelatihan instruktur pemahaman al Qur’an tingkat
propinsi, kabupaten dan kecamatan.
d. Mendirikan pusat-pusat pengkajian al Qur’an di daerah.
4. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan al Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari
a. Sosialisasi gerakan pemahaman makna, isi dan kandungan al Qur’an
sebagai suatu gerakan masyarakat melalui penyebarluasan methode
yang mudah dipahami masyarakat.
b. Memfungsikan pranata keluarga sebagai sarana sosialisasi penanaman
nilai-nilai al Qur’an sejak dini.
c. Mewujudkan kebijaksanaan yang mendukung gerakan memahami
makna, isi dan kandungan al Qur’an.
5. Meningkatkan SDM LPTQ Propinsi Jawa Tengah.
a. Mengadakan inventarisasi qari’ / qari’ah yang berkualitas unggul di
seluruh Propinsi Jawa Tengah.
b. Mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan Al
Qur’an dan pimpinan pondok pesantren-pondok pesantren Al Qur’an
untuk pengembangan dan peningkatan potensi santri.
c. Mengembangkan langkah-langkah untuk mewujudkan qari’ / qari’ah
yang berkualitas.
d. Merekrut para tenaga ahli di bidangnya dalam mengembangkan
cabang Musabaqah.
e. Mengadakan supervisi pengurus LPTQ Kabupaten/Kota.
Selain membuat program kerja, LPTQ Jawa Tengah juga membuat
program kegiatan tahunan. Berdasarkan keputusan Musyawarah Daerah
LPTQ Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 tanggal 08 April 2005 di Semarang,
LPTQ Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 menetapkan 13 (tiga belas)
program kegiatan sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan MTQ di Jawa Tengah tahun 2006.
a. MTQ Mahasiswa XVIII Tk. Jawa Tengah
b. MTQ Pelajar XXII Tk. Jawa Tengah
c. STQ XIX Tingkat Jawa Tengah
d. MHQ Pesantren III Tk. Jawa Tengah
2. Pengiriman Kafilah
MTQ Tk. Nasional XXI tahun 2006 di Kendari.
3. Peningkatan mutu dan kualitas materi MTQ.
a. Pelatihan Tahfidz dan Tafsir.
b. Pelatihan Pembina Tilawah Al Qur’an
4. Pelatihan dalam rangka menghadapi MTQ Nasional XXI di Kendari.
a. Pemantapan dan Pengembangan Potensi (2 tahap)
b. Pemusatan latihan (20 hari).
c. Try Out.
5. Peningkatan Sarana dan Prasarana LPTQ
a. Pengadaan Laboratorium
b. Kelengkapan sarana LPTQ
c. Peningkatan SDM61
Dengan diadakannya program kerja dan program kegiatan tahunan,
peran LPTQ Jawa Tengah akan lebih efektif dan efisien. Perencanaan kegiatan
LPTQ harus memasukkan suatu program strategis dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lahir batin. Yang terpenting dalam LPTQ ini adalah pengelolaan
administrasi organisasi secara baik, pemantapan manajemen, struktur dan
organisasi, pemberdayaan peranan LPTQ serta keterlibatan lembaga
keagamaan, ulama, tokoh masyarakat dalam mendukung kegiatan operasional
LPTQ62.
Penguatan peran dan fungsi LPTQ tidak terbatas hanya pada
penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan sejenisnya diberbagai
tingkatan. LPTQ mempunyai tugas dan fungsi pembinaan dan pengembangan
pendidikan non formal dan informal di bidang Al-Qur’an dan pelatihan Qori
dan Qoriah, Hafidz dan Hafidzah, dan sejenisnya diberbagai tingkatan. Selain
itu Mengoptimalkan peran instansi terkait dan Pemerintah Daerah dalam
mendukung program LPTQ63.
Maka dari itu, untuk meningkat prestasi Tilawatil Qur’an, LPTQ Jawa
Tengah perlu meningkatkan peran secara lebih maksimal dan optimal. Peran
LPTQ Jawa Tengah diantaranya:
1. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal
ini dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan
Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga
bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal.
61 Dokumen data LPTQ62 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “LPTQ”, (6 April 2010, 11.21 WIB)63 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “Peran LPTQ”, (6 April 2010, 11.28
2. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari
masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif
dan menemukan bibit Qori’ dan qori’ah yang memang unggulan dan
berbakat.
3. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, agar
tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masing-
masing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur
subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar terbaik.
4. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di
tingkat Propinsi jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus
bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya
dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja, akan
tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif.
5. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi
Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari Jakarta
(juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul Mubaraq dari
Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia), H.Syaiful Munir dari
Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki).
6. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan
Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan menambah
wacana tentang Tilawatil Qur’an64.
Selain peran yang ada diatas, LPTQ Jawa Tengah harus
memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat
Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari pelatihan ,
peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport dan uang saku
peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan bonus atau reward
manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi juara MTQ di tingkat
64 Dokumen data Peran LPTQ Jawa Tengah
Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan perjuangan para peserta agar
lebih maksimal saat tampil di mimbar Tilawah di Level Nasional65.
Namun tidak semudah yang di bayangkan untuk merealisasikan semua
program kerja, program kegiatan tahunan, dan efektifitas peran LPTQ Jawa
Tengah. Banyak sekali kendala yang dihadapi, diantaranya meliputi:
1. Dana
Minimnya dana adalah kendala yang paling menonjol. Dana LPTQ
Jawa Tengah yang terbatas baik dari dana masyarakat lewat nikah maupun
APBD Jawa Tengah, dan pihak-pihak terkait sementara kebutuhan dan
jenis kegiatan makin bertambah.
2. Sumber Daya Manusia.
SDM di bidang al Qur’an terasa makin berkurang dan langka. Hal
ini bukan berarti tidak ada para pembina al Qur’an atau berkurangnya
orang-orang yang berkemampuan, namun lebih bersifat kasus eksternal.
Mereka tidak mau menekuni keahliannya itu karena tuntutan ekonomi
yang tidak seimbang dengan kebutuhan. Selain itu masih adanya
persaingan yang tidak sehat dengan praktek pencarian bibit-bibit Jawa
Tengah untuk membela propinsi lain dengan dijanjikan imbalan yang
besar.
Dari beberapa kendala diatas, maka LPTQ Jawa Tengah perlu
mengadakan evaluasi program kerja dan program kegiatan tahunan agar
kegiatan yang akan dilakukan di tahun berikutnya bisa lebih meningkat dan
kinerja serta peran LPTQ Jawa Tengah bisa lebih maksimal sehingga prestasi
bisa terus menanjak dan bisa bersaing di MTQ tingkat Nasional. Oleh karena
itu, LPTQ Jawa Tengah harus segera mencari solusi dan pemecahan
masalahnya untuk mengatasi masalah penurunan prestasi Tilawah di Level
Nasional. Ada beberapa strategi dan pemecahan masalah yang telah
dicanangkan oleh LPTQ propinsi Jawa Tengah, diantaranya:
65 Wawancara dengan H. Masyhudi selaku ketua kafilah Jawa Tengah dalam MTQNasional di Bengkulu 2010, pada Tanggal 18 Oktober 2010, pukul 09.00 WIB.
1. Meningkatkan volume dan kualitas pelatihan, baik ditingkat Propinsi
maupun Kab/ Ko.
2. Mendirikan sentral diklat ditingkat Propinsi dan Kabupaten
3. Menyelenggarakan pelatihan Dewan Hakim secara kontinu dan periodik
4. Meningkatkan apresiasi kepada para terbaik melalui usulan APBD I
5. Menambah semangat kepada para peserta untuk mencintai daerah melalui
peningkatan penghargaan dan pemikiran masa depan mereka.66
Selain itu berdasarkan pelaksanaan program kerja tahun 2005-2010,
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian pada masa yang akan datang
adalah :
1. Penyelenggaraan MTQ baik MTQ Pelajar, Mahasiswa, MTQ Umum
maupun STQ sudah berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan;
2. Koordinasi dengan instansi dan kerja sama dengan pihak terkait perlu
dipertahankan dan ditingkatkan;
3. Perhatian oleh pihak-pihak terkait dan masyarakat terhadap kegiatan
LPTQ sudah makin intens;
4. Kegiatan program kerja belum dapat dilaksanakan secara optimal karena
keterbatasan waktu dan dana yang tersedia;
5. Kepengurusan LPTQ belum dapat berfungsi secara maksimal karena
faktor mutasi atau kesibukan tugas dinas.
6. Penghargaan peserta terbaik MTQ/STQ belum memadai seperti biaya
umroh, ibadah haji maupun prioritas menjadi PNS;
7. Kualitas peserta masih ada yang belum memenuhi standar nasional;
8. Pembina/pelatih yang sesuai dengan standar nasional jumlahnya terbatas;
9. Adanya kabupaten / kota yang tidak mengikuti kegiatan MTQ;
10. Bantuan dana melalui APBD I maupun APBD II perlu ditingkatkan untuk
menunjang kegiatan LPTQ;
11. Himbauan terhadap instansi/jawatan tingkat I, II serta perusahaan untuk
ikut serta menyukseskan program pemasyarakatan baca tulis al Qur’an
66 Dokumen data selayang pandang LPTQ Jawa Tengah
bagi karyawan-karyawati yang beragama Islam di lingkungan masing-
masing;
12. Pembentukan TPQ/pendidikan baca tulis al Qur’an sebagai muatan lokal
bagi pendidikan umum tingkat dasar, menengah sebagai ekstra kurikuler
wajib bagi siswa yang beragama Islam67.
Setelah mengadakan beberapa evaluasi, LPTQ Jawa Tengah
diharapkan mampu merespon perkembangan tersebut, dengan
1. Mengembankan paradigma baru yaitu LPTQ sebagai organisasi pembina
kegiatan pemahaman, pendalaman dan penghayatan Al Qur’an yang
mandiri, mantap dan profesional;
2. Meningkatkan peran LPTQ dalam pembinaan umat, khususnya pembinaan
baca tulis, pemahaman dan kajian serta pengamalan isi dan kandungan Al
Qur’an sejak usia dini;
3. Meningkatkan kerja sama, perhatian dan peran aktif instansi/lembaga
terkait terhadap program kerja LPTQ.
67 Dokumen data Program kerja LPTQ Jawa Tengah
BAB IV
ANALISIS PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL
QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
A. Prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah
Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Nasional merupakan kegiatan
yang diadakan setiap tahun oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Kegiatan tersebut diharapkan mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang
Qur’ani, berakhlaqul karimah, berdasarkan Al-Qur’an yang merupakan
pedoman hidup bagi ummat islam. Selain itu kegiatan tersebut bertujuan untuk
menghasilkan Qori’ dan Qori’ah yang handal dan bertalenta. Sehingga dapat
mewakili Negara Indonesia di tingkat Asia Tenggara atau bahkan tingkat
Internasional. Oleh karena itu setiap Kafilah dari masing-masing propinsi
yang ada di Indonesia belomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan
berusaha untuk menjadi juara umum.
Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang dipandang
mempunyai kekuatan yang bagus oleh propinsi lain. Banyak Qori’ dan
Qori’ah yang mempunyai kemampuan dan talenta yang luar biasa sehingga
mampu bersaing dengan peserta lain dalam event MTQ Nasional. Maka dari
itu LPTQ Jawa Tengah yang merupakan Lembaga yang menangani MTQ
tidak henti-hentinya untuk berusaha mengembangkan potensi para Qori’ dan
Qori’ah agar selalu menjadi yang terbaik sehingga prestasi Tilawatil Qur’an
LPTQ Jawa Tengah di tingkat Nasional semakin meningkat.
Namun semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena
persaingan semakin tahun semakin berat. Banyak juga Qori’ dan Qori’ah yang
bermunculan dengan kekuatan yang luar biasa. Hal ini harus diwaspadai oleh
LPTQ Jawa Tengah agar prestasi Tilawatil Qur’an bisa tetap meningkat,
karena Jawa Tengah itu punya Kans untuk menjadi yang terbaik dan bisa
memberikan persaingan yang ketat dengan Propinsi-propinsi yang lain.
Akan tetapi akhir-akhir ini prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa
Tengah tengah mengalami kemerosotan. Dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2010, peringkat Propinsi Jawa Tengah dalam MTQ Nasional semakin
menurun. Hal ini berdasarkan peringkat LPTQ Jawa Tengah dari tahun 2005-
2010 sebagai berikut:
1. STQ Nasional tahun 2005 di Gorontalo, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 6
2. MTQ Nasional tahun 2006 di Kendari, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 5
3. STQ Nasional tahun 2007 di Jakarta, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 5
4. MTQ Nasional tahun 2008 di Banten, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 5
5. STQ Nasional tahun 2009 di Jakarta, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 6.
6. MTQ Nasional tahun 2010 di Bengkulu, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 13. 68
Dari data diatas memang nyata kalau prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ
Jawa Tengah mengalami grafik yang menurun. Padahal segala sesuatu sudah
di persiapkan jauh sebelum pelaksanaan MTQ dan STQ Nasional di
laksanakan. Baik dari seleksi, pembinaan dan pelatihan, serta studi banding ke
Jakarta. Namun usaha yang dilakukan LPTQ Jawa tengah belum bisa
membawa hasil yang maksimal serta menghasilkan prestasi yang gemilang
dan menggembirakan, hal ini ternyata di pengaruhi oleh faktor penguasaan
materi tilawah dari peserta Jawa Tengah yang belum mumpuni.
Materi tilawah tersebut adalah bidang Tajwid, Fashohah dan Lagu.
1. Bidang tajwid
Tajwid merupakan materi utama dalam Tilawatil Qur’an yang
harus diperhatikan. Akan tetapi Para Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah
masih sering terjadi kesalahan dalam bidang tajwid. Mereka sering
68 Data prestasi LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ tingkat Nasional
melakukan kesalahan jali (berat) dan khofi (ringan). Untuk itu seharusnya
para peserta lebih cermat dalam membaca dan konsentrasi saat tampil,
agar kesalahan tidak terjadi.
2. Bidang fashohah
Bidang fashohah atau adab dalam membaca tilawah sangat banyak
macamnya. Yang sering terjadi kesalahan adalah dalam hal waqaf dan
ibtida’. Sering sekali peserta Jawa Tengah mengalami kesalahan tersebut.
3. Bidang lagu dan suara
Setiap peserta yang tampil di tingkat Nasional sudah dipastikan
mempunyai suara yang tinggi dan power yang kuat. Selain itu penguasaan
lagu dan irama sudah bagus. Akan tetapi yang membedakan adalah pada
gaya atau improvisasi saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Peserta
dari jawa tengah terkesan masih kaku dan tidak maksimal saat tampil,
sehingga suara dan irama yang dikeluarkan menjadi kurang merdu dan
terkesan monoton.
Materi tilawah yang harus dikuasai lebih mendalam oleh para Qori’
dan Qori’ah adalah bidang Tajwid, di antaranya sebagai berikut: a) Makharij
al Huruf, b) Sifat al Huruf, c) Ahkam al Huruf, dan d) Ahkam al Mad wa al
Qashar. Selanjutnya adalah bidang fashohah, yang meliputi: a) Ahkam al
Waqf wa al Ibtida’, b) Mura’at al Huruf wa al Harakat, dan c) Muro’at al
Kalimat wa al Ayat.69 Antara tajwid dan fashohah saling keterkaitan, ketika
tajwid terjadi kesalahan maka fashohah juga akan terkena pengurangan.
Selain itu materi tilawah yang harus dikuasai adalah Bidang suara dan
lagu. Bidang suara meliputi: a) Kejernihan/kebeningan suara, b) Kehalusan,
c) Kenyaringan, d) Keutuhan, dan e) Pengaturan nafas. Sedangkan bidang lagu
meliputi: a) Lagu permulaan, b) Jumlah lagu, c) Peralihan keutuhan tempo
lagu, d) Irama dan gaya, dan e) Variasi.70 Lagu yang ditampilkan harus sesuai
69 Materi Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an (PGPQ) Marhalatul Ula, diterbitkan olehFUSPAQ Kab Kendal 2010, hlm. 1
70 Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim MusabaqohTilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma HajiArmina Donohudan Boyolali.
kaidah yang berlaku dalam dunia MTQ. Bahkan perkembangan lagu semakin
lama semakin berkembang pesat. Semua perkembangan itu hendaknya
dikuasai oleh peserta agar bisa tampil secara maksimal dan bisa meraih hasil
yang baik pula.
Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor mental. Mentalitas seorang
Qori’ dan Qori’ah dalam mengikuti MTQ dan STQ tingkat Nasional
dibutuhkan Mental yang kuat. Mental yang kuat bisa terwujud dari usaha-
usaha, diantaranya:
1. Latihan dan pengembangan kemampuan secara rutin dan berkelanjutan.
Pelatihan dan pembinaan sebelum berlomba harus rutin, karena dengan
rutinitas latihan penampilan saat berlomba bisa lebih baik dan bisa tampil
sesuai yang diharapkan.
2. Menjaga kesehatan badan agar tetap fit.
Kesehatan sangat penting untuk menampilkan performance yang terbaik
saat lomba. Ketika peserta mengalami sakit seperti batuk, pilek, dan yang
lainnya maka tidak ada toleransi dari pihak dewan hakim dan panitia, jadi
menjaga kesehatan sebelum berlomba itu harus dan wajib dilaksanakan.
3. Meningkatkan usaha batin agar lebih istiqomah
Usaha batin merupakan usaha yang dijadikan jembatan untuk meraih
sukses. Usaha batin banyak macamnya, yang pada intinya sama-sama
mendekatkan diri pada Allah untuk memohon pertolongan agar bisa tampil
maksimal dan bisa meraih sukses dalam mengikuti MTQ dan STQ.
4. Selalu mengadakan studi banding di luar daerah
Meningkatkan kemampuan secara individu tidak cukup untuk meraih
prestasi, oleh karena itu diadakannya studi banding ke daerah lain
dipandang perlu untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan,
sehingga bisa diambil manfaatnya dan bisa mendapatkan ilmu yang belum
didapat di daerah asal.
5. Jam terbang dalam mengikuti MTQ dan STQ
Jam terbang dan pengalaman dari masing-masing peserta bisa
mempengaruhi mental juara. Peserta yang sudah memiliki banyak jam
terbang akan lebih bisa menguasai suasana dan akan lebih tenang saat
tampil dibandingkan peserta yang baru pertama kali mengikuti MTQ
ataupun STQ.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan sesuatu yang memuaskan
terutama pencapaian prestasi MTQ yang di inginkan oleh LPTQ jawa tengah
sangat memerlukan usaha yang lebih baik lagi dan harus banyak melakukan
evaluasi. Selain itu peningkatan peran LPTQ juga harus lebih baik agar
kegagalan tidak terus menyertai Kafilah Propinsi Jawa Tengah dalam
mengikuti MTQ tingkat Nasional yang diadakan setiap tahun.
B. Peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil
Qur’an.
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah adalah suatu
lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Propinsi Jawa
Tengah. Salah satu tugasnya adalah bergerak di bidang keagamaan yang
menangani masalah MTQ dan STQ. LPTQ jawa tengah sangat sentral
peranannya dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an. Banyak hal yang
harus dilakukan bahkan di tingkatkan untuk eksistensi prestasi kafilah Jawa
Tengah dalam MTQ Nasional. Peran LPTQ Jawa Tengah memang sudah baik,
namun tidak dibarengi oleh prestasi yang baik pula. Hal ini menjadikan PR
yang sangat penting bagi kemajuan LPTQ jawa Tengah untuk selalu
berprestasi.
Peran LPTQ Jawa Tengah sangat penting dalam meningkatkan prestasi
Tilawatil Qur’an. Sudah banyak peran yang dilaksanakan, akan tetapi prestasi
gemilang tidak kunjung datang. Berdasarkan data prestasi diatas tentang
peringkat propinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2005-2010 mengalami
penurunan. Padahal LPTQ Jawa Tengah sudah berusaha keras untuk bersaing
di dalam kancah MTQ dan STQ tingkat Nasional.
Berbagai upaya juga sudah dilakukan seperti Mengadakan MTQ dari
tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), Mengadakan MTQ di tingkat
Propinsi Jawa Tengah, Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi
Jawa Tengah, Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah
terbaik di tingkat Propinsi jawa Tengah, Mendatangkan Pelatih dan Pembina
yang sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, Mengirim
para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi
Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta, Memperhatikan kesejahteraan
peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat Nasional.
Namun ternyata semua itu belum cukup untuk mendongkrak prestasi
Jawa tengah dalam MTQ dan STQ Nasional. Setelah diadakan evaluasi secara
mendasar dan seksama, faktor yang paling mempengaruhi turunnya prestasi
adalah faktor penguasaan materi, mental dari setiap peserta dan penghargaan
kepada sang juara.
1. Penguasaan materi Tilawatil Qur’an
Penguasaan materi meliputi Tajwid, fashohah, dan suara lagu.
Ketiga hal tersebut mutlak harus dikuasai oleh seorang Qori’ dan Qori’ah.
Penguasaan Materi Tilawah dari peserta Jawa Tengah sudah maksimal
ketika diadakan pelatihan, pembinaan, dan pemantapan sebelum berlaga di
MTQ Nasional. Namun semua itu belum bisa dimaksimalkan ketika tampil
di mimbar tilawah, hal itu karena masih banyak Qori’ dan Qori’ah yang
tidak didampingi oleh pelatih. Mereka mengarang lagu dan
mengaransemen irama dengan kemampuan sendiri, masih sering terjadi
kesalahan jali, dan kurang sempurna dalam hal fashohah adab.
Oleh karena itu LPTQ Jawa Tengah harus memperbanyak pelatih
yang diikutkan ke MTQ Nasional, jangan memperbanyak Official. Karena
terkadang setiap peserta tampil dalam waktu yang bersamaan, baik
golongan anak-anak, remaja, dan dewasa. Setiap golongan hendaknya
didampingi oleh seorang pelatih yang ahli dan profesional, agar peserta
bisa tampil lebih maksimal dan terhindar dari kesalahan.
2. Mental
Mental sangat dibutuhkan oleh peserta dalam mengikuti MTQ.
Mental sangat berpengaruh terhadap penampilan di atas mimbar Tilawah.
Beberapa hal yang mempengaruhi mental yaitu, dukungan keluarga, sering
try out, Taqarrub kepada Allah, Keikhlasan, Akhlaqul karimah71.
Oleh karena itu, LPTQ Jawa Tengah harus segera mengambil
langkah dalam membina mental bagi para Qori’ dan Qori’ah. Secara
kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh setiap Qori dan Qori’ah dari
Jawa Tengah setara dengan para peserta dari Propinsi lain. Mereka sama-
sama mempunyai suara tinggi, nafas panjang, penguasaan irama dan lagu
yang baik dan inovatif, penguasaan tajwid yang baik dan benar, serta yang
lainnya yang berhubungan dengan dunia MTQ. Namun disini adalah
mental yang menjadi penentu untuk menjadi yang terbaik
Mental yang baik adalah dimana ketika berlomba tidak ada rasa
grogi, minder, atau bahkan takut dengan lawan-lawan dari propinsi lain.
LPTQ Jawa Tengah harus memacu semangat para peserta agar tidak grogi
atau demam panggung dengan seringnya mengadakan studi banding ke
daerah lain. Selain itu harus memberikan pengertian dan penjelasan
kepada para Qori’ dan Qori’ah untuk selalu berusaha meningkatkan usaha
batiniah secara individu. Usaha batin tersebut bisa dilakukan dengan