Top Banner
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, danpleura. 1 Menurut kelompok umur Balita, insidens ISPA diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode.Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. 2 . ISPAmerupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) . Ia juga merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun di Indonesia. Hasil dari RISKESDAS 2013, period prevalence ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25%. Lima provinsi yang mempunyai insidens dan prevalensi ISPA tertingggi adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur. 3 1
43

Faaza Evprog Final

Jan 29, 2016

Download

Documents

Santi Lestari

sss
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Faaza Evprog Final

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)adalah penyakit infeksi yang menyerang

salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga

alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga

tengah, danpleura.1

Menurut kelompok umur Balita, insidens ISPA diperkirakan 0,29 episode per

anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini

menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta

episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta),

China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing

6 juta episode.Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan

memerlukan perawatan rumah sakit.2. ISPAmerupakan salah satu penyebab utama

kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) . Ia juga

merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi penyebab utama kesakitan

dan kematian anak bawah lima tahun di Indonesia. Hasil dari RISKESDAS 2013, period

prevalence ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah

25%. Lima provinsi yang mempunyai insidens dan prevalensi ISPA tertingggi adalah

Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur.3

Berdasarkan gejala, ISPA dibagikan menjadi dua kelompok yaitu pneumonia dan

bukan pneumonia.Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli) dan merupakan penyebab utama kematian Balita baik di Indonesia maupun di

dunia. Penyakit inimalah lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS,

malaria dan campak, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini.4 Oleh karena

itu penyakit ini sering disebut sebagai Pembunuh Balita Yang Terlupakan (The Forgotten

Killer of Children)menurutUnicef/WHO 2006, World Pneumonia Day 2011.

Menurut World Health Oranisation(WHO) setiap tahun, pneumonia telah

menyebabkan kematian kira-kira 1.1 juta balita di seluruh dunia yaitu sebanyak 18%.

Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI

eksklusif,gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR,

kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena

Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di

1

Page 2: Faaza Evprog Final

Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi

terkini masih menunjukkan Streptococcuspneumonia, Haemophilus influenza dan

Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak.1

Menurut Riskesdas 2013, Terjadi kecenderungan yang meningkat untuk period

prevalence pneumonia semua umur dari 2,1 persen (2007) menjadi 2,7 persen (2013).

Period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun,

kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok

umur berikutnya.Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil.

Balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai

insiden pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%),

Bangka Belitung (34,8‰), Sulawesi Barat (34,8‰), dan Kalimantan Tengah (32,7%) .

Insidens tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%). 5Pneumonia balita lebih banyak dialami oleh kelompok penduduk dengan kuintil indeks

pemilikan terbawah (27,4%).5

Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984 dan sejak tahun 1990,

pengendalian penyakit ISPA menitikberatkan kegiatannya pada penanggulangan

pneumonia pada balita. Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian dasar akibat

pneumonia diataranya melalui penemuan kasus Pneumonia balita di pelayanan kesehatan

dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Menurut Riskesdas Provinsi Jawa Barat tahun

2007, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada balita baru mencapai 43.7% di

Jawa Barat dan 82.7% dikabupaten Karawang. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen

untuk mencapai Millenium Development Goals bidang kesehatan yang salah satunya

adalah menurunkan 2/3 kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015.4

Dalam usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian balita akibat Pneumonia

di Indonesia maka, UPTD Puskesmas Kutawaluya saat ini turut melaksanakan Program

P2ISP yaitu kegiatan cakupan penderita pneumonia balita. Kegiatan ini bertujuan

meningkatkan cakupan penemuan dini dan tatalaksana pneumonia pada Balita di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya sekaligus menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas balita.Namun begitu,, kejadian penemuan penderita pneumonia balita masih

belum mencapai target yaitu 58,27% dari target 86%. Hal ini merupakan masalah di

Puskesmas Kutawaluya. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi program mengenai cakupan

penderita pneumonia balita karena belum diketahuinya keberhasilan program

P2ISPA(Pneumonia Balita) untuk periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014.6

2

Page 3: Faaza Evprog Final

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya

adalah :

1. Insidens ISPA diperkirakan 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151

juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang

2. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas

(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%)

3. MenurutWorld Health Oranisation(WHO)setiap tahun, pneumonia telah

menyebabkan kematian kira-kira 1.1 juta balita di seluruh dunia yaitu sebanyak

18%

4. Kematian Balita karena Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita

dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara.

5. Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia paling tinggi pada

kelompok umur 1-4 tahun (25,8%)

6. Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada balita di

Jawa Barat baru mencapai 43.7% dan di kabupaten Karawang 82.7%

7. Masih tinginya penderita kasus pneumonia pada bayi dan balita di wilayah kerja

Puskesmas Kutawaluya

8. Cakupan penemuan penderita pneumonia balita masih belum mencapai target

yaitu 58,27% dari 86%.

9. Belum diketahuinya keberhasilan program P2ISPA yaitu kegiatan cakupan

penderita pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Kutawaluya untuk periode

Januari2014 sampai dengan Desember 2014

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui masalah-masalah yang ditemukan dalam unsur-unsur

pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (Pneumonia Balita) secara menyeluruh agar dapat meningkatkan

cakupan penemuan dini dan tatalaksana pneumonia pada Balita serta

menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Balita di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014

dengan pendekatan sistem.

3

Page 4: Faaza Evprog Final

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya jumlah dan cakupan penderita pneumonia balita di

Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Januari 2014 sampai dengan

Desember 2014.

2. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penentuan diagnosis penderita

pneumonia balita di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Januari

2014 sampai dengan Desember 2014.

3. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pengobatan penderita pneumonia

balitadi Puskesmas Kutawaluya Karawang periodeJanuari 2014 sampai

dengan Desember 2014.

4. Diketahuinya jumlah rujukan kasus pneumonia balitadi Puskesmas

Kutawaluya Karawang periode Januari 2014 sampai dengan Desember

2014.

5. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penyuluhan baik secara kelompok

maupun perorangan mengenai Infeksi Saluran Pernapasan Akut khususnya

mengenai pneumonia balitadi Puskesmas Kutawaluya Karawang periode

Januari 2014 sampai dengan Desember 2014.

6. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pelatihan kader untuk mendeteksi dini

penderita pneumonia balitadi Puskesmas Kutawaluya Karawang

periodeJanuari 2014 sampai dengan Desember 2014.

7. Diketahuinya cakupanpelaksanaan pencatatan dan pelaporan penderita

pneumonia balita di Puskesmas Kutawaluya Karawang periodeJanuari 2014

sampai dengan Desember 2014.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Evaluator

i. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.

ii. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur program, khususnya

program kesehatan.

iii. Mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang program pemberantasan

penyakit infeksi saluran nafas akut.

4

Page 5: Faaza Evprog Final

iv. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-

langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi

i. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.

ii. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di

bidang kesehatan dan masyarakat.

1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

i. Dengan adanya masukan-masukan berupa hasil evaluasi dan beberapa saran-

saran sederhana maka diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi

UPTD Puskesmas Kutawaluya, dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas

program P2ISPA (Pneumonia Balita) maupun program-program lainnya,

sehingga mutu dari pada pelayanan Puskesmas ini dapat dirasakan oleh

seluruh masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan.

ii. Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan

kemampuan Puskesmas Kutawaluya untuk dapat melaksanakan program

pemberantasan ISPA (pneumonia balita) dengan lebih baik.

1.4.4. Bagi Masyarakat

i. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmas.

ii. Menjadi media informasi,komunikasi dan edukasi bagi masyarakat tentang

pentingnya Program P2ISPA (Pneumonia) Balita di UPTD Puskesmas

Kutawaluya, selain untuk mengetahui masalah kependudukan, juga untuk

meningkatkan kesejahteraan dan taraf ekonomi masyarakat itu sendiri.

1.5 Sasaran

Semua balita yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2014

sampai dengan Desember 2014.

5

Page 6: Faaza Evprog Final

Bab II

Materi dan Metode

2.1 Materi

Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan bulanan hasil kegiatan Puskesmas mengenai

Program Pemberantasan Infeksi Saluran Pernapasan Akut(Pneumonia Balita) di UPTD

Puskesmas Kutawaluya periodeJanuari 2014 sampai dengan Desember 2014.

1. Antara lain:

a. Penemuan penderita pneumonia balita

b. Penentuan diagnosa pneumonia balita

c. Pengobatan penderita pneumonia balita

d. Rujukan penderita pneumonia balita

e. Penyuluhan ISPA khusnya pneumonia balita

f. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader pneumonia

g. Pencatatan dan pelaporan mengenai kasus pneumonia balita

2. Data kependudukan (demografi) dari Kecamatan Kutawaluya tahun 2014( lampiran

II gambar 1 dan tabel 2)

2.2 Metode

Dilakukan pengumpulan data, analisis data dan pengolahan data sehingga dapat

digunakanuntuk menyelesaikan masalah P2ISPA yaitu kegiatan cakupan penderita

pneumonia balita di UPTD Puskesmas Kutawaluyaperiode Januari 2014 sampai dengan

Desember 2014 terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan pendekatan sistem. Evaluasi

dilakukan dengan cara mengetahui cakupan laporan bulanan program P2 ISPAdan PKP

(penilaian kinerja Puskesmas) di Puskesmas Kutawaluya lalu dibandingkan dengan tolok

ukur yang ditetapkan dalam mengevaluasi program P2ISPA (cakupan penderita

pneumonia Balita) sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan

program. Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

6

Page 7: Faaza Evprog Final

MASUKAN (1) PROSES (2)

KELUARAN (3)

UMPAN BALIK (4)

DAMPAK (5)

Bab III

Kerangka Teoritis dan Tolok Ukur

3.1 Bagan Teori

Kegiatan ini dilakukan dengan metode pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah prinsip

pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan

administrasi. Yang dimaksud sistem ialah kumpulan elemen atau komponen yang saling

berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain serta memiliki tujuan yang jelas.

Bagan 1: Sistem menurut Ryan

Menurut Ryan, sistemadalah gabungan dari elemen-elemen yang saling berhubungan oleh

suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya

menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Elemen-elemen tersebut adalah:

i. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

ii. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang

direncanakan.

iii. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

berlangsungnya proses dalam sistem.

7

Page 8: Faaza Evprog Final

iv. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang

merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem

tersebut.

v. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola

oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

vi. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.2 Tolok Ukur

Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan

sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi

masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program

tertentu.Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam

program P2ISPA (Pneumonia Balita).

Tolok ukur yang dipakai dalam mengevaluasi program P2ISPA(Pneumonia Balita) ini

adalah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota(Lampiran I).

8

Page 9: Faaza Evprog Final

BAB IV

Penyajian Data

4.1. Sumber Data

Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:

1. Laporan Bulanan P2 ISPA(cakupan penderita pneumonia balita)dan PKP

Puskesmas Kutawaluya Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 (Lampiran

VI ).

2. Data demografi dari Kutawaluya tahun 2014.

4.2. Data Umum

4.2.1. Geografi

1. Luas Wilayah dan Batas-batas

a. Lokasi : Gedung Puskesmas Kutawaluya terletak di Jl. Raya sampalan,

kecamatan Kutawaluya, kabupaten karawang. 7

Luas wilayah kerja puskesmas : 2.340 Ha ; yang terdiri dari tanah pertanian

1.638 Ha dan tanah darat 702 Ha, 7 desa, 29 Rw dan 96 RT, dan 29 dusun.

b. Batas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya:

1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kutamukti

2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rawamerta.

3) Sebelah Barat :Berbatasan dengan wilayah kerja PKM

Rengasdengklok

4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Cilebar.

2. Wilayah Administrasi

Luas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 2.340 Ha, yang mencakup 7

desa yaitu:

Desa Waluya

Desa Sampalan

Desa Sindangsari

Desa Sindangmulya

Desa Sindangkarya

Desa Sindangmukti

Desa Mulyajaya

9

Page 10: Faaza Evprog Final

4.2.2 Topografi

Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari

tanah pertanian seluas 1.638 Ha dan sisanya merupakan tanah darat (tanah dengan

berbagai kegunaan) seluas 702 Ha.

4.2.3 Geologi

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, kabupaten Karawang berada

pada dataran rendah berdekatan dengan laut.

4.2.4 Iklim

Sesuai dengan bentuk morfologinya Kutawaluya merupakan dataran rendah

dengan temperatur udara rata-rata 27-29 ºC.

4.2.5 Hidrografi

Kutawaluya mempunyai sedikit aliran sungai.

Gambar 1: Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya 6

4.2.6 Demografi

10

Page 11: Faaza Evprog Final

1. Jumlah penduduk Kelurahan Wilayah Kutawaluyaadalah 32991 jiwa, yang terdiri

dari :

a. Jumlah RT : 96 RT

b. Jumlah penduduk laki-laki : 17004 orang

c. Jumlah penduduk perempuan : 15987 orang

d. Jumlah KK : 16012 KK

e. Jumlah rumah tangga : 15643 rumah tangga

Data Umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 2.

2. Jumlah penduduk rentan di Wilayah Kutawaluya tahun 2014:

a. Jumlah bumil : 928 orang

b. Jumlah bulin : 887 orang

c. Jumlah Bayi : 859 orang

d. Jumlah Balita : 2012 orang

e. Neonatus : 102 orang

Data Umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 3

3. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Kutawaluya adalah 7 desa dengan luas wilayah 2.340 Ha, maka berarti rata-rata

kepadatan penduduk Kecamatan Kutawaluya adalah 14 Jiwa/ Ha.

4. Sebagian besar penduduk berpendidikan SD sebesar 40,35 % (13.311 orang).

Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 4

5. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar

29,34% (9680 orang)

Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 5

6. Sebagian besar penduduk di Kutawaluya merupakan penduduk miskin yaitu

sebesar 67,93% (19250 orang)

Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 77

4.2.7 Jenis sarana kesehatan

11

Page 12: Faaza Evprog Final

Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, antara

lain : (Keterangan : Data umum secara lengkap terdapat pada Lampiran II tabel 6 )

1. Puskesmas pembantu : 2 buah

2. Praktek perorangan

a. Dokter Umum : 1

b. Dokter Gigi : 1

c. Bidan : 18

3. Klinik 24 jam : 0

4. Paraji : 20orang

5. Dokter praktek swasta: : 1 orang

4.3 Data Khusus

4.3.1. Masukan

1. Tenaga

a. Dokter : 2 orang (sesuai tolok ukur 1 orang )

b. Bidan : 18 orang (sesuai tolok ukur 1 orang )

c. Petugas P2M : 1 orang(sesuai tolok ukur 1 orang )

d. Petugas administrasi : 1 orang(sesuai tolok ukur 1 orang )

e. Kader pneumonia : 50 orang (Ada)

2. Dana

Dana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia cukup.

Dana berasal dari:

”Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) ”

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

3. Sarana

Sarana medis:

a) Stetoskop : 3 buah

b) Termometer : 2 buah

c) Timbangan berat badan bayi : 1 buah

d) Timbangan berat badan dewasa : 1 buah

e) Sound timer : 2 buah

f) Senter : 1 buah

g) Antibiotik

a. Kotrimoksazol 480 mg : Tersedia cukup

12

Page 13: Faaza Evprog Final

b. Kotrimoksazol 240 mg/5ml : Tersedia cukup

h) Analgetik-antipiretik

a. Paracetamol 500 mg : Tersedia cukup

b. Paracetamol sirup 120 mg/5ml : Tersedia cukup

i) Antitusif- anti sesak

a. Gliseril guaiakolat : Tersedia cukup

b. Salbutamol : Tersedia cukup

Sarana non medis:

1) Gedung Puskesmas

a) Ruang pendaftaran : Ada

b) Ruang tunggu : Ada

c) Ruang untuk pemeriksaan pasien : Ada

2) Meubel Puskesmas

a) Lemari arsip : Ada

b) Lemari obat : Ada

c) Meja periksa : Ada

d) Kursi : Ada

e) Tempat tidur untuk memeriksa : Ada

f) Ruang tunggu : Ada

3) Pedoman tatalaksana ISPA : Ada

4) Brosur atau poster P2 ISPA : Ada

5) Alat administrasi (buku, alat tulis) : Ada

4. Metode

Program Penanggulangan ISPA dalam pelaksanaanya di lapangan dilakukan dalam

bentuk:

a. Penemuan penderita ISPA .

Penemuan penderita ISPA (pneumonia) dilakukan secara pasif (passive case

finding) yaitu penemuan penderita ISPA (pneumonia) yang datang berobat ke

Balai Pengobatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Puskesmas

Kutawaluya.

Penemuan penderita ISPA secara aktif dilakukan oleh petugas kesehatan bersama

kader menemukan penderita baru dan penderita pneumonia yang seharusnya

datang untuk kunjungan ulang 2 hari setelah berobat.

13

Page 14: Faaza Evprog Final

Penemuan penderita dilakukan melalui proses sebagai berikut:6

Menanyakan balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas

Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian

bawah ke dalam dan hitung napas

Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2

bulan – 5 tahun.

Melakukan klasifikasi balita batuk dan atau kesukaran bernapas;

pneumonia berat, pneumonia, dan batuk bukan pneumonia.

b. Penentuan Diagnosis ISPA.

Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan

melalui anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik

bayi dan balita dengan cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita

tenang, tidak menangis, tidak meronta) dengan menghitung frekuensi napas

menggunakan sound timer selama 60 detik.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, diagnosis ISPA pada bayi dan balita

diklasifikasikan sesuai pedoman tatalaksana pneumonia bayi dan balita oleh

Depkes yaitu: 5,8,9

1) Golongan umur < 2 bulan

a) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam yang kuat (TDDK kuat) atau adanya napas cepat, dengan

frekuensi napas lebih 60 kali per menit atau lebih.

b) Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai

tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak

adanya napas cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit.

2) Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun

a) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam (TDDK) pada saat anak menarik napas (saat diperiksa anak

harus dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).

b) Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

(TDDK). Adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:

2 bulan - 12 bulan : ≥ 50x/menit.

12 bulan - 5 tahun : ≥ 40x/ menit.

14

Page 15: Faaza Evprog Final

c) Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian

bawah ke dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan

frekuensi napas :

2 bulan - 12 bulan : < 50x/menit.

12 bulan - 5 tahun : < 40x/menit.

c. Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:

1) Golongan umur < 2 bulan

a) Pneumonia berat :

Rujuk segera ke rumah sakit.

Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksazol).

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada.

Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.

b) Batuk bukan pneumonia :

Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah /menjaga bayi

tetap hangat.

Memberi ASI lebih sering.

Membersihkan lubang hidung jika menggangu pemberian ASI.

Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasan menjadi cepat

atau sukar, kesulitan minum ASI, atau sakitnya bertambah

parah.

2) Golongan umur 2 bulan - 5 tahun

a) Pneumonia berat :

Rujuk segera ke rumah sakit.

Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada.

b) Pneumonia :

Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) selama 3 hari.

Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila

keadaan anak memburuk.

Obati demam, jika ada.

Obati wheezing, jika ada.

15

Page 16: Faaza Evprog Final

c) Batuk bukan pneumonia :

Jika batuk > 3 minggu rujuk.

Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

Obati demam, jika ada.

d. Rujukan Penderita ISPA.5

Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum

harus segera dirujuk ke Rumah Sakit. Tanda bahaya yang perlu diwaspadai :

1) Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang,

kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang,

wheezing, atau demam/terlalu dingin.

2) Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada

waktu anak tenang, atau gizi buruk.

e. Penyuluhan mengenai ISPA. 1,8

1) Perorangan.

Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua

penderita ISPA saat membawa anaknya berobat di Puskesmas Kutawaluya

dengan memberikan informasi mengenai tanda, bahaya dan cara mencegah

ISPA(Pneumonia).

2) Kelompok.

Penyuluhan ISPA dilaksanakan terhadap kelompok masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Kutawaluya melalui metode ceramah, diskusi kelompok dan

poster.

f. Pelatihan Kader.1

Pelatihan kader Pneumonia dilaksanakan minimal setahun sekali dengan

tujuan memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai

gejala penyakit ISPA ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi

16

Page 17: Faaza Evprog Final

napas dengan mengunakan sound timer atau jam tangan, serta usaha – usaha

pencegahan ISPA.

g. Pencatatan dan pelaporan.

Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan

tahunan.

Kasus ISPA (Pneumonia) dilaporkan dalam formulir LB1.

4.3.2 Proses

4.3.2.1 Perencanaan

Ada perencanaan tertulis mengenai:

1) Penemuan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilaksanakan penemuan kasus

ISPA oleh dokter umum atau perawat terhadap pasien bayi dan balita yang

dibawa oleh orang tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul

08.00-12.00 WIB.5

2) Penentuan diagnosis ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan penentuan diagnosis

ISPA berdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik oleh dokter umum atau perawat atau bidan yang bertugas di

poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.

3) Pelayanan pengobatan penderita ISPA (Pneummonia): Akan dilakukan oleh

dokter umum atau perawat, bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,

pukul 08.00-12.00 WIB, sesuai pedoman tatalaksana ISPA.

4) Rujukan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan rujukan bila ditemukan

penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat

pada setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.

5) Penyuluhan ISPA ( Pneumonia)

a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik

wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA kepada orang tua

penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-

17

Page 18: Faaza Evprog Final

12.00 WIB.

b. Kelompok: Direncanakan satu kali setiap bulan.

6) Pelatihan kader: Direncanakan untuk dua desa yang kadernya belum pernah

mendapat pelatihan. (Sindangsari & Sindangmukti)

7) Pencatatan dan pelaporan

a. Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerja.

b. Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan

oleh petugas P2ISPA.

4.3.2.2 Pengorganisasian

Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:

Bagan 2. Struktur organisasi bagian Pengendalian ISPA Puskesmas Kutawaluya6

Pengorganisasian dalam program Pengendalian ISPA dibagi berdasarkan jabatan:

a.Kepala Puskesmas (dr. Cucu):

- Sebagai penanggung jawab program.

- Monitoring pelaksanaan Pengendalian ISPA tingkat kecamatan.

- Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Pengendalian ISPA di wilayah

kerja.

b. Koordinator Pengendalian ISPA (Ibu E. Wina Winangsih, S.Kep ):

1. Penanggung jawab petugas Operasional Pengendalian ISPA

2. Penanggung Jawab Surveilance Penyakit

3. Pelaksana Program Pengobatan.

18

Kepala puskesmas

Dr. Cucu Siti Minpalah , M.Kes

Koordinator Pengendalian Penyakit Menular/ ISPAIbu E. Wina Winangsih, S.Kep

Tata Usaha

Kader tiap desa

Page 19: Faaza Evprog Final

4.3.2.3 Pelaksanaan:

1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia): dilakukan secara passive case finding

oleh dokter umum atau perawat di BPU dan MTBS setiap hari kerja, pukul

08.00-12.00 WIB.

2. Penentuan diagnosis penderita ISPA (pneumonia): dilakukan oleh dokter umum

atau perawat, bidan sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari

kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.

3. Pengobatan penderita ISPA: dilakukan oleh dokter umum atau perawat, bidan

sesuai pedoman penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul

08.00-12.00 WIB.

4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia): tidak dilakukan rujukan karena tidak

didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Januari 2014 - Desember

2014 di Puskesmas Kutawaluya.

5. Penyuluhan ISPA : Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui

wawancara orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada setiap hari kerja,

pukul 08.00-12.00 WIB oleh dokter umum atau perawat. Penyuluhan kelompok

tidak dilaksanakan setiap bulan, selama tahun 2014 baru dilaksanakan kali.

6. Pelatihan kader : tidak dilaksanakan karena keterbatasan biaya dari dinas

kesehatan.

7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan pengisian

formulir SP2TP melalui format LB Program P2ISPA . Laporan dilakukan setiap

bulan sebelum tanggal 5 setiap bulan.

4.3.2.4 Pengawasan

1. Melalui pencatatan setiap hari dan pelaporan yang dilaksanakan dalam bentuk

laporan bulanan, pkp (penilaian kinerja puskesmas) dan tahunan oleh petugas

P2ISPA.

2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Kutawaluya

12x/tahun.

4.3.3 Keluaran Penemuan penderita ISPA (pneumonia)

Angka insiden ISPA (Pneumonia) 10% - 20% per tahun.

Jumlah perkiraan/ target penemuan bayi dan balita penderita pneumonia

19

Page 20: Faaza Evprog Final

= insiden pneumonia bayi dan balita x jumlah bayi dan balita

= 10% x 3232 = 323,3 (dibulatkan menjadi 323).

Cakupan Penderita Pneumonia Balita ( Lampiran III, VI)

Target penemuan bayi dan balita penderita pneumonia dalam satu tahun (target

absolut satu tahun: 86%)

: 86%x 323 = 277, 78 (dibulatkan menjadi 278)

Atau 278/12 = 23 pasien Balita/bulan

Penemuan penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya (lampiranVI)

Pneumonia : 162 kasus

Bukan Pneumonia : 2265 kasus

Jumlah penderita pneumonia bayi dan balita yang ditangani di satu wilayah kerja pada

kurun waktu satu tahun

: 162

Cakupan Penderita Pneumonia Balita

Cakupan bayi dan

balita

Dengan

pneumonia yang

ditangani

=

Jumlah penderita pneumonia bayi dan

balita yang ditangani di satu wilayah

kerja pada kurun waktu satu tahun

Jumlah perkiraan penderita

Pneumonia bayi dan balita di satu

wilayah kerja pada waktu

yang sama

x 100%

= 162278

×100 %

= 58,27%

Penentuan diagnosis ISPA (pneumonia)

Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia) sesuai metode

diagnosis oleh dokter

x 100%

Jumlah seluruh penderita ISPA (pneumonia) yang

20

Page 21: Faaza Evprog Final

didiagnosis

= 162162

×100 %

= 100%

3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (pneumonia)

Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standar

x 100%

Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati

= 162162

×100 %

= 100 %

4. Rujukan penderita ISPA (Pneumoni) tidak dilakukan = 0 %

Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia

berat sepanjang periodeJanuari 2014 sampai dengan Desember 2014.

5. Penyuluhan

a. Penyuluhan perorangan: 100% (dilakukan pada setiap kali kunjungan penderita

dengan diagnosis ISPA khusunya pneumonia balita).

b. Penyuluhan kelompok : 12 kali dalam satu tahun (100%).

6. Pelatihan kader kesehatan.

Tidak dilakukan pelatihan kader kesehatan karena keterbatasan biaya dari dinas

kesehatan.Puskesmas sudah mengajukan surat permintaan pelatihan kader namun

belum mendapatkan persetujuan dari dinkes.

7. Pencatatan dan pelaporan.

100 % dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program.

4.3.4 Lingkungan

Lingkungan Fisik

o Kepadatan penduduk

21

Page 22: Faaza Evprog Final

= Jumlah penduduk Kutawaluya

Luas wilayah Kutawaluya

= 32991 jiwa

2340 Ha

= 14 jiwa per Ha

o Lokasi : Terdapat beberapa lokasi yang memiliki daerah akses sulit

o Transportasi : Sarana transportasi umum hanya ojek.

o Fasilitas kesehatan: Terdapat fasilitas kesehatan lain seperti klinik dan praktek `

dokter tetapi tidak teratur memberikan laporan temuan bayi

ataubalita dengan ISPA. 6

Lingkungan non fisik

o Perilaku masyarakat : Ada pemanfaatan puskesmas sebagai sarana pelayanan

kesehatan.

o Sosial budaya : Tidak menghambat program

o Sosial ekonomi : Menghambat program karena mayoritas memiliki

tingkat sosial ekonomi rendah.

o Status pendidikan : Rata-rata penduduk di wilayah Kutawaluya berstatus

pendidikan rendah.

4.3.5Umpan Balik

Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas dan lintas program untuk

mengevaluasi program yang telah dijalankan serta Rapat kerja dengan Dinas Kesehatan 1

bulan sekali.

4.3.6 Dampak

1. Langsung :

Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas ISPA (pneumonia): Belum dapat dinilai.

2. Tidak langsung :

a. ISPA (pneumonia) tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal: belum dapat dinilai.

Bab V

22

Page 23: Faaza Evprog Final

Pembahasan Masalah

5.1. Variabel Masalah

Tabel 1 : Variabel Masalah

No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan

Variabel

Cakupan Masalah

1 Keluaran Cakupan penderita Pneumonia Balita

Pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang ISPA (pneumonia balita)

86%

100%

58,27%

0%

27, 73%

100%

2 Masukan

Sarana : Sound timer

3 buah(100%)

2 buah(66,66%)

33,34 %

3 Proses Perencanaan Pelatihan kader

Dilakukan satu kali setahun

Tidak dilakukan (+)

4 LingkunganTransportasi

Fasilitas Kesehatan lain

Sosio ekonomi

Mendukung

Mendukung

Mendukung

Tidak

Tidak

Tidak

(+)

(+)

(+)

BAB VI

23

Page 24: Faaza Evprog Final

Perumusan Masalah

Dari pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (P2ISPA) Pneumonia Balita di Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2014 sampai

dengan Desember 2014 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:

1. Masalah menurut keluaran

a. Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 58,27%dari target 86%.

b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar

0%

2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :

a. Dari Masukan

-Kader Pneumonia sebanyak 50 orang dari jumlah seharusnya 70 orang (10

orang/ desa). Kader yang ada tidak aktif

-Hanya ada dua buah sound timer.

b. Dari Proses (Pelaksanaan)

1) Pelatihan bagi kader tidak dilaksanakan.

2) Fasilitas kesehatan lainnya kurang kooperatif dengan puskesmas

Kutawaluya dalam program P2ISPA(Pneumonia).

c. Dari lingkungan

1) Fisik

Sarana transportasi umum terbatas

2) Non Fisik

Sebagian besar penduduk berpendidikan rendah dan

bermata pencaharian sebagai petani.

BAB VII

24

Page 25: Faaza Evprog Final

Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran:

1. Cakupan penderita pneumonia balita hanya sebesar 58,27% dari target 86%.

Besar masalah :27,73%.

2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia) sebesar 0% dari

target 100%.

Tabel 7.1 Menetapkan Prioritas Masalah Ditetapkan Dengan Teknik Skoring

No Parameter Masalah

A B

1. Besarnya masalah 5 4

2. Akibat yang ditimbulkan 5 4

3. Keuntungan sosial karena selesainya masalah 5 5

4. Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai 3 3

5. Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan

masalah

2 3

Total 20 19

Koding :

5=sangat penting; 4=penting; 3=cukup penting; 2=kurang penting; 1=tidak penting.

Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, ditentukan prioritas masalah utama

yang harus diselesaikan, yaitu:

1. Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 58,27% dari target 86%. Besar

masalah 27, 73%.

2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0%

dari target 100%.

BAB VIII

25

Page 26: Faaza Evprog Final

Penyelesaian Masalah

8.1 Masalah 1

Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 58,27% dari target 86%. Besar masalah

27, 73 % .

1. Penyebab masalah :

a. Kurang kerjasama dengan Badan Pengobatan Swasta (BPS), pelaporan

dari BPS sering kali tidak masuk ke Puskesmas.

b. Penemuan kasus pneumonia balita dilakukan secara pasif

c. Tidak aktifnya kader pneumonia di desa dalam penemuan dan merujuk

kasus

d. Budaya masyarakat mengenal batuk 100 hari sehingga mereka

terlambat ke Puskesmas.

2. Penyelesaian masalah :

a. Kerjasama dengan BPS, meminta BPS melakukan pelaporan kasus ke

Puskesmas.

b. Mengadakan pelatihan dan refreshing mengenai Pneumonia secara

umum kepada kader yang dilakukan atas inisiatif programmer dengan

memanfaatkan sumber daya dari masyarakat dengan melakukan active

case finding pneumonia

c. Penyuluhan mengenai pneumonia dan bedanya dengan batuk 100 hari.

26

Page 27: Faaza Evprog Final

8.2 Masalah II

Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar

0% dari target 100%.

1. Penyebab masalah :

a. Dana APBD untuk pelatihan kader pneumonia dari Dinas kesehatan

Karawang tidak mencukupi sehingga puskesmas Kutawaluya belum

mendapat kesempatan kembali untuk mendapatkan pelatihan.

2. Penyelesaian masalah :

a. Mengajukan permohonan ke dinas kesehatan Karawang untuk

mendapatkan jadwal pelatihan kader pneumonia untuk puskesmas

kuawaluya di tahun 2015

b. Mengadakan pelatihan mengenai Pneumonia secara umum kepada

kader yang ada atas inisiatif programmer dengan memanfaatkan sumber

daya dari masyarakat.

27

Page 28: Faaza Evprog Final

Bab IX

Penutup

9.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada kegiatan cakupan

penemuan penderita pneumonia balita di Puskesmas kutawaluya periode

Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 yaitu:

1. Cakupan penderita pneumonia balita adalah sebesar 58,27%.

2. Cakupan penentuan diagnosis penderita pneumonia balita adalah sebesar 100%.

3. Cakupan pelaksanaan pengobatan penderita pneumonia balita adalah sebesar

100%

4. Jumlah rujukan kasus pneumonia balita tidak ada.

5. Cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok adalah sebesar 100%

6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita pneumonia balitaadalah

0%.

7. Pencatatan dan pelaporan penderita pneumonia balita dilakukan 100% sesuai

tolok ukur.

28

Page 29: Faaza Evprog Final

9.2 Saran

Agar kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia balitadi

Puskesmas Kutawaluya di periode yangakan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik,

maka Puskesmas sebaiknya memperbaiki masalah yang ada dengan penyelesaian masalah

sebagai berikut:

Disarankan kepada Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program untuk :

1. Bekerja sama dengan programmer bidang lainnya (lintas program) seperti bidang

promosi kesehatan dan bekerja sama dengan aparat desa (lintas sektor) untuk

melaksanakan penyuluhan penanggulangan ISPA khususnya mengenai

pneumonia balita

2. Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya contohnya kader di wilayah kerja

Puskesmas Kutawaluya untuk diikut-sertakan dalam kegiatan cakupan

penemuan penderita pneumonia balitasupaya seluruh kegiatan yang

direncanakan dapat direalisasikan.

3. Memotivasi kader pneumonia yang ada agar lebih aktif dalam penjaringan dan

pelaporan kasus pneumonia balita.

4. Membentuk struktur organisasi dan pembagian tugas yang teratur dalam

menjalankan kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia

balitasehingga tiap orang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing dengan, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur.

5. Mengajukan permohonan pelatihan kader ke dinas kesehatan untuk tahun 2015.

6. Melakukan pelatihan mengenai ISPA/Pneumonia secara umum kepada kader oleh

programmer dengan memanfaatkan sumber daya dari masyarakat.

Apabila saran ini dilaksanakan maka diharapkan masalah tersebut tidak akan terulang

pada pelaksanaan kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia balita di

Puskesmas Kutawaluya pada periode mendatang.

29

Page 30: Faaza Evprog Final

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita.

Ditjen PPM-PLP. Jakarta, 2011.

2. Ministry of Health Republic Indonesia. Demography and health survey. 2012. hal. 99.

3. Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Statistik

Penyakit Menular – Ditularkan Melalui Udara. Jakarta: 2013.

4. World Health Organization (WHO). Pengenalan Dini, Pelaporan, dan Manajemen

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ISPA yang Berpotensi Menimbulkan

Kekhawatiran. Diunduh dari: http://www.who.int/pdf pada tanggal 31 Desember

2014.

5. World Health Organisation(WHO). Millenium development goals, Tujuan 4:

Menurunkan Angka Kematian Anak.

6. Data Pencatatan dan Pelaporan Bulanan Periode Januari 2014 sampai dengan

Desember 2014 Program P2ISPA(Pneumonia) Puskesmas Kutawaluya.

7. Data Demografi UPTD Puskesmas Kutawaluya tahun 2014.

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Modul tatalaksana standar pneumonia. Jakarta, 2012.

9. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:2010.

30