EVALUASI PENATALAKSANAAN KELAINAN HEMATOLOGI PASCA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Lintang Antyaning Listuhayu NIM : 038114089 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006
171
Embed
EVALUASI PENATALAKSANAAN KELAINAN HEMATOLOGI … · evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada pasien kanker payudara di rsup dr. sardjito yogyakarta tahun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI PENATALAKSANAAN KELAINAN HEMATOLOGI
PASCA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Lintang Antyaning Listuhayu
NIM : 038114089
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2006
EVALUASI PENATALAKSANAAN KELAINAN HEMATOLOGI
PASCA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA
DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
TAHUN 2005
Oleh :
Lintang Antyaning Listuhayu
NIM : 038114089
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Tanggal 28 Maret 2007
Rita Suhadi, M.Si., Apt
ii
iii
A PESIMIST SEES A DIFFICULTY IN EVERY OPPORTUNITY,
AN OPTIMIST SEES AN OPPORTUNITY IN EVERY DIFFICULTY
(SIR WINSTON CHURCHIL)
Kupersembahkan karya ini untuk Allah SWT yang memberkati langkahku,
Papa dan Mamaku terkasih, yang selalu mendukung dan mendoakanku
Mas Nanda dan Mas Dika tersayang, yang selalu membantuku dan memberikan
semangat Lambang tercinta,
yang selalu menemaniku dan mencintaiku Sahabatku Rani,
Yang selalu mendukungku Teman-teman angkatan 2003
dan Almamaterku
iv
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Penatalaksanaan Kelainan
Hematologi Pasca Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta tahun 2005. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi pada
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ibu dr. Siti Sundari, SpM., M.Kes selaku Direktur SDM dan Pendidikan
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin penelitian
kepada penulis di Instalasi Catatan Medis RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
2. Bapak Dr. Osman Sianipar, DMM, M.Sc,.Sp.PK(K) selaku Kepala Bagian
Pendidikan dan Penelitian yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada
penulis
3. Ibu Siti Aminah, APP, SPd selaku Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian
Sub Bagian Keperawatan dan Non Medis yang berkenan memberikan ijin
penelitian kepada penulis
4. Ibu Sri Sukardiyatmi atas bimbingan dan bantuan dalam memperoleh ijin
penelitian kepada penulis
5. Ibu Endang Suparniati, M.Kes selaku Kepala Instalasi Catatan Medis yang
berkenan mengijinkan penulis mengambil data
6. Ibu Budi Kuswandari dan Bapak Sumardi yang telah membantu penulis
selama proses pengambilan data
7. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing dan penguji yang
telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi
ini
v
8. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
9. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Abu Seri yang telah memberikan informasi dan bimbingan kepada
penulis selama penyusunan skripsi
11. Papa dan mama terkasih, atas doa dan bimbingan serta dukungannya kepada
penulis, semoga kita selalu dalam lindungan-Nya
12. Kakak-kakakku tersayang, Mas Nanda dan Mas Dika yang selalu memdoakan
dan memberiku semangat dalam menyelesaikan skripsi ini
13. Keluarga besar Roemesam Soemopanitro, atas segala doa dan dorongan
semangatnya
14. Kekasihku tercinta, Ary Lambang Kusuma yang selalu menemaniku dan
Wawan yang telah memberikan semangat dan membantuku
16. Teman-teman Farmasi angkatan 2003 atas kebersamaannya selama ini
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya
namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftas pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Maret 2007
Penulis
Lintang Antyaning Listuhayu
NIM : 038114089
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
PRAKATA ................................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi
Yogyakarta TAHUN 2005 ....................................................... 60
Tabel XLI DRPs, Pilihan obat tidak tepat pada pasien kanker payudara
pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005................................................................................ 64
Tabel XLII DRPs, Adverse drug reaction pada pasien kanker payudara
pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005................................................................................ 64
Tabel XLIII DRPs, Ketidakpatuhan pasien pada pasien kanker payudara
pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005................................................................................ 64
Tabel XLIV DRPs, Butuh tambahan terapi obat pada pasien kanker payudara
pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005................................................................................ 65
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Carcinoma mamae ...................................................................... 8
Gambar 2 Prosentase interval umur pasien kanker payudara di RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ................................................. 32
Gambar 3 Prosentase stadium kanker payudara di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005 ............................................................... 33
Gambar 4 Prosentase kombinasi terapi pasien kanker payudara di RSUP
DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.......................................... 34
Gambar 5 Prosentase kelas terapi pasien kanker payudara di RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ................................................. 36
Gambar 6 Angka kejadian kelainan hematologi pasien kanker payudara
pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 46
Gambar 7 Prosentase dampak pasien kanker payudara pasca kemoterapi
di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005........................... 61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin penelitian dari RSUP DR. Sardjito Yogyakarta .... 72
Lampiran 2. Data pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP
DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.................................... 73
Lampiran 3. Daftar Obat yang digunakan pasien kanker payudara pasca
kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.. 147
Lampiran 4. Daftar komposisi obat yang digunakan pasien kanker
payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005 ........................................................ 152
xvi
INTISARI
Kanker payudara menempati urutan pertama di dunia yang paling banyak menyerang wanita dan dapat menyebabkan kematian. Salah satu pengobatan kanker payudara dilakukan dengan kemoterapi. Penatalaksanaan kemoterapi dapat menimbulkan berbagai efek samping diantaranya kelainan hemalotogi seperti anemia, netropenia, trombositopenia, lekositosis dan trombositosis.
Terkait dengan hal tersebut, akan diteliti mengenai profil pasien kanker payudara, profil obat, persentase kasus kelainan hematologi, strategi penatalaksanaan, identifikasi Drug Related Problem’s (DRP) serta mengetahui dampak terapi kelainan hematologi pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif dengan menggunakan data rekam medik pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan metode statistik deskriptif.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari 72 pasien kanker payudara pasca kemoterapi, paling banyak pada usia 45-51 tahun (30%), pada stadium IV (38%) dan kombinasi terapi berupa operasi dan kemoterapi (67%), serta hipertensi (7 kasus) sebagai penyakit penyerta. Dari 72 pasien diperoleh 21 pasien mengalami kelainan hematologi dengan 21 kasus yaitu 16 kasus anemia, 8 kasus lekopenia/netropenia, 1 kasus trombositopenia ringan, 7 kasus lekositosis, 4 kasus trombositosis, 4 kasus potensial lekopenia/netropenia dan 3 kasus potensial trombositopenia. Dari hasil DRP diperoleh 7 kasus pilihan obat tidak tepat, 3 kasus Adverse Drug Reaction, 1 kasus ketidakpatuhan pasien, dan 17 kasus butuh tambahan terapi obat. Dari hasil penelitian juga diperoleh persentase dampak pasien dalam keadaan sembuh 14%, membaik 53%, dan belum sembuh 33%.
Kata kunci: kanker payudara, kemoterapi, kelainan hematologi, Drug Related Problem’s (DRP), dampak
xvii
ABSTRACT
The breast cancer occupies the first rank disease in the world which attack woman and can cause death. One of the breast cancer medicinal treatments is chemotherapy. Chemotherapy treatment can cause many side effects such as hematology disorder like anemia, netropenia, thrombocytopenia, leucocytosis, and thrombocytosis.
Interrelated with that, it will be analyzed about the profile of the breast cancer patient, medicine profile, hematology disorder case percentage, the management strategy, Drug Relation Problem (DRP) identification, and to know the breast cancer patient’s hematology disorder therapy outcome post-chemotherapy in RSUP DR. Sardjito in 2005.
The type of this research is a non experimental research with retrospective descriptive design which uses breast cancer medical record in RSUP DR. Sardjito Yogyakarta in 2005. The data analysis is done qualitatively with descriptive statistical method.
According to the research result, it is found that from 72 breast cancer chemotherapy patients, most of them is in the age of 45-51 years old (30 %), in the stage IV (38%), and therapy combination which is most done is surgery and chemotherapy (67%), and hypertension (7 cases) as accompanying disease. From 72 patients, it can be obtained 21 patients which have hematology disorder with 21 cases which consist of 16 anemia cases, 8 leucopenia/ netropenia cases, 1 mild thrombocytopenia cases, 7 leucocytosis cases, 4 thrombocytosis cases, 4 acute leucopenia/netropenia potential cases, 3 thrombocytopenia potential cases. From the result of DRP, it is found 7 wrong drug cases, 3 adverse drug reaction cases, 1 cases of inappropriate compliance, and 17 cases of need for additional drug therapy. From the research result, the percentage of the outcome is that 14 % patient is secured, 53 % becomes better, and 33 % is not yet secured.
Key words: breast cancer, chemotherapy, hematology disorder, Drug Related Problem (DRP), outcome
xviii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker payudara menempati urutan pertama di dunia dengan jumlah
penderita yang diperkirakan sekitar 1.178.562 orang sedangkan di Indonesia
sekitar 114.649 orang penderita (Anonim, 2005a). Menurut Tjahjadi (cit., Pane,
2002), kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Hampir dua per tiga penderita kanker
didunia berada di negara berkembang. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar 7 juta.
Survei yang terakhir di dunia menunjukkan tiap 3 menit ditemukan penderita
kanker payudara dan setiap 11 menit ditemukan seorang wanita meninggal akibat
kanker payudara. Jumlah kasus yang banyak ditemui sekitar 70% penderita
kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).
Kanker Payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma
yang ganas yang berasal dari parenchyma (Pane, 2002). Kanker payudara muncul
sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan
tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen
dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya (Anonim, 2005).
Pengobatan kanker payudara ini biasanya memang memanfaatkan beberapa
kombinasi terapi yaitu misalnya dengan operasi, kemoterapi, radioterapi, antibodi
monoklonal, dan terapi hormonal (Pane, 2002). Tingginya angka kekambuhan,
sesudah terapi dan masalah metastatis serta meningkatnya jumlah penderita setiap
1
2
waktu merupakan bukti bahwa penanganan kanker payudara masih perlu
ditingkatkan secara rasional (Soffah, 2005). Pemberian kemoterapi sebagai
pengobatan dengan menggunakan obat-obat antikanker dapat mengurangi masa
tumor dan meningkatkan kelangsungan hidup serta memperbaiki kualitas hidup
(Sutarni, 2003). Tetapi dengan pemberian kemoterapi ini belum mampu
menurunkan angka kematian meskipun terbukti dapat menurunkan angka
kekambuhan (Soffah, 2005).
Pada penatalaksanaan kemoterapi, obat antikanker yang digunakan
mempunyai indeks terapi yang sempit dan bekerja pada sel yang aktif sehingga
dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, banyak pasien takut menjalani
kemoterapi karena khawatir banyaknya efek samping yang terjadi diantaranya
mual-muntah, rambut rontok dan penurunan drastis jumlah sel darah. Penurunan
sel darah ini dapat berupa turunnya jumlah sel darah merah yang sering disebut
dengan anemia, dan turunnya jumlah sel darah putih terutama neutrofil yang
disebut netropenia, serta turunnya jumlah platelet dalam darah yang disebut juga
dengan trombositopenia. Jika pasien mengalami salah satu dari ketiga hal tersebut
maka keadaan pasien cenderung semakin memburuk bahkan meninggal akibat
terjadinya infeksi, pendarahan, atau infeksi bersama-sama dengan pendarahan
(Koda-Kimble, 2001). Komplikasi juga menjadi salah satu penyebab
memburuknya kondisi pasien bahkan dapat menyebabkan pasien tersebut
meninggal. Akibat adanya infeksi juga menyebabkan timbulnya kelainan
hematologi seperti lekositosis. Pendarahan yang berlebihan juga dapat
Cukup tingginya angka kejadian penyakit kanker payudara dan efek
samping yang ditimbulkan oleh obat kemoterapi maka kondisi ini cukup menarik
untuk diteliti sehingga penelitian ini lebih ditekankan pada penatalaksanaan
kelainan hematologi pasca kemoterapi. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul
“Evaluasi Penatalaksanaan Kelainan Hematologi Pasca Kemoterapi Pada Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Dokter Sardjito Yogyakarta Tahun 2005”.
Penelitian pasca kemoterapi pada pasien kanker payudara ini mengambil tempat
di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. RSUP DR. Sardjito Yogyakarta ini menjadi
pusat unggulan dalam bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian di kawasan
Asia Tenggara pada tahun 2010 serta sebagai rumah sakit rujukan dari rumah
sakit lain sehingga kemungkinan akan lebih banyak kasus yang terjadi. Mengingat
salah satu misi dari RSUP DR. Sardjito Yogyakarta adalah menyelenggarakan
penelitian dan pengembangan IPTEKDOK yang berwawasan global dan
humanistik (Anonim, 2004). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penetian ini di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat
dirumuskan dalam beberapa masalah mengenai evaluasi penatalaksanaan kelainan
hematologi pasca kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005 sebagai berikut ini:
a. Seperti apakah profil pasien kanker payudara dan jumlah kasus kelainan
hematologi yang terjadi pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005 meliputi: umur, stadium, kombinasi terapi dan penyakit penyerta?
4
b. Seperti apakah profil pengobatan yang meliputi: golongan obat dan jenis obat?
c. Seperti apakah strategi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca
kemoterapi?
d. Apakah terjadi Drug Related Problem’s (DRPs), yang meliputi: tidak perlu
terapi obat, pilihan obat tidak tepat, dosis terlalu rendah, adverse drug
reaction, dosis terlalu tinggi, ketidakpatuhan pasien, butuh tambahan terapi
obat?
e. Seperti apakah gambaran dampak terapi kelainan hematologi pasien kanker
payudara pasca kemoterapi meliputi sembuh, belum sembuh dan membaik?
2. Keaslian penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asli hasil karya penulis sendiri
sehingga bukan merupakan plagiat dari hasil penelitian orang lain. Ada beberapa
penelitian mengenai penatalaksanaan netropenia dan anemia pasca kemoterapi
pada kanker payudara yang salah satunya pernah dilakukan oleh Setyowati
(2005). Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati adalah Evaluasi
Penatalaksanaan Netropenia dan Anemia Pasca Kemoterapi Pada Kasus Kanker
Payudara di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2004. Selain itu juga
laporan penelitian oleh Suhadi (2006) yang berjudul Evaluasi Penatalaksanaan
Kelainan Hematologi Pasca Kemoterapi Pada Pasien Kanker Wanita Di Rumah
Sakit X Yogyakarta periode 2004.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian
dimana dengan lokasi yang berbeda maka kasus yang timbul akan berbeda dan
penelitian ini fokus perhatiannya tidak hanya pada anemia dan netropenia pasca
5
kemoterapi tetapi juga pada kelainan hematologi lainnya seperti trombositopenia,
lekositosis dan trombositosis serta dampak dari pasien kanker payudara itu sendiri
pasca kemoterapi. Evaluasi ini dilakukan identifikasi Drug Related Problem’s
(DRPs) dengan metode evaluasi klinik.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Dapat bermanfaat dalam menambah referensi serta sebagai sumber
informasi dalam penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada
pasien kanker payudara.
b. Manfaat praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dalam
penyusunan standar terapi pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta dan sebagai dasar untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi pasien kanker payudara pasca kemoterapi.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kanker payudara di
RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil pasien kanker payudara dan jumlah kasus kelainan
hematologi yang terjadi pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005 meliputi: umur, stadium, kombinasi terapi dan penyakit penyerta
6
b. Mengetahui profil pengobatan yang meliputi golongan obat dan jenis obat
c. Mengetahui strategi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi
d. Mengetahui terjadinya Drug Related Problem’s (DRPs), yang meliputi: tidak
perlu terapi obat, pilihan obat tidak tepat, dosis terlalu rendah, adverse drug
reaction, dosis terlalu tinggi, ketidakpatuhan pasien, butuh tambahan terapi
obat
e. Mengetahui gambaran dampak terapi kelainan hematologi pasien kanker
payudara pasca kemoterapi meliputi sembuh, belum sembuh dan membaik.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker Payudara
1. Definisi
Kanker secara umum merupakan penyakit yang berbeda dengan penyakit
lainnya yang ditandai dengan adanya pertumbuhan sel yang tidak terkontrol,
penyerbuan jaringan lokal dan menyebar ke jaringan lain di tubuh (Dipiro, 1997).
Kanker merupakan jenis tumor ganas yang sangat berbahaya. Kanker payudara
(Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal
dari parenchyma (Pane, 2002). Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel
yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan
tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-
perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya (Anonim, 2005b).
Hampir semua kanker membentuk benjolan (tumor) tetapi tidak semua
benjolan bersifat kanker atau ganas, sebagian besar bersifat jinak (tidak
berbahaya). Kanker dapat menyebar ke lokasi yang letaknya jauh dan
mengembangkan pembentukan abnormal kedua yang disebut metastatis (Anonim,
2000a). Kanker payudara akan memperlihatkan kekhasannya dalam menyerang
penderitanya. Keganasan kanker ini ditunjukkan dengan menyerang sel-sel
normal sekitarnya terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat
sekali sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya
(Anonim, 2005b).
7
8
2. Anatomi dan Fisiologi Payudara
KETERANGAN :
A.Duktus B.Lobules C.Bagian duktus yang dilatasi untuk menahan susu D.Puting susu E.Jaringan lemak F.Otot Pektoralis mayor G. Dinding dada,Tulang rusuk
Pembesaran : A.Sel-sel duktus normal B.Membran dasar C. Lumen (Pusat duktus)
Gambar 1. Carcinoma Mamae
Payudara (mammae) adalah kelenjar kulit yang didalam hidup ini
mengambil posisi begitu penting. Dibuat di kulit seperti kelenjar keringat yang
tidak terlihat, kelenjar ini tumbuh besar sebagai kelenjar susu (Jong, 2004).
Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 kelenjar yang masing-masing
tumbuh besar, unit-unit yang bersama-sama membentuk struktur kelenjar
payudara dan semuanya bermuara pada puting (Jong, 2004).
3. Epidemiologi Kanker Payudara
Kanker payudara menempati urutan pertama di dunia dengan jumlah
penderita yang diperkirakan sekitar 1.178.562 orang sedangkan di Indonesia
sekitar 114.649 orang penderita (Anonim, 2005a). Kanker payudara banyak
menyerang wanita yang berumur 35-50 tahun (Yuliani, 2000). Jumlah kasus yang
banyak ditemui sekitar 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium
lanjut (Moningkey, 2000). Oleh karena itu, kanker payudara masih merupakan
problem kesehatan yang harus dihadapi oleh banyak negara karena angka
kematian yang disebabkannya cukup tinggi.
9
4. Etiologi Kanker Payudara
Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya kanker payudara
tetapi sampai sekarang belum dapat diketahui penyebab pasti dari kanker
payudara (Pane, 2002). Riwayat keluarga, reproduksi, dan riwayat sebelumnya
menjadi faktor penyebab timbulnya kanker. Riwayat sebelumnya berupa biopsi
atau operasi payudara atau tempat lain dan pemakaian obat-obatan, hormon,
termasuk pil dan lama pemakaiannya. Riwayat reproduksi dapat dilihat dari umur
menstruasi pertama, frekuensi menstruasi, lama, teratur atau tidak, jumlah
kehamilan, riwayat menyusui dan umur menopause (Anonim, 2000b).
5. Patofisiologi
Secara patofisiologi dari kanker payudara dibagi menjadi 2 yaitu invasive
dan non-invasive. Dua bentuk pada non invasive carsinoma adalah ductal
carcinoma insitu dan lobular carcinoma insitu, sedangkan invasive carcinoma
dikategorikan pada histologikal yang berbeda tetapi pemberian namanya tidak
selalu berasal tumor yang timbul dari tempat itu (Underwood, 2001). Ductal
carcinoma insitu biasanya terdapat masa yang terdeteksi dengan mammografi,
sedangkan pada lobular carcinoma insitu tidak ada lesi yang teraba saat
mammografi justru ditemukan secara tidak sengaja saat biosi payudara.
6. Tanda dan Gejala
Gejala yang dapat timbul karena adanya kanker payudara adalah
timbulnya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan makin lama
benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. Selain itu juga dari
bentuk, ukuran, atau berat salah satu payudara berubah; timbul benjolan kecil
10
dibawah ketiak; keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu; kulit
payudara mengerut seperti kulit jeruk; bentuk atau arah puting berubah misalnya
puting susu tertekan ke dalam dan rasa nyeri yang luar biasa (Anonim, 2005b).
Tanda dan gejala yang timbul tergantung dari tingkat stadium yang dideritanya.
Keluhan yang timbul jika terjadi metastase adalah sakit tulang, sakit punggung,
batuk, sesak nafas, dan kelainan umum (Anonim, 2000b)
7. Klasifikasi dan Stadium Kanker Payudara
Klasifikasi stadium klinik pada kanker payudara yang digunakan di
seluruh pusat ilmu kedokteran adalah klasifikasi TNM yang ditemukan oleh
Denoix pada tahun 1962 (Pane, 2002).
Tabel I. Klasifikasi kanker payudara berdasarkan TNM
Tumor Primer Tx To Tis T1 Tmic T1a T1b T1c T2 T3 T4 T4a T4b T4c T4d
Kebut. min. untuk menilai tumor primer tidak ditemukan Tanpa bukti tumor primer Carsinoma insitu Diameter tumor terbesar < 2 cm Diameter tumor terbesar < 0,1 cm Diameter tumor terbesar > 0,1 cm dan < 0,5 cm Diameter tumor terbesar > 0,5 cm dan < 1 cm Diameter tumor terbesar > 1 cm dan < 2 cm Diameter tumor terbesar > 2 cm dan < 5 cm Diameter tumor terbesar > 5 cm Tumor dengan perluasan langsung ke dinding dada atau kulit Fiksasi ke dinding dada Edema (peau d’orange), ulserasi kulit atau nodul satelit T4a dan T4b Inflammatory carcinoma
Status limfonodi Nx No N1 N2 N3
Kebut. min. untuk menilai lymph regional tidak dapat ditemui Tidak ada metastase ke Inn. Axillaris ipsilateral Metastase ke lnn. Axillaris ipsilateral yang masih mobil Metastase ke lnn. Axillaris ipsilateral yang sudah fixed Metastase ke lnn. Supraclavicularis atau infraclavicularis ipsilateral atau edema lengan
Metastase jauh Mx Mo M1
Kebut. min. untuk menilai metastase tidak ditemui Tidak ada bukti metastase jauh Ada bukti metastase jauh
11
Tabel II. Stadium klinis kanker payudara Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium I T1 N0 M0
Stadium IIA T0 T1 T2
N1 N1 N0
M0 M0 M0
Stadium IIB T2 T3
N1 N0
M0 M0
Stadium IIIA T0 T1 T2 T3 T3
N2 N2 N2 N1 N2
M0 M0 M0 M0 M0
Stadium IIIB T4 Tiap T
Tiap N N3
M0 M0
Stadium IV Tiap T Tiap N M1
8. Diagnosis Kanker Payudara
Adanya perbedaan dalam penanganan tumor payudara yang jinak dengan
yang ganas sehingga diagnosis yang akurat dalam menentukan terapi sangatlah
penting. Diagnosis dini digunakan untuk mengetahui adanya kanker payudara
(Pane, 2002). Banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan Periksa
Payudara Sendiri (SADARI), foto toraks, mamografi kedua payudara,
laboratorium rutin, reseptor estrogen dan progesteron (ER&PR) apabila
memungkinkan, dan pemeriksaan lain atas indikasi berupa USG hepar, bone
survey, bone scanning. Selain itu pemeriksaan lain untuk memberikan diagnosis
yang lebih pasti yaitu dengan pemeriksaan histopatologi yaitu biopsi eksisi/insisi
dan potong beku, serta dengan triple diagnosis berupa klinis, mammografi dan
AJH/FNAB. (Anonim, 2000b)
9. Prognosis
Prognosis adalah ramalan kemungkinan perjalanan dan hasil akhir
gangguan (Anonim, 1998). Faktor yang mempengaruhi prognosis dan ketahanan
hidup penderita kanker payudara adalah besar tumor, perkembangan sel tumor,
12
skin oedema, jenis patologi, metastase, terapi dan reseptor estrogen serta umur dan
besar payudara (Pane, 2002).
10. Standar Terapi
Tujuan dari terapi kanker pada stadium dini (stadium I, II, IIIA) adalah
untuk menghilangkan sel kanker dan mencegah kekambuhan yang mungkin
terjadi sedangkan pada stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) lebih ke arah
pengobatan paliatif yaitu untuk memperbaiki kondisi pasien agar dapat bertahan
lebih lama. Pendekatan terapi berdasarkan stadiumnya, sebagai berikut:
a. Stadium dini/ operal
Pada stadium ini terapi yang dapat dilakukan adalah operasi, radiasi dan
adjuvant terapi. Operasi ini dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu mastektomi
radikal modifikasi dan Breast Conversing Treatment (BCT). Radiasi digunakan
untuk mencegah kekambuhan dan dikerjakan apabila radikalitas diragukan (pada
tumor bed dan KGB regional). Adjuvant terapi diberikan kemoterapi 6 siklus
(CMF) atau hormonal terapi tergantung status menstruasi, diberi jika KGB aksilla
positif.
b. Stadium lanjut
Stadium IIIB (Locally Advanced) dilakukan dengan kemoterapi 3-4
siklus kalau mungkin simple mastektomi atau mastektomi radikal modifikasi.
Kalau tidak mungkin dioperasi dapat dilakukan kemoterapi, radiasi dan hormonal.
Radiasi berupa loko regional. Kemoterapi yang dilakukan adalah kuratif 12 siklus
(CAF/CEF). Hormonal yang diberikan tergantung pemeriksaan reseptor estrogen.
(Anonim, 2000b)
13
Pada stadium IV, penderita dibagi 3 group yaitu:
1) Pre menopause : ooforektomi bilateral. Jika respon (+) tunggu relaps
kemudian diberikan tamoxifen atu lainnya. Jika (-) kemoterapi CMF/CAF
2) 1-2 tahun menopause : diperiksa efek estrogen. Jika efek (+) sesuai dengan
yang diatas yaitu diberikan tamoxifen atau lainnya. Jika (-) diberikan obat-
obatan hormonal additif/inhibitif.
3) Post menopause : obat-obatan hormonal additif/inhibitif. Apabila gagal
diberikan kemoterapi. Kemoterapi diberikan apabila keadaan umum
memungkinkan (CAF/CEF)
c. Keadaan khusus
1) Metastase otak, jika penderita simptomatik, diberikan radiasi otak total dengan
kombinasi kortikosteroid
2) Karsinomatosis meningeal, pilihan terapi adalah instilasi MTX intratekal
Operasi + Kemoterapi Operasi + Kemoterapi + Radioterapi
Operasi + Kemoterapi + Alternatif
Gambar 4. Persentase kombinasi terapi pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Hal ini menunjukkan bahwa pasien kanker payudara di RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta paling banyak menjalani kombinasi terapi berupa operasi dan
kemoterapi. Jika dilihat dari banyaknya jumlah pasien di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta berada pada stadium IV, maka jenis terapi yang paling tepat diberikan
adalah kemoterapi atau obat-obat hormonal sesuai dengan kategorinya. Jika
35
terdapat keadaan khusus seperti terjadi metastase akan diberikan beberapa terapi
tambahan menurut jenis metastase sesuai dengan stadar terapinya. Berdasarkan
data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar populasi sudah
mendapatkan kombinasi terapi tepat.
4. Jenis dan jumlah penyakit penyerta pasien kanker payudara
Berdasarkan rekam medik di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun
2005, pasien kanker payudara pasca kemoterapi juga ditemukan penyakit lain
yang menyertai penyakit kanker payudara dan sudah diderita oleh pasien pada saat
masuk dan didiagnosis kanker payudara. Oleh karena itu adanya penyakit
penyerta ini menyebabkan diperlukannya obat lain selain obat antikanker. Berikut
ini adalah jenis dan jumlah penyakit penyerta pada pasien kanker payudara pasca
kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 dan dapat dilihat dalam
tabel 5
Tabel V. Jenis dan jumlah penyakit penyerta pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Jenis penyakit Jumlah 1 Otitis media krobik benigna 1 2 Hipertensi 7 3 Diabetes 1 4 Asma presisten ringan 1 5 Dislipidemia 1 6 Hiperglikemi 1 7 AMI 1
B. Profil Pengobatan Kanker Payudara
Keberhasilan pengobatan yaitu tercapainya efek terapeutik yang diinginkan
dan efek samping yang akan ditimbulkan harus seminimal mungkin. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam keberhasilan pengobatan adalah ketepatan diagnosis,
36
ketepatan dalam pemilihan obat, ketepatan dosis dan cara penggunaan serta
ketaatan pasien dalam mengkonsumsinya. Oleh karena itu, penegakan diagnosis
penyakit sangat berperan dalam pemberian suatu obat. Pemeriksaan klinis dan
laboratorium serta riwayat pengobatan merupakan data yang dapat mendukung
dalam suatu penegakan diagonsis penyakit. Profil pengobatan pasien kanker
payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 merupakan gambaran
penggunaan obat-obatan untuk kasus kanker payudara di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005 dan secara khusus dapat dilihat berdasarkan parameter
berupa kelas terapi, golongan obat, jenis obat yang digunakan pada pasien kanker
payudara. Persentase distribusi kelas terapi pasien kanker payudara yang dapat
dilihat pada gambar 5.
34.7
19.4
5.5
48.6
1 4 3
63.8
26.3
11
100
12.5
65.3
13.8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
(%)
1GOLONGAN OBAT
KELAS TERAPI Obat susunan saraf
obat kardiovaskuler
obat saluran nafas
obat saluran cerna
obat ginjal dan saluran kemih
cairan untuk keseimbangan airelektrolit , dialisis dan nutrisi antidiabetik
vitamin, mineral, danmetabolitropikum anti infeksi
imunosupresan dan imunodulator
antineoplastik
obat yang mempengaruhi darah
anti emetik
sediaan tambahan
Gambar 5. Persentase kelas terapi pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
37
Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa obat-obat yang diterima oleh
pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 dapat
dikelompokkan dalam beberapa kelas terapi yaitu obat susunan saraf, obat
kardiovaskuler, obat saluran nafas, obat saluran cerna, obat ginjal dan saluran
kemih, anti alergi, cairan untuk keseimbangan air elektrolit, dialisis dan nutrisi,
anti diabetik, vitamin, mineral dan metabolitropikum, anti infeksi, imunosupresan
dan imunodulator, anti neoplastik, obat yang mempengaruhi darah, anti emetik
dan sediaan tambahan. Persentase kelas terapi obat yang diterima oleh pasien
kanker payudara dihitung berdasarkan pasien yang menerima kelas terapi tertentu
dibagi jumlah seluruh pasien yang diteliti ada 72 pasien kemudian dikalikan
100%.
Secara terperinci golongan dan jenis obat yang digunakan pada pasien
kanker payudara ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Obat susunan saraf
Penggunaaan obat golongan psikofarmaka dalam hal ini adalah
antiansietas dan anti insomnia dan hipnotika sedatif sebaiknya harus diperhatikan
dalam pemberiannya karena golongan obat tersebut mempunyai efek adiktif yang
sangat kuat dan jika digunakan berulang kali dapat menimbulkan toleransi.
Golongan anestetik ini biasanya digunakan untuk penanganan nyeri pasca operasi.
Anestetik lokal bekerja dengan cara menyebabkan blokade yang reversibel atas
konduksi sepanjang serat saraf. Pada penelitian ini analgetik biasanya
diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri sedang hingga berat yang biasanya
dialami pasien stadium IV yang mengalami metastase, demam dan sakit kepala.
38
Tabel VI. Golongan dan jenis obat susunan saraf pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Analgetik-Antipiretik Asam mefenamat
Parasetamol Sistenol®
Tramadol
3 2 7 3
4 3
10 4
2 Antiinflamasi non steroid, antipirai
Alopurinol Ibuprofen Na Diklofenak Ketoprofen Nimesulid
1 1 1 3 2
1 1 1 4 3
3 Analgetik narkotik Fentanil Garam morfin
1 6
1 8
4 Anestetik lokal Lidokain HCl 1 1 5 Anestetik umum Isofluoran 1 1 6 Induksi anestesi Natrium tiopental 3 4 7 Anti ansietas & anti insomnia Alprazolam
Penggunaan obat saluran cerna pada penelitian ini sebagian besar
diberikan saat pre medikasi untuk meminimalkan terjadinya efek samping akibat
40
obat kemoterapi. Selain itu juga diberikan untuk pasien yang mengalami
gangguan pencernaan serta untuk mengurangi keluhan-keluhan seperti nafsu
makan berkurang, diare serta mual-muntah.
5. Obat ginjal dan saluran kemih
Golongan obat ini terutama asam keto esensial ini digunakan untuk
memperbaiki fungsi ginjal yang terganggu.
Tabel X. Golongan dan jenis obat ginjal dan saluran kemih pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Lain-lain Asam keto essensial 1 1
6. Cairan untuk keseimbangan air elektrolit, dialisis dan nutrisi
Penggunaan golongan obat ini biasanya digunakan untuk pasien yang
kekurangan cairan elektrolit dan asupan nutrisi. Selain itu juga untuk mengatasi
rasa lelah dan lemas yang sering dialami oleh pasien kanker.
Tabel XI. Golongan dan jenis cairan untuk keseimbangan air elektrolit, dialisis dan nutrisi pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Cairan nutrisi parenteral Aminovel®
Tutofosin® Kalbamin®
2 1 1
3 1 1
2 Larutan keseimbangan cairan elektrolit
Kalium aspartat Kaen Mg 3®
1 2
1 3
7. Anti diabetik
Obat ini diberikan pada pasien yang mengalami diabetes. Selain itu,
diindikasikan untuk NIDDM ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan
dengan pengaturan asupan enrgi dan karbohidrat serta olahraga.
41
Tabel XII. Golongan dan jenis anti diabetik pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Anti diabetik oral Glikuidon 2 3
8. Vitamin, mineral dan metabolitropikum
Tabel XIII. Golongan dan jenis vitamin, mineral dan metabolitropikum pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Vitamin Neurobion®
Neurosanbe®
Neurodex®
Enervon C®
Grahabion®
Roborantin®
3 1 2 2
10 20
4 1 3 3
14 28
2 Multivitamin+mineral, anti oksidan
B-compleks® Become C®
Corsel® Legres®
Lesichol® Lycoxy®
Nerviton E®
Neurovit E®
Vitalene®
Glisodin®
Theragran-M®
1 1 4 2 2 1
25 1 1 2 1
1 1
5,5 3 3 1
25 1 1 3 1
3 Glikotropikum, nootropiks, neurotoniks
Mekobalamina Ginkobiloba ekstrak
1 1
1 1
4 Anti hiperlipidemia Gemfibrozil 2 3 Pada pasien kanker payudara rawan sekali terhadap malnutrisi. Hal ini
dikarenakan menurunnya nafsu makan atau bahkan meningkatnya kebutuhan
nutrisi. Jika malnutrisi sampai terjadi maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi
dan menurunkan kekebalan tubuh. Oleh karena itu sangat dibutuhkan tambahan
nutrisi untuk mengatasi dan memperbaiki kondisi pasien. Pemberian golongan
obat ini juga akan meingkatkan kekebalan tubuh. Penggunaan golongan obat ini
sebaiknya harus diperhatikan cara penggunaan dan dosisnya karena jika
berlebihan dalam penggunaannya dapat menyebabkan terjadinya keracunan.
42
9. Anti infeksi
Golongan ini digunakan untuk pasien yang mengalami infeksi. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah sel darah putih yang tinggi. Selain itu, penggunaan
antibiotika ini kemungkinan hanya sebagai profilaksis sehingga dapat mencegah
infeksi terutama infeksi nosokomial yang dapat memperparah kondisi pasien.
Golongan sefalosporin (11%) bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan
serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri sedangkan golongan
kuinolon (11%) bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase
yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri.
Tabel XIV. Golongan dan jenis anti infeksi pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Stimulus CSF dari sistem imun akan membantu pasien yang menjalani
pengobatan kanker. Granulating Stimulating Factor (G-CSF) berfungsi untuk
merangsang produksi sel-sel darah dan dapat meningkatkan dosis obat anti kanker
tanpa meningkatkan resiko infeksi atau kebutuhan akan transfusi komponen
darah. Dari 9 kasus lekopenia/netropenia baik berat maupun ringan dan 4 kasus
yang potensial lekopenia/netropenia, 9 kasus tidak mendapatkan terapi, 1 kasus
mendapatkan antibiotika dan vitamin, 1 kasus mendapatkan transfusi dan vitamin,
49
1 kasus hanya mendapatkan terapi antibiotika, dan 1 kasus mendapatkan terapi
haematopoetik.
3. Penatalaksanaan trombositopenia
Pada penatalaksanaan trombositopenia yang dilakukan oleh RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta belum ada acuan standar terapi karena cenderung pasien yang
mengalami trombositopenia tidak mendapatkan terapi. Pada pasien yang
mengalami trombositopenia sebaiknya diberikan terapi berupa transfusi platelet
untuk membantu meningkatkan angka platelet. Dari 1 kasus trombositopenia
ringan dan 3 kasus potensial trombositopenia semuanya tidak mendapatkan terapi.
4. Penatalaksanaan lekositosis
Pada penatalaksanaan lekositosis yang dilakukan oleh RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta adalah dengan memberikan antibiotika. Pemberian
antibiotika bisa untuk profilaksis atau kuratif. Pada penatalaksanaan lekositosis ini
paling baik adalah dengan antibiotika kuratif. Tujuan pemberian antibiotika
kuratif adalah untuk menyembuhkan infeksi yang sedang terjadi. Dari 7 kasus
lekositosis, 4 kasus tidak mendapatkan terapi dan 3 kasus mendapatkan terapi
antibiotika.
5. Penatalaksanaan trombositosis
Pada penatalaksanaan trombositosis yang dilakukan oleh RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta adalah dengan memberikan antibiotika. Jika terapi obat tidak
dapat menurunkan jumlah platelet hingga pada level normal, mungkin dapat
dilakukan dengan plateletpheresis yaitu pengambilan darah dari tubuh pasien,
menghilangkan platelet dari darah, dan mengembalikan daerah yang memiliki
50
platelet yang normal pada tubuh pasien. Dari 4 kasus trombositosis, 1 kasus tidak
mendapatkan terapi dan 3 kasus mendapatkan terapi antibiotika.
D. Drug Related Problem (DRPs)
Dari hasil evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pada pasien
kanker payudara terhadap DRPs tersebut diperoleh 7 kasus pilihan obat tidak
tepat, 3 kasus adverse drug reaction, 1 kasus ketidakpatuhan pasien, dan 17 kasus
butuh tambahan terapi obat. Berikut ini evaluasi DRPs yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel XX.Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada
kasus I di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.18.21.59, umur 40 tahun, masuk RS 9 Mei-16 Mei 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 1 Objective Hasil Laboratorium tanggal 9 Mei 2005 WBC : 20,5.103/μL (4-11) Neut : 10,3.103/μL (2,0-7,5) RBC : 4,29.106/μL (3,80-5,80) HGB : 11,4 g/dl (11,5-16,5) HCT : 35,3 % (40-54) PLT : 373.103/μL (150-450)
Pemeriksaan non laboratorium TD = 120/80 N = 100x R = 20x
Dilihat dari hasil laboratorium, pasien tersebut mengalami lekositosis tetapi dari data pengobatan tidak ada terapi untuk pengatasannya.
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasannya yaitu dengan pemberian
antibiotika. Kasus ini juga terjadi pada pasien dengan no RM. 1.19.03.51
51
Tabel XXI. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus II di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.18.74.84, umur 44 tahun, masuk RS 19 November-23 November 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae sinistra Stadium IV metastase otak dan hepar Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 5 Objective Hasil Lab tanggal 20 November 2005 WBC : 4,10.103 (4-11) RBC : 3,06.106 (3,80-5,80) HGB : 9,7 (11,5-16,5) HCT : 30,6 (40-54) PLT :211.103 (150-450) Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 120/70
Hasil Lab tanggal 22 November 2005 WBC : 4,87.103 (4-11) RBC : 3,36.106 (3,80-5,80) HGB : 10,7 (11,5-16,5) HCT : 33,8 (40-54) PLT : 239.103 (150-450)
Dilihat dari hasil laboratorium terlihat jelas bahwa pasien tersebut mengalami anemia ringan tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi untuk pengatasaannya.
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan anemia misalnya diberikan eritropoetin dan
memonitor hasil laboratorium untuk meminimalkan terjadinya pendarahan. Kasus ini juga terjadi pada pasien dengan no RM 1.19.91.07 Tabel XXII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi
pada kasus III di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.19.98.47, umur 53 tahun, masuk RS 10 November-14 November 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae dextra infiltratif T4N1M0Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 4 Objective Hasil Lab tanggal 10 November 2005 WBC : 3,43.103 (4-11) Neut : 1,7.103 (2,0-7,5) RBC : 3,38.106 (3,80-5,80) HGB : 10,4 (11,5-16,5) HCT : 32,4 (40-54) PLT : 170.103 (150-450) Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 110/70
Hasil Lab tanggal 13 November 2005 WBC : 6,93.103 (4-11) Neut : 3,4.103 (2,0-7,5) RBC : 3,50.106 (3,80-5,80) HGB : 10,8 (11,5-16,5) HCT : 33,8 (40-54) PLT : 188.103 (150-450)
Kelainan Hematologi Anemia ringan dan Lekopenia/netropenia ringan Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari hasil laboratorium, pasien tersebut mengalami anemia ringan dan lekopenia/netropenia ringan tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi khusus untuk pengatasannya.
Recomendation 1. Diberikan terapi tambahan untuk pengatasan netropenia dengan terapi faktor pertumbuhan sumsum
tulang Granulating Stimulating Faktor (G-CSF) dan dilakukan monitoring untuk meminimalkan efek samping yang akan terjadi
Kasus ini juga terjadi pada pasien dengan no RM 1.17.07.15; 1.18.42.65; 1.14.20.43; 1.18.42.64
52
Tabel XXIII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus IV di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 0.99.44.84, umur 52 tahun, masuk RS 2 Juli-9 Juli 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae sinistra residif Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 3 Objective Hasil Laboratorium tanggal 29 Juni 2005 WBC : 2,0.103 (4-11) Neut : 0,99.103 (2,0-7,5) RBC : 3,82.106 (3,80-5,80) HGB : 11,3 (11,5-16,5) HCT : 32,6 (40-54) PLT : 198.103 (150-450)
Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 120/70
Kelainan hematologi Lekopenia/netropenia berat Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari hasil laboratorium terlihat jelas bahwa pasien tersebut mengalami lekopenia/netropenia berat tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi untuk pengatasaannya.
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan netropenia dengan terapi faktor pertumbuhan
sumsum tulang Granulating Stimulating Faktor (G-CSF) dan memonitor hasil laboratorium untuk meminimalkan terjadinya infeksi.
pada kasus V di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.18.42.65, umur 38 tahun, masuk RS 18 Agustus-22 Agustus 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae Dextra T4N1M0 Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 3 Objective Hasil Lab tanggal 18 Agustus 2005 WBC : 3,9.103 (4,8-10,8) Neut : 1,95.103 (2,2-4,8) RBC : 4,05.106 (4,20-5,40) HGB : 11,9 (12,0-16,0) HCT : 37,2 (37,0-47,0) PLT : 387.103 (150-450)
Pemeriksaan non laboratorium TD = 110/80 IK = 70% N = 88x R = 16x
Dari data laboratorium terlihat jelas bahwa pasien mengalami lekopenia/netropenia ringan tetapi dilihat dari data pengobatan pasien tersebut tidak mendapatkan terapi sama sekali. Dan tetap dilakukan kemoterapi karena masih memenuhi syarat SS.
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan lekopenia/netropenia karena jika tetap
dilakukan kemoterapi akan memungkinkan terjadinya infeksi dan pendarahan. 2. Monitor hasil laboratorium untuk WBC, RBC, HGB, dan HCT terutama pasca kemoterapi.
Jika terus menurun sebaiknya diberikan terapi tambahan untuk menaikkan kadar sampai batas normal.
53
Tabel XXV. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus VI di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.20.95.18, umur 60 tahun, masuk RS 10 November-18 November 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae bilateral T4N2M1 Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 1 Objective Hasil Lab tanggal 10 November 2005 WBC : 10,0.103 (4-11) Neut : 4,89.103 (2,0-7,5) RBC : 3,79.106 (3,80-5,80) HGB : 10,2 (11,5-16,5) HCT : 30,2 (40-54) PLT : 496.103 (150-450)
Hasil lab tanggal 16 November 2005 WBC : 5,90.103 (4-11) Neut : 2,84.103 (2,0-7,5) RBC : 3,65.106 (3,80-5,80) HGB : 11,5 (11,5-16,5) HCT : 35,7 (40-54) PLT : 274.103 (150-450)
Kelainan Hematologi Anemia ringan, potensial lekopenia/netropenia dan potensial trombositopenia Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari data labotratorium, pasien mengalami anemia ringan dan terlihat jelas terjadi penurunan tajam pada angka WBC dan PLT sehingga pasien tersebut potensial mengalami lekopenia/netropenia dan trombositopenia.
Recomendation 1. Diberikan terapi tambahan untuk mencegah angka WBC dan PLT turun terus menerus dengan
diberikan terapi faktor pertumbuhan sumsum tulang G-CSF dan juga diberikan transfusi platelet dan monitoring hasil laboratorium selanjutnya.
pada kasus VII di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.19.98.47, umur 53 tahun, masuk RS 13 September-21 September 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae dextra T4N1M0Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 2 Objective Hasil Lab 13 September 2005 WBC : 1,29.103 (4-11) Neut : 0,7.103 (2,0-7,5) RBC :3,79.106 (3,8-5,8) HGB : 10,7 (11,5-16,5) HCT : 34,4 (40-54) PLT :97.103 (150-450)
Kelainan Hematologi Anemia ringan, Lekopenia/netropenia berat dan trombositopenia ringan Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari hasil laboratorium tanggal 13 September 2005, pasien tersebut mengalami anemia ringan, lekopenia/netropenia berat dan trombositopenia ringan. Tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi khusus untuk ketiganya, hanya diberikan antibiotika dari tanggal 13 September-19 September 2005.
Recomendation 1. Sebaiknya pasien tersebut diberikan eritropoetin untuk mengatasi anemia, sedangkan
netropenia dapat diberikan faktor pertumbuhan sumsum tulang Granulating Stimulating Faktor (G-CSF) dan trombositopenia dengan transfusi platelet.
54
Tabel XXVII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus VIII di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.20.51.99, umur 51 tahun, masuk RS 21 September-29 September 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae sinistra T4N1M0 metastase ke kelenjar getah bening Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 5 Objective Hasil Lab tanggal 21 September 2005 WBC : 34,9.103 (4-11) RBC : - (3,80-5,80) HGB : 12,0 (11,5-16,5) HCT : 36,6 (40-54) PLT : - (150-450) Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 130/80
Hasil Lab tanggal 29 September 2005 WBC : 11,23.103 (4-11) RBC : 4,61.106 (3,80-5,80) HGB : 13,1 (11,5-16,5) HCT : 41,1 (40-54) PLT : 333.103 (150-450) Obat yang diberikan: Nerviton E 1x1
Kelainan hematologi Lekositosis dan potensial lekopenia/netropenia Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari hasil laboratorium tanggal 21 September 2005, pasien tersebut mengalami lekositosis, kemudian dari hasil laboratorium selanjutnya tanggal 29 September 2005 pasca kemoterapi terjadi penurunan WBC yang sangat tajam sehingga pasien tersebut potensial mengalami lekopenia/netropenia dan dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi untuk mengatasi lekositosis dan hanya diberikan vitamin.
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan lekositosis dan diberikan terapi tambahan untuk
mencegah terjadinya lekopenia/netropenia dan monitoring hasil laboratorium selanjutnya Tabel XXVIII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi
pada kasus IX di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.18.59.10, umur 38 tahun, masuk RS 9 Juni-27 Juni 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae sinistra stadium lanjut Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 1 Objective Hasil Lab 9 Juli 2005 WBC : 16,18.103 (4-11) Neut : 12,24 (2,0-7,5) RBC : 3,66.106 (3,80-5,80) HGB : 10,6 (11,5-16,5) HCT : 32,2 (40-54) PLT :271.103 (150-450)
Hasil Lab 13 Juli 2005 WBC : 9,26.103
Neut : 6,04 RBC : 3,17.106
HGB : 9,0 HCT : 29,0 PLT : 277.103
Hasil Lab 25 Juli 2005 WBC : 7,04.103
Neut : 4,75 RBC : 3,88.106
HGB : 11,3 HCT : 35,3 PLT :212.103
Kelainan hematologi Anemia ringan, lekositosis dan potensial lekopenia/netropenia Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari hasil laboratorium tanggal 9 Juli 2005, pasien tersebut mengalami anemia ringan dan lekositosis, kemudian dari hasil laboratorium selanjutnya tanggal 13 Juli 2005 terjadi penurunan WBC yang sangat tajam dan memungkinkan terjadinya potensial lekopenia/netropenia, serta kadar HGBnya juga mengalami penurunan. Dari data pengobatan tidak ada terapi untuk mengatasi anemia, dan hanya diberikan antibiotika.
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan anemia, dan diberikan terapi tambahan untuk
mencegah terjadinya lekopenia dan netropenia. 2. Monitor hasil laboratorium terus menerus sampai kadar kembali normal dan untuk meminimalkan
terjadinya infeksi dan pendarahan
55
Tabel XXIX. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus X di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.19.96.49, umur 50 tahun, masuk RS 9 November-10 November 2005. Diagnosis masuk : Ca Mamae stad.IV metastase lymphangitis di paru kanan&kiri Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 5 Objective Hasil laboratorium tanggal 9 November 2005 WBC : 6,3.103 (4-11) RBC : 3,70.106 (3,80-5,80) HGB : 10,5 (11,5-16,5) HCT : 30,6 (40-54) PLT : 925.103 (150-450)
Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 360C TD = 110/70 N = 80x R = 18x
Kelainan hematologi Anemia ringan dan trombositosis Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari data labotratorium terlihat bahwa pasien mengalami anemia ringan dan trombositosis, tetapi tidak ada terapi untuk pengatasannya.
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasannya dan sebaiknya dilakukan monitor hasil
laboratorium tepat sebelum kemoterapi dan pasca kemoterapi untuk mencegah efek samping yang akan terjadi.
pada kasus XI di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.18.42.64, umur 45 tahun, masuk RS 8 September-10 September 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae Sinistra Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 3 Objective Hasil Laboratorium tanggal 8 September 2005 WBC : 2,88.103 (4-11) Neut : 0,99.103 (2,0-7,5) RBC : 3,45.106 (3,8-5,8) HGB : 10,6 (11,5-16,5) HCT : 31,9 (40-54) PLT : 175.103 (150-450)
Pemeriksaan non laboratorium TD = 120/70 N = 86 R = 20 Obat yang diberikan : Cyprofloxacin 2x500 mg Nerviton E 1x1
Dilihat dari data laboratorium, pasien tersebut mengalami lekopenia/netropenia, serta anemia ringan. Dianjurkan oleh pihak RS untuk membeli neupogen® tetapi tidak mampu, sehingga pasien memilih untuk pulang. Hal ini dikarenakan obat tersebut sangatlah mahal.
2. butuh tambahan terapi obat Dari data pengobatan pasien tersebut hanya diberikan antibiotika dan vitamin. Pasien perlu mendapatkan tambahan terapi untuk mengatasi anemianya.
Recomendation 1. Perlu diberikan alternatif obat lain untuk mengatasi lekopenia/netropenia sehingga dapat dilakukan
kemoterapi selanjutnya. Dan dilakukan monitor hasil laboratorium untuk WBC, neutrofil, RBC, HGB, dan HCT sampai kondisinya normal.
2. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan anemia, misalnya dengan pemberian obat anti anemia dan sebaiknya tidak diberikan transfusi karena memungkinkan terjadinya infeksi
56
Tabel XXXI. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus XII di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.20.04.64, umur 48 tahun, masuk RS 8 November-12 November 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae Dextra Ductal Infiltratif sedang Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 3 Objective Hasil Lab tanggal 10 November 2005 WBC : 2,59.103 (4-11) Neut : 1,4.103 (2,0-7,5) RBC : 3,65.106 (3,80-5,80) HGB : 9,7 (11,5-16,5) HCT : 31,3 (40-54) PLT : 302.103 (150-450)
Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 130/80 Obat yang diberikan : Grahabion 1x1
Kelainan hematologi Anemia ringan dan Lekopenia/netropenia ringan Penanganan Anemia dan lekopenia/netropenia Transfusi darah tanggal 10 November 2005 dan pemberian vitamin Identifikasi DRPs Assessment 1. Pilihan obat tidak tepat
Pemberian transfusi darah kurang tepat karena dapat menimbulkan reaksi imunologi dan potensi infeksi terutama pada kasus kanker yang imunosupresif
2. butuh tambahan terapi obat Dilihat dari hasil laboratorium, terlihat jelas bahwa pasien tersebut mengalami anemia ringan dan lekopenia/netropenia ringan tetapi dari data pengobatan tidak ada terapi obat yang mendukung untuk pengatasannya.
Recomendation 1. Alternatif lain untuk pengatasan anemia adalah diberikan eritropoetin dan untuk pengatasan
lekopenia/netropenia juga dapat diberikan terapi G-CSF untuk meminimalkan efek samping yang terjadi. Tabel XXXII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi
pada kasus XIII di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.20.95.18, umur 60 tahun, masuk RS 9 Desember-22 Desember 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae stadium IV. Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 2 Objective Hasil Lab 9 Desember 2005 WBC : 15,39.103 (4-11) Neut : 7,7.103 (2,0-7,5) RBC :3,79.106 (3,8-5,8) HGB : 9,3 (11,5-16,5) HCT : 30,9 (40-54) PLT : 578.103 (150-450)
Hasil lab 12 Des 05 WBC : 14,86.103
Neut : 7,45.103
RBC : 4,28.106
HGB : 10,3 HCT : 35,4 PLT : 550.103
Hasil lab 13 Des 05 WBC : 13,41.103
Neut : 6,7.103
RBC : 3,95.106
HGB : 9,6 HCT : 32,2 PLT : 503.103
Hasil lab 21 Des 05 WBC : 5,49.103
Neut : 2,74.103
RBC : 5,08.106
HGB : 12,8 HCT : 39,9 PLT : 444.103
Kelainan hematologi Anemia ringan, lekositosis, trombositosis, dan potensial lekopenia/netropenia Penanganan Anemia Transfusi darah tanggal 11 Desember 2005 Penanganan lekositosis dan trombositosis Pemberian antibiotika tanggal 14 Desember 2005 dan 17 Desember 2005 Identifikasi DRPs Assessment 1. Pilihan obat tidak tepat
Pemberian transfusi darah kurang tepat karena dapat menimbulkan reaksi imunologi dan potensi infeksi terutama pada kasus kanker yang imunosupresif
2. butuh tambahan terapi obat Dilihat dari data laboratorium, angka WBC tanggal 21 Desember 2005 mengalami penurunan yang sangat tajam pasca kemoterapi sehingga potensial dapat menyebabkan terjadinya lekopenia/netropenia.
Recomendation 1. Alternatif lain untuk pengatasan anemia adalah diberikan eritropoetin karena untuk meminimalkan efek samping yang
akan terjadi. 2. Pemberian terapi untuk netropenia pasca kemoterapi bila angka WBC turun terus menerus dengan diberikan terapi G-
CSF dan dilakukan monitor hasil laboratorium sampai ke keadaan normal.
57
Tabel XXXIII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus XIV di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.14.92.37, umur 36 tahun, masuk RS 6 Juni-13 Juni 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae Dextra Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 2 Objective Hasil Lab tanggal 6 Juni 2005 WBC : 5,18.103 (4-11) Neut : 2,6.103 (2,0-7,5) RBC : 3,41.106 (3,80-5,80) HGB : 7,9 (11,5-16,5) HCT : 26,9 (40-54) PLT : 247.103 (150-450)
Hasil lab tanggal 9 Juni 2005 WBC : 5,12.103 (4-11) Neut : 2,4.103 (2,0-7,5) RBC : 4,46.106 (3,80-5,80) HGB : 10,9 (11,5-16,5) HCT : 35,9 (40-54) PLT : 222.103 (150-450)
Hasil lab tanggal 12 Juni 2005 WBC : 7,65.103 (4-11) Neut : 3,83.103 (2,0-7,5) RBC : 4,11.106 (3,80-5,80) HGB : 10,1 (11,5-16,5) HCT : 33,4 (40-54) PLT : 157.103 (150-450)
Kelainan hematologi Anemia berat dan potensial trombositopenia Penanganan Anemia Transfusi darah 2 kolf/hari tanggal 7 Juni 2005 dan 9 Juni 2005 Identifikasi DRPs Assessment 1. Pilihan obat tidak tepat
Pemberian transfusi darah kurang tepat karena dapat menimbulkan reaksi imunologi dan potensi infeksi terutama pada kasus kanker yang imunosupresif
2. butuh tambahan terapi obat Dilihat dari data laboratorium, angka PLT tanggal 12 Juni 2005 mengalami penurunan yang sangat tajam pasca kemoterapi sehingga potensial dapat menyebabkan terjadinya trombositopenia
Recomendation 1. Alternatif lain untuk pengatasan anemia adalah diberikan eritropoetin karena untuk meminimalkan efek
samping yang akan terjadi. 2. Pemberian terapi untuk trombositopenia pasca kemoterapi bila angka PLT turun terus menerus dengan
diberikan terapi transfusi platelet dan dilakukan monitor hasil laboratorium sampai ke keadaan normal. Tabel XXXIV. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi
pada kasus XV di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.20.20.20, umur 44 tahun, masuk RS 10 Oktober-19 Oktober 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae sinistra stadium T4N0M0 (IIIB) Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 2 Problem : Anemia, lekositosis, dan trombositosis Riwayat : telah dilakukan kultur darah, tidak tumbuh, dilakukan K/S PUS jenis kuman Pseudomonas Auragenosa dan Enterobacter Aerogeaes dan diberikan antibiotika sesuai kultur. Objective Hasil Lab 10 Oktober 2005 WBC : 16,15.103 (4-11) Neut : 8,2.103 (2,0-7,5) RBC : 3,03.106 (3,8-5,8) HGB : 7,7 (11,5-16,5) HCT : 23,7 (40-54) PLT : 543.103 (150-450)
Hasil lab 13 Okt 05 WBC : 19,73.103
Neut : 10,1.103
RBC : 3,89.106
HGB : 10,4 HCT : 31,3 PLT : 481.103
Hasil lab 17 Okt 05 WBC : 21,78.103
Neut : 10,96.103
RBC : 3,81.106
HGB : 10,1 HCT : 30,7 PLT : 633.103
Obat yang diberikan: Inj. Ceftriaxone 1 g Cyprofloxacin 2x500 mg
Kelainan hematologi Anemia berat, lekositosis dan trombositosis Penanganan Anemia Transfusi darah 2 kolf tanggal 11 Oktober 2005 – 12 Oktober 2005 Penanganan Lekositosis dan trombositosis Memberikan antibiotik dari tanggal 13 Oktober 2005 – 18 Oktober 2005 Identifikasi DRPs Assessment 1. Pilihan obat tidak tepat
Pemberian transfusi darah kurang tepat karena dapat menimbulkan reaksi imunologi dan potensi infeksi terutama pada kasus kanker yang imunosupresif
Recomendation 1. Alternatif lain untuk pengatasan anemia adalah diberikan eritropoetin untuk meminimalkan efek samping
58
Tabel XXXV. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus XVI di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.20.91.59, umur 58 tahun, masuk RS 22 November-26 November 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae dextra T4N3M0Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 2 Objective Hasil Lab tanggal 22 November 2005 WBC : 5,81.103 (4-11) RBC : 3,63.106 (3,80-5,80) HGB : 9,6 (11,5-16,5) HCT : 31,2 (40-54) PLT : 360.103 (150-450) Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 110/70
Hasil Lab tanggal 24 November 2005 WBC : 5,04.103 (4-11) RBC : 4,0.106 (3,80-5,80) HGB : 10,6 (11,5-16,5) HCT : 33,9 (40-54) PLT : 331.103 (150-450) Obat yang diberikan : Grahabion 1x1
Kelainan hematologi Anemia ringan Penanganan Anemia Transfusi darah tanggal 23 November 2005 dan pemberian vitamin Identifikasi DRPs Assessment 1. Pilihan obat tidak tepat
Pemberian transfusi darah kurang tepat karena dapat menimbulkan reaksi imunologi dan potensi infeksi terutama pada kasus kanker yang imunosupresif
Recomendation 1. Alternatif lain untuk pengatasan anemia adalah diberikan eritropoetin karena untuk meminimalkan
efek samping yang akan terjadi. 2. Monitor hasil laboratorium untuk WBC, RBC, HGB, dan HCT terutama sebelum kemoterapi dan
pasca kemoterapi. Jika terus menurun sebaiknya diberikan terapi tambahan untuk menaikkan sampai batas normal.
Kasus ini juga terjadi pada pasien dengan no RM 1.20.35.58; 1.18.21.59; 1.19.16.22 Tabel XXXVI. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi
pada kasus XVII di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.19.96.49, umur 50 tahun, masuk RS 16 Agustus-22 Agustus 2005. Diagnosis masuk : Ca Mamae stad.IV metastase lymphangitis di paru kanan&kiri Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 1 Objective Hasil Laboratorium tanggal 16 Agustus 2005 Hb = 7,4 Hasil laboratorium tanggal 18 Agustus 2005 WBC : 6,1.103 (4-11)
Kelainan hematologi Anemia berat Penanganan Anemia Transfusi darah 2 kolf/hari tanggal 16 Agustus 2005 dan 17 Agustus 2005 Identifikasi DRPs Assessment 1. Pilihan obat tidak tepat
Pemberian transfusi darah kurang tepat karena dapat menimbulkan reaksi imunologi dan potensi infeksi terutama pada kasus kanker yang imunosupresif
Recomendation 1. Alternatif lain untuk pengatasan anemia adalah diberikan eritropoetin untuk meminimalkan efek
samping yang akan terjadi
59
Tabel XXXVII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus XVIII di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.18.21.59, umur 40 tahun, masuk RS 4 Juli-8 Juli 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 3 Objective Hasil Laboratorium tanggal 4 Juli 2005 WBC : 10,01.103 (4-11) Neut : 5,1.103 (2,0-7,5) RBC : 3,13.106 (3,80-5,80) HGB : 8,3 (11,5-16,5) HCT : 26,8 (40-54) PLT : 241.103 (150-450)
Hasil laboratorium tanggal 6 Juli 2005 WBC : 12,46.103 (4-11) Neut : 6,23.103 (2,0-7,5) RBC : 4,77.106 (3,80-5,80) HGB : 13,0 (11,5-16,5) HCT : 42,3 (40-54) PLT : 251.103 (150-450)
Kelainan hematologi Anemia ringan dan lekositosis Penanganan Anemia Transfusi darah tanggal 6 Juli 2005 Identifikasi DRPs Assessment 1. Pilihan obat tidak tepat
Pemberian transfusi darah kurang tepat karena dapat menimbulkan reaksi imunologi dan potensi infeksi terutama pada kasus kanker yang imunosupresif
2. butuh tambahan terapi obat Karena angka WBC meningkat, diperlukan tambahan terapi untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien tersebut.
Recomendation 1. Alternatif lain untuk pengatasan anemia adalah diberikan eritropoetin karena untuk meminimalkan efek
samping yang akan terjadi. 2. Diberikan terapi tambahan dengan memberikan antibiotika untuk pengatasan lekositosis yang terjadi TabelXXXVIII. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi
pada kasus XIX di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.18.74.58, umur 43 tahun, masuk RS 29 Juni-9 Juli 2005. Diagnosis masuk : Carcinoma Mammae stadium IV Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 1, demam netropenia Objective Hasil Laboratorium tanggal 29 Juni 2005 WBC : 0,6.103 (5-11) Neut : 0,3.103 (2,0-7,5) RBC : 3,38.106 (4,5-5,5) HGB : 9,8 (13-17) HCT : 30,5 (40-50) PLT : 197.103 (150-450) Hasil laboratorium tanggal 2 Juli 2005 Hb = 9,3 AL = 17,0 AT = 451.103
Hasil laboratorium tanggal 9 Juli 2005 WBC : 38,7.103 (5-11) RBC : 3,26.106 (4,5-5,5) HGB : 9,8 (13-17) HCT : 29,4 (40-50) PLT : 460.103 (150-450) Obat yang diberikan : Inj. leukokin Inj. Ceftum Inj. Cetazum
Kelainan hematologi Anemia ringan, lekopenia berat, lekositosis dan trombositosis Penanganan Lekopenia/netropenia Diberikan haemapoetik dan antibiotika golongan sefalosporin tanggal 29 Juni 2005 – 8 Juli 2005 Identifikasi DRPs Assessment 1. Adverse Drug Reactions
Dari hasil laboratorium tanggal 09 Juli 2005 pasca kemoterapi diperoleh WBC dan PLT pasien tersebut meningkat diatas normal. Hal ini dikarenakan obat kemoterapi.
Recomendation 1. Diberikan terapi untuk mencegah peningkatan WBC dan PLT dan dilakukan monitoring hasil laboratorium
60
Tabel XXXIX. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada kasus XX di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Subjective NO RM 1.19.98.47, umur 53 tahun, masuk RS 11 Oktober-14 Oktober 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae dextra T4N1M0Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 3 Objective Hasil Lab 11 Oktober 2005 WBC : 4,61.103 (4-11) RBC : 3,70.106 (3,8-5,8) HGB : 11,0 (11,5-16,5) HCT : 33,5 (40-54) PLT : 224.103 (150-450)
Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 125/75
Dilihat dari hasil laboratorium, angka PLT mengalami penurunan tajam sampai dibawah angka normal pasca kemoterapi sehingga pasien tersebut potensial mengalami trombositopenia.
2. butuh tambahan terapi obat Dari data pengobatan, pasien tersebut tidak menerima terapi obat untuk pengatasan trombositopenia.
Recomendation 1. Diberikan terapi tambahan untuk pengatasan trombositopenia yang terjadi dan dilakukan monitoring
untuk meminimalkan efek samping yang akan terjadi. Tabel XL. Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pasca kemoterapi pada
kasus XXI di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Subjective NO RM 1.18.74.84, umur 44 tahun, masuk RS 14 Oktober-20 Oktober 2005 Diagnosis masuk : Ca Mamae sinistra Stadium IV metastase ke lobus sinistra Keluhan : masuk untuk kemoterapi ke 4 Objective Hasil Lab tanggal 14 Oktober 2005 WBC : 3,26.103 (4-11) Neut : 1,6.103 (2,0-7,5) RBC : 3,73.106 (3,80-5,80) HGB : 11,7 (11,5-16,5) HCT : 35,7 (40-54) PLT : 202.103 (150-450) Pemeriksaan non laboratorium Suhu = 370C TD = 120/80
Hasil Lab tanggal 19 Oktober 2005 WBC : 5,16.103 (4-11) Neut : 2,6.103 (2,0-7,5) RBC : 3,39.106 (3,80-5,80) HGB : 10,7 (11,5-16,5) HCT : 32,5 (40-54) PLT : 209.103 (150-450)
Kelainan hematologi Lekopenia/netropenia ringan dan anemia ringan Identifikasi DRPs Assessment 1. butuh tambahan terapi obat
Dilihat dari hasil laboratorium terlihat jelas bahwa pasien tersebut mengalami lekopenia/netropenia ringan tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi untuk pengatasannya.
2. Adverse Drug Reactions Dari hasil laboratorium tanggal 19 Oktober 2005 pasca kemoterapi, terlihat bahwa HGB pasien tersebut mengalami penurunan. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan obat kemoterapi
Recomendation 1. Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan netropenia dengan terapi faktor pertumbuhan sumsum
tulang Granulating Stimulating Faktor (G-CSF) dan pengatasan untuk anemia yang terjadi pasca kemoterapi misalnya diberikan eritropoetin dan memonitor hasil laboratorium untuk meminimalkan terjadinya pendarahan.
61
E. Dampak Terapi Kelainan Hematologi Pasien Kanker Payudara Pasca Kemoterapi
Dalam penelitian ini sebagian besar pasien datang ke Rumah Sakit pada
tingkat stadium IV, padahal semakin tinggi tingkat stadium yang dideritanya maka
tingkat kesembuhan pasien itu sendiri akan semakin rendah. Tingkat kesembuhan
seorang pasien tergantung dari kesadaran diri pasien tersebut untuk melakukan
diagnosis dini adanya kanker payudara dengan SADARI atau pemeriksaan
mammografi.
Berdasarkan data yang diperoleh, dampak terapi kelainan hematologi pasien
kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Gambar7. Persentase dampak terapi kelainan hematologi pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Data tersebut diperoleh dari 21 pasien kanker payudara yang mengalami
kelainan hematologi dimana kelainan hematologi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat kesembuhan dari pasien kanker. Jika pasien
mengalami infeksi atau bahkan sampai terjadi pendarahan maka kondisi pasien
cenderung memburuk.
62
F. Rangkuman Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi penatalaksanaan kelainan
hematologi pasca kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005. Penelitian ini bersifat retrospektif dimana data yang
digunakan adalah data rekam medik. Dari data rekam medik diperoleh 72 pasien
kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Karakteristik pasien kanker
payudara di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 yang paling banyak
ditemukan pada interval umur 45-51 tahun sebanyak 30%, sedangkan berdasarkan
stadiumnya paling banyak ditemukan pada stadium IV sebanyak 32 kasus (45%),
serta kombinasi terapi yang paling banyak ditemukan adalah operasi dan
kemoterapi 67%. Jenis penyakit penyerta yang paling banyak dtemukan adalah
hipertensi dengan jumlah 7 kasus.
Dari hasil penelitian, profil pengobatan berdasarkan parameter kelas terapi
pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005 adalah obat susunan saraf 34,7%; obat kardiovaskuler 19,4%; obat
saluran nafas 5,5%; obat saluran cerna 48,6%; obat ginjal dan saluran kemih 1%;
anti alergi 1%; cairan untuk keseimbangan air elektrolit, dialisis dan nutrisi 4%;
anti diabetik 3%; vitamin, mineral dan metabolitropikum 63,8%; anti infeksi
26,3%; imunosupresan dan imunodulator 11%; antineoplastik 100%; obat yang
mempengaruhi darah 12,5%; anti emetik 65,3% dan sediaan tambahan 13,8%.
Dari 72 pasien kanker payudara pasca kemoterapi diperoleh 21 pasien yang
mengalami kelainan hematologi dengan jumlah kasus sebanyak 21 kasus yang
terdiri dari 3 kasus anemia berat, 13 kasus anemia ringan, 3 kasus
63
lekopenia/netropenia berat, 5 kasus lekopenia/netropenia ringan, 1 kasus
trombositopenia ringan, 7 kasus lekositosis, 4 kasus trombositosis, 4 kasus
potensial lekopenia/netropenia dan 3 kasus potensial trombositopenia.
Penatalaksanaan anemia yang dilakukan oleh RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
adalah dengan pemberian tranfusi darah dan obat antianemia dimana tidak
ditemukan pasien yang mendapatkan eritropoetin, sedangkan penatalaksanaan
netropenia adalah dengan terapi antibiotika dan haematopoetik. Pada
penatalaksanaan trombositopenia sama sekali tidak mendapatkan terapi,
sedangkan untuk penatalaksanaan lekositosis dan trombositosis juga dengan
pemberian antibiotika.
Dari 16 kasus anemia yang terjadi baik untuk anemia ringan maupun berat, 9
kasus tidak mendapatkan terapi, 6 kasus mendapatkan transfusi darah dan 1 kasus
mendapatkan transfusi dan vitamin. Dari 9 kasus lekopenia/netropenia baik berat
maupun ringan dan 4 kasus yang potensial lekopenia/netropenia, 9 kasus tidak
mendapatkan terapi, 1 kasus mendapatkan antibiotika dan vitamin, 1 kasus
mendapatkan transfusi dan vitamin, 1 kasus hanya mendapatkan terapi antibiotika,
dan 1 kasus mendapatkan terapi haematopoetik. Sedangkan dari 1 kasus
trombositopenia ringan dan 3 kasus potensial trombositopenia dimana semuanya
tidak mendapatkan terapi sama sekali. Dari 7 kasus lekositosis, 4 kasus tidak
mendapatkan terapi dan 3 kasus mendapatkan terapi antibiotika. Dari 4 kasus
trombositosis, 1 kasus tidak mendapatkan terapi dan 3 kasus mendapatkan terapi
antibiotika.
64
Evaluasi penatalaksanaan kelainan hematologi pada pasien kanker payudara
dalam kajian Drug Related Problems (DRPs) tersebut diperoleh 7 kasus pilihan
obat tidak tepat, 3 kasus adverse drug reaction, 1 kasus ketidakpatuhan pasien,
dan 17 kasus butuh tambahan terapi obat. Berikut ini ringkasan hasil evaluasi
DRP yang akan disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel XLI. DRPs, Pilihan obat tidak tepat pada pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Kasus Obat-Problem Assessment Recomendation XII Anemia ringan dan
Lekopenia/netropenia ringan
Pasien mengalami anemia dan netropenia ringan tetapi pasien diberikan transfusi darah
Pasien diberikan dengan terapi faktor pertumbuhan sumsum tulang G-CSF
XIII, XIV, XV,
XVI
Anemia ringan Pasien mengalami anemia ringan tetapi pasien diberikan transfusi darah
Pasien diberikan eritropoetin untuk merangsang pembentukan eritrosit
XVII, XVIII
Anemia berat Pasien mengalami anemia berat tetapi apsien diberikan transfusi darah
Pasien diberikan eritropoetin untuk merangsang pembentukan eritrosit
Tabel XLII. DRPs, Adverse drug reaction pada pasien kanker payudara pasca
kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Kasus Obat-Problem Assessment Recomendation XIX Lekositosis dan
trombositosis Dari hasil laboratorium tanggal 09 Juli 2005 pasca kemoterapi diperoleh WBC dan PLT pasien tersebut meningkat diatas normal. Hal ini dikarenakan obat kemoterapi
Diberikan terapi antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi
XX Potensial trombositopenia
Dilihat dari hasil laboratorium, angka PLT mengalami penurunan tajam sampai dibawah angka normal pasca kemoterapi sehingga pasien tersebut potensial mengalami trombositopenia
Perlu diberikan terapi tambahan untuk mencegah terjadinya trombositopenia dan monitoring hasil laboratorium selanjutnya
XXI Anemia ringan Dari hasil laboratorium tanggal 19 Oktober 2005 pasca kemoterapi, terlihat bahwa HGB pasien tersebut mengalami penurunan. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan obat kemoterapi
Perlu diberikan terapi eritropoetin dan monitoring hasil laboratorium selanjutnya
Tabel XLIII. DRPs, Ketidakpatuhan pasien pada pasien kanker payudara pasca
kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 Kasus Obat-Problem Assessment Recomendation
XI Anemia ringan dan Lekopenia/netropenia
ringan
Dilihat dari data laboratorium, pasien tersebut mengalami lekopenia/ netropenia, serta anemia ringan. Dianjurkan oleh pihak RS untuk membeli neupogen® tetapi tidak mampu, sehingga pasien memilih untuk pulang. Hal ini dikarenakan obat tersebut sangatlah mahal.
Perlu diberikan alternatif obat lain untuk mengatasinya tanpa memberatkan pasien sehingga dapat dilakukan kemoterapi selanjutnya. Dan dilakukan monitoring hasil lab selanjutnya.
65
Tabel XLIV. DRPs, Butuh tambahan terapi obat pada pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
Kasus Obat-Problem Assessment Recomendation I, XV Lekositosis Dilihat dari hasil laboratorium, pasien
tersebut mengalami lekositosis tetapi dari data pengobatan tidak ada terapi untuk pengatasannya.
Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasannya misalnya dengan pemberian antibiotika
II, XI Anemia ringan Dilihat dari hasil laboratorium terlihat jelas bahwa pasien tersebut mengalami anemia ringan tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi untuk pengatasaannya
Perlu terapi tambahan dengan memberikan eritropoetin dan monitor hasil laboratorium
III, XII Anemia ringan dan lekopenia/
netropenia ringan
Dilihat dari hasil laboratorium, pasien tersebut mengalami anemia ringan dan lekopenia/netropenia ringan tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi khusus untuk pengatasannya.
Perlu diberikan dengan terapi G-CSF dan monitor hasil laboratorium
IV Lekopenia/ netropenia berat
Dilihat dari hasil laboratorium terlihat jelas bahwa pasien tersebut mengalami lekopenia/netropenia berat tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi untuk pengatasaannya
Perlu diberikan dengan terapi G-CSF dan monitor hasil laboratorium
V, XXI Lekopenia/ netropenia ringan
Dari data laboratorium terlihat jelas bahwa pasien mengalami lekopenia/netropenia ringan tetapi dilihat dari data pengobatan pasien tersebut tidak mendapatkan terapi sama sekali. Dan tetap dilakukan kemoterapi karena masih memenuhi syarat SS
Perlu diberikan dengan terapi faktor pertumbuhan sumsum tulang G-CSF dan monitor hasil laboratorium
VI Anemia ringan, potensial lekopeia/
netropenia, potensial
trombositopenia
Dilihat dari data labotratorium, pasien mengalami anemia ringan dan terlihat jelas terjadi penurunan tajam pada angka WBC dan PLT sehingga pasien tersebut potensial akan mengalami lekopenia/netropenia dan trombositopenia.
Diberikan terapi tambahan untuk mencegah angka WBC dan PLT turun terus menerus dengan diberikan terapi faktor pertumbuhan sumsum tulang G-CSF dan juga diberikan transfusi platelet dan monitoring hasil laboratorium selanjutnya.
VII Anemia ringan, lekopenia/netropeni
a berat, trombositopenia
ringan
Dilihat dari hasil laboratorium tanggal 13 September 2005, pasien tersebut mengalami anemia ringan, lekopenia/ netropenia berat dan trombositopenia ringan. Tetapi dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi khusus untuk ketiganya, hanya diberikan antibiotika dari tanggal 13 September-19 September 2005
Perlu diberikan eritropoetin untuk mengatasi anemia, sedangkan netropenia dapat diberikan faktor pertumbuhan sumsum tulang G-CSF dan trombositopenia dengan transfusi platelet.
VIII Lekositosis dan potensial lekopenia/
netropenia
Dilihat dari hasil laboratorium tanggal 21 September 2005, pasien tersebut mengalami lekositosis, kemudian dari hasil laboratorium selanjutnya tanggal 29 September 2005 pasca kemoterapi terjadi penurunan WBC yang sangat tajam sehingga pasien tersebut potensial mengalami lekopenia/ netropenia dan dilihat dari data pengobatan tidak ada terapi untuk mengatasi lekositosis dan hanya diberikan vitamin
Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan lekositosis dan diberikan terapi tambahan untuk mencegah terjadinya lekopenia/netropenia dan monitor hasil laboratorium selanjutnya
66
Tabel XLIV Lanjutan IX Anemia ringan,
lekositosis dan potensial lekopenia/
netropenia
Dilihat dari hasil laboratorium tanggal 9 Juli 2005, pasien tersebut mengalami anemia ringan dan lekositosis, kemudian dari hasil laboratorium selanjutnya tanggal 13 Juli 2005 terjadi penurunan WBC yang sangat tajam dan memungkinkan terjadinya potensial lekopenia/netropenia, serta kadar HGBnya juga mengalami penurunan. Dari data pengobatan tidak ada terapi untuk mengatasi anemia, dan hanya diberikan antibiotika
Perlu diberikan terapi tambahan untuk pengatasan anemia, dan diberikan terapi tambahan untuk mencegah terjadinya lekopenia dan netropenia dan monitor hasil laboratorium selanjutnya
X Anemia ringan dan trombositosis
Dilihat dari data labotratorium terlihat bahwa pasien mengalami anemia ringan dan trombositosis, tetapi tidak ada terapi untuk pengatasannya
Perlu diberikan terapi tambahan untuk anemia dan trombositosis dan sebaiknya dilakukan monitor hasil laboratorium tepat sebelum kemoterapi dan pasca kemoterapi untuk mencegah efek samping yang akan terjadi.
XIII Potensial lekopenia/ netropenia
Dilihat dari data laboratorium, angka WBC tanggal 21 Desember 2005 mengalami penurunan yang sangat tajam pasca kemoterapi sehingga potensial dapat menyebabkan terjadinya lekopenia/netropenia
Monitor hasil laboratorium dan jika turus terus maka perlu diberikan terapi G-CSF
XIV, XX
Potensial trombositopenia
Dilihat dari data laboratorium, angka PLT tanggal 12 Juni 2005 mengalami penurunan yang sangat tajam pasca kemoterapi sehingga potensial dapat menyebabkan terjadinya trombositopenia
Monitor hasil laboratorium dan jika turun terus maka perlu diberikan transfusi platelet
Tietze, Karen, 2004, Clinical Skill for Pharmacists: A Patient – Focused Approach, 2nd Edition, 119-125, Mosby Inc, USA
Tjindarbumi, 2000, Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya,
Dalam: Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Underwood, J.E.C., 2001, General and Systematic Pathology, 484-485, Churchill
Living Stone Waterbury, Larry, 1998, Buku Saku Hematologi, diterjemahkan oleh Sugi
Suhandi, Edisi 3, 179, EGC, Jakarta Yuliani, S.H., 2000, Kanker Payudara: Apa yang perlu Anda Ketahui?, in
Yuswanto, A.G., Sinaradi, F., Kanker, 15, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lampiran 2. Data Pasien Kanker Payudara Pasca Kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 No No RM Umu
r Riwayat penyakit Diagnosis
Utama LP Tindakan Keluhan Obat Tanggal
pemberian Hasil Lab
dan non lab Outcome
1 1.17.82.14
41 th OS menderita Ca Mamae Dextra sejak 3 tahun yll. Post operasi tetapi belum kemoterapi/ radioterapi . + 1 TSMRS tumor muncul lagi disarankan radioterapi tetapi belum dijalani. + 3 BSMRS OS periksa RSS mondok 6 hari di bagian bedah, tidak ada tindakan operasi, hanya disarankan radioterapi + 1 BSMRS OS menjalani Radioterapi sampai 16x, selama ini OS tidak mengeluh gejala lain kecuali tumor yang semakin besar dan berair + HSMRS OS kontrol poli tulip pro kemoterapi I (seri I, rencana 6x, dengan interval 21 hari)
Locally Advanced Breast Cancer
2 hr kemoterapi 1
Pasca kemoterapi: Mual (-) Muntah (-)
D5% lini Nerviton E (1x1) Diet TKTP Xelloda 500 mg (III – 0 – II) Protokol 3 bulan : 2 minggu xeloda masuk kemudian 1 minggu istirahat, 2 x sehari , 3 kapsul pagi, 2 kapsul malam, 30 menit setelah makan (1 kapsul 500 mg)
1.18.42.64 45 th OS menderita Ca.Mamae Sinistra sejak 1 tahun yang lalu. Post operasi OS belum menjalani khemoterapi atau Radioterapi. + ½ BSMRS muncul benjolan di tempat yang sama dilakukan operasi lagi di periksa PA dgn NOWT = 03-2193 tgl 20/04/05 : Ca Mamae Ductal Infiltratif dengan metastase ke kelenjar axilla OS dikirim ke RSS Poli Tulip. HMRS OS datang poli Tulip RSS pro SS I (6 seri, interval 21 hari)
TD = 130/80 N = 84 R = 20 06/05/05 Hb : 11,9 AL : 5,17 AT : 26 AE : 3,86 Hmt:37,2
Belum sembuh
b 1.18.42.64 45 th OS menderita Ca.Mamae Sinistra yang tegak dgn pemeriksaan PA. Telah dilakukan operasi 2x, dan kemoterapi 1x. Awalnya muncul benjolan sebesar kelereng pada payudara kiri dan benjolan pada ketiak. Kemo I mual (-) rambut rontok (+) dan benjolan ketiak mengecil
c 1.18.42.64 45 th OS akan menjalani kemoterapi 3 tetapi karena problem lekopenia dan netropenia sehingga tidak jadi menjalani kemoterapi. OS dianjurkan untuk membeli Neupogen® tetapi tidak mampu sehingga OS pulang atas pemintaan sendiri.
Ca Mamae Ductal Infiltratif T4N1M0
3 hr Kemoterapi 3
mual (-) muntah (-) rambut rontok (-)
Diet TKTP Inf. NaCl 0,9% lini Nerviton E 1 x 1 Cyprofloxacin 2x500 mg
08/09-10/09 08/09-10/09 08/09-10/09 08/09-10/09
TD = 120/70 N = 86 R = 20 08/09/05
WBC: 2,88.103
Neut#: 0,99 Lymph# : 0,94 Mono # : 1,30 Eo #: 0,04 Ba # : 0,01 RBC: 3,45.106
HGB: 10,6 HCT: 31,9
Belum sembuh
74
MCV:92,5 MCH:30,7 MCHC : 33,2 PLT : 175.103
d 1.18.42.64 45 th Riwayat tumor dalam keluarga (-)
1.18.42.65 38 th 12 BSMRS OS merasa ada benjolan di mamae (D) nyeri (-) disarankan u/ operasi. 7 BSMRS benjolan dioperasi dgn PA : Ca Ductal Infiltratif grade II dengan Infiltrasi Papilla 3 MSMRS luka bekas operasi kemerahan (+) DUT (+) Darah (+) Bau (+) nyeri (-) gatal (-), kompres revanol
tidak membaik alkohol 1 MSMRS periksa ke Poli Tulip disarankan kemoterapi HSMRS mondok dan SS I DM (-) HT (-) KB suntik + 5 tahun
5a 1.17.55.89 51 th OS adalah penderita Cancer Mamae Sinistra T2N1M0 yang telah menjalani operasi di RS Sardjito pada tanggal 01/03/05 dan keluar dengan keadaan membaik.
Carcinoma Mamae Sinistra T2N1M0
3 hr Kemoterapi 5
tidak bisa tidur Pasca kemoterapi: Mual (+) nyeri (+)
KU sedang, CM, gizi cukup TD = 110/70 Hasil Lab tidak ada
Membaik
b 1.17.55.89 51 th OS adalah penderita Cancer Mamae Sinistra T2N1M0 yang telah menjalani operasi di RS Sardjito pada tanggal 01/03/05 dan keluar dengan keadaan membaik.
6a 1.03.98.36 49 th OS adalah pasien Ca Mamae post operasi, post kemoterapi I (2 tahun yang lalu) tidak melanjutkan perawatan lalu melakukan pengobatan secara alternatif tetapi kondisi semakin tidak membaik bahkan semakin memburuk tangan kanan oedem
Carcinoma Mamae Dextra Locally Advanced
2 hr Kemoterapi 1
oedem, badan kaku, nyeri, ingin melanjutkan kemoterapi Pasca kemoterapi: mual (-) muntah (-) oedem (+) tangan kiri kesakitan (+)
7a 1.16.25.23 55 th Pada tahun 2004 OS pernah menjalani operasi pada payudara kiri karena terdapat benjolan yang tidak bergerak. Sekarang akan dilakukan kemoterapi yang pertama. RPD : G3P3A0
Menarkhe umur 15 tahun Menstruasi teratur
Carcinoma Mamae Sinistra
2 hr Kemoterapi 1
tangan kiri bengkak Pasca kemoterapi: mual (+) muntah (+)
Frazon 8 mg Cimetidin Kalmethason Epirubicin 70 mg Endoxan 700 mg Protokol Kemoterapi : a. Hidrasi : NaCl 500 cc b. Pre medikasi :
1.18.74.58 43 th + 3 tahun yang lalu SMRS OS merasakan ada benjolan di payudara sebelah kiri sebesar jempol tangan yang keras tidak dapat digerakkan, nyeri (-) + 2 minggu yang lalu SMRS melakukan mastektomy. Hasil PA Carcinoma Ductal Infiltratif DM (-) HT (-)
Ca Mamae Sinistra Stadium IV Metastase tulang-tulang panggul
8 hr Kemoterapi I CEF regimen Pro radioterapi untuk tulang
b 1.18.74.58 43 th 2TSMRS tumbuh benjolan di mamae sinistra, tidak sakit, terapi alternative 4BSMRS OS merasa nyeri sendi/kaki. OS periksa saraf saran ke bedah dicurigai sebagai metastase dari Ca Mamae 3MSMRS OS operasi mamae sinistra dilanjutkan SS I, keluhan mual (+) muntah (+) 1HSMRS OS CT scan Bone survey HMRS OS control tulip, OS mengeluh demam, mual (-), hasil Lab AL = 0,6 OS mondok DM (-) HT (-) Akseptor KB suntik (+)
Ca Mamae Sinistra Stadium IV Metastase tulang-tulang panggul
11hr Kemoterapi 2
Terjadi Netropenia Mual badan panas Pasca kemoterapi: mual (+) muntah (+)
1.19.16.22 45 th 1TSMRS muncul benjolan di payudara kanan, ukuran berdiameter 2 cm, nyeri (-). OS periksa ke RS Purworejo PKU, saran operasi tetapi OS menolak karena keluhan (-) penurunan berat badan (-) 1BSMRS OS berobat lagi ke RS PKU Purworejo dilakukan operasi pengangkatan mamae (D) PA dikirim ke RSS Hasil PA ternyata ganas OS ke poli tulip disarankan untuk kemoterapi HMRS OS mondok pro SS I, saat ini
d 1.19.16.22 45 th DilakukanUSG Abdomen Stagging Ulang Hasil USG: tidak nampak metastase ke hepar, VF, lien, pancreas, dan kedua ren ; limfonadi para aorta tidak eraminer
Malignant Neoplasm of Breast
4 hr Kemoterapi 4
Tidak ada keluhan
Inf. D5 lini Diet TKTP Nerviton E 1 x 1 Endoxan 900 mg Doxorubicin 90 mg Protokol Kemoterapi:
a. Pre medikasi : inj. Vomceran 8 mg/iv Inj. Dexamethason 2 ampul / iv
b. SS : Doxorubicin 90 mg dalam D5% 100 cc 30 tts/mnt
10a 1.19.88.44 36 th 1TSMRS OS merasa timbul benjolan sebesar kelereng dipayudara sebelah kiri. Benjolan dirasa semakin membesar dan memerah.kemudian memecah dan mengering dan timbul seperti koreng OS tidak periksa. 4BSMRS payudara kiri terasa sakit panas dan gatal OS periksa ke RS Dharma Husada dilakukan operasi pengangkatan payudara kiri dan periksa PA? dan hany dikatakan ganas. Setelah dioperasi OS disarankan mondok untuk kemoterapi dan radioterapi tetapi OS menolak karena alasan biaya. 2BSMRS OS mulai merasa ada benjolan-benjolan kecil sebesar biji kacang yang memerah dan seperti ada airnya, nyeri (+) dan payudara kanan dirasa mulai mengeras, gatal dan memerah. NT (-) nafsu makan menurun,
Carcinoma Mamae Bilateral T4N2Mx dengan metastase paru dan hepar
Diet TKTP + ekstra putih telur Inf. NaCl 0,9% lini Sistenol 3x1 MST 2 x 10 g pronalges 3 x 1 ampul Inj. Ceftazidin 1g/8 jam Transfusi Albumin Narfoz tab 3x1 Protokol kemoterapi:
a. Doxorubicin 70 mg dilarutkan dalam NaCl 0,9% 100 cc drip 30 tts/menit
b. Dilanjutkan NaCl 0,9% 100 cc tetesan lini.
c. Diberikan : inj. Ondancentron 8mg/ iv
d. Inj. Dexamethason 2 ampul / iv e. Inj. Ranitidin 2 amp/ iv f. Inj. Delladril 2 ampul / iv g. Paxus 300 mg dilarutkan dalam
intralit 500 cc drip 3 jam (60-80
09/08-22/08
09/08-17/08 09/08/05
11/08/05
15/08/05 21/08-22/08
18/08/05
KU lemah, CM, gizi cukup TD = 125/80 N = 92x R = 20x 08/08/05
WBC: 8,3.103
Ne %: 58,3 Ly %: 15,0 Mo % : 26,0 Eo %: 0,3 Ba % : 0,4 Ne #: 4,9.103
Ly #: 1,2.103
Mo # : 2,2.103
Eo #: 0,0.103
Ba # : 0,0.103
RBC: 4,81.106
HGB : 12,9 HCT : 39,9
Membaik
86
mual (-) muntah (-) BAB/BAK dbn, demam (-) periksa ke PKM kel tidak membaik. HMRS karena keluhan dirasa semakin bertambah dan luka tambah luas dan bernanah serta nyeri OS periksa UGD RSS mondok bangsal DM (-) HT (-) Asma (-)
40 th 17 TSMRS tumbuh benjolan di payudara kiri, nyeri (-) 4BSMRS benjolan tumbuh besar, luka (+) merah (+) 3MSMRS dibiopsi disarankan radioterapi 1MSMRS OS disarankan kemoterapi HMRS mondok untuk kemoterapi DM (-) HT (-)
Diet TKTP Infus NaCl 0,9% lini Nerviton E 1 x 1 Transfusi PRC Regimen SS : Endoxan 700 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc drip 30tpm Fanmorubicin 130 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc drip 30 tpm SFU 700 mg dalam NaCl 0,9% 30 tpm Terapi pulang : Nerviton E 1 x 1 Na Diklofenac 2 x 50 mg Amoxicicilin 3 x 500 mg
44 th OS telah didiagmosa sebagai penderita Ca Mamae dengan pemeriksaan PA, Awalnya dirasakan benjolan sebessar kelereng sejak 1 tahun yang lalu, OS tidak diperiksa karena takut operasi. Benjolan makin lama makin membesar nyeri (-), mudah berdarah, mengeluarkan cairan bening, bau (+) Riwayat Penurunan Berat Badan (+), BAB/BAK dbn, deman (+) mual (-) muntah (-) Telah dilakukan kultur darah. Tidak tumbuh. Dilakukan K/S PUS jenis kuman Pseudomonas Auragenosa dan Enterobacter Aerogeaes dan diberikan terapi Antibiotik sesuai kultur. Setelah OS bebas dari demam diberikan kemoterapi dengan regimen Endoxan dan Doxorubicin
Locally Advanced Breast Cancer dengan Diagnosis Lain SEPSIS membaik
22hr Kemoterapi 1
bengkak (+) PUS (+) luka basah (+)
Diet TKTP + ekstra putih telur Sistenol 3 x 1 Rawat luka inj.Ceftriaxone 1g inj. ceftatidin 1 g inj. Metronidazol 500 mg/8 jam Nerviton E 1tab Paracetamol 1 tab inj. Ciprofloxacin 400 mg Inj. Gentamicin 60 mg Transfusi PRC Trasfusi albumin SS masuk : Endoxan 600 mg Doxorubicin 80 mg Terapi pulang : metronidazol 500 mg 2 x 1 Cyprofloxacin 2 x 1 500 mg Nerviton E 1 x 1
44 th Diagnosis Lain adalah VES Jarang dan Abcess mamae Sinistra Komplikasi : Anemia on Chronic Disease. Terdapat problem :anemia, lekositosis, trombositosis, hipoalbumin, VES jarang Hasil PA : Carcinoma Ductal NOS, Grade III Infiltrasi Pada Jaringan Ikat Sekitar Invasi ke Pembuluh Darah (+)
68th RPS : + 2 ½ TSMRS OS mengeluh ada benjolan di payudara sebelah kiri sebesar telur puyuh makin lama makin membesar. nyeri (-) sesak (-) batuk (-) BAB/BAK dbn 2 TSMRS benjolan dipayudara mulai timbul luka. Nyeri (+) nanah (-) demam (-) sesak (-) mual (-) muntah (-). OS periksa ke RS Patnosuri dilakukan operasi pengangkatan payudara kiri pada bulan juni 2003 dan diperiksa PA dengan hasil : Ca Ductal Infiltratif grade II. OS operasi dan tidak dilakukan kemoterapi dan radioterapi 1MSMRS OS mengeluh batuk (+) sesak (+) DD (+) OP(-) PND (-) demam (-) mual (-) muntah (-) BAB/BAK dbn, nafsu makan dbn. OS periksa ke poli Paru di Gading dan di RO thorax dikatakan ada metastase pada paru kanan dan kiri dan OS dirujuk ke RSS HMRS OS dikontrol ke tulip disarankan untuk mondok untuk kemoterapi RPD : DM (-) HT (-) Penurunan BB (+) 3kg selama sakit RPK : (-)
Carcinoma Mamae Sinistra Stadium IV Diagnosis Lain : Metastase paru bilateral dan Metastase hepar
Diet TKTP Infus NaCl 0,9% Nerviton E 1 x 1 Protokol kemoterapi: a. Pre medikasi : inj. Narfoz 1 ampul Inj. Dexamethason 2 ampul b. SS : Paxus drip 3 jam
40 th RPS : 1TSMRS OS timbul benjolan pada payudara kanan awalnya benjolan kecil, semakin lama bertambah besar, nyeri (-) bergerak (+) memerah (-). OS periksa ke RS Purworejo dan dilakukan operasi tumor dan biopsi. Hasil biopsi didapatkan kesan Ca Ductal Infiltratif Grade II 4MSMRS timbul benjolan di bagian atas payudara kanan yang sudah dioperasi. Benjolan bertambah besar, kesan (+). OS tidak periksa ke RS 2MSMRS benjolan memecah dan keluar nanah, nyeri (+). OS periksa ke RSU dan dirujuk ke RSS Polki Tukip untuk kemoterapi RPD : DM (-) HT (-) Penurunan BB (+) 3kg selama sakit
40 th RPS : OS adalah penderita Ca Mamae Dextra T4N0M0 tegak dengan hasil PA 05-0707 : AJH Payudara kanan regia sup lateral = sel ganas (+), pendapat : Karsinoma Payudara. Telah dilakukan operasi payudara kanan di RS Gebukan
Carcinoma Mamae Dextra T4N0M0
6 hr Kemoterapi 1
Pasca kemoterapi: mual (+) muntah (-)
Diet TKTP Inf. NaCl 0,9% lini SS : Endoxan 700 mg Doxorubicin 70 mg Terapi pulang :
09/09-13/09 08/09-13/09
12/09/05
13/09/05
08/09/05 WBC: 7,69.103
Neut#: 3,21 Lymph#: 3,38 Mono # : 0,51 Eo #: 0,56
Membaik
100
(09/08/05 – 13/08/05) 5BSMRS timbul benjolan + sebesar jempol di payudara kanan nyeri (+) mobile (+) 1BSMRS OS periksa ke RS Gebukan dibiopsi disarankan ke RSS untuk kemoterapi
Nerviton E 1 x 1 MST 3 x 1
Ba # : 0,03 Neut%: 41,8 Lymp% : 43,9 Mono% : 6,6 Eo %: 7,3 Ba%: 0,4 RBC : 4,46.106
Diet TKTP Inf. NaCl 0,9% lini Roborantin 1 x 1 Protokol kemoterapi: a. Pre medikasi : Inj. Vomceran 1 ampul Inj. Dexamethason 2 ampul b. SS : Endoxan 700 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc 30 tpm Doxorubicin 70 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc 30 tpm Terapi pulang : Grahabion 1 x 1 Vometa 2x1 jika mual
27/10-29/10 27/10-29/10 27/10-29/10
29/10/05
KU baik, CM, gizi cukup TD = 110/70 N = 76x R = 20x 27/10/05
WBC: 8,4.103
Ne %: 41,0 Ly %: 35,3 Mo % : 6,9 Eo %: 13,2 Ba % : 3,6 Ne #: 3,4.103
16 1.20.90.40 46 th RPS : + 1TSMRS OS mengeluh timbul benjolan di payudara kanan bertambah besar, nyeri (-), luka (-), nanah (-), mual (-), muntah (-). BAB/BAK dbn. OS tidak periksa. + 3BSMRS benjolan kanan payudara semakin keras dan besar, kulit payudara kanan mengkilat dan mengkerut, luka (-) nanah (-) demam (+) naik turun, batuk (+) sesak nafas (+) mual muntah (-) nafsu makan menurun. OS periksa ke RS Temanggung disarankan untuk periksa ke RSS + 3MSMRS OS periksa ke poli bedah RSS dilakukan AJH Payudara Kanan, USG Abdomen, RO thorax dan mamografi + 3HMRS OS mondok di bangsal bedah dengan terapi Ca Mamae Dextra T4N1M1. OS rencana operasi mastektomi dan limfadenoktomi axilla. Tanggal 29/10/05 direncanakan kemoterapi di UPD tetapi tidak jadi. HMRS OS dialih rawat ke UPD untuk neoadjuvant kemoterapi selama di bangsal bedah telah dilakukan fungsi cairan pleura Dextra 2 x @ 600 cc dan 300 cc RPD : HT (-) DM (-) RPK : (-) Problem: Anemia Mikrositik Hipokromik
40 th RPS : OS adalah penderita Ca Mamae Dextra tegak bulan Oktober 2005 dengan PA WJ = 05-5487 : Ca Ductal Infiltratif Diff Jelek 2TSMRS keluhan mulai timbul benjolan di payudara kanan, makin lama makin membesar, nyeri (-). OS periksa ke dokter disarankan untuk operasi tetapi OS menolak dan OS tidak kontrol lagi. 1BSMRS benjolan semakin besar dan
Carcinoma Mamae Dextra
6 hr Kemoterapi 1
Pasca kemoterapi: mual (+) muntah (+) sakit perut (+)
Diet TKTP Grahabion 1 x 1 inj. Sotatik 1 ampul iv SS : Cyclofosfamid 840 mg Doxorubicin 84 mg Terapi pulang : Grahabion 1 x 1 Metoklopramid 3 x 1 (kalau mual) New Diatab 3x2 (k/p)
keras (+) luka (-) NT (-) OS periksa ke RS Palangbiru OS mendok untuk dilakukan operasi tanggal 07/10/05 dan dilakukan PA. Setelah hasil keluar, OS dirujuk ke RSS untuk pro SS HMRS keluhan agak nyeri pada luka operasi (+) demam (-) mual (-) lemah (-) pusing (-) Nafsu makan dan minum dbn, dan BAB/BAK dbn. RPD : HT (-) DM disangkal RPK : (-)
29 th RPS : 3BSMRS OS timbul benjolan dipayudara kanan yang makin membesar, ulkus (+) nyeri (+) dilakukan biopsi di RS Malaysia OS menolak kemoterapi. 1BSMRS timbul benjolan dipayudara kiri yang makin membesar, ulkus (+) nyeri (+) 10HSMRS OS periksa ke Poli Tulip dilakukan AJH pada payudara kanan. Hasil : Ca Ductal Infiltratif disarankan kemoterapi HMRS OS kontrol ke Poli Tulip Pro kemoterapi RPD : HT (-) DM (-) RPK : (-)
Carcinoma Mamae Dextra et Sinistra Stad. IV
4 hr Kemoterapi 1
Pasca kemoterapi: mual (-) muntah (-)
Diet TKTP Roborantin 1 x 1 Rawat luka dgn rivanol SS : Epirubicin 60 mg Cyclofosfamid 600 mg 5 F U 500 mg
55 th RPD : + 1TSMRS OS mengeluh punting sebelah kanan masuk ke dalam. Nyeri (-) benjolan (-) BAB/BAK dbn, sesak nafas (-) mual (+) kembung (+) + 6BSMRS OS mengeluh punggung sakit nyeri diperiksa ke orthopedi tusuk jarum tidak ada perbaikan. Keluhan tulang timbu. + 1BSMRS OS mengeluh punting masuk ke dalam (+) punggung sakit (+) kadang sesak mual (+) dr. Joko D. Di RS Surakarta dikatakan kemungkinan tumor payudara dextra jogja HMRS OS periksa ke Happy Land dirujuk dr. Johan Sp.PD KHON Pav. RPD : tumor lain (-)
Ca Mamae Stadium IV Post SS I (metastase tulang dan hepar)
20a 1.20.97.39 52 th RPD : OS penderita Ca Mamae Dextra tegak sejak Oktober 2005, telah mastektomi radikal direncanakan untuk kemoterapi. RPD : HT (+) asma (+)
Inj. Kalmethason 1 ap b. SS : Epirubicin 70 mg dalam
Dex 5% 100 cc 50 tpm Cyclofosfamid 700 mg dalam Dex 5% 100 cc 50 tpm
c. Hidrasi dengan NaCl 500 cc d. Post medikasi : Frazon 3 x 8 mg X
Cimetidin 3x1 XX
103
Neut : 66,0% = 8,8. 103
b 1.20.97.39 52 th OS masih menjlani khemoterapi sampai bulan Juni 2006 dan sudah menjalani khemoterapi ke VIII dan pasien masih dalam keadaan membaik.
Ca Mamae Dextra T2N1M0
2 hr Kemoterapi 2
Pasca kemoterapi: mual (+) muntah (+)
Diet TKTP inj. Primperan 1 ap inj. Frazon 8 mg 1ap inj. cimetidin 1 ampul Protokol kemoterapi: a. Pre medikasi : inj. Frazon 8 mg 1 ap
Inj. Rantin 1 ap Inj. Kalmethason 1 ap b. SS : Epirubicin 70 mg dalam
Dex 5% 100 cc 30 tpm Endoxan 700 mg dalam Dex 5% 100 cc 30 tpm
60 th RPD : OS adalah penderita Ca Mamae bilateral, tegak sejak 1 tahun yang lalu dengan PA : Ca Ductal infiltratif 1TSMRS timbul benjolan di payudara kiri sebesar telur ayam, maikn lama makin besar kemudian timbul luka, nanah (+) nyeri (-). OS periksa ke bedah
dioperasi. Setelah operasi tidak dilakukan kemoterapi. 3BSMRS timbul benjolan di payudara kanan sebesar jempol, makin lama makin besar, timbul luka PUS (+) nyeri (+). Lalu timbul benjolan di payudara kiri dan bekas operasi. Luka (+) PUS (+) demam (-) lemah (-) ma/mi dbn. 1BSMRS benjolan semakin besar, PUS (+) nyeri (+) timbul pula di ketiak kanan dan kiri. OS periksa ke RSS mondok bedah 3 hari, tidak ada tindakan rujuk ke poli Tulip untuk kemoterapi. HMRS OS kontrol ke poli tulip Pro SS I. Keluhan : nyeri pada benjolan (+) lemah (-) penurunan berat badan disangkal, ma/mi dbn, BAB/BAK dbn. RPD : DM (-) HT (-) RPK : penyakit serupa (-)
Ca Mamae Bilateral T4N2M1
9 hr Kemoterapi 1
nyeri (+) Pasca kemoterapi : mual (-) muntah (-)
Diet TKTP + ekstra putih telur Rawat luka dgn NaCl Infus NaCl 0,9% lini Neurodex 1 x 1 Pre medikasi : inj. Dexamethason 2 ap Inj. Sotatik 1 ampul Regimen SS : 5 F U 500 mg Epirubicin 70 mg Cyclofosfamid 500 mg
11/11-17/11 12/11-17/11 10/11-18/11 11/11-17/11
17/11/05
17/11/05
24/10/05 WBC: 12,9.103
Ne %: 77,5 Ly %: 16,1 Mo % : 3,5 Eo %: 2,2 Ba % : 0,7 Ne #: 9,9.103
Diet TKTP Infus NaCl 0,9% lini Rawat luka dengan metronidazol Transfusi darah PRC inj. Tramadol 1 ap inj. Ceftriaxone 1 g Roborantin 1 x 1 Regimen SS: Cylofosfamid 650 mg 5 F U 650 mg Epirubicin 90 mg Terapi pulang : Roborantin 1 x 1
Doxorubicin 70 mg Zantac 1 ap (i.v) Dexametazon 1 ap (i.v) Dipenhidramin 1 ap (i.m) Narfos 8 mg
17/05/05 17/05/05 17/05/05 17/05/05 17/05/05
TD : 120/80mmHg S : 36˚C Tidak ada data lab
membaik
27
*
01.20.91.59 58 th post kemoterapi 1x Ca Mammae dextra T4N3M0 , DM tipe 2, Dislipidemia, Anemia Mikrositik Hipokromik disertai proses infeksi 22/11 → pasien masih lemah, pro SS menunggu 23/11 → ada luka basah, bau +, pendarahan maka pasien terindikasi infeksi dan dianjurkan untuk penambahan transfusi darah serta anjuran makan/ minum yang cukup. 24/11 → pasien merasakan nyeri dan kondisinya masih lemah
28a 01.18.24.63 66 th post mastectomi, payudara kanan diangkat benjolan semakin besar dan keras kemudian bejolan tersebut pecah dan mengelurkan cairan yang berbau
Ca Mammae dextra ductal infiltratif Std IV disertai Hipertensi
b 01.19.98.47 53 th post mastectomi dan post kemoterapi 1 Sebelum mendapatkan SS II, pasien didiagnosa ternyata mengalami problem leucopenia disertai neutropenia oleh karena itu SS II untuk sementara waktu ditunda untuk memulihkannya pasien diberikan Ciprofloksasin 2x500 mg sebagai profilaksis. Kemudian setelah pada hari ke-6 perawatan, hasil uji kimia darah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kemoterapi II. Keadaan setelah kemoterapi 2 pasien mengalami mual dan muntah 4x.
Ca Mammae Dextra T4N1M0 , Hipertensi stage 1 dan Dislipidemia
8 hr kemoterapi 2
Leukopenia dan Neutropenia mual dan nafsu makan turun
Regimen SS : Doxorubicin 75 mg dlm D 5% 100 cc/ 0.5 jam Paxus (1/2 jam kemudian) 260 mg dlm intralit 500 cc/ 3 jam
19/09/05
b 0.69.85.46 40 th Ca Mammae dextra advance stage
1 hr kemoterapi 2
Pasca kemoterapi: Mual (+) Muntah (-)
Dexamethazon 2 ap/ 12 jam Kytril 1 ap Pantozol 1 flakon Deladryl 2 ap Ranitidine 2 ap Regimen SS : Doxorubicin 75 mg dlm D 5% 100 cc/ 0.5 jam Paxus (1/2 jam kemudian) 260 mg dlm intralit 500 cc/ 3 jam
Ranitidine 2 ap (i.v) Dipenhidramin 2 ap (i.v) Regimen SS : Doxorubicin 75 mg dlm D 5% 100 cc/ 0.5 jam Paxus (1/2 jam kemudian) 260 mg dlm intralit 500 cc/ 3 jam
13/12/05 13/12/05 13/12/05
39a
*
01.18.74.84 44 th post mastectomy, post lymphadektomi, post kemoterapi ke-3
Ca Mammae Sinistra Std. IV dan metastase ke Lobus Sinistra
7 hr kemoterapi 4
Inf. NaCl Nerviton E 1x1 Regimen SS : Cyclosphospamid 840 mg Doxorubicin 84 mg
e 00.68.22.34 42 th post mastectomy tgl 27/3/04 Riwayat penyakit sekarang/ alasan masuk RS : Ca Mammae post op. Rencana chemo
Ca Mammae Dextra T3N2M0
2 hr Kemoterapi 7
Pasca kemoterapi: Mual (+) Muntah (+)
Pre medikasi : Kalmethason 2ap Dipenhidramin 10 mg V Cimetidin 1ap Frazon 1ap SS: Paxus 210 mg dlm Intralit 500cc 3 jam Post hidrasi : NaCl 500 cc + Neurobion 5000 + Kalmethason I 28 tts/menit Post medikasi : Frazon 8 mg XX 3x1 Cimetidin X 3x1 Terapi pulang : Cimetidin XX 3x1 Frazon X 3x1
20/07/05
20/07/05
21/07/05
S : 36,5 TD : 120/80 N : 80 x R: 20 x 20/07/05 WBC 7,0.103
f 00.68.22.34 42 th post mastectomy tgl 27/3/04 Riwayat penyakit sekarang/ alasan masuk RS : Ca Mammae post op. Rencana chemo
Ca Mammae Dextra T3N2M0
2 hr Kemoterapi 8
Pasca kemoterapi: Mual (+) Muntah (+)
Hidrasi NaCl 500 cc Pre medikasi : Kalmethason II Dipenhidramin 10 mg V Cimetidin I Frazon I SS : Paxus 210 mg dlm Intralit 500cc 3 jam Post medikasi: Inj. Frason 8 mg NaCl 500 cc + Neurobion 5000 + Kalmethason 1 ap Terapi pulang: Cimetidin 3x1
01.14.92.37 36 th SS seri I selesai November 2004. payudara kanan operasi 1 th yll. Payudara kiri 3 minggu yang lalu. Rencana diberikan regimen Paxus 300 mg, Carboplastin 450 mg (N0.I) Telah dirawat selama 8 hari, masuk dengan Ass: Ca Mammae (Progresive Disease) pro second line chemotx seri I. Pada Px tersebut didapatkan problem anemia (Hb 7.9), Hipoalbuminemia (albumin 2.8). Dilakukan transfusi PRC 2 kolf, hasil Hb post transfusi 10,9. Pada hari ke V perawatan SS dimasukkan, keluhan post SS : mual ⊕, muntah ⊕, rambut rontok, nafsu makan ↓. Keadaan akhir waktu dipulangkan : Px pulang dalam keadaan baik, mual ±, muntah −, rambut rontok, nafsu makan ↓. Pemeriksaan lanjutan : Kontrol ke poli tulip 1 minggu post opname RSS, lanjutkan kemoterapi interval 21 hari.
Ca Mammae Dextra (Progresive Disease) pro second line chemotx
NEUT 6.52=85.2% LY 0.87 = 11.4% MO 0.20 = 2.6% EO 0.04 = 0.5% BASO 0.02 = 0.3% RBC 4.11x106
HGB 10.1 HCT 33.4 MCV 81.3
Belum sembuh
127
MCH 24.6 MCHC 30.2 PLT 157x103
50a 01.19.76.51 58 th Ca Mammae Dextra T4NoMo
Ca Mammae Sinistra Residif Tidak terdapat riwayat genetik. 1 th yll Ca mammae S → op. Mastectomy di RS.Bethesda sept.2004. Payudara kanan → Ca Mammae Dextra T4NoMoPro SS I
Ca Mammae Dextra T4NoMo dan Ca Mammae Sinistra Residif
b 01.19.76.51 58 th benjolan di payudara kanan sejak 2 bln yll, mula2 kecil makin lama makin besar, nyeri ⊕ kumat2an, perubahan warna kulit ⊕, retraksi papul ⊕, discharge dari papul ⊕, pernah op. Payudara di kiri Sept. 2004. setelah di op. direncanakan kemo&radiotx ttp baru kemo ke I Px tidak melanjutkan pengobatan karena keluhan biaya. Setelah Px mendapat kartu miskin Px ingin melanjutkan kemo&radiotx.
Ca Mammae Dextra T4NoMo dan Ca Mammae Sinistra Residif
52 01.18.69.90 66 th Tidak terdapat riwayat genetik. ± 1 th yll px merasa ada benjolan di payudara kanan, bertambah besar (lambat), px tidak merasa terganggu/ sakit. ± 2 bln yll px merasakan ada benjolan di puting payudara kanan, kemudian pecah, mengeluarkan cairan berwarna merah, dirasakan nyeri → px ke RSS. Px wanita dengan 2 orang anak, anak I dilahirkan saat px berusia 15 th, semuanya diberi ASI. Haid I tidak ingat usia berapa, menopause tidak ingat, px tidak menggunakan alat KB hormonal.
Ca Mammae Dextra + Hiperglikemi
17hr Kemoterapi 1
Pasca kemoterapi: Mual (-) Muntah (-)
Tamoxifen RI 3x8 unit Glurenorm 30 mg 1-1-0 Becom-C 1x1 Regimen SS: Cyclosphosphamide 750 mg Adriamycin 75 mg 5 FU 750 mg
b 01.18.60.74 50 th Px Ca Mammae Dextra T3N4M4 sejak bulan Maret 2005, telah menjalani mastectomy pada Naret 2005 di RS.dr. Sumoharjo dan dirujuk ke RSS untuk kemotx. Kemoterapi I dilaksanakan 3 minggu yll dengan regimen CEF.
Ca Mammae Dextra T3N4M4 + hipertensi belum terkontrol
e 01.19.06.82 47 th benjolan di payudara kanan, sejak Jnauari 2005, mulai kecil makin lama maklin besar, keluar discharge dari puting -, kemudian berobat ke RSUD Klaten di operasi tgl.25/5/2005. hasil PA → Ca ductal Infiltratif dirujuk ke RSS tgl.20/06/2005, op. simple mastectomy → chemotx dan radiotx. Tidak ada riwayat genetik
24 th Ca Mammae Sinister ductal infiltratif std III T4N1Mo post MRM tgl.01/08/2005 akan chemotx seri II
Ca Mammae Sinister ductal infiltratif std III T4N1Mo post MRM
4 hr Kemoterapi 2
Tidak ada keluhan
Pre med : Frazon 1 amp Simetidin 1 amp SS : C 700 mg E 100 mg F 700 mg
15/09/05
15/09/05
S : 36.6 TD : 120/80 N : 80 x R : 20 Hb : 12.4 A: 325 Al : 9.2 BUN: 9.4
Membaik
c 01.19.47.41
24 th Ca Mammae Sinister ductal infiltratif std III T4N1Mo post MRM tgl.01/08/2005 akan chemotx seri III pasien mengeluh mempunyai benjolan di payudara kiri sejak 2 bulan yang lalu,
Ca Mammae Sinister ductal infiltratif
3 hr Kemoterapi 3
Tidak ada keluhan
SS : C 700 mg E 100 mg F 700 mg
15/10/05
WBC 8.6 x103
NE 49.7 = 4.2 x103
LY 29.4 = 2.5 x103
MO 13.4 = 1.2 x103
EO 0.9 = 0.1 x103
Membaik
132
mula-mula kecil lama-lama makin besar ± 3 cm, nyeri ⊕, perubahan warna ⊕, puting susu tertarik ke dalam −, discharge puting susu −, riwayat KB −.
01.19.03.51 56 th pasien ada benjolan di ketiak kiri ± 8 BSMRS → makin lama makin besar, nyeri ⊕, demam −. Operasi di RS Magelang → di PA → dikatakan ganas. 6 BSMRS timbul benjolan di ketiak kiri disertai benjolan di payudara kiri, makin lama makin besar, nyeri ⊕. Benjolan di payudara kiri makin membesar, nyeri ⊕, keluar nanah dari puting susu ⊕, benjolan di ketiak tambah besar, nyeri ⊕, demam −, mual −, muntah −, nyeri ditulang ⊕.
Ca Mammae T4N3M1
6 hr Kemoterapi 1
Tidak ada keluhan
Diet TKTP Roborantin 60 mg Nerviton E 1x1 MST 2 x 10 mg Laxadin 1 x 1 SS: C 600 mg E 60 mg F 600 mg (dengan siklus 21 hari)
21/06-25/06 21/06-25/06 21/06-25/06 21/06-25/06
23/06/05 24/06/05
S : 37 TD : 120/80 N : 82 x R: 20 x • 21/06/05 WBC 14.4 x103
b 01.19.03.51 56 th pasien ass. Masuk Ca. Mammae advantage stage T4N3M1 pro SS III, dengan problem metastase hepar dan tulang. Keluhan : mual ⊕, muntah ⊕, rambut rontok ⊕. Keluhan post SS mual ⊕, muntah ⊕, rambut rontok ⊕.
b 01.19.96.49 50 th Ca Mammae std IV metastasis lymphangitis di paru kanan dan kiri
2 hr Kemoterapi 2
Tidak ada keluhan
Cedantin 8 mg Dexamethasone 2 amp Delladryl 2 cc Rantin 2 amp Pre hidrasi : NaCl 100 cc/ 30 menit SS : Doxo 70 mg + D5% 100 cc 30 menit Paxus 240 mg + Intralite 500 cc 3 jam
28/09-29/09 28/09-29/09 28/09-29/09 28/09-29/09
28/09/05 28/09/05
S : 36.2 TD : 120/80 N: 84 x R : 24 x Tidak ada data lab
Membaik
c 01.19.96.49 50 th 11/01/2006 pasien masuk RS lagi untuk simulator; keluhan : rambut rontok, luka lecet di mammae kiri tapi sudah mengering.
Ca Mammae std IV metastasis lymphangitis di paru kanan dan kiri
2 hr Kemoterapi 5
Tidak ada keluhan
SS : NaCl 100 cc D5% 100 + Doxorubicin 70 mg Paxus 240 mg Intralite 500 cc NaCl
09/11-10/11
09/11/05 09/11/05
S : 36 TD : 110/70 N : 80 x R : 18 x • 09/11/05 Hgb 10.5 RBC 3.70 juta HCT 30.6 WBC 6300 MCV 83 MCH 28.5 MCHC 34.5 PLT 925000 Lym 19 Mono 2 Neu 77 Eos 2 Baso -
Membaik
62a 01.19.34.27
38 th 3 th SMRS, px mengeluh timbul benjolan di payudara kanan, tidak sakit, luka −, demam −, BB ↓, BAB, BAK dalam batas normal. 1 th SMRS px periksa ke RS Sardjito, diberitahu penyakitnya sebagai tumor payudara kanan dan harus dioperasi, px menolak operasi dan berobat alternatif (minum jamu), riwayat AJH ⊕. 4 bln SMRS, benjolan dirasakan semakin besar, nyeri ⊕, luka ⊕, darah ⊕, nanah ⊕, demam ⊕. Tanggal 06/07/2005 masuk RSS menjalani radioterapi (s/d 18/07/2005) transfusi 4 kolf; riwayat genetik −
Ca Mammae Dexter T4N0M0
4 hr Kemoterapi 1
Tidak ada keluhan
Diet TKTP Cyclofosfamid 700 mg (30 tetes/menit) Adriamycin 70 mg (30 tetes/menit) 5 FU 700 mg (30 tetes/menit) Pre medikasi : Cendantron 1 A (iv) Dexamethason 1 A (iv) Radin 1 A (iv)
19/08-22/08 21/08/05
21/08/05
TD : 130/80 N: 70 x R : 20 x • 19/08/05 WBC 10.3 x103
38 th HMRS untuk kemoterapi III pasien mengeluh benjolan bertambah nyeri, keluar cairan, nanah dan darah, nafsu makan dan minum ↓, BB ↓, mual muntah ⊕, cepat terasa kenyang, sesak nafas −,batuk −, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Ca Mammae Dexter T4N0M0
7 hr Kemoterapi 3
Pasca kemoterapi: Mual (+) Muntah (+)
Regimen SS : Cyclofosfamid 700 mg Adriamycin 70 mg 5 FU 700 mg
26/10/05
S : 37 TD : 105/75 N : 88 x R : 20 x • 25/10/05 WBC 4.2 x103
64a 01.20.58.80 50 th timbul benjolan di payudara kiri, makin membesar, nyeri ⊕ → Px ke RS. Purworejo dilakukan operasi. Setelah operasi disarankan kemoterapi tapi Px menolak. Kemudian mulai timbul benjolan di bekas operasi pada payudara kiri, nyeri ⊕, makin membesar. 1 BSMRS benjolan makin membesar, nyeri ⊕ → Px ke RS. Purworejo → dilakukan operasi dan biopsi, hsil biopsi PA : karsinoma jenis ductal infiltratif, didapat sel-sel tumor yang invasi ke pembuluh darah. Setelah dioperasi Px dirujuk ke RSS untuk kemoterapi. px dirawat 8 hari dengan assesment masuk, pro SS sinistra. Karsinoma jenis ductal infiltratif, didapat selsel tumor yang invasi ke pembuluh darah. Px mendapat regimen, Doxorubicin 80 mg dan Cyclofosfamid 800 mg, rencana diberikan 6x dengan interval 3 minggu. Px mendapat kemoterapi pada hari perawatan ke-2 karena obat kemo sedang dipesan, sebelumnya dilakukan staging dengan hasil: tak tampak metastase pada UF, hepar, lien, pankreas dan kedua ren.
S : 36 TD : 120/80 N : 80 x R : 20 x • 06//10/05 WBC 8.44 NEUT 5.83 = 69.1 LYMPH 1.79 = 21.2 MONO 0.65 = 7.7 EO 0.15 = 1.8 BASO 0.02 = 0.2 RBC 4.40 HGB 11.7 HCT 36.2 MCV 82.3 MCH 26.6 MCHC 32.3 PLT 206 • 15/10/05 WBC 14.77 NEUT - LYMPH 1.34 = 9.1 MONO 0.97 = 6.6 EO - BASO 0.09 = 0.6 RBC 4.64 HGB 12.4 HCT 37.9 MCV 81.7 MCH 26.7 MCHC 32.7 PLT 202
Membaik
b 01.20.74.94
42 th Ca Mammae dextra T3N0M0, kulit seperti biasa -, luka -. Pasien disarankan untuk kemoterapi dan radioterapi di RSS Ditahun 2006 Px masuk RSS untuk melaksanakan SS IV pada Ca Mammae. Px mendapat regimen Cyclofosfamid
S : 36.5 TD : 110/70 N : 80 x R : 20 x • 08/11/05 WBC 8.43
Membaik
140
dan Doxorubicin. Keluahn post SS : mual ⊕, muntah ⊕, pusing ⊕, rambut rontok ⊕. Px menderita Anemia, dengan Hb ≤ 10, maka dilakukan transfusi s/d Hb ≥ 10
Ecosol/ NaCl 500 cc 30 tetes/ menit dengan slang infus khusus.
6. spool NaCl 250 cc 69 01.14.10.65 46 th 21/12 – 24/12 Px tidak kemoterapi,
hanya pemulihan KU. Tahun 2006 Px datang 3 kali untuk melanjutkan kemoterapi dengan obat yang sama tetapi akhirnya meninggal dengan alasan : metastase Ca Mammae + Process Central.
Ca Mammae std IV post op. th. 2002 (metastatis tulang)
70 01.21.41.20 55 th 3 BSMRS timbul benjolan pada payudara kiri, makin lama makin besar, BAB/BAK dbn. 2 MSMRS benjolan pada payudara kiri sebesar telur ayam, Px ke RSU Klaten, dilakukan op. mastectomy → dirujuk RSS pro SS I.
Ca Mammae Sinistra Tipe ductal Infiltratif std I
7 hr Kemoterapi 1
Pasca kemoterapi: Mual (+) Muntah (-)
Diet TKTP Grahabion 1x1 Captopril Aspar K Lactulax inj. Vomceran 1 amp/ 24 jam Cyclofosfamid 850 mg dalam 100 cc NaCl 30 tpm Doxorubicin 85 mg dalam 100 cc NaCl 30 tpm
25/11-01/12 26-29/11&1/12
25/11/05 25/11/05 25/11/05 30/11/05 30/11/05
30/11/05
S : 36.7 TD : 110/70 N : 88 x R : 20 x • 30/11/05 WBC 8.45 NEUT 4.60 = 54.4 LYMPH 2.32 = 27.4 MONO 0.41 = 4.9 EO 1.09 = 12.9 BASO 0.03 = 0.4 RBC 3.62 HGB 10.9 HCT 33.4
Membaik
144
MCV 92.3 MCH 30.1 MCHC 32.6 PLT 231
71 01.19.21.96 Px Ca Mammae sinistra T4N2M0, telah mengalami mastectomy 28/9/2005 di RSPR. Payudara kiri Ca Ductal Infiltratif grade III metastase ke limfonodi axilla. Px ke Poli Tulip untuk SS I. Keluhan saat ini pilek ⊕, nyeri pada bekas op. -, riwayat KB hormonal ⊕, genetik -
Terapi pulang : Enervon C 1x1 (15) Dexamethason 3x1 (20) Clast 3x1 (12) Iberet 1x1 (15)
c 01.20.66.92 56 th Terdapat riwayat AMI Px masih melanjutkan program SS di tahun 2006 sebanyak 3 kali sampai bulan April 2006, dengan regimen sama (Paxus + Doxo). Outcome : membaik. Untuk kemoterapi yang ke V dan VI Narfoz diganti inj. Cetrovell 1 amp. Keluhan post SS : mual ⊕, muntah – Px menjalani diet.
Ca Mammae post mastectomy
3 hr Kemoterapi 3
Pasca kemoterapi : Mual (-) Muntah (-)
1. Tab. Narfoz 8 mg 1 tab. Oral 2. Doxorubicin 70 mg 3. Pre medikasi 30 menit sebelum
Paxus: Zantac 1 amp iv Dexamethason 1 amp iv Dipenhidramin 1 amp iv Tab. Narfoz 8 mg 1 tab. oral
4. Paxus 210 mg (7x30mg ) dalam Ecosol 500 cc dengan slang infus Khusus spool NaCl 250 cc
Terapi pulang : Glisodin 2x1 Clast 2x1 Dexamethason 3x1 Enervon C 1x1
Lampiran 3. Daftar obat yang digunakan pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 a. Obat susunan saraf No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Analgetik-Antipiretik Asam mefenamat
Parasetamol Ponstan Sistenol®
Mefinal Tradyl Tramadol
1 2 1 7 1 1 2
1 3 1
10 1 1 3
2 Antiinflamasi non steroid, antipirai
Allopurinol Ibuprofen Na Diklofenak Pronalges Ximede
1 1 1 3 2
1 1 1 4 3
3 Analgetik narkotik Durogesik MST continus
1 6
1 8
4 Anestetik lokal Xylocaine 1 1 5 Anestetik umum Aeerane 1 1 6 Induksi Penthotal sodium 3 4 7 Anti ansietas & anti
insomnia Xanax Zolmia
1 1
1 1
8 Hipnotika sedatif dan lain-lain
Valisanbe Diazepam
2 2
3 3
b. Obat kardiovaskuler No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 ACE inhibitor Captopril
c. Obat saluran pernafasan No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Antitusif Levopront
Dekstrometorfan HBr 2 1
3 1
2 Ekspektoran, mukolitik Ambroxol Tremenza®
2 1
3 1
147
148
d. Obat saluran cerna No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Antasida Antasida 1 1 2 Obat diare New diatab 1 1 3 Katartik/Laksan Lactulax
5,5 e. Obat ginjal dan saluran kemih No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Lain-lain Prorenal 1 1
f. Anti alergi No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Anti histamin Nebulizer 1 1
g. Cairan untuk keseimbangan Air elektrolit, Dialisis dan Nutrisi No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Cairan nutrisi parenteral Aminovel®
Tutofosin® Kalbamin®
2 1 1
3 1 1
2 Larutan keseimbangan cairan elektrolit
Aspar K Kaen Mg 3®
1 2
1 3
h. Anti diabetik No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Anti diabetik oral Glurenorm 2 3
149
i. Vitamin, Mineral dan metabolitropikum No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Vitamin Neurobion®
Neurosanbe®
Neurodex®
Enervon C®
Grahabion®
Roborantin®
3 1 2 2
10 20
4 1 3 3
14 28
2 Multivitamin+mineral, anti oksidan
B-compleks® Become C®
Corsel® Legres®
Lesichol® Lycoxy®
Nerviton E®
Neurovit E®
Vitalene®
Glisodin®
Theragran-M®
1 1 4 2 2 1
25 1 1 2 1
1 1
5,5 3 3 1
35 1 1 3 1
3 Glikotropikum, nootropiks, neurotoniks
Methycobalt Tanakan
1 1
1 1
4 Anti hiperlipidemia Gemfibrozil 2 3 j. Anti infeksi No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1 Penisilin Amoksisilin
Lampiran 4. Daftar komposisi obat yang digunakan pasien kanker payudara pasca kemoterapi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Kelas Terapi Golongan Obat Jenis Obat Komposisi Obat 1 Obat susunan saraf Analgetik-Antipiretik Sistenol® Parasetamol dan N-asetil sistein 2 Obat saluran nafas Ekspetoran, mukolitik Tremenza® Tripolidina HCl dan Pseudoefedrin 3 Obat saluran cerna Katartik/Laksan Laxadin® Fenoftalein, liquid parafin dan glycerin
Aminovel®
L-asam amino, sorbitol, xylitol, vitamin dan elektrolit
Tutofosin®
Asam amino, elektrolit, sorbitol dan vitamin
Cairan nutrisi parenteral
Kalbamin® Cairan asam amino 4 Cairan untuk keseimbangan air
elektrolit, dialisis dan nutrisi
Larutan keseimbangan cairan elektrolit
Kaen Mg 3® Na klorida, Na laktat, K klorida dan dekstrosa
Neurobion® Vitamin B1, B6 dan B12
Neurosanbe® Vitamin B1, B6 dan B12
Neurodex® Vitamin B1, B6 dan B12
Enervon C® Vitamin B1, B2, B6, B12, C, niaciamide dan Ca pantotenat
Grahabion® Vitamin B1, B6 dan B12
Vitamin
Roborantin® Vitamin B1, B6 dan B12
B-compleks® Vitamin B1, B2, B6 dan B12
Become C® Ca pantotenat, Zn, Si, nikotinamid dan vitamin B,C,E
Corsel® Ubidecarenone dan levocarnitine Legres® Leucoselectphytosome dan leucopene Lesichol® Lesitin, Vitamin B1, B6, B12, E dan
nikotinamid
5 Vitamin, mineral dan metabolitropikum
Multivitamin+mineral, anti oksidan
Lycoxy® Lutein, lycopene, vitamin C,E, Beta karoten dan selenium yeast
152
Nerviton E® Vitamin B1, B6, B12 dan E Neurovit E® Vitamin B1, B6, B12 dan E Vitalene® Beta karoten dan vitamin C, E Glisodin® Ekstrak melon dan gliodin Theragran-M® Vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D, Ca
pantotenat, K iodide, Fe, Mg, Manganese, Copper dan Zn
6 Anti infeksi Penisilin Claneksi® Amoksisilin dan Asam Klavulanat Iberet® Fe sulfat, Vitamin C, niaciamide,
pantotenol dan Vitamin B1, B2, B6, B12
Sangobion® Fe glukonat, manganese sulfat, copper sulfat, Vitamin C, asam folat, Vitamin B12 dan sorbitol
7 Obat yang mempengaruhi darah Anti anemia
Ecosol® Sodium Chloride dan glukosa monohidrat
Hepasil® Curcuminoid, minyak xantoliza dan silymarin
Lanagogum® Ekstrak kelidonium, kunyit, spinaseum dan lecitin
Proimbus® Ekstrak echinacea, reishi mushroom dan Ca pentotenat
Sediaan herbal
Solcoceryl® Ekstrak of hemolysed blood of young calves
Suplemen untuk hati, lipotropikum Betafit® Betaine sitrat dan Vitamin E Suplemen nutrisi Lipofood® Asam amino esensial, vitamin dan
mineral
8 Sediaan Tambahan
Lain-lain Trombopop® Heparin, for percutaneous heparin therapy
153
BIOGRAFI PENULIS
Lintang Antyaning Listuhayu adalah anak terakhir dari tiga
bersaudara, putri dari pasangan H. Priyono Probosuyoso,
SE dan Harum Pudjiastuti. Dilahirkan di Semarang pada
tanggal 5 Oktober 1984. Pendidikan awal dimulai di
Taman Kanak-Kanak Don Bosco Semarang tahun 1988-
1990, dilanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar
Don Bosco Semarang tahun 1990-1996.
Selanjutnya ke jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 5
Semarang pada tahun 1996-1999. Kemudian naik ke jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Umum (SMU) Negeri 4 Semarang tahun 1999-2002. Selanjutnya tahun
2003 berkesempatan melanjutkan ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan studi