Top Banner
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT PEMAPARAN ASAP ROKOK ISMIYATI MUHAMMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
78

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

Mar 13, 2019

Download

Documents

leduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul rdquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

ABSTRACT ISMIYATI MUHAMMAD Effect of Antioxidant Vitamin C On Male Rat (Rattus norvegicus L) Due to Exposure of Cigarettes Smoke Under Supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN and NASTITI KUSUMORINI

Antioxidant of vitamins C could be used in neutralizing free radical such us cigarettes smoke The aim of this research was to find out the effects of Vitamin C (ascorbic acid) on rat (Rattus norvegicus) which was exposed to cigarette smoke by concentration of malondialdehid (MDA) measuring activities of superoxide dismutase (SOD) enzyme number of erythrocyte cells (RBC) number of leukocyte cells (WBC) concentration of hemoglobin (Hb) and pack cell volume (PCV) Twenty five rats were assessed in this study and they were devided into 5 groups P0) As a control group (without any exposure to cigarette smoke and vitamin C) PI) The group which was given vitamin C only P2) The group which was exposed to cigarette smoke only P3) The group which was exposed to cigarette smoke and given vitamin C at the same time P4) The group which was exposed to cigarette smoke and was given vitamin C after the exposure Stress treatment was carried out by exposing the rats to cigarette smoke for 30 days continously with a dosage of 1 cigarette per 15 minutes in the period of 60 minutes The vitamin C was given orally with a dosage of 857 mgkg bwday for 30 days continously Stress condition (exposed to cigarette smoke) decreased the activities of SOD and increased the concentration of MDA in the heart and kidneys also increased concentration of RBC WBC PCV and decreased concentration of Hb Vitamin C consumption increased the activities SOD but do not as high as control group The giving of vitamin C at the same time of cigarette smoke exposure showed the best result as antioxidant Keywords Ascorbic acid liver kidney rat cigarettes Superoxide dismutase

RINGKASAN

ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit

Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit

Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA

Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek

Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari

Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm

Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas

SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan

copy Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 2: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul rdquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

ABSTRACT ISMIYATI MUHAMMAD Effect of Antioxidant Vitamin C On Male Rat (Rattus norvegicus L) Due to Exposure of Cigarettes Smoke Under Supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN and NASTITI KUSUMORINI

Antioxidant of vitamins C could be used in neutralizing free radical such us cigarettes smoke The aim of this research was to find out the effects of Vitamin C (ascorbic acid) on rat (Rattus norvegicus) which was exposed to cigarette smoke by concentration of malondialdehid (MDA) measuring activities of superoxide dismutase (SOD) enzyme number of erythrocyte cells (RBC) number of leukocyte cells (WBC) concentration of hemoglobin (Hb) and pack cell volume (PCV) Twenty five rats were assessed in this study and they were devided into 5 groups P0) As a control group (without any exposure to cigarette smoke and vitamin C) PI) The group which was given vitamin C only P2) The group which was exposed to cigarette smoke only P3) The group which was exposed to cigarette smoke and given vitamin C at the same time P4) The group which was exposed to cigarette smoke and was given vitamin C after the exposure Stress treatment was carried out by exposing the rats to cigarette smoke for 30 days continously with a dosage of 1 cigarette per 15 minutes in the period of 60 minutes The vitamin C was given orally with a dosage of 857 mgkg bwday for 30 days continously Stress condition (exposed to cigarette smoke) decreased the activities of SOD and increased the concentration of MDA in the heart and kidneys also increased concentration of RBC WBC PCV and decreased concentration of Hb Vitamin C consumption increased the activities SOD but do not as high as control group The giving of vitamin C at the same time of cigarette smoke exposure showed the best result as antioxidant Keywords Ascorbic acid liver kidney rat cigarettes Superoxide dismutase

RINGKASAN

ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit

Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit

Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA

Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek

Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari

Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm

Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas

SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan

copy Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 3: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

ABSTRACT ISMIYATI MUHAMMAD Effect of Antioxidant Vitamin C On Male Rat (Rattus norvegicus L) Due to Exposure of Cigarettes Smoke Under Supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN and NASTITI KUSUMORINI

Antioxidant of vitamins C could be used in neutralizing free radical such us cigarettes smoke The aim of this research was to find out the effects of Vitamin C (ascorbic acid) on rat (Rattus norvegicus) which was exposed to cigarette smoke by concentration of malondialdehid (MDA) measuring activities of superoxide dismutase (SOD) enzyme number of erythrocyte cells (RBC) number of leukocyte cells (WBC) concentration of hemoglobin (Hb) and pack cell volume (PCV) Twenty five rats were assessed in this study and they were devided into 5 groups P0) As a control group (without any exposure to cigarette smoke and vitamin C) PI) The group which was given vitamin C only P2) The group which was exposed to cigarette smoke only P3) The group which was exposed to cigarette smoke and given vitamin C at the same time P4) The group which was exposed to cigarette smoke and was given vitamin C after the exposure Stress treatment was carried out by exposing the rats to cigarette smoke for 30 days continously with a dosage of 1 cigarette per 15 minutes in the period of 60 minutes The vitamin C was given orally with a dosage of 857 mgkg bwday for 30 days continously Stress condition (exposed to cigarette smoke) decreased the activities of SOD and increased the concentration of MDA in the heart and kidneys also increased concentration of RBC WBC PCV and decreased concentration of Hb Vitamin C consumption increased the activities SOD but do not as high as control group The giving of vitamin C at the same time of cigarette smoke exposure showed the best result as antioxidant Keywords Ascorbic acid liver kidney rat cigarettes Superoxide dismutase

RINGKASAN

ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit

Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit

Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA

Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek

Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari

Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm

Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas

SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan

copy Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 4: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

RINGKASAN

ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit

Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit

Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA

Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek

Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari

Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm

Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas

SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan

copy Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 5: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek

Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari

Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm

Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan

Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas

SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan

copy Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 6: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan

copy Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 7: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

copy Hak cipta milik IPB tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 8: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT

PEMAPARAN ASAP ROKOK

ISMIYATI MUHAMMAD

Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 9: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok

Nama Ismiyati Muhammad

NRP G352070171

Disetujui

Komisi Pembimbing

DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS

Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 10: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Bogor Agustus 2009

Ismiyati Muhammad

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 11: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad

Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara

Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang

Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 12: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 13: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35

KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 45

i

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 14: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended

Dietary Allowance ) 14

2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian

obat dan makanan nasional jakarta 18

3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan

dosis pemaparan asap rokok 19

4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19

5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis

vitamin C 20

ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 15: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6

2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12

3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21

4 Lingkungan kandang tikus 22

5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23

6 Pemberian vitamin C secara oral 24

7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu

pengambilan sampel 24

8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27

9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua

perlakuan 30

10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal

tikus pada semua perlakuan 33

11 Jumlah butir darah merah 36

12 Jumlah butir darah putih 38

13 Jumlah hemoglobin 39

14 Jumlah hematokrit 40

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 16: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua

perlakuan 45

2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua

perlakuan 46

3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan

ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47

4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 48

5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 49

6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase

(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50

7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)

hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51

8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah

putih hemoglobin dan hematokrit 52

9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan

pada semua perlakuan 53

10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan

pada semua perlakuan 54

11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus

jantan pada semua perlakuan 55

12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus

jantan pada semua perlakuan 56

13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57

14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58

15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59

16 Uji statistik jumlah hematokrit 60

17 Kurva standar MDA 61

18 Kurva standar SOD 62

iv

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 17: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun

yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah

merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen

penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar

60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth

Tobacco Survey 2000)

Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream

smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan

dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung

rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok

maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan

mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan

tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat

umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam

kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak

mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah

penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan

perokok (Susanna 2003)

Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok

mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari

(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai

proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga

yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap

kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai

bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek

mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 18: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

2

nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal

bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta

quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat

tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan

interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)

Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem

antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak

dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan

proses penuaan dini (Kartikawati 1999)

Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang

perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi

dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi

yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation

peroksidase (GSH Px)

Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk

melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim

Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat

pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai

antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation

peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut

kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara

ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan

memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi

molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin

adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut

dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau

melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk

melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney

2000)

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting

dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor

melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 19: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

3

usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi

vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau

pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai

kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi

udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan

vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap

rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut

Rumusan Masalah

Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan

mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada

tikus jantan

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal

bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C

Hipotesis

Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok

kretek

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk

penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok

atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 20: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

4

TINJAUAN PUSTAKA

Rokok

Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global

yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga

kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit

dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya

industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan

yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus

dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan

aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan

pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia

diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik

dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida

(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap

rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak

usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain

(Susanna et al 2003)

Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap

batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan

kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon

monoksida (CO)

Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan

fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang

terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap

sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram

nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan

menghambat aktivitas silia

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang

merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-

paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 21: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

5

karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-

paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan

pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam

bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit

peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak

Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak

sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok

dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin

yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga

sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan

oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus

berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga

mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan

zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan

pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon

semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)

Radikal Bebas

Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-

kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad

ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai

molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di

orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses

oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal

bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang

sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan

pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)

Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal

yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida

dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 22: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

6

metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh

elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang

kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi

berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan

radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)

Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas

Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk

secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol

maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul

(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk

secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara

homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan

penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa

secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide

radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)

hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit

oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor

(hypochlorous acid)

Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan

perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein

lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi

sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan

reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 23: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

7

dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi

mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan

proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan

komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)

Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang

menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi

lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk

(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh

langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam

keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel

Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena

berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan

dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas

yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka

radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal

bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan

merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada

proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)

Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan

lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih

2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada

jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan

produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan

terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida

dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)

Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan

normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan

kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga

menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 24: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

8

satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak

arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati

diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada

beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi

mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang

Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan

karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas

mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah

terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati

Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya

diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan

menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA

dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang

abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut

akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit

menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas

tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol

dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda

(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal

bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi

berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati

1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu

dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida

sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit

degeneratif (Halliwell 1992)

Antioksidan

Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga

terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 25: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

9

Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem

antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses

enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah

senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan

menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat

menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya

radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan

dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi

senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa

mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan

dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi

langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis

oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan

memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem

untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli

nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung

banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat

lainnya (Sizer amp Whitney 2000)

Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)

Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah

terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul

yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)

Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang

lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu

senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan

radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen

scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan

terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 26: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

10

senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya

asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)

Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi

tiga janis yaitu

1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan

endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)

glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase

2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol

vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan

3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated

hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon

(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)

Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat

oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi

melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal

asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil

dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai

berikut

ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+

X˙ + RH R˙ + XH

Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan

oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut

R˙ + O2 ROO˙

ROO˙ + RH ROOH + R˙

dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian

menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam

lemak baru dengan reaksi sebagai berikut

ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 27: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

11

ROO˙ + R˙ ROO

R˙ + R˙ RR

Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk

hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi

bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)

Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal

(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts

or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti

hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain

reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal

bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-

generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)

Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara

lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil

metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation

peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang

terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat

pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah

banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry

1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat

tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)

Vitamin C

Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu

gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan

penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa

bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon

Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian

informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 28: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

12

mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut

yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)

Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan

menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam

plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul

(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut

air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam

askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)

Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap

radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor

elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)

(a) (b) (c)

Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)

Gugus ini terletak pada atom C

2 dan C

3 Adanya gugus ini memungkinkan

vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba

pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas

akibat asap rokok

Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya

berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan

berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga

glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C

(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan

terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan

mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 29: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

13

Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis

dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia

tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam

ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena

bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya

dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon

(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai

antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan

teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif

stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan

kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut

dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas

yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger

atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas

scavenger karena sifat kimianya

Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya

Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi

bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang

dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)

Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak

sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk

oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species

logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain

yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi

dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi

natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan

penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan

respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi

molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 30: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

14

(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan

penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan

temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)

Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah

vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu

bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus

Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari

individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila

kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy

membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari

sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan

dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)

Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)

Usia Kebutuhan vitC mghari

0-6 bulan 40 (AI)

7-12 bulan 50 (AI)

1-3 tahun 15 mghari

4-8 tahun 25 mghari

9-13 tahun 45 mghari

14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari

Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami

dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah

mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua

adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi

penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu

vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga

Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C

sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti

dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 31: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

15

buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan

perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori

dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg

per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah

keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan

vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus

membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah

yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan

lewat usus menjadi terbatas

Hematologi

Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen

dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan

serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju

ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah

terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di

dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13

x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)

a Butir darah merah (BDM)

Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya

Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor

hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk

lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini

kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang

menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya

meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi

butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif

terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 32: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

16

b Butir darah putih (BDP)

Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik

dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih

yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)

eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut

dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis

(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi

apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)

sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif

dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan

elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing

mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)

tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi

sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami

peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak

terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat

c Hemoglobin (Hb)

Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan

vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk

bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme

yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin

yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari

molekul hemoglobin (Guyton 1996)

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 33: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

17

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

d Hematokrit (PCV)

Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak

hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah

Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan

yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti

arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan

dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga

dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi

(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar

hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah

dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat

mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 34: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi

Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6

bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Hewan coba

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan

berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB

2 Rokok

Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan

kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2

Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta

Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)

Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam

Merah 276 1666 4577 1470

Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu

delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam

puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari

pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati

setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan

tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada

kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian

terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang

rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 35: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

19

kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi

kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang

rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai

untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh

menithari

Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok

Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Rokok

8 batang60 menithari

6 batang60 menithari

4 batang60 menithari

05 05 15 35 45 45 45

05 05 05 25 35 45 45

05 05 05 05 05 05 05

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

3 Vitamin C

Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas

ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang

biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg

bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam

minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus

mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat

badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan

(Hariyatmi 2004)

Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus

Dosis Manusia Dosis Tikus

1500 mgkgbbhari

3000 mgkgbbhari

4500 mgkgbbhari

427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat

sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 36: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

20

yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg

bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus

tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk

cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada

penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg

bbhari untuk tikus

Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C

Kelompok tikus Letalitas minggu ke-

0 1 2 3 4 5 6

Kontrol

VitC 427 mgkgbbhari

857 mgkgbbhari

1285 mgkgbbhari

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 05 05 05 05

05 05 05 15 35 35 35

Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji

4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD

murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin

(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-

bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan

khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan

hayem larutan turk dan reagen drabkins

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk

memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam

penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang

dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung

kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok

d d

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 37: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

21

g c a

b

de f

A

CE

G

B

F

D

Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber

Keterangan gambar

a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses

pemaparan asap rokok

b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke

chamber

c Tempat pembakaran rokok

d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok

e air pump sebagai alat pemompa udara

f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber

g Tabung oksigen

Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan

pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar

menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas

dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan

Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara

agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam

chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada

saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen

melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05

atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok

kedua hingga semua rokok habis terbakar

Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde

spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 38: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

22

hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse

inkubator dan hematokrit reader

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan

coba tahap perlakuan dan tahap analisis

1 Tahap Persiapan

Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu

ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas

sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan

minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25

degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap

pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi

bersih

Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan

Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang

terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah

1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok

dan tidak diberi vitamin C

2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap

rokok

3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi

vitamin C

4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara bersamaan

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 39: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

23

5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

secara tidak bersamaan

Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut

diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu

a Proses pemaparan

Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam

kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen

dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada

pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan

pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga

asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang

rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan

setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok

pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua

kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok

perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)

(a) (b) (c)

Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)

b Proses pemberian vitamin C

Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan

menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades

Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan

diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 40: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

24

jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari

setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses

pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)

Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral

Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C

dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)

Hari Penelitian Perlakuan

1 30 31 60 61

P0

P1

Ket

P2

P3

P4

Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel

Pemberian vitamin C

Hari pengambilan sampel

Pemaparan asap rokok

3 Tahap Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan

pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah

1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi

a Kadar malondialdehida (MDA)

b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 41: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

25

2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi

a Jumlah butir darah merah (BDM)

b Jumlah butir darah putih (BDP)

c Jumlah hemoglobin (Hb)

d Jumlah hematokrit (PCV)

Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter

kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk

pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan

untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci

dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu

bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan

aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya

digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan

berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang

kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan

kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada

suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya

4 Tahapan Analisis

a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus

(Conti dan Sutherland 1991)

1 Persiapan larutan standar

Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25

mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan

mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi

yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran

17)

2 Pengukuran Kadar MDA

Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks

berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan

ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu

sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 42: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

26

menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan

ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium

klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran

ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan

disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan

jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin

025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam

trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat

hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut

dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan

air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil

sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang

532 nm

MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)

A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus

(Chen et al 1996)

1 Persiapan Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni

sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200

250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat

kurva standar (Lampiran 18)

2 Pengukuran Aktivitas SOD

Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)

ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan

menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini

dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida

(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c

Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan

reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh

xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 43: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

27

superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi

ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang

gelombang 550 nm

Reaksinya

Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat

O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c

2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2

Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)

Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan

oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)

sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum

pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin

dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya

ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks

secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan

divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang

terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat

sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi

Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka

dikonversi dengan rumus

SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)

A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva

standar

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 44: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

28

c Pengukuran Hematologi

a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah

dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05

kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu

dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan

pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar

hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R

b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-

burker dan neubauer

Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan

mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu

menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan

angka 11 serta menghitungnya pada kotak W

c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin

Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen

drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan

2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan

menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu

dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk

sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ

540 nm

d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit

Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung

disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500

ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur

volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan

hematokrit reader

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 45: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

29

Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar

malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah

butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah

hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan

Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut

Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana

I = Banyaknya perlakuan

J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

μ = Pengaruh rata-rata pengamatan

Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I

sum ij= Random error dari percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 46: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal

Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator

keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam

lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan

juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi

telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari

asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)

Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok

perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata

kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok

(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun

ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap

rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus

(plt005) (Lampiran 3)

0

5000

10 0

15 0

20 00

25 00

30000

35 00

Kad

ar M

DA

(Ug

0

00

00

0

0)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Kadar MDA pada Hati

Kadar MDA pada Ginjal

ab

c

bc

a

a bc

c

ab a

Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya

mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling

tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 47: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

31

kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat

meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA

kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang

berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas

yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu

pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini

lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi

MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap

rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati

kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)

Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian

vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron

berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat

menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga

radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru

Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas

dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal

bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas

yang panjang sehingga sulit dinetralkan

Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan

dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan

seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme

berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa

metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan

elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 48: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

32

yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan

demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan

dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA

tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini

disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ

tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30

sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa

metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang

menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan

antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA

Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan

salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan

dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)

yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom

sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping

oksidasi tersebut

Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada

Hati dan Ginjal

Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan

intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas

intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen

Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen

peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil

Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami

perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran

enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri

Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang

menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom

c

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 49: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

33

Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima

kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat

pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar

asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan

bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata

terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)

Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa

pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut

untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga

enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas

enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang

paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok

tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal

bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah

0

100

200

300

400

500

600

Akt

ivita

s en

zim

SO

D (U

g)

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Aktivitas SOD pada Hati

Aktivitas SOD pada Ginjal

a

b

bc c

a

ab

bc

c

a

bc

Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus

pada semua perlakuan

Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan

percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini

terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan

tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih

lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 50: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

34

SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak

terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian

efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan

waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian

vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut

lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C

yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor

elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian

enzim antioksidan seluler seperti SOD

Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang

melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C

sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan

elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang

relatif stabil

Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase

gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa

quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase

pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan

Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang

selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu

besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan

menurunkan aktivitas enzim tersebut

Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim

tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat

penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi

metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu

disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada

metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam

pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan

Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 51: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

35

di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer

yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya

enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh

membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan

enzim antioksidan dalam hati

Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam

jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin

ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan

lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan

pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada

hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini

disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang

mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme

yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan

mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi

yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara

kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)

Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan

terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama

ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi

toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta

mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama

dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat

sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang

mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang

Pengukuran Hematologi

Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa

jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam

plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih

yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem

transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 52: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

36

gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan

hasil metabolisme lain menuju ke ginjal

1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)

Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan

disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah

BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah

terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa

kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah

BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap

rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap

rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan

jumlah BDM seperti keadaan normal

632678

868

738 773

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Jum

lah

(Jut

am

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan

a

bc

bcab

Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 53: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

37

menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini

mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan

Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh

menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres

hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan

nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut

terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada

dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian

vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0

dan P1)

Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk

mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke

jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan

sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen

juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan

balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan

melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang

mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus

membentuk butir darah merah yang baru

2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)

Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok

yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap

jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)

Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini

mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang

terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya

asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk

dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 54: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

38

saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi

untuk menghilangkan tar tersebut

1111

1470

1849

12511403

02468

101214161820

Jum

lah

(Rib

um

m3 )

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

c

ab

ab b

Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan

Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C

terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu

peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok

3 Jumlah Hemoglobin (Hb)

Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok

kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat

perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang

rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun

demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat

memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian

vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini

menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan

homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap

rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok

kontrol

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 55: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

39

18561657

13391485

1380

02

468

101214

161820

cbcg

)

ab aa

Jum

lah

(

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan

Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk

oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan

oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh

PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini

H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa

Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin

terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan

pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in

vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri

(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau

jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna

kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin

membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih

rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas

darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu

pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)

4 Jumlah Hematokrit (PCV)

Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada

gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada

kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 56: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

40

kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar

asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta

kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)

391 3965

5113433 4452

0

10

30

40

50

60

20Jum

lah

()

P0 P1 P2 P3 P4

Perlakuan

a a c

b b

Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan

Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin

besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga

makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah

yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika

hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat

lambat (Guyton 1996)

Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan

peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM

sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak

menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga

vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan

normal akibat pemaparan asap rokok

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 57: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang

dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida

(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada

organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan

gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C

yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan

asap rokok

Saran

Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang

efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok

dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 58: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency

Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185

Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with

juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159

Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11

Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107

Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578

Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida

Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275

Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126

Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95

Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36

Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240

Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827

Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 59: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

43

Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60

Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University

Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999

Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948

Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center

Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135

Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta

Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta

Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press

Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35

Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta

Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 60: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

44

Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat

Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan

Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23

Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging

Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289

Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28

Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123

Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187

Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179

Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315

Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34

Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182

World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876

Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 61: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA

(Uml) Kadar MDA (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032

(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048

608 103 plusmn 104 103

1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727

(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315

783 103 plusmn 126 103

1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202

(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507

1404 103 plusmn 148 103

1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan

5 0063 116959 730994

832 103 plusmn 148 103

1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170

(P4) Papar rokok lalu VitC

5 0107 208855 1305347

1258 103 plusmn 156 103

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 62: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

46

Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)

Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb

1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212

(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731

2433 103 plusmn 157 103

1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891

(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228

2467 103 plusmn 303 103

1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709

(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309

3242 103 plusmn 262 103

1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929

2521 103 plusmn 225 103

1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511

2882 103 plusmn 433 103

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 63: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

47

Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal

Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 64: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

48

Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366

(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451

056 103 plusmn 0059103

1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537

051 103 plusmn 0071 103

1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682

(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511

030 103 plusmn 0059 103

1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366

046 103 plusmn 0095 103

1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767

032 103 plusmn 0046103

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 65: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

49

Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)

Aktivitas SOD (Ug bb)

Rata-rata Ug bb

1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280

(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366

049 103 plusmn 0037 103

1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024

(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938

048 103 plusmn 010 103

1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425

(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853

018 103 plusmn 011 103

1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853

037 103 plusmn 006 103

1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109

0276 103 plusmn 0089 103

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 66: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

50

Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103

P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103

P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103

P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103

P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 67: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

51

Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)

Perlakuan UlanganSDM

(jutammsup3)SDP

(ribummsup3)HB (gr)

PVC ()

1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675

(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41

1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525

(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415

1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415

(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35

1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38

(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825

1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435

(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 68: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

52

Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit

Perlakuan Butir darah

merah (BDM) Butir darah putih

(BDP) Hemoglobin

(Hb) Hemtokit

(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD

P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 69: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

53

Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAHati

5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828

25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879

1510385 558093534 1396793746 1102456525

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

MDAHati

356 4 20 837

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAHati

23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAHati

Duncana

5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553

059 577 110

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 70: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

54

Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

MDAGinjal

5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901

25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798

1555947 227737741 314137771 1040740136

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

MDAGinjal

693 4 20 605

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

MDAGinjal

24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

MDAGinjal

Duncana

5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481

655 065 065

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 71: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

55

Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODHati

5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240

25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195

50977092 29079210 57386230 1206030928

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

SODHati

825 4 20 525

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODHati

2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051

3531674 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODHati

Duncana

5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400

574 267 267

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 72: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

56

Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan

Descriptives

SODGinjal

5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090

25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257

59235411 19751293 52644067 1600187570

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound

95 Confidence Interval forMean

Between-Component

VarianceUpper Bound Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SODGinjal

1408 4 20 267

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

SODGinjal

3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

SODGinjal

Duncana

5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200

111 091 058

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 73: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

57

Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)

Descriptives

SDM

5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739

25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292

52176 60470 89442 123329

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDM

Test of Homogeneity of Variances

SDM

1838 4 20 161

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDM

ANOVA

SDM

27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDM

SDM

Duncana

5 632405 637605 767805 802005 90800

919 507 1000

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDM

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 74: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

58

Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)

Descriptives

SDP

5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790

25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374

124650 107075 176293 690107

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound

5 Confidence Interval foMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

BDP

Test of Homogeneity of Variances

SDP

971 4 20 445

LeveneStatistic df1 df2 Sig

BDP

ANOVA

SDP

155377 4 38844 8952 00086780 20 4339

242157 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

BDP

SDP

Duncana

5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900

300 131 1000

KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

BDP

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 75: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

59

Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)

Descriptives

HB

5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520

25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360

95458 127857 180863 399305

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

Test of Homogeneity of Variances

HB

413 4 20 797

LeveneStatistic df1 df2 Sig

ANOVA

HB

91122 4 22781 8092 00056306 20 2815

147428 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

HB

Duncana

5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620

211 120 075

KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 76: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

60

Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)

Descriptives

PVC

ANOVA

PVC

466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig

PCV

Test of Homogeneity of Variances

PVC

1570 4 20 221

LeveneStatistic df1 df2 Sig

PCV

5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750

25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467

215926 375209 495111 2209140

KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal

Fixed EffectsRandom Effects

Model

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound

95 Confidence Interval forMean

Minimum Maximum

Between-Component

Variance

PCV

PVC

Duncana

5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300

729 490 1000

KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig

N 1 2 3Subset for alpha = 05

Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a

PCV

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 77: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

61

Lampiran 17 Kurva standar MDA

Konsentrasi (pmol50microL)

Absorbansi 515 nm

500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255

500040003000200010000

025

020

015

010

005

000

X

Y

S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989

Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13
Page 78: EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus … · 2015-09-02 · memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres. ... penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

62

Lampiran 18 Kurva standar SOD

Konsentrasi Uml protein

Absorbansi 550 nm

0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004

5004003002001000

0025

0020

0015

0010

0005

0000

X

Y

S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861

Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X

  • COVER
  • PERNYATAAN
  • ABSTRACT
  • RINGKASAN
  • Hak cipta
  • halaman judul
  • lembar pengesahan
  • PRAKATA
  • RIWAYAT HIDUP
  • RIWAYAT HIDUP
  • DAFTAR ISI
  • DAFTAR TABEL
  • DAFTAR GAMBAR
  • DAFTAR LAMPIRAN
  • PENDAHULUAN
  • TINJAUAN PUSTAKA
  • BAHAN DAN METODE
  • HASIL DAN PEMBAHASAN
  • KESIMPULAN DAN SARAN
  • DAFTAR PUSTAKA
  • LAMPIRAN13