EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT PEMAPARAN ASAP ROKOK ISMIYATI MUHAMMAD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul rdquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
ABSTRACT ISMIYATI MUHAMMAD Effect of Antioxidant Vitamin C On Male Rat (Rattus norvegicus L) Due to Exposure of Cigarettes Smoke Under Supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN and NASTITI KUSUMORINI
Antioxidant of vitamins C could be used in neutralizing free radical such us cigarettes smoke The aim of this research was to find out the effects of Vitamin C (ascorbic acid) on rat (Rattus norvegicus) which was exposed to cigarette smoke by concentration of malondialdehid (MDA) measuring activities of superoxide dismutase (SOD) enzyme number of erythrocyte cells (RBC) number of leukocyte cells (WBC) concentration of hemoglobin (Hb) and pack cell volume (PCV) Twenty five rats were assessed in this study and they were devided into 5 groups P0) As a control group (without any exposure to cigarette smoke and vitamin C) PI) The group which was given vitamin C only P2) The group which was exposed to cigarette smoke only P3) The group which was exposed to cigarette smoke and given vitamin C at the same time P4) The group which was exposed to cigarette smoke and was given vitamin C after the exposure Stress treatment was carried out by exposing the rats to cigarette smoke for 30 days continously with a dosage of 1 cigarette per 15 minutes in the period of 60 minutes The vitamin C was given orally with a dosage of 857 mgkg bwday for 30 days continously Stress condition (exposed to cigarette smoke) decreased the activities of SOD and increased the concentration of MDA in the heart and kidneys also increased concentration of RBC WBC PCV and decreased concentration of Hb Vitamin C consumption increased the activities SOD but do not as high as control group The giving of vitamin C at the same time of cigarette smoke exposure showed the best result as antioxidant Keywords Ascorbic acid liver kidney rat cigarettes Superoxide dismutase
RINGKASAN
ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit
Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit
Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA
Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek
Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari
Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm
Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas
SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan
copy Hak cipta milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul rdquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
ABSTRACT ISMIYATI MUHAMMAD Effect of Antioxidant Vitamin C On Male Rat (Rattus norvegicus L) Due to Exposure of Cigarettes Smoke Under Supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN and NASTITI KUSUMORINI
Antioxidant of vitamins C could be used in neutralizing free radical such us cigarettes smoke The aim of this research was to find out the effects of Vitamin C (ascorbic acid) on rat (Rattus norvegicus) which was exposed to cigarette smoke by concentration of malondialdehid (MDA) measuring activities of superoxide dismutase (SOD) enzyme number of erythrocyte cells (RBC) number of leukocyte cells (WBC) concentration of hemoglobin (Hb) and pack cell volume (PCV) Twenty five rats were assessed in this study and they were devided into 5 groups P0) As a control group (without any exposure to cigarette smoke and vitamin C) PI) The group which was given vitamin C only P2) The group which was exposed to cigarette smoke only P3) The group which was exposed to cigarette smoke and given vitamin C at the same time P4) The group which was exposed to cigarette smoke and was given vitamin C after the exposure Stress treatment was carried out by exposing the rats to cigarette smoke for 30 days continously with a dosage of 1 cigarette per 15 minutes in the period of 60 minutes The vitamin C was given orally with a dosage of 857 mgkg bwday for 30 days continously Stress condition (exposed to cigarette smoke) decreased the activities of SOD and increased the concentration of MDA in the heart and kidneys also increased concentration of RBC WBC PCV and decreased concentration of Hb Vitamin C consumption increased the activities SOD but do not as high as control group The giving of vitamin C at the same time of cigarette smoke exposure showed the best result as antioxidant Keywords Ascorbic acid liver kidney rat cigarettes Superoxide dismutase
RINGKASAN
ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit
Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit
Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA
Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek
Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari
Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm
Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas
SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan
copy Hak cipta milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
ABSTRACT ISMIYATI MUHAMMAD Effect of Antioxidant Vitamin C On Male Rat (Rattus norvegicus L) Due to Exposure of Cigarettes Smoke Under Supervision of DEDY DURYADI SOLIHIN and NASTITI KUSUMORINI
Antioxidant of vitamins C could be used in neutralizing free radical such us cigarettes smoke The aim of this research was to find out the effects of Vitamin C (ascorbic acid) on rat (Rattus norvegicus) which was exposed to cigarette smoke by concentration of malondialdehid (MDA) measuring activities of superoxide dismutase (SOD) enzyme number of erythrocyte cells (RBC) number of leukocyte cells (WBC) concentration of hemoglobin (Hb) and pack cell volume (PCV) Twenty five rats were assessed in this study and they were devided into 5 groups P0) As a control group (without any exposure to cigarette smoke and vitamin C) PI) The group which was given vitamin C only P2) The group which was exposed to cigarette smoke only P3) The group which was exposed to cigarette smoke and given vitamin C at the same time P4) The group which was exposed to cigarette smoke and was given vitamin C after the exposure Stress treatment was carried out by exposing the rats to cigarette smoke for 30 days continously with a dosage of 1 cigarette per 15 minutes in the period of 60 minutes The vitamin C was given orally with a dosage of 857 mgkg bwday for 30 days continously Stress condition (exposed to cigarette smoke) decreased the activities of SOD and increased the concentration of MDA in the heart and kidneys also increased concentration of RBC WBC PCV and decreased concentration of Hb Vitamin C consumption increased the activities SOD but do not as high as control group The giving of vitamin C at the same time of cigarette smoke exposure showed the best result as antioxidant Keywords Ascorbic acid liver kidney rat cigarettes Superoxide dismutase
RINGKASAN
ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit
Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit
Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA
Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek
Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari
Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm
Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas
SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan
copy Hak cipta milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
RINGKASAN
ISMIYATI MUHAMMAD Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN dan NASTITI KUSUMORINI
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok Rokok merupakan salah satu sumber dari radikal bebas yang berasal dari lingkungan luar dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit
Radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi kimia dalam tubuh dan juga dari lingkungan yang terpolusi seperti asap rokok asap kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka radikal bebas tersebut akan merubah fungsi dan berpengaruh pada proses munculnya penyakit
Rokok merupakan salah satu polutan berupa gas yang mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan eugenol untuk rokok kretek Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari nitrosamin dan oksigen reaktif yang dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q) semiquinone (HQ) dan hydroquinone (HQ2) dalam fase tar Zat-zat tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraseluler dan intraseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA
Antioksidan merupakan substansi yang dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk melawan radikal bebas yaitu berupa enzim dan nonenzim Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai antioksidan yaitu superoksida dismutase (SOD) katalase dan glutation peroksida (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara ekstraseluler Antioksidan ekstraseluler tersebut harus mempunyai kemampuan memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi molekul yang stabil berupa vitamin Antioksidan berupa vitamin adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C untuk melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma dan menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi udara dan asap rokok Oleh karena itu penggunaan vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek
Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari
Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm
Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas
SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan
copy Hak cipta milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan April 2009 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin C terhadap radikal bebas akibat pemaparan asap rokok kretek
Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang berumur plusmn 8 minggu dengan berat badan plusmn 200 gr ascorbic acid 857 mgkg bbhari dan pemaparan rokok kretek selama tiga puluh hari dengan dosis satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Tikus yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi dalam lima kelompok yaitu P0 = tidak diberi perlakuan asap rokok dan tidak diberi vitamin C P1 = diberi perlakuan dengan diberi vitamin C saja dengan dosis 857 mgkg bbhari selama tiga puluh hari dan tidak diberi asap rokok P2 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari P3 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari setelah itu diberi vitamin C secara bersamaan P4 = diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok saja (satu batang rokok per lima belas menit selama enam puluh menit) selama tiga puluh hari dan kemudian diberi vitamin C selama tiga puluh hari dengan dosis 857 mgkg bbhari
Proses pemaparan dilakukan dengan menggunakan chamber yaitu sebuah kotak plastik yang dihubungkan dengan tempat pembakaran rokok dan air pump (pompa udara) yang dimodifikasi Pada chamber ini terdapat dua lubang yang satunya dihubungkan dengan air pump dan yang satunya lagi dihubungkan dengan tabung oksigen Tikus dimasukan kedalam chamber katup oksigen dibuka pada 05 atmosfer rokok dibakar dan air pump dinyalakan Biarkan sampai chamber penuh terisi asap rokok lalu air pump dimatikan Setelah asap rokok dalam chamber habis maka air pump dinyalakan kembali Kegiatan ini dapat berulang sampai empat kali untuk satu batang rokok Satu batang rokok dibakar sampai tersisa dua cm
Parameter yang diukur adalah kadar malondialdehida (MDA) pada hati dan ginjal tikus dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm Prinsip pengukuran kadar MDA berdasarkan kemampuan kompleks berwarna merah muda antara MDA dan TBA (asam tiobarbiurat) Dan mengukur aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) pada hati dan organ tikus dengan panjang gelombang 550 nm Prinsip pengukuran SOD berdasarkan laju penghambatan reduksi ferrisitokrom c oleh anioan superoksida yang dihasilkan oleh xantin oksidase Terjadi oksidase xantin menjadi asam urat dan anion superoksidase Selain itu juga parameter lain yang diukur adalah jumlah butir darah merah dan butir darah putih dengan metode Counting chamber-Burker dan Neubouer jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin dan jumlah hematokri dengan metode Mikrohematokrit Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS 15 menggunakan uji ANOVA one-way dan uji Duncan
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah pada kelompok tikus yang diberi perlakuan dengan dipapar asap rokok (P2) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua kelompok perlakuan (plt005) yaitu mempunyai kadar MDA tertinggi dan aktivitas SOD terendah dan dapat mempengaruhi jumlah hematologi pada tikus Terjadi kenaikan kadar MDA dan penurunan aktivitas
SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan
copy Hak cipta milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
SOD disebabkan karena keadaan stres dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dan radikal bebas yang tinggi akan menyebabkan penggunaan SOD juga semakin banyak sehingga jumlahnya pun semakin berkurang Demikian juga dengan jumlah hematologi Pemberian vitamin C terbukti dapat menurunkan kadar MDA dan mempertahankan aktivitas SOD namun tidak setinggi kelompok kontrol serta memperbaiki kerja fungsi tubuh yang terganggu akibat stres Hal ini terjadi karena vitamin C memiliki gugus enadiol sebagai pendonor elektron sehingga radikal bebas dapat dinetralkan
copy Hak cipta milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
copy Hak cipta milik IPB tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
EFEK ANTIOKSIDAN VITAMIN C TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L) JANTAN AKIBAT
PEMAPARAN ASAP ROKOK
ISMIYATI MUHAMMAD
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
Judul Efek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokok
Nama Ismiyati Muhammad
NRP G352070171
Disetujui
Komisi Pembimbing
DrIr Dedy Duryadi Solihin DEA Dr Nastiti Kusumorini
Ketua Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Biosains Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Bambang Suryobroto Prof Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro MS
Tanggal Ujian 25 Agustus 2009 Tanggal Lulus
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
PRAKATA Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
karunia serta ridho-Nya sehingga tesis yang berjudul ldquoEfek Antioksidan Vitamin C Terhadap Tikus (Rattus norvegicus L) Jantan Akibat Pemaparan Asap Rokokrdquo ini dapat diselesaikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA dan Dr Nastiti Kusumorini selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan tesis ini Di samping itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Departemen Agama RI atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat mengikuti program pascasarjana ini
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar dan pegawai FMIPA-IPB staf pegawai dan laboran pada bagian Fisiologi dan Farmakologi FKH-IPB Ibu A Mursquonisa Bapak I Nyoman Suarsana teman-teman dan pengelola Laboratorium Biologi Molekuler PPSHB IPB yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk penyelesaian tesis ini
Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Suami tercinta mama papa kakak adik serta keluarga besar Mardjuki Mansur dan Lukman atas doa perhatian dan dukungan yang diberikan
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya
Bogor Agustus 2009
Ismiyati Muhammad
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ternate pada tanggal 28 Juni dari Ayah Muhammad
Hasim dan ibu Sitti Mariyani Mardjuki Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara
Tahun 2003 penulis menyelesaikan program Strata 1 pada Universitas Khairun Ternate Jurusan Pendidikan Biologi Selanjutnya penulis mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Model Ternate mulai tahun 2003 hingga sekarang
Pada bulan Juli 2007 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti program beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Departemen Agama RI dan mengambil Program Studi Biologi Mayor Biosains Hewan pada Sekolah Pascasarjana IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis DrdrhHera Maheshwari MSc
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok 4 Radikal Bebas 5 Antioksidan 8 Vitamin C 11 Hematologi 15
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 18 Bahan dan Alat 16 Metode Penelitian 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) Pada Hati dan Ginjal 30 Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksidase Dismutase (SOD) pada Hati dan Ginjal 32 Pengukuran Hematologi 35
KESIMPULAN DAN SARAN 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 45
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA(Recommended
Dietary Allowance ) 14
2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut pusat pengujian
obat dan makanan nasional jakarta 18
3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan
dosis pemaparan asap rokok 19
4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus 19
5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis
vitamin C 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi berantai dari radikal bebas 6
2 Struktur molekul vitamin C dengan gugus enadiolnya 12
3 Skema dan seperangkat Smoking chamber 21
4 Lingkungan kandang tikus 22
5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir 23
6 Pemberian vitamin C secara oral 24
7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu
pengambilan sampel 24
8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) 27
9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua
perlakuan 30
10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal
tikus pada semua perlakuan 33
11 Jumlah butir darah merah 36
12 Jumlah butir darah putih 38
13 Jumlah hemoglobin 39
14 Jumlah hematokrit 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua
perlakuan 45
2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua
perlakuan 46
3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan
ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 47
4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 48
5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 49
6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase
(SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan 50
7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP)
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PCV) 51
8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah
putih hemoglobin dan hematokrit 52
9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan
pada semua perlakuan 53
10 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) ginjal tikus jantan
pada semua perlakuan 54
11 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus
jantan pada semua perlakuan 55
12 Uji statistik aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus
jantan pada semua perlakuan 56
13 Uji statistik jumlah butir darah merah 57
14 Uji statistik jumlah butir darah putih 58
15 Uji statistik jumlah hemoglobin 59
16 Uji statistik jumlah hematokrit 60
17 Kurva standar MDA 61
18 Kurva standar SOD 62
iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebiasaan merokok merupakan kebudayaan manusia sejak ratusan tahun
yang lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat bahkan sekarang telah
merambah dikalangan remaja dan anak sekolah Saat ini sekitar 30 persen
penduduk Indonesia adalah perokok sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar
60 persen laki-laki dan 5 persen wanita Indonesia perokok (WHO Global Youth
Tobacco Survey 2000)
Asap rokok dalam lingkungan terdiri dari asap arus utama (mainstream
smoke) dan asap arus samping (sidestreaem smoke) Asap arus utama dihisap dan
dikeluarkan oleh perokok sedangkan asap arus samping dihasilkan dari ujung
rokok diantara kedua hisapan Dalam ruangan dimana terdapat orang merokok
maka asap yang dihasilkan terbanyak dari asap arus samping Asap tersebut akan
mengganggu lebih banyak pada orang bukan perokok yang berada pada ruangan
tersebut (Kritz et al 1995 Widodo 2006)
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan lingkungan dari asap rokok seperti larangan merokok di tempat-tempat
umum tempat kerja dan instalasi khusus Bahkan peringatan pemerintah dalam
kemasan rokok yang menyatakan ldquomerokok dapat merugikan kesehatanrdquo tidak
mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat (Susanna 2003) Menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok adalah
penyebab berbagai penyakit dan dapat juga mengenai orang sehat yang bukan
perokok (Susanna 2003)
Rokok merupakan salah satu penyebab kerusakan sel karena dalam rokok
mengandung bahan yang dapat membentuk radikal bebas Menurut Sauriasari
(2006) bahwa radikal bebas adalah produk antara yang terbentuk dalam berbagai
proses reaksi kimia dalam tubuh (misalnya metabolisme sel pernapasan olah raga
yang berlebihan) dan juga dari lingkungan yang terpolusi oleh asap rokok asap
kendaraan bahan pencemar dan juga radiasi Asap rokok mengandung berbagai
bahan kimia antara lain nikotin karbon monoksida tar dan khusus rokok kretek
mengandung eugenol Bahan-bahan kimia tersebut bersifat toksik terdiri dari
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
2
nitrosamin dan oksigen reaktif yang apabila teroksidasi dapat membentuk radikal
bebas seperti nitrit oksida dan nitrit peroksida (NO NO2) dalam fase gas serta
quinon semiquinon dan hydroquinone (Q HQ dan HQ2) dalam fase tar Zat-zat
tersebut dapat bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur ekstraselular dan
interseluler seperti protein lipid karbohidrat dan DNA (Trabel et al 2000)
Pembentukan senyawa radikal bebas yang tidak segera dinetralkan oleh sistem
antioksidan dapat menimbulkan terjadinya stress oksidatif yang banyak
dihubungkan dengan penyakit degeneratif kanker gangguan sistem imun dan
proses penuaan dini (Kartikawati 1999)
Widodo (2006) menunjukkan bahwa paparan asap rokok delapan batang
perhari selama enam minggu menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi
dan ultrastruktur pada organ sistem pernapasan Dari perubahan tersebut indikasi
yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kadar serum glutation
peroksidase (GSH Px)
Secara fisiologis tubuh mempunyai dua sistem pertahanan utama untuk
melawan radikal bebas yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim
Antioksidan enzimatik ini bekerja secara intraseluler yang sebagian besar terdapat
pada mitokondria dan sitoplasma Ada tiga macam enzim yang bekerja sebagai
antioksidan yaitu superokside dismutase (SOD) katalase dan glutation
peroksidase (GSH Px) Namun demikian ketiga enzim antioksidan tersebut
kurang efektif sehingga membutuhkan suplai antioksidan nonenzimatik secara
ekstraseluler Antioksidan nonenzimatis tersebut harus mempunyai kemampuan
memberikan ion hidrogen sehingga radikal bebas yang ada akan dirubah menjadi
molekul yang stabil berupa vitamin (Hanim 1996) Antioksidan berupa vitamin
adalah vitamin A (β-karoten) vitamin E (larut dalam lemak) dan vitamin C (larut
dalam air) Vitamin A dan vitamin E digunakan untuk mempertahankan atau
melindungi lipid dalam tubuh sedangkan vitamin C (ascorbic acid) untuk
melindungi bagian tubuh berupa cairan seperti plasma darah (Sizer amp Whitney
2000)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat berperan penting
dalam tubuh diantaranya membantu kerja enzim tertentu atau prekursor
melindungi zat makanan dari oksidan membantu penyerapan makanan dalam
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
3
usus melindungi bagian darah yang sensitif terhadap oksidan dan melindungi
vitamin E Vitamin C mudah diperoleh baik dalam buah sayuran bentuk pil atau
pun dalam bentuk vitamin C murni selain itu juga vitamin C mempunyai
kemampuan untuk menetralisir oksidan dari berbagai sumber termasuk dari polusi
udara dan asap rokok ( Sizer amp Whitney 2000 ) Oleh karena itu penggunaan
vitamin C sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas akibat asap
rokok perlu dieksplorasi lebih lanjut
Rumusan Masalah
Apakah antioksidan vitamin C dapat menetralisir (mencegah dan
mengobati) akibat dari radikal bebas yang dihasilkan oleh asap rokok kretek pada
tikus jantan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh vitamin C terhadap radikal
bebas akibat pemaparan asap rokok kretek dan menguji keefektifitas vitamin C
Hipotesis
Vitamin C dapat menurunkan pengaruh oksidan akibat paparan asap rokok
kretek
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
vitamin C sebagai antioksidan bagi perokok Data ini dapat digunakan untuk
penerapan pengobatan dan perlakuan terhadap penderita penyakit akibat merokok
atau pun sebagai tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat merokok
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
4
TINJAUAN PUSTAKA
Rokok
Ketergantungan terhadap rokok sudah menjadi pembicaraan secara global
yang dapat menyebabkan kecacatan penyakit produktivitas menurun dan juga
kematian Namun kesadaran untuk berhenti mengkonsumsi rokok sangat sulit
dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain gencarnya
industri rokok untuk mengiklankan produknya tanpa memberikan keterangan
yang jelas tentang bahaya rokok dan juga banyaknya petani tembakau yang harus
dialihkan profesinya untuk tidak menanam tembakau Asap rokok merupakan
aerosol heterogen dari pembakaran tembakau komponen dalam rokok dan
pembungkusnya Setiap batang rokok mengandung banyak bahan kimia
diantaranya adalah nikotin karbon monoksida dan tar yang bersifat karsinogenik
dan dapat membentuk radikal bebas seperti nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida
(NO2) (Widodo 2006) Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh asap
rokok berupa penyakit kardiovaskuler arteriosklerosis tukak lambung dan tukak
usus kanker chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan lain-lain
(Susanna et al 2003)
Rokok kretek bisa disamakan dengan sebuah pabrik bahan kimia Setiap
batang rokok kretek yang dibakar akan menghasilkan berbagai macam bahan
kimia Secara umum bahan kimia yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga golongan bahan yang berbahaya yaitu nikotin tar dan karbon
monoksida (CO)
Nikotin adalah bahan dasar yang dapat menimbulkan sifat ketergantungan
fisik dan psikis bagi perokok aktif atau disebut dengan kecanduan Nikotin yang
terkandung dalam rokok adalah sebesar 05-3 nanogram dan semuanya diserap
sehingga dalam cairan darah didalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram
nikotin setiap 1 ml Selain masuk dalam aliran darah pada paru-paru nikotin akan
menghambat aktivitas silia
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru Kadar tar dalam rokok antara 05-35 mgbatang Tar merupakan suatu zat
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
5
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada saluran pernapasan dan paru-
paru yang terdiri dari dua fase yaitu fase tar dan fase gas Pada fase tar merupakan
pembentuk radikal bebas seperti quinon semiquinon dan hydroquinon dalam
bentuk matriks polimer Pada fase gas mengandung nitrit oxida dan nitrit
peroksida yang dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak
Karbon monoksida merupakan produk pembakaran karbon yang tidak
sempurna dari unsur arang atau karbon Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok
dapat mencapai 3-6 Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan oksigen Sehingga
sel tubuh akan kekurangan oksigen karena darah yang beredar miskin akan
oksigen dan kaya akan karbon monoksida Sel tubuh yang kekurangan oksigen
akan melakukan spasme yaitu menciutkan pembuluh darah Bila hal ini terus
berlangsung terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak Rokok juga
mengandung sejumlah bahan reaktif molekuler kimia seperti reaktif oksigen dan
zat radikal (Church amp Pryor 1985) Pada asap rokok terdapat beberapa jenis bahan
pembentuk radikal bebas diantaranya adalah aldehida epoxida peroksida quinon
semiquinon dan hydroquinon (Droge 2002)
Radikal Bebas
Pada abad ke 19 istilah radikal bebas diperuntukan bagi kelompok-
kelompok atom yang membentuk suatu molekul dalam keadaan bebas Pada abad
ke 20 Moses Gomberg (1866) menemukan istilah radikal bebas diartikan sebagai
molekul tidak stabil dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di
orbit luarnya Radikal bebas merupakan elektron yang terlepas karena proses
oksidasi Dalam usaha untuk menggantikan elektron yang hilang itu maka radikal
bebas mengikat dan menghancurkan sel-sel yang sehat Hal ini karena sel yang
sehat merupakan tempat yang cocok bagi radikal bebas untuk melakukan
pemanjangan rantai tubuhnya (Weber et al 1994)
Menurut Droge (2002) bahwa radikal bebas dapat bersumber dari tiga hal
yaitu 1) Dari lingkungan bersumber dari asap rokok asap kendaraan pestisida
dan racun dari sisa pembuangan 2) Berasal dari dalam tubuh yaitu proses
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
6
metabolisme energi 3) Dari radikal itu sendiri yaitu berusaha memperoleh
elektron dari molekul lain sehingga terbentuklah radikal bebas baru yang
kehilangan elektronnya Bila reaksi berlanjut terus maka terjadilah suatu reaksi
berantai (chain reaction) sampai radikal bebas itu hilang oleh reaksi dengan
radikal bebas lain atau sistem antioksidan tubuh (Gambar 1)
Gambar 1 Reaksi berantai dari radikal bebas
Radikal bebas dapat bersifat positif negatif dan netral Mereka terbentuk
secara normal dalam reaksi biokimia tetapi bila berlebihan atau tidak terkontrol
maka dapat menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas dari makromolekul
(Suyatna 1989) Menurut Araujo et al (1998) radikal bebas dapat terbentuk
secara in-vivo dan in-vitro yaitu dengan pemecahan satu molekul normal secara
homolitik menjadi dua kehilangan satu elektron dari molekul normal dan
penambahan elektron pada molekul normal Selanjutnya dijelaskan juga bahwa
secara biologis radikal bebas dalam tubuh berupa radikal superoksida (superoxide
radical) radikal hydroksil (hydroxyl radical) radikal peroksil (peroxyl radical)
hydrogen peroksida (hydrogen peroxide) oksigen tunggal (single oxygen) nitrit
oksida (nitric oxide) nitrit peroksida (peroxinitrite) dan asam hipoklor
(hypochlorous acid)
Radikal bebas bersifat sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan
perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein
lipid dan nukleutida Pada protein radikal bebas dapat menyebabkan fragmentasi
sehingga mempercepat terjadinya proteolisis Pada lipid dapat menyebabkan
reaksi peroksidasi yang akan mencetus proses otokatalik dan pada nukleutida
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
7
dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur DNA dan RNA sehingg terjadi
mutasi atau sitotoksisitas (Gitawati 1995) Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
kerusakan sel oleh radikal bebas didahului oleh kerusakan membran sel dengan
proses sebagai berikut 1) Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan
komponen membran sehingga terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor 2)
Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu 3) Reaksi peroksidasi
lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak tidak jenuh majemuk
(PUFA) Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berpengaruh
langsung terhadap kerusakan membran sel antara lain struktur dan fungsi dalam
keadaan yang lebih ekstrim yang akhirnya akan menyebabkan kematian sel
Jumlah radikal bebas dalam batas tertentu akan bersifat positif karena
berperan penting bagi kesehatan dan fungsi tubuh dalam memerangi peradangan
dan membunuh penyakit seperti bakteri Namun demikian apabila radikal bebas
yang dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan selulernya maka
radikal bebas tersebut akan berakibat negatif Hal ini disebabkan karena radikal
bebas tersebut akan menyerang sel itu sendiri Struktur sel yang berubah akan
merubah fungsi dari bagian tersebut dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada
proses munculnya penyakit (Sauriasari 2006)
Masuknya radikal bebas ke dalam tubuh dapat melalui pernapasan
lingkungan luar yang tidak sehat dan makanan yang berlemak (Kumalaningsih
2007) Selain itu pada kondisi stres dapat meningkatkan jumlah peroksisom pada
jaringan seperti pada ginjal kera Jepang yang mengakibatkan peningkatan
produksi radikal bebas didalam tubuhnya Hal tersebut ditunjukkan dengan
terjadinya penurunan kandungan antioksidan endogen seperti superoksida
dismutase (Wresdiyati amp Makita 1995)
Menurut Shahidi (1997) dan Hariyatmi (2004) pada kondisi stres imbangan
normal antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan
kemampuan pertukaran antioksidan mengalami gangguan sehingga
menggoyahkan sebuah rantai reduksi oksidasi normal Hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan Keadaan ini diduga sebagai salah
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
8
satu faktor pendorong terjadinya beberapa penyakit sistemik seperti katarak
arteriosklerosis atau yang dikenal dengan jantung koroner kerusakan hati
diabetes kanker dan penuaan dini Kerusakan jaringan tubuh juga tergantung pada
beberapa faktor antara lain target molekuler tingkat stres yang terjadi
mekanisme yang terlibat serta waktu dan sifat alami dari sistem yang diserang
Menurut Kumalaningsih (2007) bahwa penyakit jantung koroner disebabkan
karena molekul besar lemak yang disebut LDL teroksidasi oleh radikal bebas
mengendap di pembuluh darah jantung Hal ini akan menyebabkan aliran darah
terganggu sehingga sebagian sel-sel jantung tidak cukup makanan dan mati
Katarak disebabkan karena kerusakan protein pada lensa mata akibat elektronnya
diambil oleh radikal bebas sehingga protein yang terdapat pada sel-sel jaringan
menjadi rusak Kanker terjadi karena adanya serangan radikal bebas pada DNA
dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang
abnormal yang menyebabkan kerusakan jaringan dan penuaan dini Hal tersebut
akan berakibat berkurangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit
menjadi keriput dan timbul bintik-bintik pigmen kecoklatan Radikal bebas
tersebut dapat merusak komponen membran sel yang berupa fosfolipid kolesterol
dan protein Fosfolipid dan kolesterol mengandung asam lemak tak jenuh ganda
(linoleat linolenat dan arakhidonat) yang sangat peka terhadap serangan radikal
bebas terutama radikal hidroksil Radikal hidroksil ini dapat menimbulkan reaksi
berantai yang dikenal dengan peroksidasi lemak (Suryohudoyo 1995 Kartikawati
1999) Akibat akhir dari reaksi ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
senyawa yang bersifat toksik terhadap sel dan jaringan seperti aldehid Selain itu
dapat pula terjadi ikatan silang antara dua rantai asam lemak dari rantai peptida
sehingga mengakibatkan rusaknya membran sel dan muncul penyakit-penyakit
degeneratif (Halliwell 1992)
Antioksidan
Radikal bebas merupakan produk normal dari proses metabolisme Selama
makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi sejumlah radikal bebas juga
terbentuk dan efeknya dinetralisir oleh antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
(endogen) dalam jumlah yang berimbang (Hariyatmi 2004)
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
9
Tubuh manusia atau pun hewan dalam keadaan normal mempunyai sistem
antioksidan yang dapat menangkal aksi radikal bebas yaitu sistem proses
enzimatis dan nonenzimatis Dalam pengertian kimia antioksidan adalah
senyawa-senyawa pemberi elektron Dalam pengertian klasik istilah antioksidan
menunjukkan senyawa yang memiliki berat molekul rendah yang dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi lipid dengan mencegah terbentuknya
radikal peroksida Dalam arti biologi dan kedokteran istilah tersebut digunakan
dalam pengertian yang luas meliputi enzim yang dapat mendetoksifikasi
senyawa-senyawa oksigen reaktif (Kartikawati 1999)
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
mengganggu dan memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas Antioksidan
dapat menetralisir atau menghancurkan radikal bebas dengan cara berinteraksi
langsung dengan oksidan atau radikal bebas mencegah pembentukan jenis
oksigen reaktif mengubah oksigen reaktif menjadi kurang toksik dan
memperbaiki kerusakan yang timbul Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem
untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas Oleh karena itu para ahli
nutrisi menyarankan agar kita sering mengkonsumsi produk yang mengandung
banyak variasi antioksidan kombinasi vitamin mineral dan zat berkhasiat
lainnya (Sizer amp Whitney 2000)
Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 1)
Antioksidan primer yaitu antioksidan yang berfungsi untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan merubah radikal bebas menjadi molekul
yang stabil sebelum bereaksi misalnya enzim superoksida dismutase 2)
Antioksidan sekunder yaitu senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas
serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih besar misalnya vitamin E C dan β-karoten 3) Antioksidan tersier yaitu
senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan
radikal bebas misalnya enzim metionin sulfoksidan reduktase 4) oxygen
scavanger yaitu senyawa yang mengikat oksigen sehingga tidak menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi misalnya vitamin C dan 5) chelatorssequestranst yaitu
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
10
senyawa pengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi misalnya
asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih 2007)
Berdasarkan penghasilpenyedianya maka antioksidan dapat dibagi menjadi
tiga janis yaitu
1 Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang disebut juga antioksidan
endogen yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase (SOD)
glutathione peroxidase (GSH Px ) dan katalase
2 Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan seperti tokoferol
vitamin C betakaroten flavonoid dan senyawa fenolik dan
3 Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia seperti butylated
hroayanisole (BHA) butil hidroksi toluen (BHT) tert butil hidroksi quinon
(TBHQ) dan propil galat (PG) (Kumalaningsih 2007)
Secara umum mekanisme kerja dari antioksidan adalah menghambat
oksidasi lemak Menurut (Kumalaningsih 2007) bahwa oksidasi lemak terjadi
melalui beberapa tahap yaitu tahap inisiasi dimulai dengan pembentukan radikal
asam lemak yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil
dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom hydrogen dengan reaksi sebagai
berikut
ROOH + logam (n)+ ROO˙ + logam (n)+ + H+
X˙ + RH R˙ + XH
Selanjutnya tahap propagasi yaitu radikal asam lemak akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksil dengan reaksi sebagai berikut
R˙ + O2 ROO˙
ROO˙ + RH ROOH + R˙
dan tahap terminasi yaitu radikal peroksil yang telah terbentuk kemudian
menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam
lemak baru dengan reaksi sebagai berikut
ROO˙ + ROO˙ ROOR + O2
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
11
ROO˙ + R˙ ROO
R˙ + R˙ RR
Prekursor molekul untuk memulai proses ini umumnya berupa produk
hidroperoksida (ROOH) maka oksidasi lemak merupakan rangkaian reaksi
bercabang dengan berbagai efek yang memiliki potensi untuk merusak
Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas melalui berbagai cara yaitu 1)
Pembersihan senyawa oksigen reaktif atau penurunan konsentrasinya secara lokal
(eliminating oxygen) 2) Pembersihan ion logam katalitik (immobilizing catalysts
or metal ions) 3) Pembersih radikal bebas yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil (OH˙) 4) Peroksil (ROO˙) dan alkoksil (RO˙) (terminating chain
reaction) 4) Pemutus rantai dari rangkaian reaksi yang diinisiasi oleh radikal
bebas dan peredam reaksi serta pembersih single oksigen (inhibiting radical-
generating enzymes) (Gutteridge 1995 Kartikawati 1999)
Pencegahan pembentukan radikal bebas yang reaktif dapat dilakukan antara
lain dengan pemunahan zat awalnya yang berupa peroksida ataupun hasil
metabolisme oksigen oleh enzim superoksida dismutasenkatalase dan glutation
peroksidase Enzim ini dalam mengendalikan tahap awal radikal bebas yang
terbentuk memerlukan bantuan meniral Mn Cu Zn dan Se Pemunahan dapat
pula melalui zat gizi yang berperan sebagai antioksidan Zat gizi tersebut telah
banyak diteliti diantaranya adalah vitamin E A (β-karoten) dan vitamin C (Berry
1992) Pemunahan radikal bebas hanya dapat dilakukan bila tepat waktu tepat
tempat dan tepat dosis (Kartikawati 1999)
Vitamin C
Istilah vitamin C pertama kali ditemukan ketika orang mulai meneliti ilmu
gizi pada 250 tahun yang lalu disaat para dokter berusaha untuk menyembuhkan
penyakit scurvy pada beberapa kelompok pelaut Inggris mereka diberi beberapa
bahanzat yang berbeda-beda yaitu cuka air laut belerang dan jeruk atau lemon
Mereka yang diberi jeruk dapat sembuh dalam waktu yang singkat Kemudian
informasi ini digunakan oleh angkatan laut Inggris dan menganjurkan prajuritnya
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
12
mengkonsumsi jeruk setiap hari Kemudian diberi nama vitamin asam askorbut
yang artinya tanpa sariawan (Sizer amp Whitney 2000)
Vitamin C atau L-asam ascorbut merupakan antioksidan larut air dan
menjadi bagian dari pertahanan tubuh pertama terhadap oksigan reaktif dalam
plasma dan sel Vitamin C ini memiliki formula (C6 H 8O6 ) dengan berat molekul
(BM) sebesar 17613 Dalam keadaan murni berbentuk kristal putih mudah larut
air mudah teroksidasi dan secara reversibel membentuk asam dehidro-L-asam
askorbut yang kehilangan dua atom hidrogen (Zakaria et al 1996)
Purwantaka et al (2005) menyatakan bahwa vitamin C mampu menangkap
radikal bebas hydroksil Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus pendonor
elektron berupa gugus enadiol seperti yang tertuang pada (Gambar 1)
(a) (b) (c)
Gambar 2 Struktur molekul Vitamin C dengan gugus enadiol (a Model) (b Gugus vitamin C (ascorbic acid) sebelum teroksidasi) dan (c Gugus kimia vitamin C (dehydroascorbic acid) teroksidasi (UK Food Standart Agency 2007)
Gugus ini terletak pada atom C
2 dan C
3 Adanya gugus ini memungkinkan
vitamin C mampu menangkap radikal hidroksil Oleh karena itu perlu dicoba
pengaruh vitamin C ini terhadap kemampuannya dalam menetralisir radikal bebas
akibat asap rokok
Meskipun diketahui antioksidan ini bersifat baik apabila jumlahnya
berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh Vitamin C yang berlebihan akan
berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat radikal bebas sehingga
glutation tidak cukup untuk menetralkannya Selain itu kelebihan vitamin C
(sintetis) akan membuat ginjal bekerja semakin keras dan mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal serta mampu mengubah keseimbangan basa dan
mempengaruhi kerja vitamin E (Sizer amp Whitney 2000)
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
13
Vitamin C merupakan laktosa dengan enam rantai karbon yang disintesis
dari glukosa di dalam hati oleh sebagian mamalia selain manusia karena manusia
tidak memiliki enzym gulonolactone oxidase yang penting untuk sintesis asam
ascorbut Vitamin C mampu memberikan elektron dan mereduksi agen karena
bentuk fisiologi dan biokimianya Vitamin C menyumbangkan dua elektronnya
dari rantai ganda antara dua dan tiga molekul karbon dari enam molekul karbon
(Padayatty et al 2003) Dijelaskan pula bahwa vitamin C disebut sebagai
antioksidan karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah
terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai
karbon Namun Setelah memberikan elektron pada radikal bebas vitamin C akan
teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radikal ascorbyl yang relatif
stabil Sifat inilah yang mungkin menjadikannya sebagai antioksidan atau dengan
kata lain bahwa ascorbic acid dapat bereaksi dengan radikal bebas reaksi tersebut
dapat mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal bebas
yang mengalami reduksi dari yang reaktif menjadi tidak reaktif disebut scavenger
atau squencsing Oleh karena itu ascorbic acid baik untuk radikal bebas
scavenger karena sifat kimianya
Radikal ascorbyl tidak dapat bertahan lama dengan elektron tunggalnya
Dengan kehilangan dua elektronnya radikal ascorbyl akan berubah menjadi
bentuk dehydroascorbut acid yang berbeda secara struktural tapi bentuk yang
dominan secara in-vivo belum diketahui seperti yang terlihat pada (Gambar 2c)
Vitamin C dalam bentuk radikal ascorbyl dan dehydroascorbic acid bertindak
sebagai penetral dari berbagai jenis oksidan dalam sistem biologis termasuk
oksigen superoksida radikal hydroksil hypochlorous reaktif nitrogen species
logam besi dan tembaga (Tolbert 1982 Padayatty et al 2003)
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan juga memiliki fungsi lain
yaitu menjaga dan memacu kesehatan pembuluh-pembuluh kapiler kesehatan gigi
dan gusi membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
natrosamin satu zat pemicu kanker Vitamin C mampu pula membuat jaringan
penghubung tetap normal dan membantu penyembuhan luka serta meningkatkan
respon imun (William 2004) Vitamin C juga diperlukan untuk melindungi
molekul-molekul dalam tubuh seperti protein lipid karbohidrat dan asam nukleat
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
14
(DNA dan RNA) (Carr amp Frei 1999) Selain itu juga vitamin C dapat berperan
penting dalam produksi tiroksin yang merangsang laju metabolisme basal dan
temperatur tubuh (Sizer amp Whitney 2000)
Menurut hasil penelitian Simon et al (2003) individu dengan rendah
vitamin C dalam darah akan mudah terinfeksi bakteri Heliobacter pylori yaitu
bakteri yang menyebabkan tukak lambung dan meningkatkan resiko kanker usus
Kebutuhan individu akan vitamin C sangat bervariasi tergantung pada usia dari
individu tersebut (Tabel 1) Tetapi kebutuhan akan vitamin C akan berubah bila
kondisi individu berubah akibat penyakit misalnya penderita scurvy
membutuhkan 10 mghari common cold (selesma) membutuhkan 250 mghari
sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh asap rokok terutama yang berhubungan
dengan cairan darah membutuhkan lebih dari 400 mghari (Gokce et al 1999)
Tabel 1 Kebutuhan vitamin C menurut usia berdasarkan RDA (Recommended Dietary Allowance ) (Food and Nutrition Board 2000)
Usia Kebutuhan vitC mghari
0-6 bulan 40 (AI)
7-12 bulan 50 (AI)
1-3 tahun 15 mghari
4-8 tahun 25 mghari
9-13 tahun 45 mghari
14-18 dan orang dewasa 75-90 mghari
Vitamin C dapat diperoleh dalam bentuk pil dan juga diperoleh secara alami
dari makanan berupa buah dan sayuran Vitamin C dalam bentuk pil sudah
mengalami tiga generasi yaitu generasi pertama asam ascorbat generasi kedua
adalah vitamin C penyangga dan generasi ketiga adalah ester C generasi
penyempurnaan dari generasi sebelumnya (Kumalaningsih 2007) Selain itu
vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan salah satunya adalah mangga
Setiap 100 gr bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok vitamin C
sebanyak 41 mg Mangga muda bahkan mengandung hingga 65 mg Berarti
dengan mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gr (12
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
15
buah ukuran kecil) kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki dan
perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi Secara teori
dikatakan bahwa vitamin C berpengaruh negatif bila pemakaian lebih dari 100 mg
per hari (2-3 gr per hari) dapat mengakibatkan batu ginjal mengubah
keseimbangan basa dan mengurangi kerja vitamin E Mekanisme penyerapan
vitamin C yang diteliti pada hewan percobaan seperti mencit hamster dan tikus
membutuhkan suatu sistem transport aktif Vitamin C siap diabsorbsi jika jumlah
yang masuk kecil namun jika jumlah yang masuk berlebihan maka penyerapan
lewat usus menjadi terbatas
Hematologi
Sistem sirkulasi merupakan sistem transport yang mengantarkan oksigen
dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju ke jaringan
serta mengembalikan karbon dioksida ke paru dan hasil metabolisme lain menuju
ginjal Sistem ini juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi
hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel Unsur seluler dari darah
terdiri dari butir darah merah butir darah putih dan trombosit yang tersuspensi di
dalam plasma Pada tikus mengandung 72-96 x 106mm3 butir darah merah 5-13
x 103mm3 butir darah putih dan 15-18 g hemoglobin (Purwanti 2005)
a Butir darah merah (BDM)
Butir darah merah merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya
Butir darah merah mempunyai fungsi utama adalah untuk mentranspor
hemoglobin selanjutnya membawa oksigen ke dalam sirkulasi Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang Pada mamalia sel ini
kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah Pada keadaan yang
menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke jaringan berkurang biasanya
meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah (Guyton 1996) Produksi
butir darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negatifyang sensitif
terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
16
b Butir darah putih (BDP)
Tubuh mempunyai sistem pertahanan untuk melawan berbagai agen toksik
dan infeksi yang dikenal dengan butir darah putih (leukosit) Butir darah putih
yang terdapat dalam darah meliputi neutrofil limfosit (dalam jumlah besar)
eosinofil basofil dan monosit (dalam jumlah kecil) Proses pertahanan tersebut
dilakukan dengan cara menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis
(neutrofil) dan membentuk antibodi (limfosit) Proses fagositosis dapat terjadi
apabila a) permukaan partikel kasar memungkinkan peningkatan fagositosis b)
sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektronegatif
dan oleh karena itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan
elektronegatif Sebaliknya jaringan yang mati dan partikel-partikel asing
mempunyai muatan elektropositif sehingga merupakan bahan untuk fagosit c)
tubuh mempunyai cara khusus untuk mengenali benda asing tertentu (fungsi
sistem imun) Dalam keadaan terpapar rokok jumlah butir darah putih mengalami
peningkatan untuk mengfagosit benda asing namun bila jumlahnya tidak
terkontrol maka akan mengfagosit sel-sel yang sehat
c Hemoglobin (Hb)
Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan
vertebrata adalah hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk
bulat yang terdiri empat sub unit Setiap sub unit mengandung satu bagian heme
yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Heme adalah suatu derivat porfirin
yang mengancung besi Polipeptida itu secara kolektif sebagai bagian globin dari
molekul hemoglobin (Guyton 1996)
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
17
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
d Hematokrit (PCV)
Hematokrit adalah persentase darah berupa sel Tahanan aliran darah tidak
hanya ditentukan oleh radius pembuluh darah tapi juga oleh viskositas darah
Pada pembuluh darah besar peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan
yang cukup besar dari viskositas Akan tetapi pembuluh darah yang kecil seperti
arteriol kapiler dan venula viskositas berubah lebih sedikit per unit perubahan
dalam hematokrit dibandingkan dengan pembuluh darah besar Viskositas juga
dipengaruhi oleh komposisi plasma dan daya tahan sel terhadap deformasi
(Ganong 2001) Makin besar persentase sel dalam darah maka makin besar
hematokritnya sehingga makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah
dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas Peningkatan viskositas dapat
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi
Fakultas Kedokteran Hewan Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor selama 6
bulan mulai dari bulan Desember 2008 sampai bulan Mei 2009
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1 Hewan coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus L) strain Sprague-Dawley berumur delapan minggu dengan
berat badan plusmn 200 gr berasal dari bagian hewan percobaan FKH-IPB
2 Rokok
Rokok yang digunakan adalah rokok kretek (Gudang garam) dengan
kandungan seperti yang terlihat dalam tabel 2
Tabel 2 Kandungan asap rokok kretek gudang garam menurut Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Jakarta
Jenis Rokok Kandungan (mgbatang)
Nikotin CO Tar Eugenol Gudang Garam
Merah 276 1666 4577 1470
Penetapan dosis ini ditentukan dengan melakukan percobaan pada 15
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yaitu
delapan batang rokok per enam puluh menithari enam batang rokok per enam
puluh menithari dan empat batang rokok per enam puluh menithari
pemberian dilakukan selama enam minggu (tiga puluh hari) Hewan yang mati
setiap hari dicatat sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 Hasil percobaan
tersaji pada (Tabel 3) Pada percobaan ini kematian tikus terjadi pada
kelompok perlakuan pemaparan delapan dan enam batang rokok Kematian
terjadi pada minggu kedua ketiga dan keempat pada dosis delapan batang
rokok dan dosis enam batang rokok terjadi pada minggu ketiga keempat dan
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
19
kelima Untuk dosis empat batang rokok per enam puluh menit tidak terjadi
kematian Dari hasil tersebut diatas ditetapkan bahwa pemberian empat batang
rokok per enam puluh menit aman Sehingga dosis pemaparan yang dipakai
untuk penelitian selanjutnya adalah empat batang rokok per enam puluh
menithari
Tabel 3 Jumlah tikus yang mati pada percobaan pendahuluan penentuan dosis pemaparan asap rokok
Kelompok Pemaparan Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Rokok
8 batang60 menithari
6 batang60 menithari
4 batang60 menithari
05 05 15 35 45 45 45
05 05 05 25 35 45 45
05 05 05 05 05 05 05
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
3 Vitamin C
Penetapan dosis ditentukan dengan melakukan percobaan pada lima belas
ekor tikus jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok pemberian dosis yang
biasa digunakan oleh manusia Adapun dosis tersebut adalah 1500 mgkg
bbhari 3000 mgkg bbhari dan 4500 mgkg bbhari pemberian selama enam
minggu Sehingga konversi dosis vitamin C yang diberikan untuk tikus
mengikuti tabel 3 diatas Nilai konversi dosis diperoleh dengan rumus Berat
badan tikus (gr) berat badan manusia (gr) x dosis vitamin C yang diberikan
(Hariyatmi 2004)
Tabel 4 Nilai konversi berat badan manusia ke berat badan tikus
Dosis Manusia Dosis Tikus
1500 mgkgbbhari
3000 mgkgbbhari
4500 mgkgbbhari
427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
Hasil yang didapatkan adalah jumlah hewan yang mati setiap hari dicatat
sebagai tolak ukur untuk menentukan LD50 (Tabel 4) Pada percobaan ini tikus
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
20
yang mati adalah tikus yang diberi vitamin C dengan dosis 4500 mgkg
bbhari untuk manusia atau 1285 mgkg bbhari untuk tikus Kematian tikus
tersebut terjadi pada minggu ketiga dan keempat dengan feases berbentuk
cairan Dengan demikian dosis yang dianggap aman untuk digunakan pada
penelitian ini adalah dosis 3000 mgkg bbhari untuk manusia atau 857 mgkg
bbhari untuk tikus
Tabel 5 Jumlah tikus yang mati pada percobaan penentuan dosis vitamin C
Kelompok tikus Letalitas minggu ke-
0 1 2 3 4 5 6
Kontrol
VitC 427 mgkgbbhari
857 mgkgbbhari
1285 mgkgbbhari
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 05 05 05 05
05 05 05 15 35 35 35
Letalitas Jumlah hewan yang matijumlah hewan uji
4 Bahan yang digunakan untuk analisis enzim SOD dan MDA adalah SOD
murni (Sigma USA) larutan cytochrom c (Sigma USA) larutan xantin
(Sigma USA) larutan xantin oksidase (Sigma USA) TBA BHT dan bahan-
bahan kimia lainnya seperti buffer potasium fosfat aquades dan
khloroformetanol serta bahan untuk mengukur hematologi seperti larutan
hayem larutan turk dan reagen drabkins
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Smoking chamber (Gambar 3) Smoking chamber merupakan alat untuk
memaparkan asap rokok pada hewan coba Alat ini dirancang khusus dalam
penelitian ini yang terbuat dari plastik dengan ukuran 385x285x225 cm yang
dilengkapi dengan ventilasi dua buah air pump dua buah pipa plastik tabung
kecil berbentuk gelas tabung oksigen dan tempat pembakaran rokok
d d
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
21
g c a
b
de f
A
CE
G
B
F
D
Gambar 3 Skema dan seperangkat Smoking chamber
Keterangan gambar
a Kotak plastik dengan ukuran 385x285x225 tempat tikus selama proses
pemaparan asap rokok
b Pipa plastik untuk mengalirkan asap rokok dari pembakaran rokok ke
chamber
c Tempat pembakaran rokok
d Pipa plastik untuk mengalirkan udara ke tempat pembakaran rokok
e air pump sebagai alat pemompa udara
f Pipa plastik untuk mengalirkan oksigen dari tabung oksigen ke chamber
g Tabung oksigen
Mekanisme kerja dari alat ini adalah rokok dibakar setelah itu ditempatkan
pada tempat pembakaran (c) secara terbalik dimana batang rokok yang dibakar
menghadap ke bawah dan batang rokok yang tidak terbakar menghadap ke atas
dan ditempatkan tepat pada pipa plastik (b) yang terhubung langsung dengan
Chamber kemudian dengan menggunakan air pump (e) untuk mengalirkan udara
agar terjadi pembakaran rokok dan mendorong asap rokok masuk ke dalam
chamber (a) melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (b) Pada
saat asap rokok masuk ke dalam chamber oksigen dialirkan dari tabung oksigen
melalui pipa plastik yang dihubungkan dengan chamber (g) dengan tekanan 05
atmosfer Bila satu batang rokok telah habis terbakar dilanjutkan dengan rokok
kedua hingga semua rokok habis terbakar
Peralatan lain yang juga digunakan dalm penelitian ini adalah sonde
spektrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001) jarum suntik
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
22
hemasitometer mikroskop seperangkat alat bedah lumpang kecil sentrifuse
inkubator dan hematokrit reader
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan hewan
coba tahap perlakuan dan tahap analisis
1 Tahap Persiapan
Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan selama satu minggu
ditempatkan pada kandang individual berukuran 34 x 25 x 12 cm yang beralas
sekam padi dengan penutup kawat ram (Gambar 3) Tikus diberi makan dan
minum ad libitum yang ditempatkan pada ruangan khusus dengan suhu 20-25
degC Penggantian sekam dan pencucian kandang dilakukan dua hari sekali setiap
pagi untuk setiap kandang Hal ini dilakukan agar tikus selalu dalam kondisi
bersih
Gambar 4 Lingkungan kandang tikus 2 Tahap perlakuan
Setelah masa adaptasi tikus tersebut dibagi menjadi lima kelompok yang
terdiri dari lima ekor Adapun kelompok tersebut adalah
1 P0 merupakan kelompok kontrol kelompok yang tidak dipapar rokok
dan tidak diberi vitamin C
2 P1 merupakan kelompok yang diberi vitamin C dan tidak dipapar asap
rokok
3 P2 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan tidak diberi
vitamin C
4 P3 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara bersamaan
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
23
5 P4 merupakan kelompok yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
secara tidak bersamaan
Setelah dibagi dalam lima kelompok perlakuan tikus-tikus tersebut
diberi perlakuan sesuai dengan rancangan yaitu
a Proses pemaparan
Proses pemaparan dilakukan dalam smoking chamber Tikus dalam
kandang individu dipindahkan ke dalam smoking chamber katup oksigen
dibuka dengan tekanan 05 atmosfer kemudian rokok dipasangkan pada
pipa yang dihubungkan dengan pompa selanjutnya rokok dibakar dan
pompa dinyalakan Biarkan asap rokok masuk kedalam chamber hingga
asap tersebut habis terhirup Pemberian dosis asap rokok adalah satu batang
rokok per lima belas menit selama enam puluh menit Pemaparan dilakukan
setiap pagi mulai dari pukul 0700 sampai 0800 untuk satu kelompok
pemaparan selama tiga puluh hari Perlakuan ini diberikan pada semua
kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol (P0) dan kelompok
perlakuan vitamin C (P1) Proses pemaparan terlihat pada (Gambar 4)
(a) (b) (c)
Gambar 5 Proses pemaparan dari awal hingga akhir (a Awal pemaparan) (b Selama pemaparan) (c Akhir pemaparan)
b Proses pemberian vitamin C
Proses pemberian vitamin C dengan cara pencekokan dengan
menggunakan sonde Vitamin C tersebut dilarutkan dalam 1 ml aquades
Dosis pemberian vitamin C adalah sebanyak 857 mgkg bbhari dan
diberikan setiap pagi pada jam sembilan untuk kelompok perlakuan P1 satu
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
24
jam setelah pemaparan untuk kelompok perlakuan P3 dan tiga puluh hari
setelah pemaparan asap rokok untuk kelompok perlakuan P4 Proses
pemberian vitamin C terlihat pada (Gambar 5)
Gambar 6 Pemberian vitamin C secara oral
Diagram perlakuan proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C
dan waktu pengambilan sampel tertuang pada (Gambar 6)
Hari Penelitian Perlakuan
1 30 31 60 61
P0
P1
Ket
P2
P3
P4
Gambar 7 Proses pemaparan asap rokok pemberian vitamin C dan waktu pengambilan sampel
Pemberian vitamin C
Hari pengambilan sampel
Pemaparan asap rokok
3 Tahap Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada hari sesuai yang telah ditetapkan
pada gambar Ada pun parameter yang diukur adalah
1 Kinerja atau aktivitas antioksidan dari vitamin C yang meliputi
a Kadar malondialdehida (MDA)
b Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD)
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
25
2 Hematologi (gambaran darah) yang meliputi
a Jumlah butir darah merah (BDM)
b Jumlah butir darah putih (BDP)
c Jumlah hemoglobin (Hb)
d Jumlah hematokrit (PCV)
Pada akhir percobaan tikus dikorbankan dengan menggunakan eter
kemudian darahnya diambil secara intrakardial sebanyak 2 ml untuk
pemeriksaan gambaran darah (hematologi) Pembedahan segera dilakukan
untuk mengambil organ hati dan ginjal selanjutnya hati dan ginjal dicuci
dengan garam fisiologis 01 kemudian dibagi menjadi dua bagian Satu
bagian ditimbang dengan berat organ 06 gr lalu dibungkus dengan
aluminium foil dan disimpan difreezer pada suhu -20 degC yang nantinya
digunakan untuk analisis MDA Dan satu bagiannya lagi ditimbang dengan
berat organ 05 gr lalu digerus dengan menggunakan tumbukan dan lumpang
kemudian ditambahkan larutan buffer fosfat 1 ml lalu disentrifuse dengan
kecepatan 10000 rpm selama 20 menit diambil lisatnya lalu disimpan pada
suhu -20deg C dan siap dianalisi enzim SODnya
4 Tahapan Analisis
a Pengukuran kadar MDA (Malondialdehida) Hati dan Ginjal Tikus
(Conti dan Sutherland 1991)
1 Persiapan larutan standar
Larutan kerja 10 μM dibuat dengan mengencerkan stok standar 25
mM 1133 tetraetoksipropana (TEP) Kurva standar dibuat dengan
mengencerkan larutan standar hingga menghasilkan beberapa konsentrasi
yaitu 500 1000 2000 2500 3000 4000 dan 5000 pmol50microL (Lampiran
17)
2 Pengukuran Kadar MDA
Prinsip ini berdasarkan pada kemampuan pembentukan kompleks
berwarna merah muda antara MDA dan asam tiobarbiurat (TBA) Hati dan
ginjal yang telah disimpan dalam freezer -20ordmC dicairkan terlebih dahulu
sebelum dianalisis pada suhu ruang Hati dan ginjal digerus dengan
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
26
menggunakan lumpang (digerus dalam keadaan dingin) dengan
ditambahkan 125 ml buffer fosfat yang mengandung 115 gL kalium
klorida dalam kondisi dingin pH 74 (disimpan pada suhu 5ordmC) Campuran
ini disentrifuse 4000 rpm selama 10 menit diambil supernatan keruh dan
disentrifuse lagi 4000 rpm selama 10 menit sebanyak 1 ml supernatan
jernih diambil dan ditambahkan 1 ml campuran larutan asam klorida dingin
025 N (223 ml asam klorida pekat100 ml) yang mengandung 15 asam
trikloroasetat (wv)038 asam tiobarbiurat dan 05 butilat
hidroksitoluen) Campuran larutan asam klorida dan supernatan tersebut
dipanaskan 80ordmC (inkubator) selama 1 jam selanjutnya didinginkan dengan
air mengalir dan disentrifuse 3500 rpm selama 10 menit Supernatan hasil
sentifuse tersebut kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang
532 nm
MDA (μmolg protein)= A(μmolg) x 375 ml06 g (bb)
A= Kadar MDA yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
b Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase) Hati tikus
(Chen et al 1996)
1 Persiapan Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan melarutkan SOD (Sigma USA) murni
sehingga menghasilkan beberapa konsentrasi larutan yaitu 0 50 100 200
250 300 dan 500 unitml H2O dan larutan ini digunakan untuk membuat
kurva standar (Lampiran 18)
2 Pengukuran Aktivitas SOD
Pengukuran aktivitas enzim SOD (Superoksida dismutase)
ditentukan berdasarkan pengukuran enzim secara tidak langsung dengan
menggunakan spektrofotometer (Gambar 7) Untuk mengukur enzim ini
dipakai sistem xantinxantin (XO) yang menghasilkan anion superoksida
(O2) yang mereduksi ferrisitokrom c
Aktivitas enzim SOD diukur berdasarkan laju penghambatan
reduksi ferrisitokrom c oleh anion superoksida yang dihasilkan oleh
xantinxantin oksidase Oksidasi xantin menghasilkan asam urat dan anion
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
27
superoksida yang selanjutnya mereduksi ferrisitokrom c Reduksi
ferrisitokrom c diamati berdasarkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 550 nm
Reaksinya
Xantin + O2 XO O2˙ + asam urat
O2 + sitokrom c (Fe3+) O2 + sitokrom c
2O2 + 2H+ SOD H2O2 + O2
Gambar 8 Spectrofotometer digital double beam (Hitachi U-2001)
Pengukuran aktivitas enzim ini berlangsung pada suhu 25 ordmC larutan
oksidase harus tetap dalam keadaan dingin (didinginkan selama 15 menit)
sebelum digunakan Medium reaksi segera dipersiapkan sebelum
pengukuran dengan memasukan 29 ml larutan A (campuran larutan xantin
dan larutan sitokrom c) ke dalam tabung reaksi 3 ml Selanjutnya
ditambahkan 50 μl larutan baku (kontrol) atau sampellisat lalu divorteks
secara perlahan Reaksi dimulai dengan larutan B (xantin oksidase) dan
divorteks secara perlahan Kemudian diamati perubahan absorbansi yang
terjadi pada spektrofotometer Untuk blanko digunakan buffer fosfat
sebagai pengganti sampel dan sebagai kontrol digunakan air destilasi
Untuk mengambalikan ke konsentrasi awal yaitu dalam (gr) maka
dikonversi dengan rumus
SOD (Ug) = A (microml) x 06705 g (bb)
A= Aktivitas SOD yang diperoleh dari persamaan regresi kurva
standar
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
28
c Pengukuran Hematologi
a Pengukuran jumlah butir darah merah dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit yang telah
dihubungkan dengan aspirometer sampai menunjukkan angka 05
kemudian ditambahkan larutan Hayem sampai menunjukkan angka 101 lalu
dikocok dengan gerakan seperti angka delapan setelah itu sebagian cairan
pada ujung pipet dibuang dan sebagian larutan diteteskan ke dalam kamar
hitung kemudian hitung butir darah merah pada kotak R
b Pengukuran jumlah butir darah putih dengan metode Cuonting chamber-
burker dan neubauer
Untuk mengukur butir darah putih prosedur kerjanya sama dengan
mengukur butir darah merah yang berbeda hanyalah pada larutan yaitu
menggunakan larutan turk sebagai pengencer dan aspirometer menunjukkan
angka 11 serta menghitungnya pada kotak W
c Pengukuran jumlah Hb dengan metode Cyan-methemoglobin
Untuk mengukur hemoglobin digunakan reagen drabkins Reagen
drabkins dipipet sebanyak 50 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 1 dan
2 kemudian ditambahkan 002 ml darah ke tabung reaksi ke 2 dengan
menggunakan pipet sahli atau pipet lain yang bervolume 002 ml lalu
dicampur dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu kamar agar terbentuk
sianmethemoglobin lalu dibaca transmittannya dengan spektrofotometer λ
540 nm
d Pengukuran jumlah hematokrit dengan metode Microhematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler yang ujung
disumbat dengan crestaseal kemudian disentrifuse dengan kecepatan 11500
ndash 15000 rpm selama 5 menit Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur
volume eritrosit (lapisan yang berwarna merah) dan dibaca dengan
hematokrit reader
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
29
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penentuan kadar
malondialdehida (MDA) aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) jumlah
butir darah merah jumlah butir darah putih jumlah hemoglobin dan jumlah
hematokrit adalah rancangan acak lengkap Hasil yang diperoleh akan dianalisis
dengan menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara
perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
Model persamaan matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij =μ + Ti +sumij (Mattjik amp Sumertajaya 2006) dimana
I = Banyaknya perlakuan
J = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan
μ = Pengaruh rata-rata pengamatan
Ti = Pengaruh adanya perlakuan ke-I
sum ij= Random error dari percobaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran Kadar Malondialdehida (MDA) pada Hati dan Ginjal
Analisis kadar radikal bebas dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur kadar MDA hati dan ginjal tikus karena MDA merupakan indikator
keberadaan radikal bebas dalam tubuh MDA merupakan produk oksidasi asam
lemak tak jenuh yang dapat dihasilkan melalui oksidasi oleh senyawa radikal dan
juga sebagai perantara dari biosintesis prostaglandin MDA dalam materi biologi
telah digunakan secara luas sebagai indikator kerusakan oksidatif terutama dari
asam lemak tak jenuh (Nabet 1996 Prasetyawati 2003)
Hasil analisis MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelima kelompok
perlakuan disajikan pada gambar 8 dan lampiran 1 serta 2 menunjukkan rata-rata
kadar MDA hati dan ginjal tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok
(P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0) baik pada hati maupun
ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar asap
rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kadar MDA pada hati dan ginjal tikus
(plt005) (Lampiran 3)
0
5000
10 0
15 0
20 00
25 00
30000
35 00
Kad
ar M
DA
(Ug
0
00
00
0
0)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Kadar MDA pada Hati
Kadar MDA pada Ginjal
ab
c
bc
a
a bc
c
ab a
Gambar 9 Kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus pada semua perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang hanya
mendapat perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki nilai MDA yang paling
tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan nilai MDA pada
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
31
kelompok (P2) ini menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat
meningkatkan radikal bebas dan ini mengindikasikan terjadinya stres lingkungan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan (P1) tidak menunjukkan kondisi stres Hal ini terlihat dari kadar MDA
kelompok tersebut baik pada hati maupun ginjal tidak memberikan nilai yang
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemberian vitamin C dapat mempengaruhi jumlah radikal bebas
yang ada dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan bersamaan dengan waktu
pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana konsentrasi MDA pada kelompok ini
lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai dilakukan pemaparan (P4) menunjukkan konsentrasi
MDA yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok P2 tetapi lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P3 Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemberian vitamin C saat terjadi stres asap rokok dan setelah terjadi stres asap
rokok selama tiga puluh hari belum mampu menurunkan kadar MDA mendekati
kelompok kontrol maupun kelompok yang diberi vitamin C (P0 dan P1)
Penurunan kadar MDA pada hati dan ginjal tikus dari kelompok pemberian
vitamin C terjadi karena pada vitamin C memiliki gugus pendonor elektron
berupa gugus enadiol yang terletak pada atom C2 dan C3 Gugus enadiol ini dapat
menghambat proses terjadinya peroksidasi lemak pada tahap inisiasi sehingga
radikal bebas tidak dapat berkembang membentuk radikal bebas yang baru
Vitamin C juga dapat bersifat scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas
dengan cara mereduksi radikal bebas yang reaktif menjadi tidak reaktif Radikal
bebas yang tidak segera dinetralkan maka akan terbentuk rantai radikal bebas
yang panjang sehingga sulit dinetralkan
Kadar MDA pada hati menunjukkan nilai yang rendah bila dibandingkan
dengan yang ada pada ginjal karena hati mempunyai kandungan antioksidan
seluler lebih banyak dibandingkan ginjal dan merupakan tempat metabolisme
berbagai zat makanan dan bukan sebagai tempat pembuangan zat sisa
metabolisme Vitamin C selain mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
elektron pada radikal bebas juga dapat menstimulir pengambilan Cu (tembaga)
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
32
yang terikat pada seruloplasmin sehingga Cu-ZnSOD juga meningkat Dengan
demikian maka enzim antioksidan pada hati lebih banyak yang ditunjukkan
dengan rendahnya kadar MDA Sebaliknya pada ginjal menunjukkan nilai MDA
tampak lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang ada pada hati Hal ini
disebabkan karena ginjal mempunyai kadar enzim antioksidan seluler lebih sedikit
dibandingkan dengan kadar antioksidan seluler pada hati Ginjal merupakan organ
tubuh yang paling rentan terhadap pengaruh zat toksik yang menerima 25-30
sirkulasi darah untuk dibersihkan sehingga sebagai organ ekskresi zat-zat sisa
metabolisme maka pemakaian antioksidan seluler pun semakin banyak yang
menyebabkan tidak adanya keseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan ditunjukkan dengan tingginya kadar MDA
Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa terpapar asap rokok merupakan
salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang ditunjukkan
dengan peningkatan kadar MDA yang berarti pula meningkatnya radikal bebas
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wresdiyati amp Makita (1995)
yang menyatakan bahwa stres oksidatif dapat meningkatkan jumlah peroksisom
sebagai akibatnya produksi radikal bebas juga meningkat sebagai hasil samping
oksidasi tersebut
Pengukuran Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase (SOD) pada
Hati dan Ginjal
Superoksida dismutase merupakan enzim yang berada pada cairan
intraseluler yang berpartisipasi pada proses degradasi senyawa radikal bebas
intraseluler seperti anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan oksigen
Enzim ini menghambat kehadiran simultan dari anion superoksida dan hirdogen
peroksida yang berasal dari pembentukan radikal hidroksil
Analisis aktivitas enzim SOD hati dan ginjal tikus yang mengalami
perlakuan stres dengan dipapar asap rokok ditentukan berdasarkan pengukuran
enzim secara tidak langsung dengan menggunakan metode spektrofotometri
Untuk menganalisis enzim ini digunakan xantixantin oksidase (XO) yang
menghasilkan anion superoksida (O2˙) Superoksida akan mereduksi ferrisitokrom
c
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
33
Hasil analisis aktivitas enzim SOD pada hati dan ginjal tikus dari kelima
kelompok perlakuan disajikan pada gambar 9 dan lampiran 4 serta 5 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas enzim SOD tertinggi terlihat
pada kelompok kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar
asap rokok (P2) baik pada hati maupun ginjal Hasil uji Duncan menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan yang dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata
terhadap aktivitas SOD pada hati dan ginjal tikus (plt005) (Lampiran 6)
Penurunan aktivitas enzim SOD pada kelompok P2 ini menunjukkan bahwa
pemaparan asap rokok mengakibatkan peningkatan pemakaian enzim tersebut
untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk akibat pemaparan rokok sehingga
enzim SOD yang tersedia menjadi rendah Inilah yang dibaca sebagai aktivitas
enzim SOD Pada kelompok kontrol (P0) mempunyai aktivitas enzim SOD yang
paling tinggi dari semua kelompok Hal ini disebabkan karena pada kelompok
tersebut tidak mengalami perlakuan stres yang dapat memicu produksi radikal
bebas sehingga pamakaian enzim tersebut juga rendah
0
100
200
300
400
500
600
Akt
ivita
s en
zim
SO
D (U
g)
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Aktivitas SOD pada Hati
Aktivitas SOD pada Ginjal
a
b
bc c
a
ab
bc
c
a
bc
Gambar 10 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus
pada semua perlakuan
Pemberian vitamin C dengan dosis 857 mgkg bbhari pada hewan
percobaan P1 tidak menunjukkan pemakaian enzim SOD yang tinggi Hal ini
terlihat dari tingginya aktivitas enzim tersebut baik pada hati maupun ginjal dan
tidak memberikan nilai yang berbeda nyata dengan kelompok kontrol (P0) Lebih
lanjut terlihat bahwa pemberian vitamin C ternyata dapat membantu kinerja enzim
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
34
SOD untuk menetralisir radikal bebas sehingga pemakian enzim tersebut tidak
terlalu tinggi seperti yang terlihat pada kelompok P3 dan P4 Namun demikian
efektivitas pemberian vitamin C lebih baik diberikan secara bersamaan dengan
waktu pemaparan yaitu pada kelompok P3 dimana aktivitas enzim SOD lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kelompok P2 dan P4 Sedangkan pemberian
vitamin C setelah selesai pemaparan (P4) menunjukkan aktivitas enzim tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan P2 Hal ini disebabkan karena vitamin C
yang memiliki gugus enadiol pada atom C2 dan C3 berfungsi sebagai pendonor
elektron sehingga radikal bebas tidak dapat terbentuk dan mengurangi pemakian
enzim antioksidan seluler seperti SOD
Radikal bebas yang terbentuk dari reaksi fenton yaitu reaksi yang
melibatkan logam fe2+ (ferro) dan fe3+ (ferri) dapat ditangkap oleh vitamin C
sebelum sempat bereaksi (Purwantaka et al 2005) Dengan memberikan
elektronnya maka vitamin C akan tereduksi menjadi dehydroascorbic acid yang
relatif stabil
Pembentuk radikal bebas dari asap rokok terdapat dalam dua fase yaitu fase
gas yang berupa nitrit oksida (NO) dan nitrit peroksida (NO2 ) dan fase tar berupa
quinone semiquinone dan hydroquinone (Trabel et al 2000) Kedua fase
pembentuk radikal bebas ini apabila bereaksi dengan logam transisi seperti Fe dan
Cu maka akan menghasilkan radikal bebas superoksida hydrogen peroksida yang
selanjutnya membentuk radikal hydroksil Pemakaian enzim SOD yang terlalu
besar untuk menetralisir radikal bebas yang terbentuk secara terus-menerus akan
menurunkan aktivitas enzim tersebut
Pemakaian enzim SOD pada hati lebih rendah bila dibandingkan dengan
pemakaian pada ginjal yang ditunjukkan dengan tingginya aktivitas enzim
tersebut Hal ini disebabkan karena hati merupakan organ terbesar yang sangat
penting untuk pertahanan hidup dan berperan hampir dalam setiap fungsi
metabolik tubuh Fungsi hati antara lain untuk pembentukan dan ekskresi empedu
disamping menghasilkan energi dan tenaga hati memiliki peranan penting pada
metabolisme karbohidrat protein dan lemak selain itu juga berperan dalam
pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi perlindungan
Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
35
di hati terhadap zat-zat beracun Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupffer
yang berada dalam dinding sinusoid (Price amp Wilson 2006) Dengan adanya
enzim-enzim antioksidan dan sel kupffer serta antioksidan dari luar tubuh
membuat hati mampu menurunkan kadar malondialdehida dan mempertahankan
enzim antioksidan dalam hati
Aktivitas SOD (Ug) bervariasi pada beberapa organ tikus terdapat dalam
jumlah tertinggi dalam hati kemudian berturut-turut dalam kelenjar adrenalin
ginjal darah limpa pankreas otak paru-paru lambung usus ovarium timus dan
lemak (Chow 1988 Kartikawati 1999) Sebaliknya pada ginjal menunjukkan
pemakaian enzim SOD yang tinggi bila dibandingkan dengan pemakaian pada
hati yang ditunjukkan dengan rendahnya aktivitas enzim tersebut Hal ini
disebabkan karena ginjal merupakan suatu sistem filtrasi alami tubuh yang
mempunyai beberapa fungsi utama yaitu menyaring produk hasil metabolisme
yang tidak berguna bagi tubuh menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mempertahankan pH cairan tubuh Dalam menjalankan fungsinya banyak kondisi
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja ginjal baik secara akut maupun secara
kronis (Wahyuningsih amp Bijanti 2006)
Ginjal merupakan organ yang kompak terikat pada dinding dorsal dan
terletak retroperitoneal Ginjal menghasilkan urine yang merupakan jalur utama
ekskresi toksikan mempunyai volume aliran darah yang tinggi mengkonsentrasi
toksikan pada filtrat dan membawa toksikan melalui sel tubulus serta
mengaktifkan toksikan tertentu Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik (Lu 1995 Santoso 2006) Karena fungsinya yang begitu berat
sehingga penggunaan enzim antioksidan intraseluler pun semakin banyak yang
mengakibatkan aktivitas enzim tersebut makin berkurang
Pengukuran Hematologi
Darah vertebrata merupakan suatu jaringan ikat yang terdiri atas beberapa
jenis sel yang tersuspensi dalam suatu matriks cairan yang disebut plasma Dalam
plasma terdapat sel darah merah yang mengangkut oksigen dan sel darah putih
yang berfungsi dalam pertahanan tubuh Sistem sirkulasi merupakan sistem
transpor yang mengantarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
36
gastrointestinal menuju ke jaringan serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan
hasil metabolisme lain menuju ke ginjal
1 Pengukuran Butir Darah Merah (BDM)
Hasil pengukuran butir darah merah dari kelima kelompok perlakuan
disajikan pada gambar 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
BDM tertinggi adalah kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah
terlihat pada kelompok kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan dipapar asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap jumlah
BDM tikus (plt005) (Lampiran 8) Lebih lanjut terlihat bahwa pemaparan asap
rokok mempengaruhi jumlah BDM pada semua kelompok yang terpapar asap
rokok (P2 P3 dan P4) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1)
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C belum mampu menurunkan
jumlah BDM seperti keadaan normal
632678
868
738 773
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jum
lah
(Jut
am
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4Perlakuan
a
bc
bcab
Gambar 11 Jumlah butir darah merah pada semua kelompok perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2) memiliki jumlah BDM yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya Peningkatan BDM pada kelompok P2 ini
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
37
menunjukkan bahwa pemaparan asap rokok dapat meningkatkan BDM dan ini
mengindikasikan bahwa terjadinya stres lingkungan
Pemaparan asap rokok dengan dosis empat batang rokok per enam puluh
menit per hari pada hewan percobaan kelompok (P2) menunjukkan kondisi stres
hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah BDM kelompok tersebut memberikan
nilai yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kelompok (P0) Lebih lanjut
terlihat bahwa pemaparan asap rokok dapat mempengaruhi jumlah BDM yang ada
dalam tubuh hal ini terlihat pada kelompok (P4) Namun demikian pemberian
vitamin C ini belum mampu menurunkan jumlah BDM mendekati kelompok (P0
dan P1)
Sel darah merah (eritrosit) mempunyai fungsi utama adalah untuk
mentranspor hemoglobin selanjutnya membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan Pada keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditranspor ke
jaringan berkurang misalnya dengan pemberian asap rokok maka pembentukan
sel darah merah juga semakin meningkat sehingga proses pengambilan oksigen
juga semakin banyak Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan
balik negatif yang sensitif terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan
melalui darah Retikulosit merupakan indikator dari sel darah merah yang
mengalami lisis terbentuknya retikulosit mengindikasikan bahwa tubuh harus
membentuk butir darah merah yang baru
2 Jumlah Butir Darah Putih (BDP)
Hasil pengukuran BDP dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 11 dan menunjukkan rata-rata jumlah BDP tertinggi adalah kelompok
yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok kontrol (P0)
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok (P2) berpengaruh nyata terhadap
jumlah BDP dibandingkan dengan kelompok lain (plt005) (Lampiran 8)
Meningkatnya BDP pada kelompok P2 dapat dimengerti karena kelompok ini
mengalami pemaparan asap rokok selama tiga puluh hari Asap rokok yang
terhirup oleh hewan coba akan masuk saluran pencernaan bersama mengalirnya
asap rokok tar yang merupakan hasil dari pembakaran rokok akan terbawa masuk
dan akan melapisi dinding alveoli di dalam paru-paru Peningkatan tar di dalam
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
38
saluran pernapasan ini diduga memicu pembentukan BDP yang akan berfungsi
untuk menghilangkan tar tersebut
1111
1470
1849
12511403
02468
101214161820
Jum
lah
(Rib
um
m3 )
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
c
ab
ab b
Gambar 12 Jumlah butir darah putih pada semua kelompok perlakuan
Pada kelompok hewan yang dipapar asap rokok dan diberi vitamin C
terlihat bahwa jumlah BDP lebih rendah bila dibandingkan kelompok P2 Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C dapat berfungsi juga dalam meniadakan pemicu
peningkatan BDP sebagai akibat pemaparan rokok
3 Jumlah Hemoglobin (Hb)
Hasil pengukuran Hb dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 12 dan menunjukkan rata-rata jumlah Hb tertinggi terlihat pada kelompok
kontrol (P0) dan terendah terlihat pada kelompok yang dipapar asap rokok (P2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok hewan yang mendapat
perlakuan pemaparan asap rokok (P2 P3 dan P4) memiliki jumlah Hb yang
rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0 dan P1) Namun
demikian pada kelompok terpapar asap rokok dan diberi vitamin C terlihat
memiliki nilai Hb yang lebih besar dari kelompok terpapar tanpa pemberian
vitamin C Walaupun tidak memberikan beda nyata secara statistik Hal ini
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki kecendrungan dapat mempertahankan
homeostatis tubuh dalam mengatasi ketidaknyamanan akibat pemaparan asap
rokok Namun demikian upaya tersebut belum maksimal seperti pada kelompok
kontrol
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
39
18561657
13391485
1380
02
468
101214
161820
cbcg
)
ab aa
Jum
lah
(
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 13 Jumlah hemoglobin pada semua kelompok perlakuan
Hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk membentuk
oksihemoglobin yang kemudian beredar dalam tubuh untuk mencukupi keperluan
oksigen tubuh Pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dapat dipengaruhi oleh
PH suhu konsentrasi fosfogliserat dalam sel darah merah dan H+ Dalam hal ini
H+ akan berkompetisi dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa
Oksigen (hemoglobin terdeoksi) sehingga menurunkan afinitas hemoglobin
terhadap O2 dengan menggeser posisi empat rantai peptida Apabila darah terpajan
pada aneka macam obat dan agen-agen pengoksidasi lain baik in vitro atau in
vivo maka besi ferro (Fe2+) dalam molekul tersebut dikonversi menjadi besi ferri
(Fe3+) membentuk methemoglobin Methemoglobin berwarna tua dan kalau
jumlahnya besar dalam sirkulasi methemoglobin menyebabkan perubahan warna
kehitaman pada kulit Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karbon monoksihemoglobin Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih
rendah dari pada afinitasnya dengan CO2 sehingga dapat menurunkan kapasitas
darah sebagai pengangkut O2 Dengan pemberian vitamin C dapat membantu
pelepasan Fe2+ dari ferritin (Fe3+) (Ganong 2001)
4 Jumlah Hematokrit (PCV)
Hasil pengukuran PCV dari kelima kelompok perlakuan disajikan pada
gambar 13 dan menunjukkan rata-rata jumlah PCV tertinggi terlihat pada
kelompok yang dipapar asap rokok (P2) dan terendah terlihat pada kelompok
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
40
kontrol (P0) Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dipapar
asap rokok (P2) berpengaruh nyata terhadap kelompok kontrol (P0 dan P1) serta
kelompok terpapar asap rokok yang diberi vitamin C (plt005) (Lampiran 8)
391 3965
5113433 4452
0
10
30
40
50
60
20Jum
lah
()
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
a a c
b b
Gambar 14 Jumlah hematokrit pada semua kelompok perlakuan
Hematokrit darah merupakan persentase darah yang berupa sel Makin
besar persentase sel dalam darah maka makin besar hamatokritnya sehingga
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah
yang menentukan viskositas Viskositas dalam darah akan meningkat ketika
hemotokrit meningkat yang mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat
lambat (Guyton 1996)
Pola dan nilai yang didapat dari penelitian ini terlihat sejalan dengan
peningkatan BDM Pemaparan asap rokok akan meningkatkan jumlah BDM
sehingga nilai PCV juga meningkat Hadirnya vitamin C ternyata tidak
menimbulkan perangsangan pembentukan BDM sebesar kelompok P2 sehingga
vitamin C diduga dapat membantu menjaga komponen darah tetap dalam keadaan
normal akibat pemaparan asap rokok
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
41
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian vitamin C dapat mengeliminaasi radikal bebas pada tikus yang
dipapar asap rokok yang ditunjukkan dengan menurunnya kadar malondialdehida
(MDA) dan meningkatkan kadar enzim superoksida dismutase (SOD) baik pada
organ hati maupun organ ginjal Selain itu vitamin C juga dapat mempertahankan
gambaran darah (BDM BDP Hb dan PCV) mendekati normal Efek vitamin C
yang paling baik terlihat pada pemberian secara bersamaan dengan pemaparan
asap rokok
Saran
Dari penelitian ini dapat disarankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang
efek antioksidan vitamin C pada anak tikus yang induknya dipapar asap rokok
dengan dosis vitamin C yang lebih tinggi namun masih berada pada batas aman
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2007 Vitamin C Risk Assessment UK Food Standards Agency
Anonim 2000 Food and Nutrition Board Institute of Medicine Vitamin C Dietary Reference Intakes for Vitamin C Vitamin E Selenium and Carotenoids Washington DC National Academy Press 95-185
Araujo V et al 1998 Oxidant-antioxidant imbalance in blood of children with
juvenile rheumatoid arthritis Bio Factor 8155-159
Berry Elliot M 1992 The Effects of nutrients on lipoprotein susceptibility to oxidation Current Opinion in Lipidology 3 5-11
Carr AC Frei B 1999 Toward a new recommended dietary allowance for vitamin C based on antioxidant and health effects in humans J Clin Nutr 691086-1107
Chen HM Muratomo K Yamauchi F 1996 Structural analysis of antioxidative peptides from sotbean β-Conglicinin J Agria Food Chem 43574-578
Chow CK 1988 Cellular antioxidant defense mechanisme Vol 3 CRC Press Inc Boca Raton Florida
Conti M MD Sutherland 1991 Improve flurometric determination of malonaldehyde J Clin Chem 371273-1275
Church DF Pryor W 1985 Free radical of cigerette smoke and its toxicolocal implications J Environm Health Perspect 64 111-126
Droge W 2002 Free radical in the physiological control of cell function Physiol Rev 8247-95
Ganong F2001 Buku Teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Gitawati R1995 Radikal bebas sifat dan peran dalam menimbulkan kerusakankematian sel Cermin Dunia Kedokteran Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jakarta 10233-36
Gokce N Keaney JF Jr Frei B et al 1999 Long-term ascorbic acid administration reverses endothelial vasomotor dysfunction in patients with coronary artery disease PudMed Circulation 993234-3240
Gutteridge JMC 1995 Lipid peroxidation and antioxidants as a biomarker of tissue damage Clin Chem 411819-1827
Guyton AC 1996 Buku teks Fisiologi Kedokteran EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Halliwel B Gutteridge JMC EC Cross 1992 Free radicals antoxidants and human deseases where are we now J Lab Clin Med 119598-613
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
43
Hanim D 1996 Pengaruh vitamin E terhadap organ hati dan uterus tikus putih (Rattus norvegicus) betina yang diberi perlakuan natrium sakarin dan natrium Siklamat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Hariyatmi 2004 Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal bebas pada lanjut usiaJ MIPA 1452-60
Higdon J 2006 Vitamin C Linus Pauling Institute Oregon State University
Kartikawati D 1999 Studi efek protektif vitamin C dan E terhadap respon imun dan enzim antioksidan pada mencit yang dipapar paraquat (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 1999
Kritz H Schmid P Sinzinger H 1995 Passive smoking and cardiovascular risk Arch Intern Med Rev 1551942-1948
Kumalaningsih S 2007 Antioksidan sumber dan manfaat Artikel Antioksidan Center
Kusumawati D IKW Sardjana 2006 Perbandingan pemberian cat food dan pindang terhadap pH urin albuminuria dan bilirubin kucing MKH 22 131-135
Lu F C 1995 Toksikologi Dasar Asas Organ Sasaran dan Penilaian Resiko Edisi 2 UI Press Jakarta
Nabet FB 1996 Zat gizi antioksidan penangkal senyawa radikal pangan dalam sistem biologis Didalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan Reaksi Biomolokuler Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB dengan Kedutaan Perancis Jakarta
Mattjik AA Sumertajaya IM 2006 Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB Ed ke-3 Bogor IPB Press
Padayatty SJ et al 2003 Vitamin C as an antioxidant evaluation of its role in disease prevention Journal of the America College of Nutrition 2218-35
Prasetyawati RC 2003 Evaluasi daya antioksidatif oleoresin jahe (Zingiber offisinale) terhadap aktivitas superoksida dismutase (SOD) hati tikus yang mengalami perlakuan stres (Tesis) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Price Wilson 2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed Ke-6 EGC Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
Purwantaka et al 2005 Validasi metode deoksiribosa sebagai uji penangkapan radikal bebas hydroksil oleh vitamin C secara in-vitro Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Purwanti E 2005 Pengaruh pemberian boraks secara oral terhadap darah dan struktur mikroanatomi ginjal pada Rattus sp J Kes Kep 1 10-12
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
44
Santoso HB 2006 Efek doksisiklin selama masa organogenesis pada struktur histologi organ hati dan ginjal fetus mencit J Boiscientiae 315-27 Universitas Lampung Mangkurat
Sauriasari R 2006 Mengenal dan menangkal radikal bebas Artikel Iptek ndash Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan
Shahidi F 1997 Natural antioxidant chemistry health effect and application AOCS Press Champaign Illinois pp 1 ndash 23
Sizer F Whitney E 2000 Nutrition Concept and Controversies Thomson Learning Library of Congres Cataloging
Simon JA et al 2003 Relation of serum ascorbic acid to helicobacter pylori serology in US adults the Third National Health and Nutrition Examination Survey J Am Coll Nutr 22283-289
Suryohudoyo P 1995 Oksidan antioksidan dan radikal bebas Dalam Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Susanna et al 2003 Penentuan kadar nikotin dalam asap rokok Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 272-274 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Suyatna DF 1989 Radiakal bebas dan iskemia Cermin Dunia Kedokteran Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI Jakarta 57 25-28
Tolbert BM Ward JB 1982 Dehydroascorbic acid in seib PA Tolbert BM (eds) ldquoAscorbic acid chemistry metabolism and usesrdquo Washington DC American Chemical Society pp 101ndash123
Traber MG et al 2000 Tobacco related disease is a role for antioxidant micronutrient Suplementation J Science-Direct 21173-187
Wahyuningsih RS Bijanti R 2006 Uji efek formula pakan komplit terhadap fungsi hati dan ginjal pedet sapi Friesian Holstein (Media kedokteran Hewan) 22174-179
Weber C Jakobsen TS Mortensen SA et al 1994 Antioxidative effect of dietary coenzyme Q10 in human blood plasma Int J Vitam Nutr Res 64311-315
Widodo E 2006 Pajanan asap rokok kretek pada tikus putih sebagai model untuk manusia (Disertasi) Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
William RJ 2004 The cure of heart disease J Gale Group 2132-34
Wresdiyati T Makita T 1995 Remarkable increase of peroxisomes in the renal tubule cells of Japanese monkeys under fasting stress Pathophysiol 2177-182
World Health Organisation 2000 Global youth tobacco survey Bulletin78868-876
Zakaria FR et al 1996 Peranan zat gizi dalam sistem kekebalan tubuh (The role of nitrienst in immune system) Bul Tekn Industri Pangan 7 75-81
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
Lampiran 1 Kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA
(Uml) Kadar MDA (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0059 108605 678780 2 0047 83542 522139 3 0053 96072 600459 4 0045 79365 496032
(P0) Kontrol 5 0064 119048 744048
608 103 plusmn 104 103
1 0082 156642 979010 2 0059 108605 678780 3 0067 125313 783208 4 0058 106516 665727
(P1) Vitamin C 5 0069 129490 809315
783 103 plusmn 126 103
1 0099 192147 1200919 2 0113 221387 1383668 3 0128 252715 1579470 4 0123 242272 1514202
(P2) Papar rokok 5 0110 215121 1344507
1404 103 plusmn 148 103
1 0055 100215 626566 2 0082 156642 979010 3 0075 142022 887636 4 0079 150376 939850
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan
5 0063 116959 730994
832 103 plusmn 148 103
1 0099 192147 1200919 2 0116 227652 1422828 3 0110 215121 1344507 4 0085 162907 1018170
(P4) Papar rokok lalu VitC
5 0107 208855 1305347
1258 103 plusmn 156 103
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
46
Lampiran 2 Kadar malonaldehida (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Kadar MDA (Uml)
Kadar MDA (Ug bb) Rata-rata Ug bb
1 0181 363409 2271303 2 0212 428154 2675961 3 0187 375940 2349624 4 0198 398914 2493212
(P0) Kontrol 5 0189 380117 2375731
2433 103 plusmn 157 103
1 0185 371763 2323517 2 0165 329992 2062448 3 0221 446951 2793442 4 0192 386383 2414891
(P1) Vitamin C 5 0217 438596 2741228
2467 103 plusmn 303 103
1 0246 499165 3119779 2 0272 553467 3459169 3 0265 524227 3276420 4 0226 457393 2858709
(P2) Papar rokok 5 0275 559733 3498309
3242 103 plusmn 262 103
1 0209 421888 2636800 2 0195 392648 2454052 3 0203 409357 2558480 4 022 444862 2780388
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0174 348789 2179929
2521 103 plusmn 225 103
1 0029 465748 2910923 2 0176 352866 2206036 3 0267 543024 3393901 4 0225 455305 2845656
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0241 488722 3054511
2882 103 plusmn 433 103
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
47
Lampiran 3 Rerata dan standar deviasi kadar malondialdehida (MDA) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Kadar MDA pada Hati Kadar MDA pada Ginjal
Mean plusmn SD Mean plusmn SD P0 608 103 a plusmn 104 103 2433 103 a plusmn 157 103 P1 783 103 ab plusmn 126 103 2467 103 a plusmn 303 103 P2 1404 103 c plusmn 148 103 3242103 c plusmn 262 103 P3 832 103 b plusmn 148 103 2521 103 ab plusmn 225 103 P4 1258 103 c plusmn 156 103 2882 103 bc plusmn 433 103
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
48
Lampiran 4 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan Absorbansi Aktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0003 43684 58337 2 0001 48289 64708 3 0006 36776 49280 4 0005 39079 52366
(P0) Kontrol 5 0004 41382 55451
056 103 plusmn 0059103
1 0004 41382 55451 2 0006 36776 49280 3 0005 39079 52366 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 0003 43684 58537
051 103 plusmn 0071 103
1 0011 25263 33853 2 001 27566 36938 3 0012 22961 30767 4 0013 20658 27682
(P2) Papar rokok 5 0015 16053 21511
030 103 plusmn 0059 103
1 0005 39079 52366 2 0005 39079 52366 3 0008 32171 43109 4 0012 22961 30767
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0005 39079 52366
046 103 plusmn 0095 103
1 0013 20658 27682 2 0011 25263 33853 3 0009 29868 40024 4 0012 22961 30767
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0012 22961 30767
032 103 plusmn 0046103
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
49
Lampiran 5 Aktivitas enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Perlakuan Ulangan AbsorbansiAktivitas SOD (Uml)
Aktivitas SOD (Ug bb)
Rata-rata Ug bb
1 0005 39079 52366 2 0008 32171 43109 3 0006 36776 49280 4 0006 36776 49280
(P0) Kontrol 5 0005 39079 52366
049 103 plusmn 0037 103
1 0002 45987 61622 2 0004 41382 55451 3 0007 34474 46195 4 0009 29868 40024
(P1) Vitamin C 5 001 27566 36938
048 103 plusmn 010 103
1 0014 18355 24596 2 0018 9145 12254 3 0021 2237 2997 4 0016 13750 18425
(P2) Papar rokok 5 0011 25263 33853
018 103 plusmn 011 103
1 0008 32171 43109 2 0013 20658 27682 3 0009 29868 40024 4 0008 32171 43109
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 0011 25263 33853
037 103 plusmn 006 103
1 0015 16053 21511 2 0014 18355 24596 3 0013 20658 27682 4 0015 16053 21511
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 0008 32171 43109
0276 103 plusmn 0089 103
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
50
Lampiran 6 Rerata dan standar deviasi aktivitas enzim superosidase dismutase (SOD) hati dan ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
Perlakuan Aktivitas SOD pada Hati Aktivitas SOD pada Ginjal Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 056 103 c plusmn 0059 103 0492 103 c plusmn 0037 103
P1 051 103 bc plusmn 0071 103 0480 103 bc plusmn 0103 103
P2 030 103 a plusmn 0059 103 0184 103 a plusmn 0117 103
P3 046 103 b plusmn 0095 103 0375 103 bc plusmn 0066 103
P4 0326 103 a plusmn 0046 103 0276 103 ab plusmn 0089 103
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
51
Lampiran 7 Jumlah butir darah merah (BDM) butir darah putih (BDP) hemoglobin (Hb) dan hematokrit (PVC)
Perlakuan UlanganSDM
(jutammsup3)SDP
(ribummsup3)HB (gr)
PVC ()
1 602 128 1505 405 2 558 87 1571 4375 3 510 101 1509 415 4 739 1155 1409 3675
(P0) Kontrol 5 753 124 1487 41
1 936 147 1387 4125 2 855 1575 1509 405 3 842 131 1248 3975 4 941 1645 1343 4525
(P1) Vitamin C 5 765 135 1398 415
1 745 1955 1645 48 2 756 177 1354 395 3 629 1645 1432 44 4 777 1825 1156 415
(P2) Papar rokok 5 821 205 1111 35
1 726 1606 1469 405 2 664 111 1446 415 3 624 122 1479 3925 4 739 134 1369 38
(P3) Papar rokok dan VitC Secara bersamaan 5 635 98 146 3825
1 752 1023 1604 46 2 736 158 152 415 3 698 179 1535 43 4 778 1312 1584 435
(P4) Papar rokok lalu VitC 5 725 131 156 44
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
52
Lampiran 8 Rerata dan standar deviasi jumlah butir darah merah butir darah putih hemoglobin dan hematokrit
Perlakuan Butir darah
merah (BDM) Butir darah putih
(BDP) Hemoglobin
(Hb) Hemtokit
(PCV) Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD Mean plusmn SD
P0 632 a plusmn 109 1111 a plusmn 170 1856 c plusmn 160 3910 a plusmn 155 P1 678 ab plusmn 052 1470 b plusmn 143 1657 bc plusmn 174 3965 a plusmn 147 P2 868 b plusmn 073 1849 c plusmn 158 1339 a plusmn 217 5113 c plusmn 343 P3 738 bcplusmn 029 1251ab plusmn 238 1485 ab plusmn 157 4330 b plusmn 292 P4 773 c plusmn 074 1403 b plusmn 293 1380 a plusmn 115 4452 bplusmn 238
Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata plt005
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
53
Lampiran 9 Uji statistik kadar malondialdehida (MDA) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAHati
5 6082916 1042643906 4662845 478830260 737752940 4960320 74404805 7832080 1262210276 5644776 626483894 939932106 6657270 97901005 1404553 1484312731 6638048 1220251432 1588854968 1200919 15794705 8328112 1489471192 6661118 647868924 1017753476 6265660 97901005 1258354 1562606086 6988187 1064331028 1452377372 1018170 1422828
25 9774436 3331048367 6662097 839944721 1114942559 4960320 15794701381573566 2763147 919805401 1035081879
1510385 558093534 1396793746 1102456525
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
MDAHati
356 4 20 837
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAHati
23E+008 4 5703157177 29879 00038174910 20 190874551827E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAHati
Duncana
5 60829165 7832080 78320805 83281125 12583545 1404553
059 577 110
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
54
Lampiran 10 Uji statistik kadar malondialdehid (MDA) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
MDAGinjal
5 2433166 157347235 0367823 223779380 262853860 2271303 26759615 2467105 303615859 1357811 209011632 284409408 2062448 27934425 3242481 262631145 1174522 291638156 356858084 2858709 34983295 2521930 225224146 1007233 224227709 280158251 2179929 27803885 2882205 433268746 1937637 234423120 342017960 2206036 3393901
25 2709378 414247584 2849517 253838456 288037056 2062448 3498329291329224 8265845 258783714 283091798
1555947 227737741 314137771 1040740136
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
MDAGinjal
693 4 20 605
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
MDAGinjal
24E+008 4 6052427848 7131 00117E+008 20 848727165241E+008 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
MDAGinjal
Duncana
5 24331665 24671055 2521930 25219305 2882205 28822055 3242481
655 065 065
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
55
Lampiran 11 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) hati tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODHati
5 56068400 59352337 26543172 48698834 63437966 492800 6470805 51131600 71033110 31766973 42311674 59951526 400240 5853705 30150200 59349218 26541777 22781021 37519379 215110 3693805 46194800 95103930 42531771 34386087 58003513 307670 5236605 32618600 46794914 20927322 26808244 38428956 276820 400240
25 43232720 121306671 24261334 38225427 48240013 215110 64708068301177 13660235 40383245 46082195
50977092 29079210 57386230 1206030928
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
SODHati
825 4 20 525
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODHati
2598664 4 64966597 13926 00093301015 20 4665051
3531674 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODHati
Duncana
5 301502005 326186005 461948005 51131600 511316005 56068400
574 267 267
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
56
Lampiran 12 Uji statistik kadar enzim superoksida dismutase (SOD) ginjal tikus jantan pada semua perlakuan
Descriptives
SODGinjal
5 49280200 37791544 16900892 44587760 53972640 431090 5236605 48046000 103719351 46384704 35167542 60924458 369380 6162205 18425000 117495622 52545640 3835992 33014008 29970 3385305 37555400 66889970 29914104 29249913 45860887 276820 4310905 27681800 89955295 40229231 16512375 38851225 215110 431090
25 36197680 145073658 29014732 30209334 42186026 29970 61622087814975 17562995 32534103 39861257
59235411 19751293 52644067 1600187570
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan VitCPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound
95 Confidence Interval forMean
Between-Component
VarianceUpper Bound Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
SODGinjal
1408 4 20 267
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
SODGinjal
3508834 4 87720848 11375 0001542294 20 77114705051128 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
SODGinjal
Duncana
5 184250005 27681800 276818005 37555400 375554005 480460005 49280200
111 091 058
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan VitCVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
57
Lampiran 13 Uji statistik jumlah butir darah merah (BDM)
Descriptives
SDM
5 80200 44452 19880 74681 85719 745 8565 90800 48949 21891 84722 96878 845 9475 63240 108799 48657 49731 76749 510 7535 76780 60475 27045 69271 84289 698 8365 63760 110029 49206 50098 77422 464 739
25 74956 129120 25824 69626 80286 464 94779966 15993 71620 78292
52176 60470 89442 123329
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDM
Test of Homogeneity of Variances
SDM
1838 4 20 161
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDM
ANOVA
SDM
27224 4 6806 10643 00012789 20 63940013 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDM
SDM
Duncana
5 632405 637605 767805 802005 90800
919 507 1000
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu Vit CPapar Rokok dan Vit CKontrolVitamin CSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDM
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
58
Lampiran 14 Uji statistik jumlah butir darah putih (BDP)
Descriptives
SDP
5 111100 169868 75967 90008 132192 870 12805 147000 142872 63894 129260 164740 1310 16455 184900 158169 70735 165261 204539 1645 20505 125120 238866 106824 95461 154779 980 16065 140300 292587 130849 103971 176629 1023 1790
25 141684 317646 63529 128572 154796 870 2050208302 41660 132994 150374
124650 107075 176293 690107
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd ErrorLower BoundUpper Bound
5 Confidence Interval foMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
BDP
Test of Homogeneity of Variances
SDP
971 4 20 445
LeveneStatistic df1 df2 Sig
BDP
ANOVA
SDP
155377 4 38844 8952 00086780 20 4339
242157 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
BDP
SDP
Duncana
5 1111005 125120 1251205 1403005 1470005 184900
300 131 1000
KelompokKontrolPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CVitamin CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
BDP
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
59
Lampiran 15 Uji statistik jumlah hemoglobin (Hb)
Descriptives
HB
5 185620 160316 71695 165714 205526 1605 20095 165700 173898 77770 144108 187292 1409 18435 133960 216784 96949 107043 160877 1111 16455 148460 157077 70247 128956 167964 1246 16695 138060 114690 51291 123819 152301 1260 1520
25 154360 247847 49569 144129 164591 1111 2009167788 33558 147360 161360
95458 127857 180863 399305
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu VitCTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std DeviationStd Error Lower BoundUpper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
Test of Homogeneity of Variances
HB
413 4 20 797
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
HB
91122 4 22781 8092 00056306 20 2815
147428 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
HB
Duncana
5 1339605 1380605 148460 1484605 165700 1657005 185620
211 120 075
KelompokPapar RokokPapar Rokok lalu VitCPapar Rokok dan Vit CVitamin CKontrolSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
60
Lampiran 16 Uji statistik jumlah hematokrit (PCV)
Descriptives
PVC
ANOVA
PVC
466241 4 116560 19098 000122063 20 6103588304 24
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
PCV
Test of Homogeneity of Variances
PVC
1570 4 20 221
LeveneStatistic df1 df2 Sig
PCV
5 391000 154717 69192 371789 410211 3675 40505 396500 146416 65479 378320 414680 3775 41255 511300 342921 153359 468721 553879 4700 55655 433000 292297 130719 396707 469293 4000 47505 444000 238223 106536 414421 473579 4150 4750
25 435160 495103 99021 414723 455597 3675 5565247046 49409 424853 445467
215926 375209 495111 2209140
KontrolVitamin CPapar RokokPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CTotal
Fixed EffectsRandom Effects
Model
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Between-Component
Variance
PCV
PVC
Duncana
5 3910005 3965005 4330005 4440005 511300
729 490 1000
KelompokKontrolVitamin CPapar Rokok dan Vit CPapar Rokok lalu Vit CPapar RokokSig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayedUses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
PCV
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
61
Lampiran 17 Kurva standar MDA
Konsentrasi (pmol50microL)
Absorbansi 515 nm
500 0037 1000 0053 2000 0101 2500 0133 3000 0138 4000 0194 5000 0255
500040003000200010000
025
020
015
010
005
000
X
Y
S 00082122R-Sq 990R-Sq(adj) 989
Fitted Line PlotY = 0007028 + 0000048 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X
62
Lampiran 18 Kurva standar SOD
Konsentrasi Uml protein
Absorbansi 550 nm
0 0025 50 0021 100 0017 200 0011 250 0009 300 0006 500 0004
5004003002001000
0025
0020
0015
0010
0005
0000
X
Y
S 00029452R-Sq 884R-Sq(adj) 861
Fitted Line PlotY = 002197 - 0000043 X