42
MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA DIVISI ADMINISTRASI LOGISTIK DAN
GUDANGPT. INDONESIA POWER UB. PEMBANGKITAN SURALAYA
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk memperoleh Gelar Sarjana
Teknik Industri
OlehNama : Muhammad Anshari FadhilahNo. Mahasiswa : 09522113
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRIFAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRIUNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA2013LEMBAR
PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
MAHASISWA S1
M. ANSHARI FADHILAH09522113
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA
DIPT. INDONESIA POWERUNIT BISNIS PEMBANGKIT SURALAYA
Periode 5 Februari 2013 s/d 28 Februari 2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga pelaksanaan Kerja Praktek sekaligus
penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan dengan
baik. Serta tidak lupa sholawat dan salam kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW dan penerusnya yang telah membawa Islam kepada
seluruh umat manusia.Kerja Praktek merupakan salah satu prasyarat
untuk memperoleh gelar sarjana Stratum Satu pada jurusan Teknik
Industri Universitas Islam Indonesia. Dengan pelaksanaan Kerja
Praktek ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana
penerapan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dan
pengetahuan lapangan dalam suatu industri.Dalam pelaksanaan Kerja
Praktek di Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya.
Penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan kesempatan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :1. Bapak Ir. Gumbolo Hadi Susanto, M.Sc selaku Dekan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.2. Bapak M.
Ibnu Mastur, Drs., H., MSIE selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Islam Indonesia.3. Ibu Ira Promasanty. Ir.,M.Sc.,
selaku dosen pembimbing Kerja Praktek jurusan Teknik Industri
Universitas Islam Indonesia.4. Bapak selaku General Manajer di PT.
Indonesia Power UBP Suralaya.5. Bapak Achmad selaku pembimbing
lapangan di PT. Indonesia Power UBP Suralaya.6. Ibu Wati, Mas
Agung, Bapak Cutarya, dan segenap karyawan di PT. Indonesia Power
UBP Suralaya yang telah memberikan informasi.7. Bapak Adi dan
seluruh staff perpustakaan PT. Indonesia Power UBP Suralaya yang
telah membantu kelancaran pembuatan laporan ini.8. Orang tua dan
keluarga atas dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga selama
ini.9. Keluarga Bapak Mutaqin yang telah mengizinkan saya tinggal
dirumahnya yang nyaman.10. Partner kerja praktek Indra Miftah
Faluthi yang senantiasa menemani dan mendukung semua kegiatan
selama berada di lapangan.11. Fitriani Rahman Diny yang selalu
bersedia menjadi tempat berkeluh kesah selama ini.12. Terima kasih
kepada semua sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih
kurang sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pembaca demi lengkapnya laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.Wassalamualaikum Wr. Wb.
Suralaya, 11 Februari 2013
Penulis1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULiLEMBAR PENGESAHANiiSURAT KETERANGAN SELESAIiiiKATA
PENGANTARivDAFTAR ISIvDAFTAR TABELviDAFTAR GAMBARviiBAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang11.2 Tujuan21.3 Batasan KERJA
PRAKTEK41.4 Manfaat5BAB II PROFIL PERUSAHAAN2.1 Sejarah PT.
INDONESIA POWER142.1.1 Unit Pembangkit Suralaya2.2 Visi, Misi,
Tujuan dan Motto2.2.1 Visi PT. INDONESIA POWER2.2.2 Misi PT.
INDONESIA POWER2.2.3 Tujuan PT. INDONESIA POWER2.2.4 Motto2.2.5
Logo2.2.6 Makna Bentuk2.2.7 Warna2.3 Lokasi PT. INDONESIA POWER2.4
Hasil ProduksiBAB III DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI3.1 Bahan Baku273.2
Tata Letak UBP Suralaya283.3 Dampak Lingkungan283.4 Struktur
Organisasi293.5 Shift Kerja293.6 Pemasaran dan DistribusiBAB IV
TUGAS KHUSUS4.1 Latar Belakang Masalah324.1.1 Perumusan
Masalah4.1.2 Batasan Masalah dan Asumsi4.1.3 Tujuan4.1.3 Manfaat4.2
Landasan Teori324.2.1 Manajemen Persediaan4.2.2 Analisis ABC dan
EOQ4.3 Pengolahan Data dan Analisa HasilBAB V PENUTUP5.1
Kesimpulan375.2 Saran39DAFTAR PUSTAKA57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo Indonesia Power3Gambar 2.2 Peta Lokai PT.
INDONESIA POWER UBP SURALAYA5Gambar 3.1 Siklus Produksi PLTUGambar
3.2 Produksi Tenaga Listrik UBP SURALAYAGambar 3.3 Tata Letak PT.
INDONESIA POWER UBP SURALAYAGambar 3.4 Struktur OrganisasiGambar
4.1 Letak Sparepart Berpengaruh
BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam menambah wawasan dan
kemampuan penulis mengenai industri selain dari teori-teori di
bangku kuliah, penulis juga diwajibkan untuk melaksanakan kerja
praktek guna mencari informasi-informasi di luar. Dalam hal ini
dunia kerja yang dapat mendukung penulis untuk mengembangkan maupun
mengambil keputusan yang dapat diterapkan pada saat penulis telah
menyelesaikan studi dan terjun ke dunia kerja. Salah satu
aplikasinya yaitu berupa kerja praktek.Konsep pembelajaran langsung
yang diterpakan oleh perguruan tinggi yaitu dalam bentuk Kerja
Praktek (KP) yang dibebankan pada kurikulum sebagai mata kuliah
dengan bobot 2 SKS (Satuan Kredit Semester) yang harus ditempuh
sebagai salah satu syarat untuk mengambil mata kuliah tugas akhir,
kerja praktek dapat dilakukan diperusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur.Salah satu perusahaan besar di bidang industri yang
menerima mahasiswa KP adalah PT. Indonesia Power. PT. Indonesia
Power sendiri adalah salah satu perusahaan pembangkit listrik di
Indonesia yang berada dibawah naungan Perusahaan Lisrtrik Negara
(PLN). Salah satu Unit Bisnis Pembangkit yang terbesar adalah Unit
BisnisPembangkit Suralaya. UBP ini bergerak di bidang Pembangkit
Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara yang memasok listrik
untuk daerah kawasan Jawa-Bali.Dengan didukung oleh sarana dan
prasarana yang cukup memadai serta perpustakaan sebagai sarana
dibutuhkan akan sangat membantu mahasiswa untuk bisa memahami dunia
bisnis di bidang pembangkitan tenaga listrik secara mendetail.
Dalam pelaksanaa kerja praktek ini mahasiswa ditugaskan untuk
melakukan pengamatan di bagian logistik dan gudang spare part,
yaitu inventory control.
1.2 TujuanTujuan dari Kerja Praktek ini adalah:1. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman mengenai keilmuan Teknik Industri serta
melihat penerapannya di sistem perusahaan.2. Memahami dan
mendapatkan pengalaman dengan lingkungan kerja sebenarnya sehingga
medapat wawasan baru.3. Mempelajari proses kerja PLTU yang
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.4. Membina hubungan
baik antara Perguruan Tinggi, khususnya Program Studi Teknik
Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta dengan PT. Indonesia Power UBP Suralaya.1.3
BatasanBatasan masalah dalam pembuatan laporan ini adalah1.
Menjelaskan proses produksi listrik pada PLTU oleh PT. Indonesia
Power Unit Bisnis Pembangkit Suralaya.2. Menjelaskan tentang
Inventory Control, khususnya manajemen persediaan di Gudang Spare
part PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Suralaya.
1.4 ManfaatManfaat yang diperoleh dari kerja praktek ini adalah
sebagai berikut:1. Manfaat bagi Perusahaan/Instansia. Sebagai
sarana untuk saling bertukar informasi untuk mengembangkan sistem
yang telah ada.b. Sebagai bentuk kerja sama untuk membantu
pelaksanaan aktivitas di instansi tempat kerja praktek.2. Manfaat
bagi mahasiswaa. Dalam rangka memenuhi kewajiban mata kuliah kerja
praktek.b. Dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapat
kedunia kerja.
BAB IIPROFIL PERUSAHAAN2.1. Sejarah PT. Indonesia PowerPT.
INDONESIA POWER adalah salah satu anak perusahaan listrik milik PT.
PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 03 Oktober 1995 dengan
nama PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I (PT. PLN PJB
I) dan pada tanggal 03 Oktober 2000 PT. PLN PJB I berganti nama
menjadi PT. INDONESIA POWER.PT. INDONESIA POWER merupakan
perusahaan pembangkit listrik terbesar di Indonesia dengan delapan
Unit Bisnis Pembangkit utama dibeberapan lokasi pada pulau Jawa dan
Bali.Unit Unit Bisnis Pembangkitan tersebut adalah : Unit Bisnis
Pembangkitan Suralaya, Priok, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang,
Perak & Grati dan Bali.
2.2.1 Unit Pembangkitan Suralaya
PLTU Suralaya telah dibangun dengan menggunakan batubara sebagai
bahan bakar utama. Beberapa alasan mengapa Suralaya dipilih sebagai
lokasi yang paling baik diantaranya adalah:1. Tersedianya tanah
dataran yang cukup luas, di mana tanah tersebut dipandang tidak
produktif untuk laha pertanian.2. Tersedianya pantai dan laut yang
cukup dalam, tenang, bersih, hal ini baik unutk dapat dijadikan
pelabuhan guna memasok bahan baku, dan ketersediaan air, baik itu
air pendinginan maupun air proses.3. Karena faktor nomor dua di
atas, maka akan membantu/memperlancar pengangkutan bahan bakar dan
berbagai macam peralatan berat yang masih diimpor dari luar
negeri.4. Jalan masuk ke lokasi tidak terlalu jauh dan sebelumnya
sudah ada jalan umum namun dengan kondisi yang belum begitu baik.5.
Karena jumlah penduduk di sekitar lokasi masih relatif sedikit
sehingga tidak perlu adanya pembebasan tanah milik penduduk guna
pemasangan saluran transmisi kelistrikan.6. Dari hasil survey
sebelumnya diketahui bahwa tanah di Suralaya memungkinkan untuk
didirikan bangunan yang besar dan bertingkat.7. Tersedianya tempat
yang cukup untuk penimbunan limbah abu dari sisa pembakaran
batubara.8. Tersedianya tenaga kerja yang cukup untuk memperlancar
pelaksanaan pembangunan.9. Dampak lingkungan yang baik karena
terletak diantara pelabuhan dan laut.10. Menimbang kebutuhan beban
di pulau Jawa merupakan terbesar, maka tepat apabila dibangun suatu
pembangkit listrik dengan daya yang besar di pulau Jawa.
UBP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki
oleh PT. Indonesia Power. Diantara pusat pembangkit yang lain, UBP
Suralaya memiliki kapasitas daya terbesar dan juga merupakan
pembangkit paling besar di Indonesia. PLTU Suralaya dibangun
melalui empat tahapan yaitu :Tahap I: Membangun dua unit PLTU,
yaitu unit 1 dan 2 yang masing-masing berkapasitas 400MW. Dimana
pembangunan dimulai pada bulan Mei 1980 sampai dengan bulan Juni
1985 dan telah beroperasi sejak tahun 1984, tepatnya pada tanggal 4
April 1984 unutk unit 1 dan 26 Maret 1985 untuk unit 2.Tahap II:
Membangun dua unit PLTU yaitu unit 3 dan 4 yang masing-masing
berkapasitas 400 MW. Dinaba pembangunannya dimulai pada bulan Juni
1985 dan berakhir sampai dengan bulan Desember 1989 dan telah
beroperasi sejak 6 februari 1989 untuk unit 3 dan 6 November 1989
untuk unit 4.Tahap III: membangun 3 unti PLTU, yaitu 5,6, dan 7
yang masing-masing berkapasitas 600 MW. Pembangunan dimulai sejak
bulan Januari 1993 dan telah beropersai pada bulan Oktober 1996
untuk 5, untuk unit 6 pada bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk
unit 7.Tapah IV: membangun satu unit PLTU, yaitu unit 8 dengan
kapasitas 625 MW. Pembangunan dimulai pada bulan Maret 2007 dan
selesai Maret 2010. Unit 8 telah beroperasi April 2011 sampai saati
ini.Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitas
tenaga listrik di Pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem
interkoneksi se-Jawa dan Bali. Mensukseskan program pemerintah
dalam rangka penganekaragaman sumber energi primer untuk pembangkit
tenaga listrik sehingga lebih menghemat BBM, juga meningkatkan
kemampuan bangsa Indonesia dalam menyerap teknologi maju,
penyediaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat dan
pengembangan wilayah sekitarnya sekaligus meningkatkan produksi
dalam negeri.
2.2 Visi, Misi, Tujuan dan MottoGuna melaksanakan tugas pokok
dan fungsi lembaga dalam mencapai tujuan, PT. Indonesia Power telah
menetapkan visi dan misinya. Visi yan telah diterapkan adalah
sebagai berikut.
2.2.1 Visi PT. Indonesia PowerMenjadi perusahaan publik dengan
kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan.
2.2.2 Misi PT. Indonesia PowerMelakukan usaha dalam bidang
ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha-usaha lainnya yang
berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna
menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka
panjang.
2.2.3 Tujuan PT. Indonesia PowerAdapun tujuan dari PT. Indonesia
Power adalah:1. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang
terus menerus dalam sumber daya perusahaan.2. Meningkatkan
pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada
usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada oermintaan pasar yang berwawasan lingkungan.3.
Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.4. Mengoperasikan
pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar
kelas dunia dalam hal kesamaan, kehandalan, efisiensi, maupun
kelestarian lingkungan.5. Mengembangkan budaya perusahaan yang
sehat diatas saling menghargai antar karyawan dan mitra serta
mendorong terus kekokohan intergritas pribadi dan
profesionalisme.
2.2.4 MottoBersama kita maju.
2.2.5 LogoLogo atau lambang merupakan bagian dari identitas
perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan identitas perusahaan
adalah suatu cara atau hal yang memungkinkan perusahaan dapat
dikenal dan dibedakan dari perusahaan lain.PT Indonesia Power
mempunyai logo atau lambing yang dijadikan sebagai identitas
perusahaan dengan tujuan agar konsumen atau public pada umumnya
mudah mengenal dan mengingat perusahaan. Adapun logo yang dimiliki
PT Indonesia Power adalah bertuliskan Indonesia dan Power.
Selanjutnya bentuk logo PT Indonesia Power dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Logo PT. Indonesia Power
2.2.6 Makna Bentuk1. Karena nama yang kuat kata INDONESIA dan
POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis huruf futura book
/ regular dan futura bold menandakan font yang kuat dan tegas2.
Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf O melambangkan tenaga
listrik yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan3. Titik atau
bulatan merah (red dot) diujung kilatan petir merupakan simbol
perusahaan yang telah digunakan di sebagian besar materi komunikasi
perusahaan. Dengan simbol kecil ini diharapkan identitas perusahaan
dapat langsung terwakili.
2.2.7 Warna1. MerahMerah, diaplikasikan pada kata INDONESIA,
menunjukkan identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber
daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di
Indonesia dan juga di luar begeri
2. BiruBiru, diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna
biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada
kata POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi,
efisien, aman, dan ramah lingkungan.
2.3 Lokasi PT. Indonesia PowerPTLU Suralaya terletak di desa
Suralaya, Kecamatan Pulo Merak, Serang Banten. 120 km ke arah barat
dari jakarta menuju pelabuhan Ferry Merak, dan 7 km ke arah utara
dari Pelabuhan Merak.
Gambar 2.2 Peta lokasi PT. Indonesia Power UBP Suralaya2.4 Hasil
ProduksiPT Indonesia Power khususnya UBP Suralaya bergerak dalam
penyediaan tenaga listrik uap berbahan bakar batubara yang
mensuplai tenaga listrik Jawa-Bali sebesar 40% dari seluruh
kapasitas pembangkit listrik lainnya. UBP Suralaya juga bergerak
dalam bidang trading batubara atau fly ash (abu batubara) sebagai
nin core business yang sekarang dapat memproduksi 24 ribu ton fly
ash per bulan.Abu batubara adalah bagian dari sisan pembakaran
batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk
partikel halus amorf dan bersifat Pozzolan, berart abu tersebut
dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air
membentuk senyawa yang bersifat menikat. Dengan adanya sifat
Pozzolan tersebut abu terbang mempunya prospek untuk digunakan
sebagai keperluan bangunan.Sebagai hasil produksi sampingan dari
PLTU batubara, fly ash memiliki banyak manfaat antara lain sebagai
bahan baku pembuatan semen, beton ringan, keramik berat seperti con
block, genteng, batako, batu bata dan lainnya.
BAB IIIDESKRIPSI SISTEM INDUSTRI3.1 Bahan BakuPT. Indonesia
Power UBP Suralaya dirancang sebagai perusahaan pembangkit listrik
tenaga uap atau PLTU. Uap yang dihasilkan tersebut berasal dari
pembakaran air sebagai bahan baku utama.1. BatubaraBatubara
digunakan sebagai bahan bakar utama yang digunakan dalam pembakaran
untuk menghasilkan energi panas yang dibutuhkan oleh boiler.
Batubara yang digunakan dalam proses pembakaran sudah berupa
serbuk-serbuk halus, hal ini dilakukan karena tingkat kehalusan
batubara mempengaruhi waktu penyalaan dan pembakaran. Jenis
batubara yang digunakan adalah jenis subbituminious dengan nilai
kalor 5000-5500 kkal/kg. UBP Suralaya mendapatkan batubara tersebut
dari beberapa pemasok yang ada di pulau Sumatera dan Kalimantan.
Pemasok batubara dibagi menurut panjang kontrak dengan Indonesia
Power, yaitu kontrak jangka panjang, menengah, dan pendek. Lama
kontrak jangka panjang diatas 10 tahun, jangka menengah 5-9 tahun,
dan jangka pendek dibawah 5 tahun untuk para pemasok batubara
tersebut. 2. AirAir merupakan penghasil uap yang dibutuhkan untuk
menggerakkan turbin dari hasil proses pemanasan pada boiler. Air
yang digunakan adalah air laut yang didapat dari Krakatau Steel.
Air laut harus mengalami proses desalination atau pemurnian. Hal
ini dilakukan karena air yang digunakan pada boiler harus
benar-benar murni untuk mencegah terjadinya korosi pada bagian
saluran pipa.PT. Indonesia Power juga memerlukan bahan baku
pendukung yang digunakan untuk mendukung kegiatan proses produksi
dan sebagainya. Solar atau High Speed Diesel (HSD) digunakan
sebagai bahan bakar ignitor atau pemantik pada penyalaan awal
dengan bantuan udara panas bertekanan dan bahan bakar residua tau
Main Fuel Oil (MFO) digunakan sebagai bahan bakar cadangan apabila
perusahaan sedang mengalami kekurangan pasokan batubara. Bahan
bakar cadangan ini digunakan hanya pada unit 1-4, sedangkan unit
5-7 hanya menggunakan batu bara saja.
Batubara yang dibongkar dari kapal di Coal Jetty dengan
menggunakan Ship Unloader atau bisa dengan peralatan pembongkaran
kapal itu sendiri, dipindahkan ke hopper dan selanjutnya diangkut
dengan conveyor menuju penyimpanan sementara (temporary stock)
dengan Telescopic Chute atau dengan menggunakan Stacker/Reclaimer,
atau langsung batubara tersebut ditransfer malalui Junction House
ke Scrapper Conveyor lalu ke Coal Bunker, seterusnya ke Coal Feeder
yang berfungsi mengatur jumlah aliran ke Pulverizer di mana
batubara digiling dengan ukuran yang sesuai kebutuhan sampai
menjadi serbuk yang halus.
Gambar 3.1 Siklus Produksi PLTUSerbuk batubara tersebut dicampur
dengan udara panas dari Primary Air Fan dan dibawa ke Coal Burner
yang menyemburkan batubara tersebut ke dalam ruang bakar untuk
proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk mengubah air
menjadi uap. Udara pembakaran yang digunakan pada ruang bakar
dipasok dari Forced Draft Fan (FDF) (21) yang mengalirkan udara
pembakaran melalui Air Heater (22). Hasil proses pembakaran yang
terjadi menghasilkan limbah berupa abu dalam perbandingan 14:1. Abu
yang jatuh ke bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan
dikirim ke Ash Valley. Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari
boiler oleh Induce Draft Fan (IDF) dan dilewatkan melalui Electric
Precipitator yang menyerap 99,5% abu terbang dan debu dengan sistem
elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui stack / cerobong (23).
Abu dan debu kemudian dikumpulkan dan diambil dengan alat pneumatic
gravity conveyor yang digunakan sebagai material pembuat jalan,
semen dan bahan bangunan (conblok).
Gambar 3.2 Produksi Tenaga Listrik UBP Suralaya
Keterangan :1. Circulating Water Pump15. Turbin Uap2.
Desalination Evaporator16. Kapal / Tongkang3. Distillate Pump17.
Pumping House4. Make up Water Tank18. Fuel Oil Tank5. Demin Water
Tank19. Fuel Oil Heater6. Condenser20. Burner7. Low Pressure
Heater21. Forced Draft Fan8. Deaerator22. Air Heater9. Boiler Feed
Pump23. Stack10. High Pressure Heater24. Generator11. Economizer25.
Transformer Generator12.Steam Drum26. Switch Yard13.Boiler27.
Transmisi Tegangan Tinggi14.Super Heater
Panas yang dihasilkan dari pembakaran air didalam boiler,
dihisap oleh pipa pipa penguap (water walls) menjadi uap jenuh atau
uap basah yang kemudian dipanaskan di Super Heater (SH) (14) yang
menghasilkan uap kering. Kemudian uap tersebut dialirkan ke Turbin
tekanan tinggi High Pressure Turbine (16), di mana uap tersebut
disebarkan melalui Nozzles ke kipas pada turbin. Tenaga dari uap
mendorong kipas pada turbin dan membuat turbin berputar. Setelah
melalui HP Turbine, uap dikembalikan ke Boiler untuk dipanaskan
ulang di Reheater untuk mengembalikan panas uap sebelum uap
tersebut digunakan kembali di Intermediate Pressure (IP) Turbine
dan Low Pressure (LP) Turbine.Selanjutnya, uap bekas diproses
kembali menjadi air di Condenser (6) dengan pendinginan air laut
menggunakan Circulating Water Pump (1). Air yang merupakan bentuk
dari uap setelah di kondensasi akan digunakan kembali sebagai air
pengisi Boiler. Air dipompakan dari kondenser dengan menggunakan
Condensate Extraction Pump, pada awalnya dipanaskan melalui Low
Pressure Heater (7), dinaikkan ke Deaerator (8) untuk menghilangkan
gas-gas yang terkandung di dalam air. Air tersebut kemudian
dipompakan oleh Boiler Feed Pump (9) melalui High Pressure Heater
(10), di mana air tersebut dipanaskan lagi sebelum masuk ke dalam
Boiler (13) pada Economizer (11), kemudian air masuk ke Steam Drum
(12). Siklus air dan uap ini berulang secara terus menerus saat
mesin berkerja.Poros turbin disokong dengan Rotor Generator, maka
kedua poros memiliki jumlah tenaga yang sama. Ketika tenaga telah
mencapai 3000 rpm, pada Rotor Generator dibuatlah proses
magnetisasi dengan Brushless Exitation Sistem, dengan demikian
Stator Generator akan menciptakan tenaga listrik dengan tegangan 23
KV. Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke Generator
Transformer (25) untuk dinaikkan tegangannya menjadi 500 KV.
Sebagian besar listrik tersebut disalurkan ke sistem jaringan
terpadu (Interkoneksi) se-Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan
extra tinggi 500 KV dan sebagian lainnya disalurkan ke gardu induk
Cilegon dan daerah Industri Bojonegara melalui saluran udara
tegangan tinggi 150 KV.
3.2 Tata Letak UBP SuralayaLuas area PLTU Suralaya adalah 254
ha, terdiri dari :
Tabel 3.1 Luas Area PT Indonesia Power UBP SuralayaNNo
Nama LokasiLuas (Ha)
AGedung Sentral30,0
BAsh Valley8,0
CKompleks Perumahan30,0
DCoal Yard20,0
ETempat Penyimpanan Alat-alat Berat2,0
FSwitch Yard6,3
GGedung Kantor6,3
HSisanya berupa tanah dan perbukitan157,4
JUMLAH 254,0
Gambar 3.3 Tata Letak PT. Indonesia Power UBP Suralaya
3.3 Dampak lingkunganUntuk menanggulangi dampak negatif terhadap
lingkungan, dilakukan pengendalian dan pemantauan secara terus
menerus agar memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah
dalam hal ini keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no.
02/MENLH/1988 tanggal 19-01-1988 tentang Nilain Ambang Batas dan
no. 13/MENLH/3/1995 tanggal 07-03-1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak. Untuk itu PLTU Suralaya dilengkapi peralatan
antara lain :
a. Electrostatic Precipitator, yaitu alat menangkap abu hasil
sisa pembakaran dengan efesiensi 99,5%.b. Cerobong asap setinggi
218 m dan 275 m, agar kandungan debu dan gas sisa pembakaran sampai
ground level masih dibawah ambang batas.c. Sewage Treatment dan
Neutralizing Basin yaitu pengolahan limbah cair agar air buangan
tidak mencemari lingkungan.d. Peredam suara untuk mengurangi
kebisingan oleh suara mesin produksi. Di unit 5-7 kebisingan
mencapain 85-90 dB.e. Alat-alat pemantau lingkungan hidup yang
ditempatkan di sekitar PLTU Suralaya.f. CW Discharge Cannel
sepanjang 1,9 km dengan sistem saluran terbuka.g. Pemasangan Stack
Emmisionh. Penggunaan Low Nox Burners
3.4 Struktur OrganisasiStruktur organisasi yang baik sangat
diperlukan dalam suatu perusahaan, semakin besar perusahaan
tersebut semakin kompleks organisasinya. Secara umum dapat
dikatakan, struktur organisasi merupakan suatu gambaran secara
skematis yang menjelaskan tentang hubungan kerja, pembagian kerja,
serta tanggung jawab dan wewenang dalam mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan semula.
Gambar 3.4 Struktur OrganisasiPT. Indonesia Power Unit Bisnis
Pembangkitan Suralaya, secara structural puncak pimpinannya dipegan
oleh seorang General Manajer yang dibantu oleh Deputi General
Manajer dan Manajer Bidang.
3.5 Shift KerjaDalam Unit Pembangkitan Suralaya, karyawan
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: non shift dan shift. Untuk jam
kerja bagi karyawan non shift, diberlakukan jam kerja mulai jam
07.00 hingga 16.00 dengan hari kerja per minggunya adalah 5 hari
kerja dari Senin-Jumat. Sedangkan untuk karyawan shift, shift
terbagi menjadi 3, yaitu:a. Shift pagi: 07.00-15.00b. Shift siang:
15.00-22.00c. Shift malam : 22.00-07.00Dengan sistem kerja 2 hari
pertama masuk pagi, 2 hari kemudian masuk siang, dan 2 hari
kemudian masuk malam.
3.6 Pemasaran dan DistribusiProduksi dari PT. Indonesia Power
ini adalah berupa daya listrik yang lebih murah biaya produksinya
karena menggunakan bahan bakar batubara, dengan produk sampingan
berupa fly ash yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri
keramik berat.UBP Suralaya mendistribusikan listrik ke konsumen
melalui PLN dengan mensuplai pasokan listrik melalui generator
transformer 23 KV yang dinaikkan menjadi 500 KV ke Interbus,
kemudian diturunkan menjadi 150 KV yang ditransmisikan ke wilayah
Cilegon dan gardu induk gandul kemudian diteruskan melalui
interkoneksi se-Jawa, Madura dan Bali yang tersambung ke gardu
Induk dan suplai 150 KV dari pembangkit lain kemudian melalui
stepdown trans menjadi 6-20 KV yang langsung dipakai oleh konsumen
seperti masyarakat dan industry sekitar bojonegara.
36
BAB IVTUGAS KHUSUS4.1 Latar Belakang Masalah
PT. Indonesia Power UBP Suralaya merupakan salah satu dari anak
perusahaan PT. PLN (Persero) yang menjalankan usaha komersial
bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lainnya. Pada tahun
2010, perusahaan ini menyumbang sekitar 26.469.924. MW bagi
pembangkit tenaga listrik nasional. Bila dilihat berdasarkan total
keseluruhan yang dihasilkan PLN dalam menghasilkan listrik sangat
berpengaruh besar, karena dari 41.000.000 MW PT. Indonesia Power
UBP Suralaya bisa menghasilkan lebih daru 50% kebutuhan listrik
Jawa-Bali.Dalam proses produksinya, PT. Indonesia Power UBP
Suralaya memerlukan fasilitas pendukung, baik fasilitas besar
maupun fasilitas kecil. Fasilitas besar tersebut contohnya Pompa
pengisi ketel (Boiler Feedwater Pump), Transformator Generator,
Penangkap abu (Electrostatic Precipitator), dan sebagainya,
sedangkan fasilitas kecil antara lain spare part (suku cadang).
Meskipun kecil, namun spare part memegang peranan amat penting
dalam kegiatan produksi. Salah satu contohnya yaitu spare part umum
yang selalu digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari
mesin-mesin.Spare part umum yang digunakan oleh PT. Indonesia Power
UBP Suralaya dalam proses pengadaannya spare part umum ini biasanya
mengalami kendala. Beberapa diantaranya yaitu menumpuknya banyak
spare part yang menyebabkan bertambahnya biaya pemeliharaan yang
mempengaruhi keuangan dari perusahaan. Sebenarnya ketersediaan
stock perlu untuk menjaga kinerja mesin yang jika melemah dapat
menggangu proses produksi.Mengingat pentingnya ketersediaan spare
part umum di perusahaan, maka perlu dilakukannya pengendalian yang
lebih efektif. Hal ini bisa dilakukan salah satunya dengan
mengidentifikasi tingkat kekritisan masing-masing spare part dan
menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis. Cara ini akan sangat
membantu pihak manajemen dalam mengendalikan persediaan spare part.
Dalam hal ini, spare part yang tergolong kritis perlu mendapat
perhatian yang lebih dari pihak manajemen dibandingkan spare part
yang tidak kritis. Oleh karena itu, tugas khusus Kerja Praktek ini
difokuskan untuk menentukan tingkat kekritisa spare part umum dan
menentukan jumlah pemesanan ekonomis pada unit 1-4.
4.1.1Perumusan MasalahDari latar belakang masalah yang sudah
dikemukakan, maka masalah dalam kerja praktek ini adalah bagaimana
tingkat kekritisan masing-masing spare part umum untuk menentukan
jumlah pemesanan ekonomis pada unit 1-4. 4.1.2 Batasan Masalah dan
AsumsiBatasan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Spare part
yang diteliti adalah spare part umum pada unit 1-4.2. Data yang
digunakan adalah data dari tahun 2011-20123. Metode yang digunakan
adalah Analisi ABC dan EOQ.
4.1.3 TujuanTujuan dilakukannya penelitian ini adalah menentukan
tingkat kekritisan dan mampu menganalisa jumlah pemesanan ekonomis
spare part umum pada unit 1-4.
4.1.4ManfaatHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi PT. Indonesia Power UBP Suralaya khususnya pada bagian
pengadaan material/spare part. Harapannya, dengan mengetahui
tingkat kekritisan masing-masing spare part maka pengendalian
persediaan spare part umu, pada unit 1-4 dapat menjadi lebih
baik.
4.2Landasan Teori
4.2.1Manajemen PersediaanManajemen persediaan adalah suatu
bentuk usaha sebuah perusahaan atau organisasi untuk menjaga dan
mengendalikan jumlah persediaan sumber dayanya agar tetap bisa
menyokong proses produksi dan penjualan dengan mengusahakan total
biaya persediaan seminimal mungkin. Pengendalian persediaan di
seriap perusahaan merupakan salah satu unsur penting dalam rangka
mengefisiensikan dan mengoptimalkan proses produksi sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Berikut ini adalah tipe persediaan
menurut Yamit (2004):1. Persediaan alat-alat kantor
(supplies)Persediaan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi
organisasi dan tidak menjadi bagian produk akhir.2. Persediaan
bahan baku (raw material)Item yang dibeli dari para supplier untuk
digunakan atau dikonversi menjadi barang akhir.3. Persediaan barang
dalam proses (in-process goods)Bagian dari produk akhir tetapi
masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu item yang lain
untuk diproses.4. Persediaan barang jadi (finished goods)Persediaan
produk akhir yang siap untuk dijual, didistribusikan atau
disimpan.Manajemen persediaan perlunya dilakukan karena dalam
kondisi aktual di industri, banyak faktor ketidakpastian yang bisa
terjadi, hal inilah yang dapat mengganggu kelancaran proses
produksi. Faktor-faktor ketidakpastian tersebut seperti
terlambatnya waktu pengiriman barang dan supplier, kesalahan
peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan
cacat, dan faktor-faktor yang lainnya.
4.2.2Analisis ABC dan EOQMenurut Heizer, J. & Render, B.
(2001), analisis ABC membagi persediaan yang dimiliki ke dalam tiga
golongan berdasarkan pada volume tahunan. Analisis ABC adalah
sebuah aolikasi persediaan dari prinsip pareto. Prinsip pareto
menyatakan bahwa terdapat sedikit hal yang penting dan banyak hal
yang tidak penting. Tujuannya adalah membuat kebijakan persediaan
yang memusatkan sumber daya pada komponen persediaan penting yang
sedikit dan bukan pada yang banyak tetapi tidak penting.
Berdasarkan prinsip pareto, material dapat diklasifikasikan menjadi
3 kategori sebagai berikut :1. Kategori A (80-20)Terdiri dari jenis
material yang menyerap dana sekitar 80% dari seluruh modal yang
disediakan untuk persediaan dan jumlah jenis materialnya sekitar
20% dari semua jenis material yang dikelola.2. Kategori B
(15-30)Terdiri dari jenis material yang menyerap dana sekitar 15%
dari seluruh modal yang disediakan untuk persediaan (sesudah
kategori A) dan jumlah jenis materialnya sekitar 30% dari semua
jenis material yang dikelola.3. Kategori C (5-50)Terdiri dari jenis
material yang menyerap dana sekitar 5% dari seluruh modal yang
disediakan untuk persediaan (yang tidak termasuk kategori A dan B)
dan jumlah jenis materialnya sekitar 50% dari semua jenis material
yang dikelola.Dalam aplikasi klasifikasi pareto tidak ada ketentuan
bahwa harus dibuat 3 kelas (A, B dan C), namun bisa lebih. Hanya
saja, terlalu banyak kelas akan menyulitkan pengendalian karena
akan tidak jelas lagi beda pengendalian antara satu kelas dengan
kelas lainnya. Langkah- langkah untuk mengklasifikasikan material
menggunakan analisis ABC adalah :1. Menghitung total nilai uang per
tahun dari masing-masing spare part. Nilai uang ini dapat dihitung
dengan persamaan berikut.
2. Mengurutkan tipe material berdasarkan besarnya total nilai
uang dari yang terbesar sampai yang terkecil.
3. Menghitung presentase total nilai uang kumulatif dari total
nilai uang yang telah diurutkan dengan menggunakan persamaan :
4. Menghitung persentase penggunaan kumulatif dengan menggunakan
persamaan :
5. Mengklasifikasikan jenis spare part berdasarkan persentase
total nilai uang kumulatif dan persentase penggunaan kumulatif.
Analisis dilakukan dengan mengevaluasi sistem pengendalian
persediaan yang ada dan kemungkinan perbaikan sistem berdasarkan
tingkat kekritisan spare part umum pada unit 1-4.
Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan
persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan
dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.Rumusan
EOQ yang biasa digunakan adalah :
Di mana :D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per
periode waktuS = Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan
mesin) per pesananH = Biaya penyimpanan per unit per tahun4.3
Pengolahan Data dan Analisa Hasil
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi:a. Penggunaan
spare part umum pada unit 1-4 tahun 2012. Data dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 4.1 Data Spare Part Tahun 2012
b. Biaya pengendalian persediaanBiaya pengendalian persediaan,
yang meliputi harga material, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
dapat dilihat pada tabel dibawah :Tabel 4.3 Biaya pengendalian
persediaan
Perhitungan nilai uang berdasarkan harga spare part umum pada
unit 1-4 untuk tahun 2011 dan 2012.
Tabel 4.4 Harga Spare part mesin umum pada tahun 2012 pada
satuan US DollarKode Part2012
P001198,36
P002383,62
P00337,8
P0046,5
P00522,68
P006772,35
Berdasarkan data Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 maka perhitungan
Analisis ABC dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :1. Menghitung total nilai uang dari masing-masing spare
part. Total nilai uang dihitung berdasarkan harga spare part (Tabel
4.4) dan penggunaan spare part (Tabel 4.1) dengan menggunakan
persamaaan sebagai berikut. Contoh perhitungan total nilai uang
untuk spare part P001 tahun 2012 yaitu
Total nilai uang spare part lain dihitung dengan cara yang sama.
Hasil perhitungan total nilai uang untuk tahun 2011 dan 2012
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5Tabel 4.5 Total Nilai Uang
Tahun 2012NoKode PartRata-Rata Penggunaan Per TahunHarga
MaterialNilai Uang
1P0010,3198,3659,508
2P0020,08383,6230,6896
3P00329,1637,81.118,88
4P00456,532,5
5P0050,822,6818,144
6P0064,25772,353.282,487
Total Nilai Uang Tahun 20124.542,2086
2. Mengurutkan tipe material berdasarkan besarnya total nilai
uang dari yang terbesar hingga yang terkecil sebagaimana terlihat
pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Urutan Nilai Uang Tahun 2012NoKode PartRata-Rata
Penggunaan Per TahunHarga MaterialNilai Uang
1P0064,25772,353282,487
2P00329,1637,81118,88
3P0010,3198,3659,508
4P00456,532,5
5P0020,08383,6230,6896
6P0050,822,6818,144
Total Nilai Uang Tahun 20124.542,2086
3. Menghitung persentase total nilai uang kumulatif dari total
nilai uang yang telah diurutkan. Persentase total nilai uang
kumulatif dihitung berdasarkan nilai uang pada urutan yang
bersangkutan, nilai uang kumulatif sebelumnya, dan total nilai uang
keseluruhan spare part dengan menggunakan persamaan seperti
berikut.
Persentase total nilai uang kumulatif spare part yang lain
dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungan persentase tota l
nilai uang kumulatif untuk tahun 2011 dan 2012 selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.9 dan 4.10.
Tabel 4.9 Persentase Total Nilai Uang Kumulatif Tahun 2012NoKode
PartRata-Rata Penggunaan Per TahunHarga MaterialNilai
UangPersentase KomulatifPersentase Komulatif PenggunaanKelas
1P0064,25772,353282,48772,2663110,7350341A
2P00329,1619,61118,8896,8992784,3899974B
3P0010,34159,50898,2093885,1477645B
4P0045198,3632,598,9248997,7772164C
5P0020,086,530,689699,6005497,9792877C
6P0050,8383,6218,144100100C
39,594.542,2086
39
4.
5. Menghitung persentase penggunaan kumulatif dari banyaknya
tipe material berdasarkan total penggunaan yang telah diurutkan.
Persentase penggunaan kumulatif dihitung berdasarkan jumlah
penggunaan pada urutan yang bersangkutan, jumlah penggunaan
kumulatif sebelumnya, dan total jumlah penggunaan keseluruhan
material menggunakan persamaan sebagai berikut.
Tabel 4.11 Persentase penggunaan kumulatif spare part umum tahun
2012NoKode PartPenggunaan Persentase KomulatifKelas
1P00329,1673,65A
2P004586,28B
3P0064,2597,01C
4P0050,899,04C
5P0010,399,79C
6P0020,08100C
39,59
6. Mengklasifikasikan jenis spare part berdasarkan persentase
total nilai uang kumulatif ke dalam kelas A (0-80%), kelas B
(81-90%), dan kelas C (91-100%).Tabel 4.9, 4.10, dan 4.11
menunjukkan hasil analisa ABC berdasar total nilai uang dan
penggunaan untuk spare part umum pada unit 1-4 tahun 2012. Dapat
dilihat bahwa tidak jumlah pemakaian yang tidak sama setiap
tahunnya menyebabkan perbedaan kelas yang didapat. Pada tahun 2012
part yang harus diperhatikan adalah P006 karena merupakan nilai
uang paling besar dan P003 dengan penggunaan paling banyak.Berikut
adalah fungsi dari sparepart yang memiliki nilai yang paling besar
dan penggunaan paling banyak :1. Soot Blower : Fungsi utama dari
sootblower adalah membersihkan pipa boiler dari abu hasil
pembakaran.2. Anti Scale/Scalant : Fungsi dari anti scalant adalah
mencegah atau memprelambat terjadinya kerak yang disebabkan oleh
air yang dipanaskan pada pipa untuk menjaga tingkat efisiensi
Boiler adalah temapt dimana air diubah menjadi uap sebagai
tenaga penggerak, abu sisa pembakaran akan dibersikan oleh
sootblower
Disini air laut di suling untuk mengurangi kadar mineral lalu
dicampurkan anti scalant yang berfungsi menghambat terjadinya
kerak.
Gambar 4.1 Letak Sparepart Berpengaruh
Setelah didapat beberapa part yang merupakan part kritis, maka
kita akan mencari EOQ.
1. EOQ untuk part pada tahun 2012 : Kode part P006 : Kode part
P003 :
BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil pengolahan data dan
analisis spare part yang termasuk kelas A (penting) pada tahun 2012
part yang harus diperhatikan adalah P006 karena mempunyai nilai
uang paling besar dan P003 dengan penggunaan paling banyak.
5.2 SaranDalam penelitian ini digunakan Analisis ABC untuk
menentukan tingkat kekritisan material berdasarkan total nilai uang
dan EOQ untuk menentukan jumlah pemesanan selanjutnya . Pada
kenyataannya, masih terdapat faktor lain yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan tingak kekritisan material, misalnya intensitas
kerusakan, lead time, dan tingkat kesulitan pengadaan. Isu ini
dijadikan dasar pengembangan lebih lanjut penelitian tentang
klasifikasi material.
DAFTAR PUSTAKA
Govil, A. K, 1993, Reliability Engineering, McGraw Hill, New
DelhiWalpole, Ronald E., Raymond H. Myers, Sharon L. Myers, dan
Keying Ye. 2002. Probability & Statistics for Engineers &
Scientists 7th Ed. New Jersey: Prentice Hall, Inc.Corder, Antony
& Hadi, Kusnul, 1992, Teknik Manajemen Pemeliharaan, Penerbit
Erlangga, JakartaNababan, Charles H., 2009, Analisis Keandalan dan
Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator di PT.
Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, USU.Buku Panduan Kerja
Praktek). 2012. Yogyakarta : Prodi Teknik Industri
44