Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan morbilitas dan mortalitas yang sangat tinggi. Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia dan di seluruh dunia (Binka et al., 2003). Diare berhubungan dengan faktor lingkungan (sarana air bersih, jamban),faktor terhadap ibu (perilaku dan higienitas), serta faktor anak (pemberian ASI dan makanan) (Kemenkes, 2004). Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Cirebon kejadian diare menempati urutan ke tiga terbanyak, yaitu 6146 kasus diare 75.708 anak (Dinkeskab Cirebon, 2013). Laporan tahunan Puskesmas Pasaleman menunjukan diare pada balita tahun 2013 sebesar 985 kasus sedangkan tahun 2014 hingga bulan mei ini sebesar 425 kasus, dan dari hasil pemantaun tim petugas puskesmas hal tesebut diakibatkan karena kurangnya air bersih, tidak mempunyai fasilitas jamban dan kurangnya pengetahuan ibu terhadap higienitas (Profil Puskesmas Pasaleman, 2013).
47

Diare Akut

Jul 17, 2016

Download

Documents

Diare
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Diare Akut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia dengan morbilitas dan mortalitas yang sangat tinggi. Diare masih

menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia dan di seluruh dunia

(Binka et al., 2003).

Diare berhubungan dengan faktor lingkungan (sarana air bersih,

jamban),faktor terhadap ibu (perilaku dan higienitas), serta faktor anak

(pemberian ASI dan makanan) (Kemenkes, 2004).

Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Cirebon kejadian diare

menempati urutan ke tiga terbanyak, yaitu 6146 kasus diare 75.708 anak

(Dinkeskab Cirebon, 2013).

Laporan tahunan Puskesmas Pasaleman menunjukan diare pada balita

tahun 2013 sebesar 985 kasus sedangkan tahun 2014 hingga bulan mei ini

sebesar 425 kasus, dan dari hasil pemantaun tim petugas puskesmas hal

tesebut diakibatkan karena kurangnya air bersih, tidak mempunyai fasilitas

jamban dan kurangnya pengetahuan ibu terhadap higienitas (Profil Puskesmas

Pasaleman, 2013).

Terdapat hubungan timbal balik kejadian diare dengan tingkat

pendidikan ibu indeks kekayaan rumah tangga seperti sumber air dan fasilitas

jamban (Riskesdes, 2007)

Berdasarkan uraian tersebut perlu penelitian mengenai hubungan

sanitasi lingkungan dengan frekuensi kejadian diare akut pada balita.

1.2 Permasalahan penelitian

Apakah terdapat hubungan sanitasi lingkungan dengan frekuensi

kejadian diare akut pada balita?

Page 2: Diare Akut

Page

2

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan sanitasi

lingkungan dengan frekuensi kejadian diare akut pada balita

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis hubungan antara sumber air dengan frekuensi

kejadian diare akut pada balita

2. Menganalisis hubungan antara jenis jamban dengan frekuensi

kejadian diare akut pada balita

3. Menganalisis hubungan antara pembuangan sampah dengan

frekuensi kejadian diare akut pada balita

4 Menganalisis hubungan antara pengelolaan air limbah dengan

frekuensi kejadian diare akut pada balita

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Untuk menambah pengetahuan dan sebagai bahan referensi

tentang pentingnya sanitasi lingkungan terhadap kejadian diare akut

1.4.2 Manfaat untuk pelayanan kesehatan

Memberikan suatu informasi dan dilakukan program promosi

pedoman diare menanggulangi suatu kejadian diare agar teciptanya

lingkungan yang sehat dan higienis.

1.4.3 Manfaat untuk masyarakat

Menambah pengetahuan tentang hubungan sanitasi lingkungan

dengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebih

meningkatkan sanitasi lingkungan.

1.4.4 Manfaat untuk penelitian

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga

kedepannya penelitian ini bisa bermanfaat.

Page 3: Diare Akut

Page

3

1.5 Orisinalitas

No Peneliti Judul Desain Penelitian

Hasil

1 Putra,

2012

Hubungan pemberian

ASI Eksklusif dengan

kejadian Diare pada bayi

usia 1-6 bulan

diWilayah Puskesmas

Pasaleman

Cross

sectional

Ada hubungan yang

bermakna antara

pemberian ASI

Eksklusif Dengan

kejadian diare

Pada bayi 1-6 bulan.

2 Adi

Ariyanto,

2013

Hubungan personal

hygiene dan hygiene

sanitasi lingkungan

dengan kejadian diare di

wilayah kerja

Puskesmas Pasaleman

Case control bermakna antara

Personal hygiene dan

Hygiene sanitasi

lingkungan rumah

dengan kejadian diare

.Penelitian yang akan dilakukan adalah menganalisis hubungan

sanitasi lingkungan dengan frekuensi kejadian diare akut di masyarakat

menggunakan metode cross sectional dengan teknik simple random

sampling. Perbedaannya dengan penelitian di atas adalah subyek penelitian

ini adalah balita, dan akan mengukur variabel tergantung secara lebih rinci

yaitu menghitung frekuensi diare balita tersebut dalam 3 bulan terakhir.

Page 4: Diare Akut

Page

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian diare

Diare akut adalah buang air besar lebih dari tiga kali disertai

perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan tanpa lendir darah

yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie, 2010).

2.1.2 Epidemiologi

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

berkembang termasuk di indonesia dan merupakan salah satu

penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak. Terutama usia

dibawah 5 tahun di dunia. Sebanyak 6 juta anak meninggal tiap

tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di

Negara berkembang sebagai gambaran 17% kematian anak didunia

disebabkan oleh diare sedangkan hasil riskesdas untuk golongan 1-4

tahun penyebabkan kematian karena diare 25,5% (Juffrie, 2010).

2.1.3 Etiologi

Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada

saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme

seperti, bakteri, virus dan parasit. Beberapa organisme tersebut

biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui makanan

dan minuman yang telah tercemar oleh organisme tersebut (food

borne disease) (Juffrie, 2010).

Organisme penyebab diare biasanya berbentuk renik dan

mampu menimbulkan diare yang dapat dibedakan 3 jenis berdasarkan

gejala klinis, jenis yang pertama adalah diare cair akut dimana akan

kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar sehingga mampu

disebut disentri.

Page 5: Diare Akut

Page

5

Diare yang ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang

disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare

berdarah akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada

penurunan status gizi. Jenis ketiga adalah diare persisten kejadian

diare dapat berlangsung >14 hari. Diare ini sering terjadi pada anak

dengan status gizi rendah, AIDS, anak dalam keadaan infeksi ( WHO,

2010).

Beberapa jenis diare tersebut sering disebabkan oleh

organisme renik seperti bakteri dan virus. Bakteri patogen seperti

E.coli, shigella, campylobacter, vibrocholera merupakan contoh

bakteri pathogen yang menyebabkan diare pada anak. Kolera

merupakan salah satu contoh kematian utama pada anak. Diare cair

pada anak sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus,

Vibrochorela dan E.coli diare berdarah paling sering disebakan oleh

shigela sedangkan diare cair akut pada anak dibawah lima tahun

paling banyak disebabkan infeksi (WHO, 2009).

2.1.4. Tanda dan gejala

1. Cengeng, gelisah

2. Suhu tubuh meningkat

3. Nafsu makan berkurang

4. Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah

5. Warna tinja kehijau-hijauan

6. Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi

7. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare

8. Banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan

dehidrasi

9. Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar,

menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit

tampak kering (Entjang, I 2000).

Page 6: Diare Akut

Page

6

2.1.5 Kriteria Dehidrasi

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi

tiga menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat.

1. Dehidrasi Ringan

Tidak adanya keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak

terlihat agak lesu, haus dan agak rewel.

2. Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut :

a. Gelisah, cengeng

b. Kehausan

c. Mata cekung

d. Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak

segera kembali ke posisi semula

3. Dehidrasi Berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut :

a. Berak cair terus - menerus

b. Muntah terus - menerus

c. Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

d. Tidak bisa minum, tidak mau makan

e. Mata cekung, bibir kering dan biru

f. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

g. Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil

berkurang/kurang dari 6 popok/hari

h. Kadang - kadang dengan kejang dan panas tinggi

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi diare

Faktor Sosiodemografi

a. Tingkat pendidikan

Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam

kesehatan masyarakat. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat

pendidikan, semakin rendah Angka kematian bayi dan kematian

ibu (Widyastuti, 2005).

Page 7: Diare Akut

Page

7

b. Jenis pekerjaan

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan

pendapatan, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau

masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. (Widyastuti,

2005).

a. Sosial ekonomi

Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat kekurangan

materi pada sejumlah orang dibandingkan dengan standar

kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan. Kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang

ditemukan pada balita dan anak. Hal ini karena kemiskinan

mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan

kesehatan yang memadai pada balita dan anak, cenderung

memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan.

Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan

mortalitas) karena diare di Indonesia disebabkan oleh faktor

kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi,

kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku

masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung

mempengaruhi keadaan penyakit diare (Simatupang, 2004).

2.1.7 Faktor lingkungan

a. sumber air

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia

akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada

kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian

besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat

badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi

80%.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain

untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian),

Page 8: Diare Akut

Page

8

dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju

setiap orang memerlukan air antara 60 – 120 liter per hari.

Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia

setiap orang memerlukan air antara 30 – 60 liter per hari.

Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting

adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan

minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan

khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.

Syarat-syarat air minum yang sehat (Slamet, 2007).

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air

tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan

kesehatan, setidaknya-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan

tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai

berikut (Slamet, 2007) :

a. Syarat Fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening

(tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di

luarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini

tidak sukar.

b. Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala

bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui

apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah

dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari

pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli

maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

c. Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam

jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu

zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis

pada manusia.

Page 9: Diare Akut

Page

9

b. Jenis jamban

Yang dimaksud kotoran manusia semua benda atau zat yang

tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari

dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini

berbentuk tinja (feces), (urine), dan CO2. Dalam buku ini hanya

akan dibahas tempat pembuangan dua kotoran manusia berupa tinja

dan urine yang disebut jamban atau kakus (latrine).

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding

dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia

memngkat. Dilihat dan segi kesehatan masyarakat, masalah

pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok

untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feces)

adalah sumber penyebaran peenyakit yang multikompleks.

Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui

berbagai macam jalan atau cara. Pengelolaan Pembuangan Kotoran

Manusia

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi

kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran

manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan

kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila

memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak menimbulkan bau

2. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance)

3. Sederhana desainnya

4. Murah

5. Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu

diperhatikan antara lain :

a. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban

terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang

lain, terlindung dari pandangan orang (pravacy) dan sebagainya.

Page 10: Diare Akut

Page

10

b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat,

tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.

c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi

yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau,

dan sebagainya.

d. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau

kertas pembersih.

Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara

lain :

1. Jamban Cemplung, Kakus (Pit Latrine)

Jamban cemplung ini sering kita jumpai di daerah pedesaan di

Jawa.

Hal lain yang perlu diperhatikan di sini adalah bau kakus

cemplung itu tidak boleh terlalu dalam. Sebab bila terlalu dalam

akan mengotori air tanah di bawahnya. Dalamnya pit latrine

berkisar antara 1,5-3 meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan

maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding

bambu, dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari

sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improvisasi Latrine =

VIP Latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung bedanya

lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa untuk daerah

pedesaan pipa ventilasi ini dibuat dengan bambu. Skema VIP

latrine tersebut adalah sebagai berikut :

3. Jamban Empang (Fishpond Latrine)

Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Dalam sistem jamban

empang ini disebut daur ulang (recyling), yakni tinja dapat

langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya

orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya.

Page 11: Diare Akut

Page

11

Jamban empang ini mempunyai fungsi, yaitu di samping

mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat

menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).

4. Jamban Pupuk (The Compost Privy)

Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih

dangkal galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk

membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.

Prosedurnya adalah :

a. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa

b. Dilapisan bawah sendiri ditaruh sampah daun-daunan

c. Di atasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (kalau ada)

setiap hari

d. Setelah ± 20 inchi, ditutup lagi dengan daun-daunan sampah,

selanjutnya ditaruh kotoran lagi.

e. Demikian selanjutnya sampai penuh.

5. Septic tank

Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling

memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja

semacam ini yang dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki

sedimentasi yang kedap air, dimana feces dan air buangan

masuk dan mengalami dekomposisi. Dalam tanki ini tinja akan

berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan

mengalami 2 proses, yakni :

a. Proses Kimiawi

Akibat penghancuran tinja akan reduksi dan sebagian

besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap dalam tanki

sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-

sama dengan lemak dan busa akan mengapung membentuk

lapisan yang menutup permukaan air dalam berfungsi pada

proses berikutnya.

Page 12: Diare Akut

Page

12

b. Proses Biologis

Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas

bakteri anerob dan fakultatif anerob yang memakan zat-zat

organik alam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya

gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume

sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat

penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung

bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah.

Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan ke luar melalui pipa

dan masuk ke dalam tempat perembesan.

c. Pembuangan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang

sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang

sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dibuang.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,

8ampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang

berasal dan kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan

sendirinya.

Dan batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu

kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna.

Sehingga bukan semua benda padat yang tidak digantikan

dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda-benda alam,

benda-benda yang keluar dari bumi akibat dari gunung

meletus, banjir, pohon di hutan yang tumbang akibat angin

ribut, dan sebagainya. Dengan demikian sampah

mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan

kegiatan manusia.

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Page 13: Diare Akut

Page

13

Jenis-jenis Sampah

Kalau kita berbicara tentang sampah. sebenarnya meliputi 3

jenis sampah yakni: sampah padat, sámpah cair, dan sampah

dalam bentuk gas (fume, smoke). Akan tetapi seperti telah

dibuatkan batasan di atas, bahwa dalam konteks ini hanya

akan dibahas sampah padat. Sampah cair yang berupa air

limbah akan dibahas di bagian lain dalam buku ini.

Sedangkan sampah dalam bentuk gas yang menimbulkan

polusi udara seperti asap kendaraan, asap pabrik.

1. Berdasarkan

a. gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya

dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-

daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet,

kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng.

kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelás, kaca,

dan sebagainya.

3. Berdasarkan karakteristik sampah

a. Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau

pembuatan makanan, yang umumnya mudah

membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran,

hotel, dan sebagainya.

b. Rabish, yaitu sampah yang berasal dan perkantoran,

perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas,

karton, plastik, dan sebagainya, maupun yang tidak

mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan

kaca, gelas, dan sebagainya.

Page 14: Diare Akut

Page

14

c. Ashes(abu), yaitu sisa pembakaran dan bahan-bahan

yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.

d. Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang

berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari

campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan

kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan

sebagainya.

e. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari

industri atau pabrik-pabrik.

f. Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai

binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan,

atau dibuang oleh orang.

d. Saluran Pembuangan Air Limbah ( SPAL )

Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah

cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,

perkantoran dan industri, bersama sama dengan air tanah, air

pemukiman danair hujan yang mungkin ada.

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber diantaranya:

a) Air buangan dari rumah tangga.

b) Air buangan industri.

c) Air buangan kota praja.

Karakteristik air limbah menurut Notoatmodjo Tahun 2007 :

a) Karakteristik fisik terdiri dari air, bahan padat dan

suspensi.

b) Karakteristik kimiawi terdiri dari campuran bahan kimia

anorganik dari air bersih dan bermacam macam zat

organik dari penguraian tinja, urine dan sampah lain.

c) Karakteristik biologis terdiri dari kandungan bakteri

patogen

serta organisme golongan coli tergantung dari mana

sumbernya.

Page 15: Diare Akut

Page

15

2.1.9 Faktor prilaku dan pola hidup

a. Makanan dan minuman

Untuk memeliharan kesehatan masyarakat perlu sekali pengawasan

terhadap pembuatan dan penyediaan bahan-bahan makanan dan

minuman agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat.

Hal-hal yang dapat membahayakan itu antara lain :

1) Zat-zat kimia yang bersifat racun

2) Bakteri-bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya

3) Parasit-parasit yang berasal dari hewan

4) Tumbuh-tumbuhan yang beracun

1) Zat-zat kimia yang bersifat racun, tekanan karena kelalaian,

misalnya salah menempatkan racun tikus, ataupun sebagai

akibat pertumbuhan bakteri-bakteri dalam makanan.

Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan

misalnya :

- Staphylococcussp Sering terdapat pada daging, susu dan kue-

kue

2) Bakteri-bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya

Bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya dapat berada pada

makanan dan minuman dengan beberapa cara :

- Dipindahkan lalat dari feses yang terbuka

- Makanan misalnya sayuran dicuci dalam air kali

- Makanan/minuman berasal dari hewan sakit, misalnya

mycobacterium tuberculosa terdapat dalam susu sapi yang

menderita TBC

- Karena makanan/minuman disediakan oleh orang yang

mengandung bibit penyakitnya baik penderita maupun carier

3) Parasit-parasit yang berasal dari hewan

Parasit-parasit yang berasal dari hewan terutama cacing.

4) Tumbuhan-tumbuhan yang beracun

Page 16: Diare Akut

Page

16

Beberapa tumbuhan mengandung racun yang akan

membahayakan manusia bila dimakan.

b. Kondisi rumah

1. Jenis lantai rumah

syarat rumah yag sehat,jenis lantai rumah tidak berdebu

pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai

rumah dari tanah agar tidak berdebu maka dilakukan

penyiraman air kemudian dipadatkan. Dari segi kesehatan, lantai

ubin atau semen merupakan lantai yang baik. Apabila penghuni

rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan seperti tidak

membersihkan lantai dengan baik maka akan menyebabkan

terjadinya penularan penyakit termasuk diare (Notoatmodjo,

2003).

c. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah

mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air

besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan

makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam menurunkan kejadian diare.

d. Menggunakan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penurunan resiko terhadap penyakit diare.

Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan

dapat dipakai oleh seluruh keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

Page 17: Diare Akut

Page

17

3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke

tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh

dari rumah, jalan setapak dan tidak di tempat anak-anak

bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air,

4) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

2.2 Kerangka teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Pola hidup dan prilaku

1.makanan dan minuman

2.kondisi rumah

3.kebiasaan mencucitangan

4.menggunakan jamban

Frekuensi

Diare Akut Pada Balita

Lingkungan

1.sumber air minum

2.jenis jamban

3.pembuangan sampah

Sosiodemografi

1.tingkat pendidikan orang tua balita

2.Jenis pekerjaan orang tua balita

3. Penghasilan orang tua balita

ASI eksklusif pada saat bayi -6 bulan

Page 18: Diare Akut

Page

18

2.3 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan frekuensi kejadian diare akut pada balita.

Sumber air minum

Sarana Jamban

Ketersediaan Tempat Sampah

Pembuangan Air Limbah

Frekuensi

Diare Akut Pada Balita

Kondisi Lantai Rumah

Page 19: Diare Akut

Page

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental analitik studi

dengan ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu kesehatan

masyarakat dan ilmu kesehatan anak.

3.2 Tempat dan Waktu Peneitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasaleman

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional.

3.4 Populasi dan Sample

3.4.1 Populasi Target

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai

balita (berumur 1-5 tahun sampai dilakukan penelitian) yang bertempat

tinggal di wilayah kerja Puskesmas pasaleman.

3.4.2 Populasi Terjangkau

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas pasaleman yaitu masyarakat

mempunyai balita di area wilayah kerja Puskesmas pasaleman.

3.4.3 Sampel

Masyarakat mempunyai balita di area wilayah kerja Puskesmas

Pasaleman yang memenuhi kriteria.

3.4.3.1 Kriteria Inklusi

1.Keluarga yang memiliki balita usia balita

3.4.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Keluarga/ orang tua balita tidak bersedia menjadi responden

Page 20: Diare Akut

Page

20

2. Keluarga/ orang tua balita tidak mengijinkan peneliti

memeriksa kondisi rumah dan lingkungan.

3.4.4 Cara Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak

sederhana bahwa setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama

sebagai sampel.

3.4.5 Besar Sampel

Besar sampel adalah sebagian dari populasi yang akan mewakili

sampel 1000 jumlah balita di area puskesmas pasaleman, yang diambil

data sampel dengan cara simpel random besar sample ditentukan

menurut formula sebagai berikut hitung menggunakan

rumus Slovin

n = N

1+ne2

n: Jumlah sampel

N: Jumlah populasi

e : Batas toleransi kesalahan

n= 1000

(1+0,052) = 286

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah meliputi sumber air,

pembuangan sampah, jenis jamban, limbah.

3.5.2 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi diare akut pada

balita

3.5.3 Variabel perancu

Variabelperancu dalam penelitian ini adalah sosial ekonomi

Page 21: Diare Akut

Page

21

3.6 Definisi operasional, variabel, cara dan skala pengukuran

VariabelDefinisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

UkurHasil Ukur Skala

Ukur

Sumber air

minum

Ketersediaan

Air bersih

untuk minum

yang

memenuhi

syarat

kesehatan

Wawancara

dan

Observasi

Kuisioner 1) PAM

2)Sumur tidak

berisiko

tercemar

(jarak dari

septic tank

≥10 meter)

3)Sumur

berisiko

tercemar

(jarak dari

septic tank

<10 meter)

Nominal

Sarana

jamban

Ketersediaan

jamban

keluarga

yang

memenuhi

syarat:

1.tidak

mencemari

air dan tanah

2.bebas dari

serangga

3.tidak

menimbulkan

Wawancara

dan

observasi

Kuesioner 1. Jamban

memenuhi

syarat

kesehatan

2. Jamban

tidak

memenuhi

syarat

kesehatan

3. Tak punya

jamban

Ordinal

Page 22: Diare Akut

Page

22

VariabelDefinisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

UkurHasil Ukur Skala

Ukur

bau,aman dan

nyaman

Pembuangan

sampah

Ketersedian

Tempat

sampah dan

kondisinya

(tertutup/

terbuka)

Wawancara

dan

observasi

Kuesione

r

Ada tertutup

Ada tidak

tertutup

Tidak ada

Ordinal

Pembuangan

limbah

Buangan

yang

dihasilkan

dari suatu

proses

produksi

industri

maupun

rumah

tangga

(sampah)

Wawancara

dan

observasi

kuesioner Ada

memenuhi

syarat

Ada tidak

memenuhi

syarat

Tidak ada

Ordinal

Diare akut Frekuensi

diare akut

selama 3

bulan

terakhir

wawancara kuesioner 0X

1X

2X dst

Rasio

Page 23: Diare Akut

Page

23

3.7 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada

responden, observasi dan alat ukur secara langsung mengenai lingkungan

rumah responden. Sedangkan data sekunder diambil responden dari

Wilayah Kerja Puskesmas Pasaleman.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat peneliti

yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitas karena suatu kuisoner valid

jika kuisoner mampu menggunggkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh

kuisoner tersebut.

Uji validitas instrument menggunakan uji korelasi product moment

person, uji realibilitas dengan rumus alfa cronbach.

3.7.1 Bahan dan alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Komputer

2. Lembar kuisioner

3. Alat tulis

4. Kamera digital

3.7.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilaksanakan dalam 3 tahap, yang meliputi:

1. Tahap persiapan:

a. Penetapan sasaran

b. Konsultasi ke pembimbing

c. Kesiapan alat dan bahan

d. Koordinasi dengan

e. Penetapan jadwal kegiatan.

2. Tahap koreksi kuesioner

3. Tahap pelaksanaan

4. Cleaning data

Page 24: Diare Akut

Page

24

5. Tahap analisis hasil penelitian

3.8 Alur penelitian

3.9 Pengolahan data

Pada penelitian ini pengolahan dan analisis data dilakukan

dengan manual dan komputerisasi. Langkah-langkah pengolahan data

secara manual yaitu sebagai berikut:

a. Editing (Penyuntingan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa data-data dari kuesioner untuk

melihat kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

b. Coding (Mengkode Data)

Kegiatan mengkode / member kode dari setiap informasi yang

didapat dari kuesioner.

c. Entry (Memasukan Data)

Data yang sudah diberi kode dianalisa dan dimasukan kedalam

computer dengan menggunakan program SPPS.

d. Cleaning (Membersihkan Data)

Kegiatan memeriksa kembali data yang telah dimasukan kedalam

computer untuk memastikan kebenaran data.

3.10 Analisis data

a. Analisis Univariate (Analisis Deskriptif)

Analisis bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskriptifkan

karakteristik setiap variabel penelitian dari masing variable yaitu

Pengisiankuesioner,observasi, danpengumpulan

Perhitungandananalisis data dengan SPSS

Penyusunanlaporanhasilpenelitian

Membuat usulan

proposalPengesahan proposal

Data medik puskesmas

pasaleman

Pengisian kuesioner ,observasi, dan pengumpulan

Perhitungan dan analisis data dengan SPSS

Penyusunan laporan hasil penelitian

Page 25: Diare Akut

Page

25

sumber air, jenis jamban, pembuangan sampah, pengeloaan air

limbah, dan frekuensi kejadian diare akut

b. Analisis Bivariate

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan, variable bebas dan terikat dengan uji korelasi

Spearman

3.11 Etika Penelitian

Etika penelitian menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent)

yang terdiri dari:

1) penjelasan manfaat penelitian.

2) penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat

ditimbulkan.

3) penjelasan manfaat yang akan didapatkan.

4) persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subyek berkaitan dengan prosedur penelitian.

5) jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).

Page 26: Diare Akut

Page

26

3.12 Jadwal Penelitian

No KegiatanBulan

Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1 Penyusunan

Proposal

2 Persiapan ke

lapangan

3 Pengumpulan

Data

4 Pengolahan Data

5 Laporan Data

Page 27: Diare Akut

Page

27

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2010.Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. .Rineka

Cipta. Jakarta

Andrianto, 2003. Diare Akut, Rineka Cipta, Jakarta

Azwar A, 2000. Pengantar ilmu kesehatan lingkungan. Mutiara sumber widya

press Jakarta

Azwar S, 2007. Rebilitas dan Validasi. Pustaka Pelajar. Jogyakarta

Behrman, et.al.1999. IlmuKesehatan Anak. Vol.1.Edisi 15.EGC. Jakarta.

Budiarto, E, 2001. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.

EGC. Jakarta

Ciesla, Anto Binka, et.al.2003. Guerrant RI Infectious Diarrhea in Current

Diagnosis and Treatment in Infectious. New York. Lange Medical Book.

Depkes R.I. 2011. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta

Depkes R.I 2001 Profil kesehatan. Jakarta

Diskes. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jawa Barat

Depkes R.I.2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta.

Dinas Kesehatan. 2013. Kabupaten Cirebon

Direktorat. 2000. Penyehat Air PPM & PLP Petunjuk Pelaksanaan Pengawas

Kualitas Air Bersih Rumah Tangga Pedesaan. Jakarta

Entjang, 1,2000. lImu Kesehatan Masyarakat, cetakan ke XIII. PT Citra Aditya

Bakti.Bandung .

Ethier dan Stell,2000. Syarat-Syarat Jamban Sehat yang Memenuhi Standar.

Jakarta

Juli Soemirat, Slamet. 2004 .Kesehatan Lingkungan .Gajah Mada University

Press.Yogyakarta.

Jufrie, 2012. Buku Ajar Gastroenterology Hepatologi jilid 1Edisi III . Ikatan

Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

Menkes, RI. 2004 Pedoman Pemberantas Penyakit Diare. Jakarta

Mei Yati Yimatupang, 2009. Pengelolaan Lingkungan Terhadap Tingkat

Rentinitas Penularan Diare. Medan

Page 28: Diare Akut

Page

28

Mulia, R. 2005 Kesehatan lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2 0 0 5 .1lmuKesehatan Masyarakat.Rineka Cipta.Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka

Cipta.Jakarta.

New South Wales, Health Department. 2004. Penyakit Bawaan Makanan. New

South Wales Multicultural Health Communication Service.Indonesia

Rudolph, A.M, et all. 2006. Buku Ajar Pediatric Rudolph Volume 2. Edisi

20. EGC. Jakarta

Saryono, 2011. Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat Penuntun Praktis Bagi

Pemula. Mitra Cendikia Press . Yogyakarta.

Simatupang M, 2004. Analisis Faktor-faktor Berhubungan dengan Kejadian

Diare Pada Balita. Pasca Sarjana Medan. Universitas Sumatra Utara.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M,Setiati S 2006 Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Edisi ke Empat jilid III. Jakarta. Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Sugiarto,2001, Statistic Dasar Untuk Penelitian, Kanisius. Jakarta

WHO. 2009 World Healty Statistics Cause of Deadth. Jakarta

Zein Umar,2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Sumatra Utara

Page 29: Diare Akut

Page

29

KUISONER

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN FREKUENSI

KEJADIAN DIARE AKUT PADA BALITA DIWILAYAH KERJA

PUSKESMAS PASALEMAN

NAMA :

UMUR :

AlAMAT :

Sumber Air Minum

1. Dari mana sumber air minum yang digunakan keluarga sehari-hari ?

a. PAM / Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

b. Sumur tidak berisiko tercemar (jarak dari septic tank ≥10 meter)c. Sumur berisiko tercemar (jarak dari septic tank <10 meter)

Sarana jamban

2. Apakah anda memiliki jamban keluarga?

a. Jamban memenuhi syarat kesehatan

b. Jamban tidak memenuhi syarat kesehatan

c. Tak punya jamban

Pembuangan Sampah

3. Apakah di rumah tersedia tempat sampah ?

a. Ada tertutup

b. Ada tidak tertutup

c. Tidak ada

Pembuangan limbah

4. Apakah sekitar rumah terdapat pembuangan limbah?

a. Ada memenuhi syarat

b. Ada tidak memenuhi syarat

c. Tidak ada

Page 30: Diare Akut

Page

30

Kejadian diare

5. Apakah yang dimaksud dengan diare/mencret ?

a. tinja encer/cair yang bercampur lendir atau darah, atau keduanya

b. tinja encer/cair yang lebih dari biasanya (>3 kali sehari) disertai

dengan/tanpa darah dan/atau lendir

c. a & b benar

d. tidak tahu

6. Apakah balita ibu mengalami buang air besar atau mencret lebih dari 3kali

dalam sehari?

a. Ya

b. Tidak

.

Page 31: Diare Akut

Page

31

INFORMED CONSENT

Yth. .................................

Kuesioner ini bertujuan untuk hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare akut dan hasilnya semata-mata untuk kepentingan penelitian.

Untuk itu, saya mohon bantuan Ibu/bapak untuk menjadi responden sekaligus menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya dan saya menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan atas pertanyaan dari kuesioner ini.

Apabila Ibu/bapak menyetujui/bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini, maka saya mengharapkan Ibu/bapak dapat menandatangani pernyataan di bawah ini.

Demikian, atas perhatian, kerjasama dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : …………………………………..Umur : ………………………….. tahunAlamat : …………………………………..Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa saya telah mendapat penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur dari penelitian “HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DIARE AKUT Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam penelitian ini sebagai responden.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Cirebon , …………………….

Yang menyatakan,

………………………