STATUS PASIEN
I. IDENTITASNama anak : An. IS Umur: 14 bulanJenis Kelamin:
Laki-laki Agama: IslamNo RM: 46-89-57 Tgl masuk bangsal: 24
Februari 2015
Nama bapak : Tn. AD Umur: 30 tahunAgama: IslamPekerjaan :
swastaAlamat: Wonolopo Semanding
Nama ibu : Ny. WP Umur: 28 tahunAgama: IslamPekerjaan :
IRTAlamat: Wonolopo Semanding
II. ANAMNESISAnamnesa dilakukan secara Alloanamnesis dari Ibu
pada tanggal 25 Februari 2015 jam 08.30 WIBA. Keluhan utama :
demamB. Riwayat Penyakit Sekarang : Demam sejak 2 hari yang lalu.
Demam dirasakan sepanjang hari di seluruh tubuh. Batuk (+), pilek
(+) dahak putih kental sejak 2 hari yang lalu, muntah 4x sejak
kemarin pagi muntahan berupa makanan yang dimakan, BAB 1x sehari
dengan konsistensi lembek, nafsu makan menurun, nyeri perut (-),
menggigil (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), kembung (-)
C. Riwayat Penyakit Dahulu : Keluhan serupa: disangkal Riwayat
alergi obat : disangkal Riwayat asma : disangkal Riwayat kejang:
disangkal Riwayat penyakit: TB paru (+) pengobatan bulan ke-6
D. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluhan serupa: disangkal Riwayat
asma: disangkal Riwayat batuk: disangkal Kontak dengan penderita
TB: disangkal
E. Data Khusus1. Riwayat kehamilan/Pre Natal :Pasien merupakan
anak pertama. Ibu pasien selalu memeriksakan kehamilan dengan
teratur ke bidan, ANC 3 kali, imunisasi TT , keluhan saat hamil
(-).2. Riwayat persalinan /Natal : Pasien lahir dengan bantuan
bidan, spontan, tidak menggunakan alat, langsung menangis, dan
segera dilakukan inisiasi menyusui dini. Berat lahir sekitar 3000
gram, panjang badan 47 cm. 3. Riwayat pasca persalinan / post natal
: Ibu melakukan pemeriksaan post natal pada usia 1 minggu ke dokter
anak.
4. Riwayat imunisasi :Pasien melakukan imunisasi dasar lengkap
dan tepat waktu. Jenis Jumlah Umur
BCG1 kali0 bulan
Hepatitis B3 kali0, 1, 6 bulan
DPT3 kali2, 4, 6 bulan
Polio 4 kali0, 2, 4, 6 bulan
Campak 1 kali9 bulan
5. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan anak
UmurPerkembangan
Motorik kasar 3 bulan3 bulan3 bulan 7 bulan9 bulan10 bulan11
bulan12 bulanMiringTengkurap Mengangkat kepalaDudukMerangkak
Berdiri MerambatBerjalan
Motorik halus9 bulan13 bulanMengambil benda benda kecilMenyusun
balok
Bicara 15 bulan
Sosial3 bulan8 bulanTersenyumCiluk ba
Kesan : perkembangan dan pertumbuhan sesuai umur
6. Riwayat makan dan minum :Minum ASI mulai sejak lahir sampai 8
bulan, semau anak, telah diberi makanan tambahan sejak usia 7 bulan
sampai sekarang.7. Pemeriksaan Antropometri Anak laki-laki umur 14
bulan, BB : 7,4 kg, PB : 72 cm Z score : BB/U: -3 Gizi kurangTB/U :
-2.33 PendekBB/TB: -2.12 KurusKesan : kesan gizi kurang, perawakan
pendek
F. Riwayat lingkungan dan sosial ekonomi : Pasien tinggal dengan
ayah, ibu. Pendapatan keluarga terkesan kurang untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Pasien berobat menggunakan BPJS, kesan
sosial ekonomi kurang.
III. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal
25 Februari 2015 Jam 09.00 WIB. Keadaan umum : baikKesadaran:
compos mentisStatus Gizi: perawakan tampak normal
Vital sign Tekanan darah : 90/60 mmHg Nadi : 100 x/menit isi dan
tegangan cukup Respiratory rate : 24 x/menit Suhu: 37,9C axiler
Status internaKepala: mesocephal.Mata : cekung (-/-),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) , pupil bulat,
central, reguler dan isokor 3 mm, reflek pupil (+/+).Hidung : napas
cuping (-), deformitas (-), secret (-)Telinga : serumen (-/-),
nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-)Mulut : lembab
(-), sianosis (-), bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah
kotor (-), gusi berdarah (-), tonsil (T1/T1), faring hiperemis
(-)Leher : pembesaran KGB (-/-)Thoraks: CorInspeksi : ictus cordis
tidak tampakPalpasi: ictus cordis teraba pada ICS IV 1-2 cm ke arah
medial midclavikula sinistra tidak kuat angkat, tidak melebar,
thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal
lift (-)Perkusi Batas atas: ICS II lin.parasternal sinistra
Pinggang jantung: ICS III parasternal sinsitra Batas kanan bawah:
ICS V lin.sternalis dextra Batas kiri bawah: ICS V 2 cm ke arah
medial mid clavikula sinistra Kesan: konfigurasi jantung dalam
batas normal Auskultasi : Suara jantung murni: SI,SII (normal)
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-), S III (-), S IV
(-).
Pulmo Inspeksi: simetris statis dinamis, retraksi suprasternal
(-).Palpasi: simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-), ICS tidak
melebar.Perkusi: sonor seluruh lapang paruAuskultasi: suara dasar
vesicular, Ronki (+/+), Wheezing (-/-), Hantaran (-/-)
Abdomen :Inspeksi: Permukaan datar, lemas, ikterik(-)Auskultasi
: Bising usus (+) NormalPerkusi : Timpani seluruh regio
abdomenPalpasi: Supel Ekstremitas SuperiorInferior
Akral dinginSianosisCapilary refiil(-) (-)(< 2 detik)(-)
(-)(< 2 detik)
IV. RESUME Pasien laki-laki, umur 14 bulan dengan febris
continue 2 hari yang lalu. Batuk (+), pilek (+) sekret purulen 2
hari yang lalu, vomitus 4x sejak kemarin pagi, BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek, nafsu makan menurun, riwayat pengobatan TB paru
bulan ke-6.Hasil pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum: baik,
kesadaran: compos mentis, tekanan darah : 90/60 mmHg, nadi : 100
x/menit, respiratory rate : 24 x/menit, Suhu : 37,9C. Status
generalisata ditemukan ronki (+/+). Kesan gizi kurang, perawakan
pendek
V. DAFTAR MASALAHAnamnesis Pemeriksaan fisik
1. Febris 2. Vomitus3. Batuk4. Pilek 1. Subfebris2. Ronki
VI. DIFERENTIAL DIAGNOSIS1. ISPA2. Demam dengue3. Demam
thypoid
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratoriumNOPEMERIKSAANHASILNILAI
NORMAL
A. Darah Rutin (WB EDTA)24-2-151-3-153-3-15
1Lekosit3.67 L11.728.046.0 17.5
2Eritrosit4.014.274.053.6 5.2
3Hemoglobin9.10 L9.60 L9.00 L10.7 13.1
4Hematokrit29.70 L30.70 L30.00 L35 43
5MCV74.1071.90 L74.1074 102
6MCH22.70 L22.50 L22.20 L23 31
7MCHC 33.6031.3030.0028 32
8Trombosit101 L57 L88 L217 497
9RDW14.80 H15.50 H15.30 H11.5 14.5
10Eosinoil Absolute0.00 L0.110.120.045 0.44
11Basofil Absolut0.020.33 H0.020 0.2
12Netrofil Absolute0.63 L1.23 L1.13 L1.8 8
13Limfosit Absolute2.769.06 H5.83 H0.9 5.2
14Monosite absolute0.260.990.940.16 1
15Eosinofil0.00 L0.90 L1.50 L2 4
16Basofil0.502.80 H0.200 1
17Neutrofil 17.20 L10.60 L14.10 L50 70
18Limfosit75.20 H77.30 H72.50 H25 50
19Monosit7.10 H6.40 H11.70 H1 6
B.Sero Imun
Widal S. Thypi O S. Thypi H1/801/80 Negatif Negatif
Dengue Ig G Ig MNegativePositifNegativeNegative
VIII. DIAGNOSA Diagnosis klinis: Bronkopneumonia DHF Diagnosis
gizi : Gizi kurang
IX. ASSESMENT (DIAGNOSIS KERJA)NOMasalah AktifMasalah Pasif
1.2.ISPADHF
X. INNISIAL PLAN1. Dx Kerja : ISPA DHF2. IpTxa. Infus Ringer
Laktat 10 TPMb. Inj opimox 3 x 250 mgc. Paracetamol syr 3 x 100 mg
(bila panas)d. Ambroxol syr 2 x 2,5 ml3. IpMx : a. Monitoring
keluhanb. Monitoring keadaan umum dan tanda vital4. Ex: a.
Penjelasan tentang penyakit pasien beserta komplikasinya kepada
keluarga pasien.b. Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga
kebersihan terutama yang berhubungan dengan pasien.c. Menjelaskan
kepada keluarga pasien untuk membantu memonitoring kondisi
pasien.
XI. PROGNOSIS :a. Ad Sanam: Dubia Ad Bonamb. Ad Vitam : Dubia Ad
Bonamc. Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ISPA1. 2. A. DEFINISIISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut
yang ditandai dengan gejala batuk, pilek, serak, demam dan
mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung sampai dengan 14
hari (Depkes RI,2000). ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu dan atau lebih bagian dari saluran napas, mulai dari
hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli (saluran pernapasan
bawah) termasuk jaringan adneksanya.1
B. KLASIFIKASIWHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA
menurut derajat keparahannya, sebagai berikut :2a. ISPA
ringanSeorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan
satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :i. Batukii. Serak,
yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya
pada waktu berbicara atau menangis).iii. Pilek, yaitu mengeluarkan
lender atau ingus darihidungiv. Panas atau demam, suhu tubuh lebih
dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan penggung tangan terasa
panas.b. ISPA sedangSeorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang
jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan disertai gejala-gejala
berikut :i. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur
>1 tahun atau > 40kali per menit pada anak yang berumur 1
tahun atau lebih.ii. Suhu tubuh lebih dari 390C.iii. Tenggorokan
berwarna merah.iv. Timbul bercak-bercak pada kulitmenyerupai bercak
campak.v. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang
telinga.vi. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau
mencuit-cuit. Dari gejala-gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati
jika anak menderita ISPA ringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari
390C atau gizinya kurang baik,atau umurnya 4 bulan, maka anak
tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan dari
petugas kesehatan.c. ISPA beratSeorang anak dinyatakan menderita
ispa berat jika dijumpai gejala-gejala ISPAringan atau ISPA sedang
disertai gejala berikut :i. Bibir atau kulit membiru.ii. Lubang
hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktubernapas.iii.
Kesadaran menurun.iv. Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak
tampak gelisah.v. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas.vi.
Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.vii.
Tenggorokan berwarna merah.Penderita ini harus dirawat di puskesmas
atau rumah sakit, karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan
khusus seperti oksigen dan atau cairan infus.
C. ETIOLOGIEtiologi ISPA terdiri dari:Bakteri:
Diplococcuspneumonia, Pneumococcus, Streptococcuspyogenes,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza,dan lain-lain.Virus:
Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, coronavirus,
adenovirus.Jamur:
Aspergillussp,Candidaalbicans,Histoplama,danlain-lain.Aspirasi:
Makanan,asapkendaraanbermotor,BBM, cairan amnion pada saat lahir,
benda asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).
3Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu
faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara
umum ada 3 faktor yaitu: Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh
atau mengurus anak. Keadaan gizi dan cara pemberian makan.
Kebiasaan merokok dan pencemaran udaraFaktor yang meningkatkan
morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai, polusi
udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan
menyelimuti anakberlebihan.
D. PATOFISIOLOGIPerjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan
berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen
ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah
faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.
Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan
lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick,
1983).Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan
dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar
mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga
terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan
cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending
and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang
paling menonjol adalah batuk.Adanya infeksi virus merupakan
predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi
virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang
merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang
terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang
mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan
dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu
laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan
infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi
akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).Virus yang menyerang saluran
nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh,
sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke
saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri
(Shann, 1985).
Perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat
tahap, yaitu:a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi
penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.b. Tahap inkubasi, virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah
rendah.c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala
penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.d. Tahap lanjut penyakit,
dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.
E. MANIFESTASI KLINISTanda dan gejala penyakit ISPA antara
lain:a) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga
terakumulasi pada trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk
juga bisa terjadi karena iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif(menghasilkan sputum).b)
KesulitanbernafasAkumulasi
mukusditrakeaakanmengakibatkansalurannafas tersumbat sehingga
mengalami kesulitan dalam bernafas.c) SakittenggorokanTerjadi
iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung
dendritoleh nervus,untuk menstimulasi pelepasankemoreseptoryaitu
bradikinin dan serotonin sehingga terjadi perangsangan nyeri pada
tenggorokan.d) DemamInfeksi jalan nafas juga mengakibatkan
munculnya demam, ini sebagai mekanisme pertahanan tubuh dalam
melawan mikroorganisme yang masuk.
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,
nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7
hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama
biasanya menunjukkan adanya penyulit. Diagnosis ISPA oleh karena
virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap
jasadrenik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
biakanvirus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan
diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukandengan pemeriksaan
sputum, biakandarah,biakan cairan pleura.2
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang lazim
dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil
yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga
disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto
thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).
G. PENATALAKSANAANPengobatan antara lain :1. Simptomatik :i.
Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti
parasetamol danaspirin.ii. Kombinasi dekongestan dan anti alergi
untuk pilek dan flu. Contoh :dekongestan antara lain pseudoefedrin,
fenil propanolamin. Contoh antialergiadalah dipenhidramin.iii.
Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh : ammonium klorida.iv.
Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh : ambroksol, bromheksin,
gliserilgualakolat.v. Antitusif untuk meringankan gejala batuk
kering. Contoh: dekstrometorfan.2. Suportif : meningkatkan daya
tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin
dll.
3. Antibiotik : Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab Utama
ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus Antibiotik.
Antibiotik tidak disarankan untuk ISPA yang disebabkan oleh virus
karena antibiotik tidak dapat membunuh virus. Antibiotik diberikan
jika gejala memburuk, terjadi komplikasi atau radang yang
disebabkan oleh bakteri. Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu
kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin
Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin. Antibiotik baru lain :
Sefalosforin,quinolon dll.
H. KOMPLIKASI AsmaAsma adalah mengi berulang atau batuk
persisten yang disebabkan oleh suatu kondisi alergi non infeksi
dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi wheezing, dada terasa
tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini hari. Kejang
demamKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala
berupa serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda
lainnya seperti mata terbalik keatas dengan disertai kejang
kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului
kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal. TuliTuli adalah
gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya infeksi yang
disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri pada
telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga
telinga. SyokSyok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami
penurunan f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain : faktor obstruksi contohnya hambatan pada
system pernafasan yang mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen
sehingga seseorang tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan
mengakibatkan syok. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan
Glomerulonefritis, yang disebabkan oleh radang tenggorokan karena
infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep Throat)
Sinusitis Meningitis Abses Peritonsiler Abses Retrofaring
I. PROGNOSISPada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila
tidak terjadi komplikasi yang berat. Hal ini juga didukung oleh
sifat penyakit ini sendiri, yaitu self limiting disease sehingga
tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit. Penyakit yang
tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh
karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4
hari dan leukosit > 10.000/ul,biasanyadidapatkan
infeksibakterisekunder.
Dengue Hemoragic Fever (DHF)A. DefinisiDemam berdarah dengue
(DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue
serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD. DBD adalah salah satu
manifestasi simptomatik dari infeksi virus dengue.
B. EtiologiVirus dengue yang termasuk kelompok Arthropod Borne
Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus,
familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN 1,
DEN 2, DEN 3, DEN 4.Di Indonesia pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan
keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun.
Serotipe DEN 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat.4,5
Gambar. Struktur virus dengue
C. Manifestasi klinis DemamDemam tinggi yang mendadak, terus
menerus berlangsung selama 2 7 hari, naik turun (demam bifasik).
Kadang kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40 oC dan dapat
terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada
demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun
hatihati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya
pada hari ketiga dari demam. Tanda-tanda perdarahanPenyebab
perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit serta koagulasi
intravaskuler yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah
perdarahan bawah kulit seperti ptekia, purpura, ekimosis dan
perdarahan konjungtiva. Ptekia merupakan tanda perdarahan yang
sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai dapat pula
dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu,
epitaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
HepatomegaliPada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
bervariasi dari hanya sekedar diraba sampai 24 cm di bawah arcus
costa kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya
penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan
dengan adanya perdarahan. SyokPada kasus ringan dan sedang, semua
tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun disertai
keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah,
akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini
memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari
perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada
kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah
beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu
turun, antara 37, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di
sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil
sampai tidak teraba.4,5
D. DiagnosisBerdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD
ditegakkan bila semua hal ini terpenuhi:1. Demam atau riwayat demam
akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik2. Terdapat minimal 1
manifestasi perdarahan berikut: uji bending positif, petekie,
ekimosis, atau purpura, perdarahan mukosa, hematemesis dan melena3.
Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai
umur dan jenis kelamin. Penurunan hematokrit >20% setelah
mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit
sebelumnya. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites,
hipoproteinemia, hiponatremia.Terdapat 4 derajat spektrum klinis
DBD (WHO, 1997), yaitu: Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas
dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit
dan perdarahan lain. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau
kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, tampak gelisah. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat
diraba dan tekanan darah tidak terukur.4
E. Penatalaksanaan Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat
suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti
kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi
substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian
terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah
pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran
plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara
hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses
kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang
interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut
secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah
pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap
kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi
pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai.Terapi
nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada
trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan
gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang
mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat
diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis
untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat
antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko
terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas
(lambung/duodenum).Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama
penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada
protokol WHO. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori, sebagai
berikut:1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok2. Pemberian cairan
pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat3. Penatalaksanaan DBD
dengan peningkatan hematokrit >20%4. Penatalaksanaan perdarahan
spontan pada DBD dewasa.4,5
F. PrognosisDubia ad bonam
G. PencegahanMemutuskan rantai penularan dengan cara :1.
Menggunakan insektisida Malathion (adultisida) dengan pengasapan
Temephos (larvasida) dimasukkan ketempat penampungan air bersih.2.
Tanpa insektisida Menguras bak mandi dan tempat penampungan air
bersih minimal 1x seminggu. Menutup tempat penampungan air
rapat-rapat. Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas,
botol-botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Catzel, Pincus & Ian robets. Kapita Seleta Pediatri Edisi
II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC. 19902.
Naning R. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu
Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan. 20023. Yu. H.Y.
Victor & Hans E. Monintja. Beberapa Masalah Perawatan Intensif
Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 19974. World Health
Organization. Prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever: comprihensive guidelines. New Delhi,
2001.p.5-175. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam
berdarah dengue. Dalam: Sudoyo, A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD
FKUI, 2006.p.1774-9
9