Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Typphus Abdominalis atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid atau tifes dalam bahasa kita adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan orang tua, laki-laki maupun wanita. Penyakit demam tifoid ini mendunia, artinya terdapat di seluruh dunia. Tetapi lebih banyak di negara sedang berekembang di daerash tropis, seperti Indonesia. Penyakit tifus merupakan endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular, yang mudah menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
58

ASKEP THYPOID

Nov 25, 2015

Download

Documents

ASKEP THYPOID
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN BERHUBUNGAN DENGAN THIPOID FEVER DI RS

PAGE

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Typphus Abdominalis atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid atau tifes dalam bahasa kita adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan orang tua, laki-laki maupun wanita.Penyakit demam tifoid ini mendunia, artinya terdapat di seluruh dunia. Tetapi lebih banyak di negara sedang berekembang di daerash tropis, seperti Indonesia. Penyakit tifus merupakan endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular, yang mudah menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden penderita berumur anak usia 12 13 tahun ( 70% 80% ), pada usia 30 40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%) .Terjadinya penyakit yang merupakan penyakit ini tidak memandang musim, baik musim kemarau maupun penghujan. Penularan penyakit ini melalui makanan yang tercemar. Kadang kebersihan makanan kurang terjamin. Oleh karena itu kita harus memperhatikan kualitas makanan. bukan dari segi harga, tapi dari susunan menu, kehigienisan dan sanitasi makanan.

1.2 Perumusan Masalah

a. Mahasiswa belum memahami definisi dari thypoid feverb. Mahasiswa belum memahami anatomi fisiologi thypoid fever

c. Mahasiswa belum memahami tentang etiologi thypoid feverd. Mahasiswa belum memahami tanda dan gejala thypoid fever e. Mahasiswa belum memahami patofisiologi dan patoflow thypoid feverf. Mahasiswa belum memahami pemeriksaan diagnostik dan penunjang

g. Mahasiswa belum memahami penatalaksanaan medis

h. Mahasiswa belum memahami pengkajian data dasar asuhan keperawatani. Mahasiswa belum memahami analisa data dan diagnosa keperawatan

j. Mahasiswa belum memahami rencana dan tindakan keperawatan thypoid fever

k. Mahasiswa belum memahami evaluasi keperawatan pada pasien yang terkena thypoid fever1.3 Tujuan

Dalam makalah ini penulis merumuskan tujuan menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus antara lain yaitu :1. Tujuan umum

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada klian yang mengalami gangguan di sistem pencernaan : thipoid fever pada Tn A di IRNA penyakit dalam sayap B RS.Muhammadiyah palembang.2. Tujuan khusus

a. Mampu mengkaji masalah klien dengan melakukan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data dan selajutnya merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang di peroleh

b. Mampu merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan dan menetapkan tujuan serta kriterian hasil yang akan di capai .

c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah direncanakan dan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien

d. Mampu mengevaluasi hasil yang telah dicapai berdasarkan tujaun dan kriteria yang telah ditetapkan.1.4Metode

Penyusunan makalah ini menggunakan studi pustaka dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan tema. Mencari dan mengumpulkan bahan-bahan atau sumber dari internet,Menyusun kerangka makalah, Mengembangkan kerangka makalah, Mengevaluasi hasil makalahBAB IILANDASAN TEORI2.1 DefinisiTifoid dan paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukan gambaran klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut. Sinonim dengan tifoid adalah typoid and paratyphoid fever, enteric fever, typhus and paratypus abdominalis. (Soeparman, 1999, Edisi II, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI)Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melalui makan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. (Hidayat Alimul Azis.A, 2006, Edisi I, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba Medika) Demam tifoid, enteric fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005, Edisi II, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC)

2.2 Anatomi Dan Fisiologi

Saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang total 23-26 kaki) yang berjalan dari mulut melalui esophagus, lambung, dan usus sampai anus.

Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Panjang esophagus kira-kira 25 cm menjadi distensi bila makanan mlewatinya.

Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengankapasitas kira-kira 1500 ml. Lambung dapat di bagi ke dalam empat bagian : kardia (jalan masuk), fundus, korpus, dan pylorus.

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal yang jumlah panjangnya kira-kira dua per tiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absorpsi. Usus halus dibagi kedalam 3 bagian:1. Duodenum (bagian atas)

2. Jejunum (bagian tengah)

3. Ileum (bagian bawah)

Pertemuan antara usus halus dan besar terletak dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus kedalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis.

Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian: kolon sigmoid dan rectum.

Rectum berlanjut pada anus.

2.3 EtiologiSalmonella typhii, Salmonella paratyphii A, Salmonella paratyphii B, S. Paratyphii C .2.4 Tanda dan GejalaMasa tunas demam tifoid berlansung 10 sampai 14 hari. Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi, perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu, gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosa, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk membuat diagnosa klinis tifoid.

1. Demam, pada kasus yang khas demam berlansung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.2. Gangguan pada saluran pencernaan, pada mulut terdapat panas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertamaFatofisiologi Dan Patoflow Makanan tercemar masuk kemulut dilambung sebagian basil

Salmonella typhosa musnah oleh asam lambun

Ragaden, coated tongue melalui pembuluh Sebagian masuk ke usus

limfe halus halus dan basil diserap

anoreksia

Bakteriemia masuk ke dalam peredaran melepaskan endotoksin

darah

menstimulasi sintesis

Basil menyebar sampai di organ-organ utama

keseluruh tubuh (Hati dan Limfa)

Terjadi pelepasan

Terutama kedalam basil berkembang biak zat pirogen

kelenjer limfoid

usus halus

organ-organ membesar inflamasi lokal

disertai nyeri pada perabaan

menimbulkan tukak

Jaringan meradang

Berbentuk lonjong pada Nyeri Resti komplikasi

mukosa diatas plak (cedera) Histamin

Peyeri

Mengakibatkan perdarahan hipotalamus

Nyeri saat makan dan perforasi usus

Peningkatan panas

anoreksia melena

gangguan thermoregulasi

gangguan pemenuhan intake berkurang

Nutrisi

malaise resti intoleransi aktivitas

2.5 Pemerikasaan Diagnostic Dan Penunjanga. Pemeriksaan leukosit

Walaupun menurut buku-buku disebutkan bahwa tifoid terdapat leucopenia dan limpositosis relative, tetapi kenyataan leukopeni tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus tifoid, jumlah leukosit pada sedian darah tepi berada dalam batas-batas normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosis tifoid.b. Biakan darah

Biakan darah positif memastikan tifoid, tetapi biakan Negara negative tidak menyingkirkan tifoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah tergantung pada beberapa factor, antara lain :

1. Tehnik pemeriksaan laboratorium.Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan yang lain, malahan hasil satu laboratorium bisa berbeda dari waktu kewaktu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.Karena jumlah kumam yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk jeperluan pembiakan, pada penderita dewasa diambil 5-10 ml darah dan pada anak-anak 2-5 ml. bila darah yang dibiakan terlalu sedikit hasil biakan bisa negative, terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan yang spesifik. Selain itu darah tersebut harus lansung ditanam pada media biakan sewaktu berada di sisi penderita dan lansung dikirim ke laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu bakterimia berlansung.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Pada tifoid biakan darah terhadap S. typhii terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah bisa positif lagi.3. Vaksinasi di masa lampau.Vaksinasi terhadap tifoid di masa lampau menimbulkan antibody dalam darah penderita. Antibody ini dapat menekan bakterimia, sehingga biakan darah mungkin negativ.

4. Pengobatan dengan obat antimikroba.Bila penderita sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat antimikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkib negative.c. Reaksi Widal

Reaksi widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody (agglutinin) yang spesifik terhadap salmonella terhadap dalam serum penderita tifoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada oraang yang pernah di vaksinasi terhadap tifoid.Antigen yang digunakan pada reaksi widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud reaksi widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita yang disangka menderita tifoid.Akibat infeksi oleh S. typhii, penderita membuat antibody (agglutinin), yaitu :1. Agglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).2. Agglutinin H, karena ransangan antigen H (berasal dari flagella kuman).3. Agglutinin Vi, karena ransangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)

Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, makn tinggi titernya, mangkin besar kemungkinan penderita menderita tifoid. Pada infeksi yang aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada pemerikasaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit lima hari.

2.6 Panatalaksanaan MedisPasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifoid harus dianggap dan diperlakukan lansung sebagai pasien tifoid dan diberikan pengobatan sebagai berikut:

1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan eksreta.2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain.3. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meransang dan tidak menimbulkan gas. Susu dua gelas sehari. Bila kesadaran pasien menurun di berikan makan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.5. Obat pilihan adalah klorampenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian klorampenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100mg/kgBB/hari (maksimal 2 gram perhari), diberikan 4 kali sehari per oral atau intravena. Pemberian klorampenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnakan.6. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidisis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya.BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TIFOID FEVERPengkajianPada pengkajian dengan tifoid dapat ditemukan timbulnya demam yang khas yang berlansung selama kurang lebih tiga minggu dan menurun pada pagi hari serta meningkat pada sore dan malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor dan ujung dan tepinya kemerahan, adanya meteorismus, terjadi pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi dan bahkan tidak terjadi komplikasi seperti apatis sampai samnolen, adanya bradikardia, kemungkinan terjadi komplikasi seperti perdarahan pada usus halus, adanya perforasi usus, peritonitis, peradangan pada meningen, bronchopneumonia, dan lain-lain.Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leucopenia dengan limfositosis relative, pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urine, feces, dan uji serologis widal menunjukan kenaikan pada titer antibody O lebih besar atau sama dengan 1/200 dan H: 1/200.(Hidayat Alimul Aziz. A. 2006, Edisi I, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba Medika).Diagnosa /Masalah Keperawatan

Diagnosa atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan tifoid adalah sebagai berikut:

a. Kurang nutrisi.

b. Hipertermia.

c. Risiko terjadi komplikasi (cedera)d. Gangguan eliminasi BAB

e. Gangguan rasa nyamanRencana Tindakan KeperawatanKurang Nutrisi (Kurang dari kebutuhan)

Kekurangan nutrisi ini dapat disebabkan adanya asupan yang tidak adekuat oleh karena menurunnya nafsu makan akibat proses patologis, maka tujuan keperawatannya diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan nutrisi anak.

INTERVENSIRASIONAL

Tingkatkan intake makanan melalui:

Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain.

Jaga kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputumpot, urinal tidak berada dekat tempat tidur.

Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi

Jaga kebersihan mulut pasien.

Bantu pasien jika tidak mampu.

Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tapi sering.

Selingi makan dengan minum.

Hindari makanan yang banyak mengandung gas.Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.

Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

Membantu pasien makan.

Meningkatkan selera makan dan intake makan.

Memudahkan makanan masuk.

Mengurangi rasa nyaman.

Hipertermia

Terjadinya Hipertermia ini dapat disebabkan oleh adanya reaksi kuman salmonella typhosa yang masuk kedalam tubuh. Untuk mengatasinya adalah dengan tujuan mempertahankan kondisi suhu tubuh dalam batas normal dengan cara menurunkannya.

INTERVENSIRASIONAL

Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi.

Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh seperti lakukan kompres hangat, berikan pakaian tipis dan mudah menyerap keringat.

Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.

Berikan ventilasi yang adekuat.

Anjurkan untuk banyak/ sering minum.

Monitot tanda-tanda vital dan observasi kemajuan penurunan suhu tubuh.

Kompres hangat dapat terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga memudahkan suhu tubuh keluar.

Pakaian yang tipis dan menyerap keringat memudahkan proses penguapan.

Meningkatkan pengetahuan agar keluarga lebih kooperatif.

Membatu memberikan rasa nyaman

Membantu dalam menurunkan suhu tubuh.

Risiko terjadi komplikasi (cedera)

Risiko terjadi cedera dalam hal ini adalah adanya komplikasi lebih lanjut dari tifoid ini seperti adanya perdarahan, perforasi, tukak daerah mukosa yang dapat mengganggu system dalam tubuh oleh karena kemampuan kuman dalam merusak system serta adanya penurunan daya tahan tubuh. Tujuan dari rencana keperawatan adalah mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.INTERVENSIRASIONAL

Berikan istirahat yang cukup selama demam, dan lakukan mobilisasi setelah dua minggu bebas panas mulai dari duduk.

Monitor adanya tanda komplikasi

Cek vital sign setiap empat jam.

Libatkan keluarga dalam perawatan dan ajari cara melakukan perawatan secara asepticJelaskan faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi lanjut. Merupakan salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjut pada penyakit tifoid.

Dapat menentukan tindakan selanjutnya

Monitor faktor resiko.

Meningkatkan pengetahuan agar keluarga kebih kooperatif.

Agar pasien dan keluarga dapat menghindari faktor risiko.

.

Gangguan eliminasi BAB

Gangguan eliminasi BAB ini disebabkan oleh intake dan output yang tidak seimbang, kurangnya makan makanan yang berserat yang dapat menyebabkan perubahan struktur feases menjadi keras.Intervensi Rasional

Anjurkan pasien untuk makan makanan yang banyak mengandung serat yang dapat mempermudah feases untuk dikeluarkan

Monitor adanya perubahan status nutrisi

Kolaborasi dengan keluarga dalam monitor aktivitas pasienJelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kesehatan fekalAgar tidak terjadi kesulitan dalam BABDengan memonitor perubahan status nutrisi, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Agar keluarga dapat memantau apa yang menyebabkan kesulitan BAB

Agar kesehatan pasien tetap terjaga

Gangguan rasa nyaman

Gangguan rasa nyaman pada pasien thypoid ini dapat disebabkan oleh adanya imflamasi jaringan, infeksi virus salmonella thyposa yang mengakibatkan nyeri pada abdomen pasien.

Intervensi Rasional

Ciptakan posisi yang nyaman bagi pasien

Identifikasi penyebab terjadinya gangguan rasa nyaman

Kolaborasi dengan keluarga dalam aktivitas pasien

Membatasi pengunjungAgar nyeri yang dialami dapat diatasiGangguan rasa nyaman yang dialami dapat ditanggulangi

Memonitor dan membatasi kegiatan pasien

Agar pasien dapat mengontrol emosi dalam suasana yang sepi

BAB IVASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TnA

DENGAN KASUS SISTEM PENCERNAAN : TYPHOID DI IRNA ATAS PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PLAJU PALEMBANG

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian tgl. :11 januari 2011

Tanggal MRS:10 januari 2011

Ruang/Kelas :PDL Sayap B/ 1B-1Jam:12:30 WIB

No. RM: 001076

Dx. Masuk:TYPHOID

IdentitasNama:Tn.AJenis Kelamin: L/P

Umur:38 tahun Status Perkawinan: Kawin

Agama:IslamPenanggung Biaya:Askes

Pendidikan:S1

Pekaryaan:-

Suku/Bangsa: Indonesia

Alamat:

Riwayat Sakit dan KesehatanKeluhan utama:Demam selama 6 hari

Riwayat penyakit saat ini:klien masuk RS dengan keluhan badan terasa

panas, pusing kepala,

mual dan muntah, panas tubuh 39 derajat

celcius

Penyakit yang pernah diderita: maag ( gastritis )Penyakit yang pernah diderita keluarga : tidak ada

Riwayat Alergi : yatidakJelaskan

Observasi dan pemeriksaan fisik (RoS: Review of System)

Keadaan Umum :baik sedang lemahKesadaran :

Tanda vital TD:140/80 mmHg Nadi: 87x/menitSuhu badan:39,5 C RR:18/menit

Maslah : Hipertermi

Pernafasan B1

(Breath) Pola nafas irama: TeraturTidak teratur

JenisDispeniaKusmaulCeyne Stokes Lain-lain:

Suara nafas:vesikulerStridorWheezingRochi

Lain-lain:

Sesak nafasYaTidakBatuk ya Tidak

Masalah : tidak ada masalah keperawatan

Kardiovasker B2

(Blood)Irama jantung:RegularIregular S1/S2 tunggalYaTidak

Nyeri dada:Ya Tidak

Bunyi jantung:NormalMurmurGallopLain-lain

CRT: < 3 detik > 3 detik

Akral: HangatPanasDingin keringDinginBasah

Masalah : tidak ada masalah keperawatan

Persyaratan B3 (Brain)

Penginderaan GCSEye: 4Verbal; 5Motorik ; 6Total: 15

Refleks fisiologisPatellaTricepsBiceplain-lain:

Refleks patologisBabinskyBudzinsky Kerniglain-lain

Lain-lain:

Istirahat/tidur: 6 jam/hariGangguan tidur: tidak

Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

Penglihatan (Mata)

PupilIsokorAnisokorlain-lain

Selera/Konjungtiva:AnemisIkteruslain-lain

Lain-lain

Pendengaran/Telinga

Gangguan pandangan:YaTidakJelaskan:

Lain-lain

Penciuman (hidung)

Bentuk:NormalTidakJelaskan:

Gangguan penciuman:yaTidakJelaskan:

Lain-lain

Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

Perkemihan B4

(Bladder) Kebersihan:Bersih Kotor

Urin: Jumlah: cc/hr: Warna Bau:

Alat bantu (kateter, dan lain-lain):

Kandung kencing: Membesar Ya Tidak

Nyeri tekan Ya Tidak

Gangguan Anuria Oliguria Retensi

InkontinensiaNukturiaInkontinensia

lain-lain

Masalah : tidak ada masalah keperawatan

Pencernaan

B5 (Bowel)Nafsu makan :BaikMenurunFrekuensi x/hari

Porsi makan:HabisTidakKet: setengah porsi

Minum: 80000 cc/hariJenis

Mulut dan tenggorokan

Mulut :BersihKotor Berbau

Mukosa Lembab KeringStomatitis

Tenggorokan

Sakit menelan/nyeri tekanKesulitan menelan

Pembesaran tonsil

lain-lain:

Abdomen perut

TegangKembung Ascites Nyeri tekan

Lokasi:

Peristaltik

Pembesaran hepar

Ya

Tidak

Pembesaran lien

Ya

Tidak

Buang air besar 2 x/hariTeratur:YaTidak

Konsisten ; cair

Bau: yaWarna: kuning muda

Lain-lain

Masalah :Perubahan pola nutrisi

Mulkuloskeletal/Integumen

B6 (Bone)Kemampuan pergerakan sendi:BebasTerbatas

Kekuatan otot:

Kulit

Warna kulitIkterussianosisKemerahan Pucat

Hiperpigmentasi

TurgorBaikSedangJelek

Odema:Ada Tidak adaLokasi

Lain-lain

Masalah :Tidak ada masalah keperawatan

EndokrinTyroidMembesar YaTidak

Hiperglikemia

YaTidak

Hipoglikemia

YaTidak

Luka gangren

YaTidak

Lain-lain

Masalah :Tidak ada masalah keperawatan

Pers. HigieneMandi :2 x/hariSikat gigi 2 x/hari

Keramas:2 x/hariMemotong kuku:1x seminggu

Ganti pakaian: 2 x/hari

Masalah :Tidak ada masalah

Psiko-sosio-spiritual Orang yang paling dekat: Istri

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar :Baik

Kegiatan ibadah: baik

Konsep diri: baik

Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

Data penunjang (Lab, Foto, USG, dan lain-lain)

Hb 13,8 gram/dl L 13.2- 17.3 g/dl P 11.7 15.5 g /dl Leokosit 3500/mm3 4000 11000 / cmm Trombosit 189000 150000 400000 / ul Widal (+) 1/320 tipe H

Terapi :

1. IVFD RL, gtt 20 tetes/ menit makro

2. Sanmol tablet 3x 1 tablet per hari3. Ranitidin tablet 2x1 tablet per hari4. Colsancetine inj 2 x 1 per hari5. Neoradex 1 x 1 tablet

Pengambil Data / Perawat

_____________________

ANALISA MASALAH

Nama : Tn. A

Umur : 36 th

DATAETIOLOGIMASALAH

Ds. Pasien mangatakan

badannya panas

Do. Pasien tampak gelisah

KU lemah

Bibir kering Akral hangatTTV

TD : 140/80

RR: 20x/menit N= 87x/menit

Suhu 39,5

Ds. Keluarga pasien

mengatakan Pasien

tidak nafsu makan,

mual & muntah

Do. KU lemah

Porsi makan setengah porsi , 3 sdm Mual, muntah 3 x hr Lidah kotor Mulut pahitDs. Pasien mengatakan

susah buang air besar

Do. Keadaan umum

tampak gelisah

Susag BAB Abdomen kembungDs. Pasien mengatakan

suhu tubuh tidak

turun

Do. Suhu tubuh 39,5

Mual & muntah 3 x hr Pasien tampak gelisah

Ds. Keluarga klien

mengatakan pasien

sering berdiam diri

Do. Keadaan umum pasien

lemah

Infeksi bakteri

Kesaluran cerna

Proses inflamasi

Produksi panas meningkat

Hipertermi

Infeksi bakteri

Tekanan intrasastritik

Intake in adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intake dan output berkurang

Kurang makan makanan banyak mengandung serat

Terjadi pengerasan pada feses

Defekasi (susah BAB)

Peningkatan suhu tubuh

Intake cairan in adekuat

Resiko kekurangan cairan

Defekasi

Penurunan fungsi anus

Trauma fisik

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan pola BAB

Resiko kekurangan volume cairan

Resiko tinggi trauma fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi (peningkatan suhu tubuh di ambang batas normal) berhubungan dengan infeksi virus salmonella thyposa

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Perubahan pola BAB berhubungan dengan proses peradangan pada dinding usus halus

4. Resiko kehilangan cairan berhubungan dengan mual dan muntah

5. Resiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan imflamasiPERENCANAAN KEPERAWATAN

NODIAGNOSA KEPERAWATANPERENCANAAN

TujuuanINTERVENSI (NIC)RASIONAL

1

2.

3.

4.

5.Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus salmonella thyposa

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan pola BAB berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus

Resiko kehilangan cairan berhubungan dengan mual, muntah

Risiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan inflamasiDalam rentang waktu 3x24 jam suhu tubuh menurun

NOC :

Thermoregulation

Dengan criteria hasil:

Suhu tubuh dalam rentang normal

Nadi dan RR dalam rentang normal

Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada rasa pusing

Setelah dilakukan tindakan selama 3x24jam mual, muntah dapat diatasi

NOC :

Fluence

Hydration

Nutrition status: food and fluid intake

Dengan kriteria hasil:

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan

TD, suhu tubuh dalam batas batas normal

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik

Membrane mukosa lembab tidak ada rasa haus yang berlebihan

Dalam waktu 2x24 jamkebutuhan nutrisi terpenuhi mual & muntah berkurang

NOC:

Nutrition Status : Food and Fluid management

Dengan Kriteria hasil

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam pola BAB dapat kembali normal

NOC :

Knowledge : personal safety

Safety behavior : physical injury

Dengan kriteria hasil:

Mempertahankan pola BAB

Selama 2x24 jam trauma fisik dapat ditanggulangi

NOC :

Bowel elimination

Hydration

Dengan kriteria hasil

Mempertahankan bentuk feses

Bebas dari ketidak nyamanan konstipasi Fever treatment

Vital sign monitoring

Nutrition

management

Nutrition monitoring

Fluid management

Impaction management

Environmental management safety Suhu tubuh dapat dikontrol dengan baik

Tanda-tanda vital dapat kembali normal

Dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Mencegah terjadinya dehidrasi, mempertahankan intake dan output cairan

Mencegah terjadi konstipasi

mencegah distensi abdomen

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien: Tn.A

Umur

: 38 thn

Jenis kelamin: laki-lakiDiagnosa KeperawatanTanggal &

WaktuTindakan

KeperawatanEvaluasi

(Respon)Paraf

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus salmonella thyposa

Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan maul dan muntah

Perubahan pola BAB berhubungan dengan proses peradangan pada dinding usus halus

Risiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan imflamasi12 januari 2011

14 januari 2011

14 januari 2011 Nutrition management

Mandiri

Selingi pasien makan dengan minum

Anjurkan pasien makan makanan yang banyak mengandung protein dan vitamin C

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

Nutrition monitoring

Mandiri

BB pasien dalam batas normal

Kaji keluhan mual, muntah

Monitor adanya berat badan

Monitor kalori dan intake nutrisi

Kolaborasi

Memonitor pusat kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva

Fever treatment

Mandiri

Memonitor suhu sesering mungkin

Memonitor IWL

Selimuti pasien

Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

Kolaborasi

Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

Berikan cairan intravena

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk mengatasi demam

Temperature regulation

Mandiri

Memonitor suhu minimal tiap 2 jam sekali

Memonitor adanya tanda-tanda hipertermi

Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik

Vital sign monitoring

Mandiri

Memonitor TD, Nadi, dan RR

Mencatat adanya fluktuasi tekanan darah

Memonitor kualitas dari nadi

Memonitor frekuensi dan irama nafas

Kolaborasi

Kolaborasi dengan tim medis tentang adanya penyebab perubahan vital sign

Fluid management

Mandiri

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

Anjurkan pasien banyak minum

Kolaborasi

Kolaborasi dengan dengan keluarga tentang aktivitas klien

Mandiri

Menciptakan lingkungan yang senyaman mungkin bagi pasien

Mengontrol lingkungan dari kebisingan

Beri penjelasan pada psien dan keluarga bahwa terjadi perubahan status kesehatan pada pasien

Kolaborasi

Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat therapy

Mandiri

Memonitor tanda dan gejala konstipasi

Memonitor bising usus

Dorong pemasukan intake cairan

Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus

Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian laktasiS : klien mengatakan

nafsu makan

masih menurun

O: keadaan umum

pasien lemah

A: masalah teratasi

Sebagian

P : intervensi

Dilanjutkan

S : klien mengatakan

nafsu makannya

normal

O: keadaan umum

baik

A: masalah teratasi

sebagian

P : intervensi

Dilanjutkan

S : klien mengatakan

badannya panas

O: Keadaan umum

lemah

A: masalah teratasi

sebagian

P : intervesi

Diteruskan

S : klien mengatakan

badannya tidak

panas lagi

O: keadaan umum

Baik

A: masalah teratasi

P : intervensi

Dihentikan

S: klien mengatakan

kepalanya terasa

pusing

O:keadaan umum

lemah

A:masalah teratasi

sebagian

P :intervensi

Diteruskan

S : klien mengatakan

keadaanya

membaik

O: keadaan umum

membaik

A: masalah teratasi

P : intervensi

Dihentikan

S : klien

mengatakan

BAB sudah

teratur kembali

O: keadaan umum

baik

A: masalah teratasi

P : intervensi

Dihentikan

S : klien mengatakan

badannya terasa

sehat

O: keadaan umu

baik

A: masalah teratasi

P : intervensi

dihentikanFredi, FrediFredi FrediFredi

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

a. Tifoid dan paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukan gambaran klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut. Sinonim dengan tifoid adalah typoid and paratyphoid fever, enteric fever, typhus and paratypus abdominalis.(Soeparman, 1999, Edisi II, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI)b. Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melalui makan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. (Hidayat Alimul Azis.A, 2006, Edisi I, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba Medika)c. Demam tifoid, enteric fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran(Ngastiyah,2005,Edisi II, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGCd. Penyebab thypoid adalah Salmonella typhii, Salmonella paratyphii A, Salmonella paratyphii B, S. Paratyphii C.

e. Tanda dan gejala

1. Demam, pada kasus yang khas demam berlansung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali.

2. gangguan pada saluran pencernaan, pada mulut terdapat panas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).

3. gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.SaranSaran yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan makalah ini menjadi salah satu alternatif ilmu pengetahuan bagi para pembaca, baik dirumah sakit maupun di institusi-institusi resmi.DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol.1. EGC: JakartaMansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Media Aesculapius: JakartaStaf Pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak, Buku kuliah 1. Bagian IKA FKUI: JakartaSuriadi & Rita Yuliani.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. CV. Sagung Seto: Jakarta

15

35

PAGE