ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
BERHUBUNGAN DENGAN THIPOID FEVER DI RS
PAGE
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Typphus Abdominalis atau yang lebih dikenal dengan demam tifoid
atau tifes dalam bahasa kita adalah suatu penyakit infeksi akut
yang menyerang usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa dan orang tua, laki-laki maupun wanita.Penyakit
demam tifoid ini mendunia, artinya terdapat di seluruh dunia.
Tetapi lebih banyak di negara sedang berekembang di daerash tropis,
seperti Indonesia. Penyakit tifus merupakan endemik di Indonesia.
Penyakit ini termasuk penyakit menular, yang mudah menyerang banyak
orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.Di Indonesia, diperkirakan
angka kejadian penyakit ini adalah 300 810 kasus per 100.000
penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang
dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu
menjadi kebal. Insiden penderita berumur anak usia 12 13 tahun (
70% 80% ), pada usia 30 40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada
anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10%) .Terjadinya penyakit yang
merupakan penyakit ini tidak memandang musim, baik musim kemarau
maupun penghujan. Penularan penyakit ini melalui makanan yang
tercemar. Kadang kebersihan makanan kurang terjamin. Oleh karena
itu kita harus memperhatikan kualitas makanan. bukan dari segi
harga, tapi dari susunan menu, kehigienisan dan sanitasi
makanan.
1.2 Perumusan Masalah
a. Mahasiswa belum memahami definisi dari thypoid feverb.
Mahasiswa belum memahami anatomi fisiologi thypoid fever
c. Mahasiswa belum memahami tentang etiologi thypoid feverd.
Mahasiswa belum memahami tanda dan gejala thypoid fever e.
Mahasiswa belum memahami patofisiologi dan patoflow thypoid feverf.
Mahasiswa belum memahami pemeriksaan diagnostik dan penunjang
g. Mahasiswa belum memahami penatalaksanaan medis
h. Mahasiswa belum memahami pengkajian data dasar asuhan
keperawatani. Mahasiswa belum memahami analisa data dan diagnosa
keperawatan
j. Mahasiswa belum memahami rencana dan tindakan keperawatan
thypoid fever
k. Mahasiswa belum memahami evaluasi keperawatan pada pasien
yang terkena thypoid fever1.3 Tujuan
Dalam makalah ini penulis merumuskan tujuan menjadi dua bagian
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus antara lain yaitu :1. Tujuan
umum
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang
pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada klian yang mengalami
gangguan di sistem pencernaan : thipoid fever pada Tn A di IRNA
penyakit dalam sayap B RS.Muhammadiyah palembang.2. Tujuan
khusus
a. Mampu mengkaji masalah klien dengan melakukan pendekatan yang
sistematis untuk mengumpulkan data dan selajutnya merumuskan
diagnosa keperawatan sesuai dengan data yang di peroleh
b. Mampu merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah dirumuskan dan menetapkan tujuan serta
kriterian hasil yang akan di capai .
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang
telah direncanakan dan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi
klien
d. Mampu mengevaluasi hasil yang telah dicapai berdasarkan
tujaun dan kriteria yang telah ditetapkan.1.4Metode
Penyusunan makalah ini menggunakan studi pustaka dengan cara
membaca buku-buku yang berkaitan dengan tema. Mencari dan
mengumpulkan bahan-bahan atau sumber dari internet,Menyusun
kerangka makalah, Mengembangkan kerangka makalah, Mengevaluasi
hasil makalahBAB IILANDASAN TEORI2.1 DefinisiTifoid dan paratifoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus. Paratifoid biasanya lebih
ringan dan menunjukan gambaran klinis yang sama, atau menyebabkan
enteritis akut. Sinonim dengan tifoid adalah typoid and paratyphoid
fever, enteric fever, typhus and paratypus abdominalis. (Soeparman,
1999, Edisi II, Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI)Tifoid merupakan
penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melalui makan,
mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella
thypii. (Hidayat Alimul Azis.A, 2006, Edisi I, Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak, Jakarta, Salemba Medika) Demam tifoid, enteric
fever ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005,
Edisi II, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC)
2.2 Anatomi Dan Fisiologi
Saluran gastrointestinal adalah jalur (panjang total 23-26 kaki)
yang berjalan dari mulut melalui esophagus, lambung, dan usus
sampai anus.
Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior
terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung.
Panjang esophagus kira-kira 25 cm menjadi distensi bila makanan
mlewatinya.
Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah
suatu kantung yang dapat berdistensi dengankapasitas kira-kira 1500
ml. Lambung dapat di bagi ke dalam empat bagian : kardia (jalan
masuk), fundus, korpus, dan pylorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran
gastrointestinal yang jumlah panjangnya kira-kira dua per tiga dari
panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang
memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan
absorpsi. Usus halus dibagi kedalam 3 bagian:1. Duodenum (bagian
atas)
2. Jejunum (bagian tengah)
3. Ileum (bagian bawah)
Pertemuan antara usus halus dan besar terletak dibagian bawah
kanan duodenum. Ini disebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup
ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus kedalam
usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada
tempat ini terdapat apendiks veriformis.
Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen,
segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri,
dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus
besar terdiri dari dua bagian: kolon sigmoid dan rectum.
Rectum berlanjut pada anus.
2.3 EtiologiSalmonella typhii, Salmonella paratyphii A,
Salmonella paratyphii B, S. Paratyphii C .2.4 Tanda dan GejalaMasa
tunas demam tifoid berlansung 10 sampai 14 hari. Gejala-gejala yang
timbul amat bervariasi, perbedaan ini tidak saja antara berbagai
bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu.
Selain itu, gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang
tidak terdiagnosa, sampai gambaran penyakit yang khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli
yang sudah sangat berpengalaman pun dapat mengalami kesulitan untuk
membuat diagnosa klinis tifoid.
1. Demam, pada kasus yang khas demam berlansung 3 minggu,
bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ketiga.2. Gangguan pada saluran pencernaan, pada mulut
terdapat panas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),
ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi
konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.gangguan kesadaran,
umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai samnolen, jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah gejala
tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
pertamaFatofisiologi Dan Patoflow Makanan tercemar masuk kemulut
dilambung sebagian basil
Salmonella typhosa musnah oleh asam lambun
Ragaden, coated tongue melalui pembuluh Sebagian masuk ke
usus
limfe halus halus dan basil diserap
anoreksia
Bakteriemia masuk ke dalam peredaran melepaskan endotoksin
darah
menstimulasi sintesis
Basil menyebar sampai di organ-organ utama
keseluruh tubuh (Hati dan Limfa)
Terjadi pelepasan
Terutama kedalam basil berkembang biak zat pirogen
kelenjer limfoid
usus halus
organ-organ membesar inflamasi lokal
disertai nyeri pada perabaan
menimbulkan tukak
Jaringan meradang
Berbentuk lonjong pada Nyeri Resti komplikasi
mukosa diatas plak (cedera) Histamin
Peyeri
Mengakibatkan perdarahan hipotalamus
Nyeri saat makan dan perforasi usus
Peningkatan panas
anoreksia melena
gangguan thermoregulasi
gangguan pemenuhan intake berkurang
Nutrisi
malaise resti intoleransi aktivitas
2.5 Pemerikasaan Diagnostic Dan Penunjanga. Pemeriksaan
leukosit
Walaupun menurut buku-buku disebutkan bahwa tifoid terdapat
leucopenia dan limpositosis relative, tetapi kenyataan leukopeni
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus tifoid, jumlah
leukosit pada sedian darah tepi berada dalam batas-batas normal,
malahan kadang-kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosis tifoid.b. Biakan
darah
Biakan darah positif memastikan tifoid, tetapi biakan Negara
negative tidak menyingkirkan tifoid. Hal ini disebabkan karena
hasil biakan darah tergantung pada beberapa factor, antara lain
:
1. Tehnik pemeriksaan laboratorium.Hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan yang lain, malahan hasil satu
laboratorium bisa berbeda dari waktu kewaktu. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.Karena jumlah
kumam yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10
kuman/ml darah, maka untuk jeperluan pembiakan, pada penderita
dewasa diambil 5-10 ml darah dan pada anak-anak 2-5 ml. bila darah
yang dibiakan terlalu sedikit hasil biakan bisa negative, terutama
pada orang yang sudah mendapat pengobatan yang spesifik. Selain itu
darah tersebut harus lansung ditanam pada media biakan sewaktu
berada di sisi penderita dan lansung dikirim ke laboratorium. Waktu
pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu
bakterimia berlansung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Pada tifoid
biakan darah terhadap S. typhii terutama positif pada minggu
pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah bisa positif lagi.3. Vaksinasi di masa
lampau.Vaksinasi terhadap tifoid di masa lampau menimbulkan
antibody dalam darah penderita. Antibody ini dapat menekan
bakterimia, sehingga biakan darah mungkin negativ.
4. Pengobatan dengan obat antimikroba.Bila penderita sebelum
pembiakan darah sudah mendapat obat antimikroba pertumbuhan kuman
dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkib negative.c.
Reaksi Widal
Reaksi widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibody (agglutinin) yang spesifik terhadap salmonella terhadap
dalam serum penderita tifoid, juga pada orang yang pernah ketularan
salmonella dan pada oraang yang pernah di vaksinasi terhadap
tifoid.Antigen yang digunakan pada reaksi widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud
reaksi widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
penderita yang disangka menderita tifoid.Akibat infeksi oleh S.
typhii, penderita membuat antibody (agglutinin), yaitu :1.
Agglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).2. Agglutinin H, karena ransangan antigen H (berasal
dari flagella kuman).3. Agglutinin Vi, karena ransangan antigen Vi
(berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis, makn tinggi titernya, mangkin
besar kemungkinan penderita menderita tifoid. Pada infeksi yang
aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada pemerikasaan ulang
yang dilakukan selang paling sedikit lima hari.
2.6 Panatalaksanaan MedisPasien yang dirawat dengan diagnosis
observasi tifoid harus dianggap dan diperlakukan lansung sebagai
pasien tifoid dan diberikan pengobatan sebagai berikut:
1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan eksreta.2. Perawatan
yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,
lemah, anoreksia, dan lain-lain.3. Istirahat selama demam sampai
dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total),
kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian
berjalan di ruangan.4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan,
kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung
banyak serat, tidak meransang dan tidak menimbulkan gas. Susu dua
gelas sehari. Bila kesadaran pasien menurun di berikan makan cair,
melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik
dapat juga diberikan makanan lunak.5. Obat pilihan adalah
klorampenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat
lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian klorampenikol dengan dosis
tinggi, yaitu 100mg/kgBB/hari (maksimal 2 gram perhari), diberikan
4 kali sehari per oral atau intravena. Pemberian klorampenikol
dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan
mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat
anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnakan.6. Bila terdapat
komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi
dehidrasi dan asidisis diberikan cairan secara intravena dan
sebagainya.BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TIFOID
FEVERPengkajianPada pengkajian dengan tifoid dapat ditemukan
timbulnya demam yang khas yang berlansung selama kurang lebih tiga
minggu dan menurun pada pagi hari serta meningkat pada sore dan
malam hari, nafsu makan menurun, bibir kering dan pecah-pecah,
lidah kotor dan ujung dan tepinya kemerahan, adanya meteorismus,
terjadi pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi dan bahkan
tidak terjadi komplikasi seperti apatis sampai samnolen, adanya
bradikardia, kemungkinan terjadi komplikasi seperti perdarahan pada
usus halus, adanya perforasi usus, peritonitis, peradangan pada
meningen, bronchopneumonia, dan lain-lain.Pada pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan leucopenia dengan limfositosis
relative, pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urine,
feces, dan uji serologis widal menunjukan kenaikan pada titer
antibody O lebih besar atau sama dengan 1/200 dan H: 1/200.(Hidayat
Alimul Aziz. A. 2006, Edisi I, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak,
Jakarta, Salemba Medika).Diagnosa /Masalah Keperawatan
Diagnosa atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan
tifoid adalah sebagai berikut:
a. Kurang nutrisi.
b. Hipertermia.
c. Risiko terjadi komplikasi (cedera)d. Gangguan eliminasi
BAB
e. Gangguan rasa nyamanRencana Tindakan KeperawatanKurang
Nutrisi (Kurang dari kebutuhan)
Kekurangan nutrisi ini dapat disebabkan adanya asupan yang tidak
adekuat oleh karena menurunnya nafsu makan akibat proses patologis,
maka tujuan keperawatannya diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan
nutrisi anak.
INTERVENSIRASIONAL
Tingkatkan intake makanan melalui:
Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan
lain-lain.
Jaga kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputumpot, urinal
tidak berada dekat tempat tidur.
Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi
Jaga kebersihan mulut pasien.
Bantu pasien jika tidak mampu.
Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat,
tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tapi sering.
Selingi makan dengan minum.
Hindari makanan yang banyak mengandung gas.Cara khusus untuk
meningkatkan nafsu makan.
Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
Membantu pasien makan.
Meningkatkan selera makan dan intake makan.
Memudahkan makanan masuk.
Mengurangi rasa nyaman.
Hipertermia
Terjadinya Hipertermia ini dapat disebabkan oleh adanya reaksi
kuman salmonella typhosa yang masuk kedalam tubuh. Untuk
mengatasinya adalah dengan tujuan mempertahankan kondisi suhu tubuh
dalam batas normal dengan cara menurunkannya.
INTERVENSIRASIONAL
Monitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi.
Lakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh seperti
lakukan kompres hangat, berikan pakaian tipis dan mudah menyerap
keringat.
Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan
suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.
Berikan ventilasi yang adekuat.
Anjurkan untuk banyak/ sering minum.
Monitot tanda-tanda vital dan observasi kemajuan penurunan suhu
tubuh.
Kompres hangat dapat terjadi vasodilatasi pembuluh darah
sehingga memudahkan suhu tubuh keluar.
Pakaian yang tipis dan menyerap keringat memudahkan proses
penguapan.
Meningkatkan pengetahuan agar keluarga lebih kooperatif.
Membatu memberikan rasa nyaman
Membantu dalam menurunkan suhu tubuh.
Risiko terjadi komplikasi (cedera)
Risiko terjadi cedera dalam hal ini adalah adanya komplikasi
lebih lanjut dari tifoid ini seperti adanya perdarahan, perforasi,
tukak daerah mukosa yang dapat mengganggu system dalam tubuh oleh
karena kemampuan kuman dalam merusak system serta adanya penurunan
daya tahan tubuh. Tujuan dari rencana keperawatan adalah mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut.INTERVENSIRASIONAL
Berikan istirahat yang cukup selama demam, dan lakukan
mobilisasi setelah dua minggu bebas panas mulai dari duduk.
Monitor adanya tanda komplikasi
Cek vital sign setiap empat jam.
Libatkan keluarga dalam perawatan dan ajari cara melakukan
perawatan secara asepticJelaskan faktor risiko yang dapat
menyebabkan komplikasi lanjut. Merupakan salah satu tindakan untuk
mencegah terjadinya komplikasi lanjut pada penyakit tifoid.
Dapat menentukan tindakan selanjutnya
Monitor faktor resiko.
Meningkatkan pengetahuan agar keluarga kebih kooperatif.
Agar pasien dan keluarga dapat menghindari faktor risiko.
.
Gangguan eliminasi BAB
Gangguan eliminasi BAB ini disebabkan oleh intake dan output
yang tidak seimbang, kurangnya makan makanan yang berserat yang
dapat menyebabkan perubahan struktur feases menjadi
keras.Intervensi Rasional
Anjurkan pasien untuk makan makanan yang banyak mengandung serat
yang dapat mempermudah feases untuk dikeluarkan
Monitor adanya perubahan status nutrisi
Kolaborasi dengan keluarga dalam monitor aktivitas
pasienJelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya
menjaga kesehatan fekalAgar tidak terjadi kesulitan dalam BABDengan
memonitor perubahan status nutrisi, kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Agar keluarga dapat memantau apa yang menyebabkan kesulitan
BAB
Agar kesehatan pasien tetap terjaga
Gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman pada pasien thypoid ini dapat disebabkan
oleh adanya imflamasi jaringan, infeksi virus salmonella thyposa
yang mengakibatkan nyeri pada abdomen pasien.
Intervensi Rasional
Ciptakan posisi yang nyaman bagi pasien
Identifikasi penyebab terjadinya gangguan rasa nyaman
Kolaborasi dengan keluarga dalam aktivitas pasien
Membatasi pengunjungAgar nyeri yang dialami dapat
diatasiGangguan rasa nyaman yang dialami dapat ditanggulangi
Memonitor dan membatasi kegiatan pasien
Agar pasien dapat mengontrol emosi dalam suasana yang sepi
BAB IVASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TnA
DENGAN KASUS SISTEM PENCERNAAN : TYPHOID DI IRNA ATAS PENYAKIT
DALAM
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PLAJU PALEMBANG
PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS
Pengkajian tgl. :11 januari 2011
Tanggal MRS:10 januari 2011
Ruang/Kelas :PDL Sayap B/ 1B-1Jam:12:30 WIB
No. RM: 001076
Dx. Masuk:TYPHOID
IdentitasNama:Tn.AJenis Kelamin: L/P
Umur:38 tahun Status Perkawinan: Kawin
Agama:IslamPenanggung Biaya:Askes
Pendidikan:S1
Pekaryaan:-
Suku/Bangsa: Indonesia
Alamat:
Riwayat Sakit dan KesehatanKeluhan utama:Demam selama 6 hari
Riwayat penyakit saat ini:klien masuk RS dengan keluhan badan
terasa
panas, pusing kepala,
mual dan muntah, panas tubuh 39 derajat
celcius
Penyakit yang pernah diderita: maag ( gastritis )Penyakit yang
pernah diderita keluarga : tidak ada
Riwayat Alergi : yatidakJelaskan
Observasi dan pemeriksaan fisik (RoS: Review of System)
Keadaan Umum :baik sedang lemahKesadaran :
Tanda vital TD:140/80 mmHg Nadi: 87x/menitSuhu badan:39,5 C
RR:18/menit
Maslah : Hipertermi
Pernafasan B1
(Breath) Pola nafas irama: TeraturTidak teratur
JenisDispeniaKusmaulCeyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas:vesikulerStridorWheezingRochi
Lain-lain:
Sesak nafasYaTidakBatuk ya Tidak
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
Kardiovasker B2
(Blood)Irama jantung:RegularIregular S1/S2 tunggalYaTidak
Nyeri dada:Ya Tidak
Bunyi jantung:NormalMurmurGallopLain-lain
CRT: < 3 detik > 3 detik
Akral: HangatPanasDingin keringDinginBasah
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
Persyaratan B3 (Brain)
Penginderaan GCSEye: 4Verbal; 5Motorik ; 6Total: 15
Refleks fisiologisPatellaTricepsBiceplain-lain:
Refleks patologisBabinskyBudzinsky Kerniglain-lain
Lain-lain:
Istirahat/tidur: 6 jam/hariGangguan tidur: tidak
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
Penglihatan (Mata)
PupilIsokorAnisokorlain-lain
Selera/Konjungtiva:AnemisIkteruslain-lain
Lain-lain
Pendengaran/Telinga
Gangguan pandangan:YaTidakJelaskan:
Lain-lain
Penciuman (hidung)
Bentuk:NormalTidakJelaskan:
Gangguan penciuman:yaTidakJelaskan:
Lain-lain
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
Perkemihan B4
(Bladder) Kebersihan:Bersih Kotor
Urin: Jumlah: cc/hr: Warna Bau:
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Kandung kencing: Membesar Ya Tidak
Nyeri tekan Ya Tidak
Gangguan Anuria Oliguria Retensi
InkontinensiaNukturiaInkontinensia
lain-lain
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
Pencernaan
B5 (Bowel)Nafsu makan :BaikMenurunFrekuensi x/hari
Porsi makan:HabisTidakKet: setengah porsi
Minum: 80000 cc/hariJenis
Mulut dan tenggorokan
Mulut :BersihKotor Berbau
Mukosa Lembab KeringStomatitis
Tenggorokan
Sakit menelan/nyeri tekanKesulitan menelan
Pembesaran tonsil
lain-lain:
Abdomen perut
TegangKembung Ascites Nyeri tekan
Lokasi:
Peristaltik
Pembesaran hepar
Ya
Tidak
Pembesaran lien
Ya
Tidak
Buang air besar 2 x/hariTeratur:YaTidak
Konsisten ; cair
Bau: yaWarna: kuning muda
Lain-lain
Masalah :Perubahan pola nutrisi
Mulkuloskeletal/Integumen
B6 (Bone)Kemampuan pergerakan sendi:BebasTerbatas
Kekuatan otot:
Kulit
Warna kulitIkterussianosisKemerahan Pucat
Hiperpigmentasi
TurgorBaikSedangJelek
Odema:Ada Tidak adaLokasi
Lain-lain
Masalah :Tidak ada masalah keperawatan
EndokrinTyroidMembesar YaTidak
Hiperglikemia
YaTidak
Hipoglikemia
YaTidak
Luka gangren
YaTidak
Lain-lain
Masalah :Tidak ada masalah keperawatan
Pers. HigieneMandi :2 x/hariSikat gigi 2 x/hari
Keramas:2 x/hariMemotong kuku:1x seminggu
Ganti pakaian: 2 x/hari
Masalah :Tidak ada masalah
Psiko-sosio-spiritual Orang yang paling dekat: Istri
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar :Baik
Kegiatan ibadah: baik
Konsep diri: baik
Masalah : Tidak ada masalah keperawatan
Data penunjang (Lab, Foto, USG, dan lain-lain)
Hb 13,8 gram/dl L 13.2- 17.3 g/dl P 11.7 15.5 g /dl Leokosit
3500/mm3 4000 11000 / cmm Trombosit 189000 150000 400000 / ul Widal
(+) 1/320 tipe H
Terapi :
1. IVFD RL, gtt 20 tetes/ menit makro
2. Sanmol tablet 3x 1 tablet per hari3. Ranitidin tablet 2x1
tablet per hari4. Colsancetine inj 2 x 1 per hari5. Neoradex 1 x 1
tablet
Pengambil Data / Perawat
_____________________
ANALISA MASALAH
Nama : Tn. A
Umur : 36 th
DATAETIOLOGIMASALAH
Ds. Pasien mangatakan
badannya panas
Do. Pasien tampak gelisah
KU lemah
Bibir kering Akral hangatTTV
TD : 140/80
RR: 20x/menit N= 87x/menit
Suhu 39,5
Ds. Keluarga pasien
mengatakan Pasien
tidak nafsu makan,
mual & muntah
Do. KU lemah
Porsi makan setengah porsi , 3 sdm Mual, muntah 3 x hr Lidah
kotor Mulut pahitDs. Pasien mengatakan
susah buang air besar
Do. Keadaan umum
tampak gelisah
Susag BAB Abdomen kembungDs. Pasien mengatakan
suhu tubuh tidak
turun
Do. Suhu tubuh 39,5
Mual & muntah 3 x hr Pasien tampak gelisah
Ds. Keluarga klien
mengatakan pasien
sering berdiam diri
Do. Keadaan umum pasien
lemah
Infeksi bakteri
Kesaluran cerna
Proses inflamasi
Produksi panas meningkat
Hipertermi
Infeksi bakteri
Tekanan intrasastritik
Intake in adekuat
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intake dan output berkurang
Kurang makan makanan banyak mengandung serat
Terjadi pengerasan pada feses
Defekasi (susah BAB)
Peningkatan suhu tubuh
Intake cairan in adekuat
Resiko kekurangan cairan
Defekasi
Penurunan fungsi anus
Trauma fisik
Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan pola BAB
Resiko kekurangan volume cairan
Resiko tinggi trauma fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi (peningkatan suhu tubuh di ambang batas normal)
berhubungan dengan infeksi virus salmonella thyposa
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Perubahan pola BAB berhubungan dengan proses peradangan pada
dinding usus halus
4. Resiko kehilangan cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
5. Resiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan
imflamasiPERENCANAAN KEPERAWATAN
NODIAGNOSA KEPERAWATANPERENCANAAN
TujuuanINTERVENSI (NIC)RASIONAL
1
2.
3.
4.
5.Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus salmonella
thyposa
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Perubahan pola BAB berhubungan dengan proses peradangan pada
usus halus
Resiko kehilangan cairan berhubungan dengan mual, muntah
Risiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan inflamasiDalam
rentang waktu 3x24 jam suhu tubuh menurun
NOC :
Thermoregulation
Dengan criteria hasil:
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada rasa pusing
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24jam mual, muntah dapat
diatasi
NOC :
Fluence
Hydration
Nutrition status: food and fluid intake
Dengan kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat
badan
TD, suhu tubuh dalam batas batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit
baik
Membrane mukosa lembab tidak ada rasa haus yang berlebihan
Dalam waktu 2x24 jamkebutuhan nutrisi terpenuhi mual &
muntah berkurang
NOC:
Nutrition Status : Food and Fluid management
Dengan Kriteria hasil
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam pola BAB dapat
kembali normal
NOC :
Knowledge : personal safety
Safety behavior : physical injury
Dengan kriteria hasil:
Mempertahankan pola BAB
Selama 2x24 jam trauma fisik dapat ditanggulangi
NOC :
Bowel elimination
Hydration
Dengan kriteria hasil
Mempertahankan bentuk feses
Bebas dari ketidak nyamanan konstipasi Fever treatment
Vital sign monitoring
Nutrition
management
Nutrition monitoring
Fluid management
Impaction management
Environmental management safety Suhu tubuh dapat dikontrol
dengan baik
Tanda-tanda vital dapat kembali normal
Dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Mencegah terjadinya dehidrasi, mempertahankan intake dan output
cairan
Mencegah terjadi konstipasi
mencegah distensi abdomen
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama pasien: Tn.A
Umur
: 38 thn
Jenis kelamin: laki-lakiDiagnosa KeperawatanTanggal &
WaktuTindakan
KeperawatanEvaluasi
(Respon)Paraf
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus salmonella
thyposa
Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan maul dan muntah
Perubahan pola BAB berhubungan dengan proses peradangan pada
dinding usus halus
Risiko tinggi trauma fisik berhubungan dengan imflamasi12
januari 2011
14 januari 2011
14 januari 2011 Nutrition management
Mandiri
Selingi pasien makan dengan minum
Anjurkan pasien makan makanan yang banyak mengandung protein dan
vitamin C
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
Nutrition monitoring
Mandiri
BB pasien dalam batas normal
Kaji keluhan mual, muntah
Monitor adanya berat badan
Monitor kalori dan intake nutrisi
Kolaborasi
Memonitor pusat kemerahan dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Fever treatment
Mandiri
Memonitor suhu sesering mungkin
Memonitor IWL
Selimuti pasien
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Kolaborasi
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Berikan cairan intravena
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk mengatasi
demam
Temperature regulation
Mandiri
Memonitor suhu minimal tiap 2 jam sekali
Memonitor adanya tanda-tanda hipertermi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
Vital sign monitoring
Mandiri
Memonitor TD, Nadi, dan RR
Mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
Memonitor kualitas dari nadi
Memonitor frekuensi dan irama nafas
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim medis tentang adanya penyebab perubahan
vital sign
Fluid management
Mandiri
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Anjurkan pasien banyak minum
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dengan keluarga tentang aktivitas klien
Mandiri
Menciptakan lingkungan yang senyaman mungkin bagi pasien
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Beri penjelasan pada psien dan keluarga bahwa terjadi perubahan
status kesehatan pada pasien
Kolaborasi
Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat therapy
Mandiri
Memonitor tanda dan gejala konstipasi
Memonitor bising usus
Dorong pemasukan intake cairan
Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan
bising usus
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian laktasiS : klien
mengatakan
nafsu makan
masih menurun
O: keadaan umum
pasien lemah
A: masalah teratasi
Sebagian
P : intervensi
Dilanjutkan
S : klien mengatakan
nafsu makannya
normal
O: keadaan umum
baik
A: masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
Dilanjutkan
S : klien mengatakan
badannya panas
O: Keadaan umum
lemah
A: masalah teratasi
sebagian
P : intervesi
Diteruskan
S : klien mengatakan
badannya tidak
panas lagi
O: keadaan umum
Baik
A: masalah teratasi
P : intervensi
Dihentikan
S: klien mengatakan
kepalanya terasa
pusing
O:keadaan umum
lemah
A:masalah teratasi
sebagian
P :intervensi
Diteruskan
S : klien mengatakan
keadaanya
membaik
O: keadaan umum
membaik
A: masalah teratasi
P : intervensi
Dihentikan
S : klien
mengatakan
BAB sudah
teratur kembali
O: keadaan umum
baik
A: masalah teratasi
P : intervensi
Dihentikan
S : klien mengatakan
badannya terasa
sehat
O: keadaan umu
baik
A: masalah teratasi
P : intervensi
dihentikanFredi, FrediFredi FrediFredi
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
a. Tifoid dan paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus. Paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukan gambaran
klinis yang sama, atau menyebabkan enteritis akut. Sinonim dengan
tifoid adalah typoid and paratyphoid fever, enteric fever, typhus
and paratypus abdominalis.(Soeparman, 1999, Edisi II, Ilmu Penyakit
Dalam, Jakarta, FKUI)b. Tifoid merupakan penyakit infeksi yang
terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii,
penyakit ini dapat ditularkan melalui makan, mulut atau minuman
yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii. (Hidayat Alimul
Azis.A, 2006, Edisi I, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta,
Salemba Medika)c. Demam tifoid, enteric fever ialah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan,
dan gangguan kesadaran(Ngastiyah,2005,Edisi II, Perawatan Anak
Sakit, Jakarta, EGCd. Penyebab thypoid adalah Salmonella typhii,
Salmonella paratyphii A, Salmonella paratyphii B, S. Paratyphii
C.
e. Tanda dan gejala
1. Demam, pada kasus yang khas demam berlansung 3 minggu,
bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali.
2. gangguan pada saluran pencernaan, pada mulut terdapat panas
berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).
3. gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi spoor,
koma, atau gelisah gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya.SaranSaran yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan makalah
ini menjadi salah satu alternatif ilmu pengetahuan bagi para
pembaca, baik dirumah sakit maupun di institusi-institusi
resmi.DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Vol.1. EGC: JakartaMansjoer, Arif. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Media Aesculapius:
JakartaStaf Pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak, Buku
kuliah 1. Bagian IKA FKUI: JakartaSuriadi & Rita Yuliani.2001.
Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1. CV. Sagung Seto: Jakarta
15
35
PAGE