Ada beberapa teori yang mendasari kenapa batubara dapat terbakar
dengan sendirinya, yaitu
1. TEORI PYRITEKandungan besi disulfida dalam batubara dapat
meningkatkan terjadinya kebakaran pada batubara karena ada reaksi
oksidasi pyrite menjadi fero yang manjadi katalisator terjadinya
kebakaran batubara.
2. COAL OXIGENSecara sederhananya seperti iniPenyerapan oksigen
dari udara oleh batubara, kemudian akan terbentuk senyawa complex
mengandung oksigen aktif biasa di sebut fer-oxigen.Selanjutnya
terbentuklah reaksi kimia yang membentuk CO2,H2O, CO sebagai
penguraian dari per-oxigen.Tahap 1 akan terjadi pada suhu rendah
dengan energi aktifasi 1 Kcal/moleTahap 2 merupakan reaksi kimia
dan menyebakan tahapan ketiga dapat terjadi pada suhu 70-80 OC
3. TEORI HUMIDITASApabila penguapan air pada saat terjadi
oksidasi dapat di kurangi maka pemanasan batubara akan berkurang,
dan sebaliknya jika penguapan bertambah makan akan semakin cepat
terbakar. Itulah sebabnya saat kondisi hujan panas bergantian
menyebabkan batubara cepat terbakar.
4. TERLALU LAMA DISIMPANPada intinya jika batubara terlalu lama
di simpan maka akan terbakar. Jadi batubara tidak di anjurkan
disimpan terlalu lama hingga berbulan-bulan tanpa ada
penanganan.apalagi batubara yang tergolong muda.
. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut
Diessel (1981) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman
Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batu bara dari perioda ini. Silofita, dari Zaman Silur
hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan
batu bara dari perioda ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga
Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di
Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae
seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu
bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. Angiospermae,
dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat
terawetkan
Tempat Terbentuknya BatubaraAda 2 macam teori yang menyatakan
tempat terbentuknya batubara, yaitu : A. Teori InsituTeori ini
menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara
terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada.
Dengan demikian setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengalami
proses transportasi, segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk
dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya
JUGA lebih . Dapat dijumpai pada lapangan batubara Muara Enim
(SumSel). B. Teori DriftTeori ini menyatakan bahwa bahan-bahan
pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya ditempat yang berbeda
dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan
berakumulasi disuatu tempat, segera tertimbun oleh lapisan sedimen
dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk
dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas tetapi dijumpai
dibeberapa tempat, kualitasnya kurang baik karena banyak mengandung
material pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan
dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Dapat dijumpai pada
lapangan batubara delta Mahakam Purba, Kaltim.
Kondisi Batubara yang ada saat ini sangat dipengaruhi oleh
pembentukannya berjuta tahun yang lalu, bagaimana kondisinya dan
lain-lain. Secara singkat pembentukan Batubara dijelaskan pada
gambar berikut Untuk mendapatkan batubara, maka lingkungan
pengendapannya biasanya berupa rawa dengan tingkat kelembapan
tinggi. Vegetasi pada lingkungan tersebut mati kemudian
terbentuklah Peat (Gambut). Kemudian gambut tersebut mengalami
kompresi dan pengendapan diantara lapisan sedimen dan juga
mengalami kenaikan temperatur akibat geothermal gradient. Akibat
proses tersebut maka akan terjadi pengurangan porositas dan
Pengurangan Moisture sehingga terlepasnya grup OH, COOH, OCH3, dan
CO dalam wujud cair dan gas. karena banyaknya unsur oksigen dan
Hidrogen yang terlepas maka unsur karbon relatif bertambah yang
mengakibatkan terjadinya Lignit (Brown Coal) Kemudian dengan adanya
kompresi yang terus menerus serta kenaikan temperatur maka
terbentuklah Batubara SubBituminus dan Bituminus dengan tingkat
kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan Brown Coal. Bumi tidak
penah berhenti, oleh karena itu kompresi terus berlangsung diiringi
bertambahnya temperatur sehingga moisture sangat sedikit serta
unsur karbon yang banyak merubah batubara sebelumnya ke tingkat
yang lebih tinggi yaitu Antrasit yang merupakan kasta tertinggi
pada batubara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50%
-70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan
material karbonan termasukinherent moisture. Pengertian umum dari
batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik
yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus
formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS
untuk antrasit.Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat
berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen,
damar, dan lain-lain. Materi pembentuk batubara dapat berupa jenis:
Alga Silofita Pteridofita Gimnospermae Angiospermae
2.Pembentukan BatubaraBatubara bagus terbentuk dari endapan yang
terbentuk pada zaman Karbon, kira-kira 340juta tahun yang
lalu(jtl)> Pada masa ini pembentukan batu bara terjadi paling
produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang
ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.Pada Zaman Permian,
kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan
berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai
belahan bumi lain.Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami
berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan
perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun
sesudah tertutup oleh endapan lainnya.Proses pembentukan batubara
terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan
tahap geokimia (pembatubaraan).a.Tahap Diagenetik atau Biokimia,
dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasidan gangguan biologis yang dapat
menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material
organik serta membentuk gambutb.Tahap Malihan atau Geokimia,
meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.Tahap penggambutan(peatification)adalah tahap
dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi
reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan
selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 10 meter. Material tumbuhan
yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2,
H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri
anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982,op
citSusilawati 1992).Tahap pembatubaraan(coalification)merupakan
gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena
pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur,
tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach,
1982,op citSusilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan
meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
(Fischer, 1927,op citSusilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan
batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya
mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit,
antrasit, hingga meta antrasit.
Gambar 1. Tahap Pembentukan Batubara
Gambar 2. Skema Pembentukan BatubaraFaktor faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan batubara antara lain :a. Posisi
GeotektonikPosisi geotektonik akan berpengaruh pada pembentukan
cekungan batubara yang dikontrol oleh gaya-gaya tektonik lempeng.b.
TopografiTopografi berpengaruh terbatas pada iklim dan morfologi
dari cekungan batubara sehingga menentukan penyebaran rawa-rawa
dimana batubara terbentuk.c. IklimIklim berpengaruh pada
pertumbuhan flora pembentuk batubara.d. PenurunanPenurunan cekungan
akan berpengaruh pada ketebalan lapisan batubara yang terebdapkan
didalamnya.e. Umur GeologiUmur geologi disini berpengaruh pada
kualitas terbentuknya batubara.f. TumbuhanTumbuhan tentu sangat
berpengaruh pada pembentukan batubara karena memang batubara
terbentuk oleh akumulasi sisa tumbuh tumbuhan yang tertimbun dalam
sedimen. Kualitas tumbuhan akan berpengaruh terhadap kualitas
batubara yang terbentuk.g. DekomposisiDekomposisi flora merupakan
bagian dari transformasi biokimia dari organik dan merupakan titik
awal untuk seluruh akterasi.h. Metamorfosa OrganikTingkat kedua
dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan oleh
sedimen baru. Proses ini lebih didominasi oleh proses dinamokimia
yang menyebabkan perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai
mutu. Proses metemorfosa organik akan dapat mengubah gambut menjadi
batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik, dan
optiknya.
3.Klasifikasi BatubaraBerdasarkan tingkat proses pembentukannya
yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya
dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit
dan gambut. Antrasitadalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna
hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98%
unsurkarbon(C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Gambar 3. Antrasit Bituminusmengandung 68 - 86% unsur karbon(C)
dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling
banyak ditambang di Australia. Sub-bituminusmengandung sedikit
karbondan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang
kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Gambar 4. Sub-bituminus Lignitatau batu bara coklat adalah batu
bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari
beratnya.
Gambar 5. Lignit Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas
75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Gambar6. GambutFaktor-faktor yang berperan pada pembentukan
gambut Evolusi tumbuhan : jenis tumbuhan pada skala waktu geologi.
Iklim : berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh dan variasi jenis
tumbuhan serta proses dekomposisi Geografi dan posisi : kenaikan
muka air tanah relatif lambat, dan ada perlindungan rawa terhadap
pantai atau sungai. Struktur Geologi dan tektonik :Adanya
keseimbangan antara penurunan cekungan terhadap kecepatan
penumpukan sisa tumbuhan (kesimbangan biotektonik).
4.Bentuk BatubaraLapisan batubara terbentuk berdasarkan bentuk
lingkungan pengendapannya dan struktur. Ada beberapa bentuk lapisan
batubara, diantaranya adalah:a. Endapan Batubara bentuk Horse
BackDicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang menutupinya
melengkung kearah atas akibat gaya kompresi.
Gambar7.Endapan Batubara bentuk Horse Back1. BentukClay
VeinBentuk ini terjadi apabila diantara 2 bagian deposit batubara
terdapat urat lempung.c. BentukPinchDicirikan oleh perlapisan yang
menipis dibagian tengah. Pada umumnya dasar lapisan batubata
merupakan batuan yang plastis.1. Endapan Batubara bentuk Burreid
HillBentuk ini terjadi apabila didaerah dimana batubara semula
terbentuk, terdapat akumulasi sehingga lapisan batubara seperti
terintrusi.
Gambar8.Endapan Batubara bentuk Burreid Hill1. Endapan Batubara
Akibat SesarBentuk ini terjadi apabila didaerah dimana deposit
batubara mengelami seri patahan
Gambar9.Endapan Batubara Akibat Sesar1. Endapan Batubara Akibat
LipatanBentuk ini terjadi apabila didaerah dimana deposit batubara
mengalami perlipatan
Gambar10.Endapan Batubara Akibat Lipatan
5.Batubara di IndonesiaDi Indonesia, endapan batubara yang
bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di
bagian barat Paparan Sunda (termasuk PulauSumateradanKalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat
dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier
Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar
Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurutSkala waktu
geologi.Batubara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba
sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa
diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air
tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain,
kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral
anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan
membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara
Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis,
berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini
terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta,
mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di
daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
Gambar 11.Cekungan Batubara di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009.Batubara.URL :www.wikipedia.org[Online : 15 Oktober
2009]Anonim. 2006.Litbang Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan
BatubaraURL :www.ilmubatubara.wordpress.com[Online : 15 Oktober
2009]Erwan.Kelas dan Jenis Batubara.URL
:www.tamangeologi.blogspot.com[Online : 15 Oktober
2009]Sukandarrumidi. 2008.Batubara dan Gambut.Yogyakarta : UGM
Press
GEOLOGI BATUBARAPengertian BatubaraBatu bara atau batubara
adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen.Batubara merupakan sumber energi masa depan (Heriawan
2000). Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat
terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang
sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang
mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam
Anggayana 1999).Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau
dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran
formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas di
sebagian besar kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat
dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya. Pertama,
batubarapaleogenyaitu endapan batubara yang terbentuk pada
cekunganintramontainterdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan
Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagainya. Kedua,
batubaraneogenyakni batubara yang terbentuk pada
cekunganforelandterdapat di Tanjung Enim Sumatera Selatan. Ketiga,
batubaradelta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan
Timur (Anggayana 1999).Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal
dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman
Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batu bara dari perioda ini. Silofita, dari Zaman Silur
hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan
batu bara dari perioda ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga
Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di
Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae
seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu
bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. Angiospermae,
dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat
terawetkan.Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol
oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima
kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam
berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon
(C) dengan kadar air kurang dari 8%. Bituminus mengandung 68 86%
unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu
bara yang paling banyak ditambang di Australia. Sub-bituminus
mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang
sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Gambut,
berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut
hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan
(coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi,
yakni: Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material
tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang
berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta
membentuk gambut. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses
perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya
antrasit.Faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah
: Posisi geotektonikAdalah suatu tempat yang keberadaannya
dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng dalam pembentukan
batubara merupakan faktor yang dominan akan mempengaruhi iklim
lokal dan morfologi cekungan pengendapan dan kecepatan penurunan
cekungan Pada fase akhir, posisi geotektonik mempengaruhi proses
metamorfosa organik dan struktur lapangan batubara melalui masa
sejarah setelah pengendapan akhir Topografi (morfologi)Morfologi
dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk
IklimKelembaban mengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang
sesuai tergantung posisi geografi dan dipengaruhi oleh posisi
geotektonik Tropis dan subtropis sesuai untuk pertumbuhan yang
optimal hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9
tahun dengan ketinggian pohon mencapai 30 m. Sedang iklim yanng
lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 meter dalam waktu
yang sama. Penurunan cekunganPenurunan cekungan dipengaruhi oleh
gaya-gaya tektonik jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang
maka akan dihasilkan endapan batubara yang tebal. Pergantian
transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan
pengendapannya. Menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral
yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk. Umur
geologiProses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan
tumbuhan Makin tua umur suatu batuan akan memiliki kemungkinan
makin dalam penimbunan yang terjadi hingga mampu terbentuk batubara
bermutu tinggi Tumbuh-tumbuhanUnsur utama pembentuk batubara dengan
lingkngan tertentu dan sebagaifaktor penentu tipe batubara, evolusi
kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah
geologi DekomposisiMerupakan bagian dari tansformasi biokimia
material organik yang merupakan titik awal seluruh alterasi Sejarah
sesudah pengendapanSejarah cekungan tergantung pada posisi
geotektonikterjadi proses geokimia dan metamorfosa organik setelah
pengendapan gambut bertanggung jawab terhadap pembentukan struktur
cekungan batubara baik berupa sesar, lipatan, intrusi danlainnya.
Struktur cekugan pembentukKarena gaya tektonik menghasilkan lapisan
batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Metamorfosis organikSelama
proses ini terjadi pengurangan kandungan air, oksigen dan zat
terbang (CO2, CO, CH4 dll)Cekungan BatubaraIndonesia BaratLempeng
India Australia bergerak ke utara menumbuk Lempeng EurasiaTerbentuk
Cekungan Tersier: Paleogen : Intramontana Basin, Continental Margin
Neogen : Foreland/Backdeep, Interdeep, DeltaCekungan yang penting
untuk batubara: Laeogen Intercontinental Basin Neogen Foreland
Basin?Backdeep Neogen Delta BasinBatubara Paleogen terendapkan
sebelum Transgresi dan Batubara Neogen terendapkan sesudah
RegresiIntramontana dan Foreland Basin berkembang di Sumatera,
Kalimantan dan Jawa (yang di Jawa relatif kecil).Delta terbentuk di
Kaltim akibat Spreading Centre selat Makasar.Di Jawa terjadi
sedimentasi teristrial hanya di bagian barat saja (Pra Transgresi).
Di bagian tengah dan timur sedimen marine langsung terendapkan di
ayas batuan dasar pra-tersier.Di Kalimantan Bagian Tenggara ada
ckungan intermontana dengan sedimen darat.Endapan Batubara paleogen
yang terpetingo Ombilin (Sumbar)o Bayah (Jabar)o Pasir (
Kalimanatan Bagian Tenggara)o Pulau Sebuku (Kalimantan)o Melawai
(Kal-Bar)o Sul-SelCirinya:o Penyebaran terbatas (oleh graben)o
Pengendapan bersamaan dengan aktivitas tektoniko Ketebalan
bervariasi dan banyak lapisano Selalu berkaitan dengan busur
vulkaniko Hampir semua AutochtonSecara umum terjadi sedimentasi
Neogen hanya pada Beckdeep. Siklus regresi berawal pada Miosen
tengah, sedimentasi berubah dari laut dalam, laut dangkal, paludal,
delta, kontinental. Sedimentasi berakhir pada Plio-Pleistosen.
Dalam siklus regresi ini juga terjadi pengendapan batubara yang
penyebarannya relatif luas.Di cekungan Barito regresi sangat
intensif (Warukin dan Dahor Formation) yang terendapkan langsing di
atas Karbonat pada phase transgresi (Berai formation).Pengendapan
batubara pada cekungan Delta berbeda dengan pengendapan pada masa
regresi di Sumatera. Cekungan Delta di Kaltim (Kutai dan Tarakan)
Pengendapan langsung terjadi di atas Transgresi Eosin (karena
perkembangan Delta)Batubara Mahakam terendapkan pada:o Formasi
Paluan dan Formasi Pulubalang (miosein Awal)o Formasi Balikpapan
dan Kampung Baru (Miosin Pliosen)Batubara terbentuk dengan cara
yang kompleks dan memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai
ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan
geologi. Faktor yang berpengaruh pada pembentukan batubara, yaitu
:
a. Posisi GeotektonikMerupakan suatu tempat yang keberadaannya
dipengaruhi gaya-gaya tektonik lempeng. Posisi ini mempengaruhi
iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan batubara maupun
kecepatan penurunannya.
b. Morfologi (Topografi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat
penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara
tersebut terbentuk.
c. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara
dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang
sesuai. Tergantung pada posisi geografi dan dipengaruhi oleh posisi
geotektonik.
d. Penurunan
Dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan
pengendapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan batubara
tebal.
e. Umur Geologi
Posisi geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan
berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangannya secara tidak
langsung membahas sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa
organik. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang tejadi,
sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada
batubara yang mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada resiko
mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur perlipatan
atau patahan pada lapisan batubara.f. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari
flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan
iklim dan topografi tertentu, merupakan faktor penentu terbentuknya
berbagai type batubara.
g. DekomposisiDekomposisi flora merupakan bagian dari
transformasi biokimia dari organik merupakan titik awal untuk
seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan
mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah
tumbuhan mati, proses degradasi biokimia lebih berperan. Proses
pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri
anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen
menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti celulosa,
protoplasma dan pati.Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu
menjadi lignit dan batubara berbitumen. Dalam suasana kekurangan
oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O)
dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk karbon dioksida
(CO2), karbon monoksida (CO) dan methan (CH4). Akibat pelepasan
unsur atau senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan
bertambah. Kecepatan pembentukan gambut tergantung pada kecepatan
perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup
oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan,
tetapi terjadi proses disintegrasi atau penguraian oleh
mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di
udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang,
sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan
penguraian oleh mikrobiologi.