Minggu, 01 Januari 2012 PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR-NUTRITION CARE PROSES (NCP) PADA KASUS PENYAKIT DALAM DEWASA DENGAN DM, TB PARU, DAN HHD 1 Judul Kasus Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Tb Paru, Hipertensi Heart Desease (HHD), Di Ruang Dewasa Gayatri Rs Dr. Marzoeki Mahdi 2011 2 Gambaran Umum Pasien 1. Nama Pasien : Tn. TJ 2. Umur : 56 tahun 3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Suku Bangsa : Sunda 5. Status Perkawinan : menikah 6. Tanggal masuk RS : 20 November 2011 7. Diagnosa Medis : DM 2, HHD, TB Paru 8. Terapi diet yang diberikan : Diet DM 1700 9. Tanggal menjadi kasus : tanggal 25 November 2011 3. Proses Asuhan Gizi 3.1 Assesment Gizi 1. Riwayat Personal Pasien adalah seorang ayah dari 5 orang anak dan mempunyai 1 orang istri. Pernah bekerja di laboratorium hama tanaman dan terkadang terjun ke lapangan. Saat masih bekerja BB mencapai 80 kg. Setelah pensiun aktifitasnya lebih banyak di rumah dengan mengurus tanaman di rumahnya. Pasien merupakan pensiunan dari sebuah lembaga penelitian hama tanaman bagian laboretorium, Balitro, Bogor. Istri pasien juga bekerja di tempat yang sama dan masih aktif. 2. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah periksa kesehatan sebelumnya, baru pada tahun 2009 Pasien didiagnosa mengidap Diabetes Melitus, Hipertensi, jantung bermasalah, dan Tuberculosis Paru. Pasien pernah dirawat di RS Marzoeki Mahdi sebelumnya sebanyak 3 kali dengan keluhan yang sama, yaitu sesak nafas dan lemas akibat gula darah dan tekanan darah meningkat. Saat masuk RS MM yang ke 2 kali pasien dirujuk untuk melakukan pembedahan ginjal karena terdapat batu endapan sepanjang 6 cm. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengalami sesak nafas dan lemas hingga tidak mampu berdiri H- 1 MRS 4. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus di keluarganya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Minggu, 01 Januari 2012
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR-NUTRITION CARE PROSES (NCP) PADA KASUS PENYAKIT DALAM DEWASA DENGAN DM, TB PARU, DAN HHD
1 Judul Kasus
Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2, Tb Paru, Hipertensi Heart Desease (HHD), Di Ruang Dewasa Gayatri Rs Dr. Marzoeki Mahdi 2011
2 Gambaran Umum Pasien
1. Nama Pasien : Tn. TJ2. Umur : 56 tahun3. Jenis Kelamin : Laki-laki4. Suku Bangsa : Sunda5. Status Perkawinan : menikah6. Tanggal masuk RS : 20 November 20117. Diagnosa Medis : DM 2, HHD, TB Paru8. Terapi diet yang diberikan : Diet DM 17009. Tanggal menjadi kasus : tanggal 25 November 2011
3. Proses Asuhan Gizi3.1 Assesment Gizi
1. Riwayat PersonalPasien adalah seorang ayah dari 5 orang anak dan mempunyai 1 orang istri. Pernah bekerja di laboratorium hama tanaman dan terkadang terjun ke lapangan. Saat masih bekerja BB mencapai 80 kg. Setelah pensiun aktifitasnya lebih banyak di rumah dengan mengurus tanaman di rumahnya. Pasien merupakan pensiunan dari sebuah lembaga penelitian hama tanaman bagian laboretorium, Balitro, Bogor. Istri pasien juga bekerja di tempat yang sama dan masih aktif.
2. Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak pernah periksa kesehatan sebelumnya, baru pada tahun 2009 Pasien didiagnosa mengidap Diabetes Melitus, Hipertensi, jantung bermasalah, dan Tuberculosis Paru. Pasien pernah dirawat di RS Marzoeki Mahdi sebelumnya sebanyak 3 kali dengan keluhan yang sama, yaitu sesak nafas dan lemas akibat gula darah dan tekanan darah meningkat. Saat masuk RS MM yang ke 2 kali pasien dirujuk untuk melakukan pembedahan ginjal karena terdapat batu endapan sepanjang 6 cm.
3. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengalami sesak nafas dan lemas hingga tidak mampu berdiri H-1 MRS
4. Riwayat Penyakit KeluargaPasien tidak memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus di keluarganya
5. Riwayat Gizi a. Sebelum Sakit
Pasien memiliki kebiasaan makanan yang teratur dan tepat waktu dalam minum obat. Pasien juga memiliki kebiasaan banyak minum air, tidak merokok, dan tidak minum kopi. Sebelum di diagnosa mengidap penyakit, saat masih bekerja, Pasien menyukai makanan manis, masakan yang digoreng atau bersantan dan serta porsi nasi 3 kali porsi makan orang biasa, sekitar 3-4 penukar nasi. Pada tahun 2009, setelah didiagnosa dokter, pasien mulai mengurangi makanan-makanan manis, namun porsi nasi tiap kali makan masih sama seperti biasanya. selain itu, pasien juga masih suka jajan makanan lain yang berat seperti baso atau mie ayam berdekatan dengan makan nasi. Anamnesa asupan sebelum sakit dalam 1 hari yaitu, nasi 9p, lauk hewani 5p, sayur 3p, nabati 2p, buah 2p, minyak 7p, santan 2p, ditambah dengan jajanan berupa mie ayam dan bakso masing-masing 1 porsi. Asupan total per hari ialah Energi 3037 kkal, protein 112g (15%), lemak 66g (20%), dan KH 481 g (63%).
b. Pada Saat SakitProses asuhan gizi pada pasien TJ dilakukan setelah pasien dirawat 5 hari di RS. Awal masuk RS, nafsu makan pasien masih tergolong baik meski sedikit berkurang akibat sesak nafas. Nafsu makan pasien meurun sejak 2 hari lalu atau 3 hari setelah masuk RS. Penurunan nafsu makan ini berawal dari adanya sesak nafas saat akan makan sehingga pasien menjadi malas makan. Lama kelamaan pasien yang kurang asupan menjadi lemas dan nafsu makan menurun. Hasil anamnesa asupan hari ke 6 setelah masuk Rumah Sakit, tanggal 25 November 2011, dibandingkan dengan kebutuhan adalah Energi = 495 kkal (18.5%), Protein 18g (13.5%), Lemak = 22 g (29.7%), Karbohidrat= 54 g (14.7%).
8. Pengkajian Data Pemeriksaan Klinis Fisik:a. Hasil Pemeriksaan klinik adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :Tabel 2.
Hasil Pemeriksaan Klinik (29-11-2011)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interprestasi1.Tekanan darah2. Nadi3. Suhu4. Respirasi
140/100 mmHg84 x/menit
36.90C28 x/menit
120/80 mmHg80-100x/menit
36-37,2 0C19-36 x/menit
TinggiNormalNormalCepat
Penilaian : Hipertensi, respirasi cepat
b. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Compos Mentis, lemas, sesak nafas, kehilangan lemak subkutan, badan masih gemuk.Penilaian : lemas, sesak nafas, terjadi penurunan BB
3.2 Diagnosa Gizi1. Domain Asupan:
Inadequate oral intake berhubungan dengan penurunan nafsu makan ditandai dengan asupan energi 18.5% dari kebutuhan aktualnya.
2. Domain Klinis: a. Penurunan berat badan tidak diharapkan berhubungan dengan kurangnya asupan ditandai dengan
penurunan 1 kg BB setelah 2 hari menolak makanan RS.b. Peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus ditandai dengan gula
darah sewaktu mencapai 160 g/dl.
3. Domain Behaviour:Kekeliruan pola makan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan penyakitnya ditandai dengan makan 3p nasi tiap kali makan.
3.3 Intervensi Gizi1. Tujuan Dieta. Memberikan makanan yang adequate sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien untuk menjaga
BB klien agar tidak terjadi penurunan secara cepat dan menjaga kondisi pasien agar tidak lemas.b. Memberikan edukasi dan konseling gizi sesuai dengan diet yang diberikan.c. Menjaga kadar gula darah pasien.d. Mengembalikan kemauan pasien untuk makan makanan yang diberikan RS.
2. Preskripsi Dieta. Jenis Diet : Diet DM 1700 kkalb. Bentuk makanan : Lunak c. Frekuensi Pemberian : 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan selingan.d. Rute makanan : oral
3. Prinsip dan Syarata. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan BB normal. Kebutuhan basal psien 30
kkal/kgBB nyaman, yaitu 30kkal/kg x 56kg= 1680 kkal – FU= 1680 kkal – 5%= 1680-84= 1596 kkal, kemudian dikalikan FA dan FS menjadi 2490 kkal.
b. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi 498 kkal (20%), siang 747 kkal (30%), dan sore 623 kkal (25%), serta porsi kecil untuk selingan (masing-masing 10%, 249 kkal)
c. Protein diberikan tinggi terkait infeksi TB paru, yaitu 20% dari Energi Total, 124 gramd. Lemak diberikan sedang, yaitu 25% dari Energi Total, 69 gram, dalam bentuk <10% dari kebutuhan
berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak jenuh ganda, dan sisanya lemak jenuh tunggale. Karbohidrat 55% dari Energi Total, 342 gramf. Vitamin dan mineral sesuai RDA (Recomennended Dietary allowance)
4. Perhitungan KebutuhanPerhitungan kebutuhan Energi menggunakan REE (Recommended Energi Expenditure) dengan rumus Diet DM:
BMR = 30 kkal/kg x BB nyaman = 30 kkal/kg x 56 kg = 1680 kkalBMR = 1680- 5%= 1800-90= 1596 kkal
Energi total = BMR x FA x FS = 1596 x 1,2 x 1,3 =2490 kkal
Kebutuhan Protein 20% dari Energi Total = 124 gramKebutuhan Lemak25% dari Energi Total = 69 gramKebutuhan Karbohidrat55% dari Energi Total = 342 gram
5. Rancangan DietDiit yang dirancang untuk pasien TJ adalah diit DM 1700 kkal diberikan secara bertahap dimulai dari 1300 kkal melihat kemampuan makan pasien. Rincian perencanaan diit pasien tahap awal, ialah sbb: Energi 1300 kkal; protein 65 g (20% E.tot); Lemak 36 g (25% E.tot); dan KH 179 g (55% E.tot).Karena kondisi penyakit, selain mendapat nutrisi secara oral, dokter yang menangani pasien TJ memberikan nutrisi mineral secara parenteral berupa infus ringer laktat yang tidak mengandung
energi. Dalam diit juga dimasukkan susu DM untuk menambah asupannya. Rancangan diet nya adalah sbb:
Tabel 3.
Jumlah Kebutuhan Energi dan Karbohidrat Berdasarkan Route Pemberian
Rute Pemberian Energi (Kkal) Karbohidrat (gram)Oral 1300 179
Jumlah Kebutuhan 1300 179
Adapun rancangan diet yang akan diberikan kepada pasien, dapat dilihat pada table berikut ini :
Berikut ini adalah tabel Distrubusi makanan sehari:
Tabel 5
Distribusi Makanan Sehari
Waktu Makan Jenis Makanan Ukuran(Penukar)
Pagi
TimL.Hewani
SayurMinyak
½ 11½
Snack Pagi Bolu 1
Siang
TimL.HewaniL.Nabati
SayurMinyakBuah
¾ 11 1 11
Snack sore Pudding DM 1Susu DM Nutren Diabetik 1
Sore
TimL.HewaniL.Nabati
SayurMinyakBuah
½ 1 11½ 1
6. Rencana Monitoring dan EvaluasiIndikator yang dimonitor untuk melihat perkembangan pasien meliputi :
a. Monitoring asupan makananb. Monitoring perkembangan berat badan/Status Gizic. Monitoring kadar gula darahd. Monitoring perkembangan fisik dan klinis: Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh, dan keluhan
lain seperti sesak
7. Rencana Konsultasi Gizi
Tema : Diet DMMedia :Leaflet DM dan Daftar Bahan Makanan Penukar Sasaran : Pasien dan IstriTempat : Ruang Gayatri kelas IIWaktu : ± 20 menitMetode : Bed Side Teaching, Tanya Jawab dan motivasiIsi Materi :
Penjelasan tentang penyakit Penjelasan tentang tujuan pemberian diet Penjelasan tentang prinsip dan syarat pemberian makanan sesuai kondisi pasien Penjelasan tentang pengaturan dan pemilihan bahan makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan. Motivasi makan
8. ImplementasiBerikut ini adalah implementasi dalam proses asuhan gizi terstandar pada pasien TJ:
a. Mencatat menu makanan.b. Memporsi makanan dengan cara menimbang makanan berupa bubur, sumber hewani, nabati, sayur
dan buah serta snack pada saat makan pagi, snack pagi, makan siang, dan makan sore. Kemudian, mencatat hasil penimbangan masing-masing jenis bahan makanan sebelum disajikan kepada pasien.
c. Melakukan penimbangan sisa makanan yang tidak termakan pasien dan mencatat hasil penimbangan tersebut, jika ada sisa makanan sore yang tidak dikonsumsi pasien, sisa tersebut disimpan dalam plastik untuk kemudian ditimbang esok pagi atau ditanyakan secara kualitatif berdasarkan perkiraan jumlah.
d. Menghitung dan mencatat selisih penimbangan awal dan penimbangan sisa makanan pasien juga mencatat makanan lain yang dikonsumsi pasien diluar diet yang diberikan rumah sakit. Hasilnya merupakan asupan makanan pasien secara keseluruhan pada 1 hari pengamatan.
e. Mencatat makanan lain dari luar yang dikonsumsi oleh pasien dan memasukkannya dalam perhitungan asupan.
f. Mengganti makanan sesuai daya terima pasieng. Memberikan motivasi dan edukasi gizi berupa penatalaksanaan diet sesuai dengan kondisi pasien dan
penyakitnya pada saat pasien akan pulang dan menyarankan pasien untuk melakukan konsultasi gizi ulang di poliklinik gizi guna memantau perkembangan status gizi selama menjalani terapi gizi di rumah.
3.4 Monitoring Evaluasi1. Hari Ke-1 Tanggal 26/11/2011)
Tabel 6
Hasil Monitoring Asupan Makanan
Rute Makanan Energi Protein Lemak KHKkal % Gram % Gram % Gram %
Penilaian : Asupan total pasien setengah hari mencapai 60%
Evaluasi : kondisi makan pasien sudah sangat membaik, setiap makanan yang diberikan
RS dimakan habis.
Tabel 21
Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil InterprestasiKeadaan Umum Compos Mentis SembuhTekanan darah 100/90 mmHg Rendah
Nadi 84 x/mnt RendahRespirasi 20x/mnt Normal
Suhu 360C NormalPenilaian : Hipotensi, Sembuh
Tabel 22
Monitoring Berat Badan Pasien:
Berat Badan IMT Status Gizi27,5 kg 14.4 kg/m2 Underweight
Penilaian: Berat badan meningkat ½ g disbanding hari sebelumnya, namun status gizi masih kurang
Tabel 23
Obat-obat yang digunakan :
Jenis Obat Frekuensi PemberianTrolit adlib
Auralis 2x1Bactesyn 3x500mg
3.1.2.3.5 Pembahasan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau dalam bahasa umumnya disebut Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan atau infeksi pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit DHF ini memiliki gejala-gejala seperti demam tinggi yang mendadak 2-7 hari, terjadi
peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi), demam yang
dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian, munculnya bintik-bintik
merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah, dan pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari
ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni) seperti yang dialami
oleh pasien.
Trombosit termasuk bagian vital dalam tubuh. Trombosit merupakan bagian terpenting dalam proses
pembekuan darah. Pembuluh darah dan faktor pembekuan diperlukan untuk menjaga supaya darah
tetap dalam bentuk cair dan berada dalam pembuluh darah sehingga pengiriman oksigen dan nutrisi
ke jaringan dapat tercukupi.
Trombosit memiliki 3 fungsi penting, yaitu menutup luka dengan jalan membentuk
gumpalantrombosit pada tempat kerusakan pembuluh darah, membentuk faktor pembekuan, dan
mengeluarkan sitokinin untuk konsentrasi pembuluh darah dan untuk mempercepat pembentukan
gumpalan trombosit. Sehingga pada penyakit DHF gangguan pada trombosit dapat berakibat tidak
terjadinya pembekuan darah saat terjadi infeksi atau kerusakan pada pembuluh darah akibat virus
dengue tersebut, yang berakibat terjadi perdarahan-perdarahan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Ganguan pada trombosit dapat berupa gangguan dalam jumlah atau gangguan dalam fungsi.
Gangguan trombosit yang dialami pasien ialah gangguan dalam jumlah, yaitu trombositopeni atau
jumlah trombosit yang kurang dari 100.000/mm3. Oleh karena pasien mengalami trombositopeni
yaitu 36.000/mm3, pasien diberikan tambahan trombosit melalui transfusi trombosit. Transfusi
trombosit diberikan dalam bentuk konsentrat trombosit. Transfusi trombosit diberikan agar pasien
tidak mengalami penurunan jumlah trombosit secara drastis atau < 20.000/mm3, karena apabila
trombosit turun hingga kira-kira 20.000/mm3 biasanya menyebabkan perdarahan otak yang dapat
berakibat fatal (Prof. DR. Imam Supandiman, DSPD.H, 1997)
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Oleh karena itulah pasien juga diberikan tambahan cairan berupa
infuse Ringer Laktat (RL) yang membantu menjaga agar pasien tidak mengalami dehidrasi.
Oleh karena penyakit DHF merupakan sebuah infeksi, pasien diberikan diet Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP). Tinggi kalori diberikan untuk meningkatkan status gizi pasien yang memiliki status
gizi underweight dan tinggi protein diberikan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan
infeksi yang terjadi akibat virus dengue.
Selain itu, pada penderita DHF juga timbul beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan, sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala. Dengan
adanya gejala-gejala klinik tersebut, dat yang diberikan kepada pasien ialah diet lunak dan mengikuti
selera pasien untuk memenuhi asupan pasien. Pemberian diet pada pasien diberikan secara bertahap
menyesuaikan kemampuan daya terima pasien.
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada
penderita lainnya. Menurut keterangan pasien, pasien merasakan adanya gejala penyakit DHF ini
setelah pulang dari sekolah, jadi kemungkinan pasien mendapatkan penyakit DHF ini dari nyamuk
Aedes aegypti yang berasal dari sekolahnya. Penularan penyakit pada pasien juga didukung dengan
sistem imun pasien yang kurang. Pola makan yang tidak teratur dan asupan yang kurang
memungkinkan daya tahan tubuh pasien kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2011. Demam Berdarah Dengue. Diunduh dari http://medicastore.com, pada tanggal 30 Desember 2011, 22.00 WIB
Admin. 2010. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Diunduh dari http://www.infopenyakit.com, pada tanggal pada tanggal 30 Desember 2011, 23.00 WIB
Anonim. 2011. Dengue Hemoragic Fever (DHF). Diunduh dari digilib.unimus.ac.id, pada tanggal 31 Desember 2011, 15.00 WIBMoore, Mary Courtney. 1997. Pocket Guide to Nutrition and Diet Therapy II Edition. Jakarta: Hipokrates
Oleh : Triyani Kresnawan, DCN, MKes, Instalasi Gizi RSCM
Kanker adalah penyakit yang prevalensinya semakin tahun semakin meningkat. Salah satu pengobatan kanker adalah kemoterapi yang bertujuan membunuh sel-sel kanker dengan obat melalui oral atau langsung masuk ke dalam darah/parenteral, tapi sayangnya sel-sel yang normal pun ikut rusak dengan obat kemo tersebut. Tubuh yang dimasuki obat kemo bereaksi dengan berbagai gejala diantaranya kelainan dari mulut, oesophagus, lambung, gastrointestinal sebagai berikut mulut terasa sakit, kehilangan cita rasa, mual, muntah, diare, perut penuh, kebiasaan buang air besar berubah, dll. Sebagian besar pasien merasa tidak nyaman selama menjalani kemoterapi yang menyebabkan problem asupan makanan
menjadi berkurang.
Selain pelayanan pengobatan yang diberikan oleh dokter, tenaga kesehatan lain juga berperan dalam membantu pasien diantaranya pelayanan keperawatan oleh perawat yang biasa disebut dengan asuhan keperawatan dan asuhan gizi oleh dietisien (ahli gizi) yang meliputi pengaturan pola makan yang baik akan mengurangi keluhan pasien dan memperbaiki keadaan umum sehingga memperlancar pengobatan kemoterapi. Tujuan mengatur makanan dan minuman (Diet) pada pasien kanker adalah Membuat status gizi optimal dengan cara: Memberikan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan zat gizi dan daya terima pasien, mencegah penurunan berat badan serta mengurangi rasa mual, muntah dan diare.
Setiap pasien kanker harus mendapat terapi diet yang tepat, oleh karena itu perlu dilakukan asuhan gizi dengan langkah-langkah standar yaitu Assessment, Diagnosis, Intervensi, Monitoring Evaluasi (ADIME). Pada saat pasien awal datang dimulai dengan skrining gizi dilanjutkan dengan assessment gizi sebagai awal dari asuhan gizi dengan melakukan pengumpulan data sebagai berikut:
- Data antropometri (tinggi badan, berat badan, index masa tubuh, serta perubahan berat badan).- Data Laboratorium terkait gizi (albumin, trasferin, CRP, gula darah, hemoglobin, elektrolit, profil lipid, tes kliren
kreatinin, tes fungsi hati, dan lain-lain).- Data klinis/ fisik (Masa otot, lemak subkutan, gigi geligi, penampilan fisik).- Data riwayat makan (pola makan, asupan makan, pengetahuan tentang makanan, pantang, ketersediaan makanan,
penurunan nafsu makan).- Data riwayat personal (riwayat penyakit, konsumsi suplemen, riwayat keluarga).
Berdasarkan data assessment/ pengkajian gizi pada pasien kanker, ditegakkan Diagnosis Gizi yang terdiri dari Problem Etiologi Sign/ symtom. Diagnosis yang sering muncul pada pasien dengan kanker setelah menjalani kemoterapi adalah tidak adekuatnya asupan makanan berkaitan dengan tidak napsu makan, mual, muntah yang ditandai dengan asupan energi, protein kurang dari kebutuhan. Diagnosis gizi lain adalah malnutrisi berkaitan dengan asupan makan yang kurang ditandai dengan berat badan yang menurun, index masa tubuh dibawah standar normal dan terlihat keilangan masa lemak dan masa otot diseluruh tubuh. Kehilangan berat badan pada pasien kanker merupakan tanda prognosis yang kurang baik.
Langkah lanjut asuhan gizi setelah diagnosis gizi adalah Intervensi gizi yang terdiri dari perencanaan dan implementasi termasuk didalamnya konseling dan edukasi gizi. Pada pasien kanker dengan kemoterapi perencanaan dietnya adalah sebagai berikut :
- Energi sesuai dengan usia, TB, BB, berkisar 32-36 Kkal/kgBB.- Protein 1-1.5 g/kgBB.- Lemak 20% dari total kalori.- KH sisa dari protein & lemak kurang lebih 60%.- Vitamin & mineral diberikan cukup.- Bila imunitas pasien menurun, pasien diberikan penjelasan agar selalu menjaga kebersihan individu, makanan dan
alat makan selalu dalam keadaan higienis, tidak terkontaminasi dengan kuman/bakteria. Makanan diajurkan yang dimasak matang sempurna, tidak dianjurkan mengkonsumsi telur setengah matang, makanan mentah lainnya atau susu tanpa dipasturisasi, biasa disebut neutropenic diet.
- Porsi kecil tapi sering, biasanya 6 kali sehari 3-4 x makan dan 2-3 x makanan selingan/snack. Disajikan makanan kesukaan dan jangan makan menunggu sampai kondisi lapar.
- Makanan dan snack disarankan yang mengandung tinggi kalori dan protein seperti hasil produk dari susu, telur, daging, ikan, ayam.
- Bentuk makanan sesuai dengan kemampuan pasien mengkonsumsi, dapat berupa kombinasi oral (nasi, tim, bubur dengan lauk pauknya, sayur dan buah) disertai makanan enteral berupa susu sapi, susu kacang hijau, susu kedele.
- Asupan air harus cukup 8 s/d 10 gelas sehari selain untuk mencukupi kebutuhan, agar fungsi ginjal tetap baik dan sisa obat kemo dapat keluar bersama urine. Sebagian minuman dianjurkan yang tinggi kalori dan protein seperti milk shake, atau susu sebagai suplemen. Efek samping pengobatan kemoterapi dan solusinya diinformasikan pada pasien saat memberikan konseling gizi sebagai berikut, apabila terjadi:
o Anoreksia: Makanan yang dingin lebih baik dari panas, cair jernih, es krim, milkshake, gelatin, puding, semangka, anggur. Hindari minum sebelum makan. Minuman dalam bentuk segar.
o Berat badan yang turun: menganjurkan mengkonsumsi makanan favorit. Bila tidak dapat mengkonsumsi makanan oral dimodifikasi dengan kombinasi makanan enteral.
o Mual/ Muntah: Makanan kering, hindari bau yang merangsang, hindari makanan berlemak, anjurkan makan perlahan, tidak tiduran setelah makan.
o Diare: Memberikan cairan cukup, dengan modifikasi diet berdasarkan kemampuan menelan, karena kadang terjadi dysphagia. Hindari makanan terlalu panas/ dingin. Makanan lunak & saring lebih dapat diterima dari pada makanan biasa. Hindari makanan pedas dan asam.
o Malabsorpsi: Pada kasus ini digunakan makanan enteral rendah laktosa. Elemental diet/ oligomerik formula digunakan bila fungsi penyerapan zat gizi sangat jelek. Na, K tinggi. Cair jernih berasal dari sirup atau kaldu 1X 24 jam dapat membantu.
Monitoring dan evaluasi merupakan langkah akhir dari asuhan gizi, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data sebagai berikut:
- Asupan makanan/ zat gizi yang dapat dikonsumsi.- Status gizi berdasarkan Antopometri, biokimia, fisik.- Kualitas hidup.- Perilaku dan lingkungan (perubahan penget, perilaku mengenai makanan).
Sebagai penutup dapat disimpulkan mencegah kanker lebih baik dari pada mengibati yaitu dengan mengontrol faktor risiko yang dapat dikontrol diantaranya merubah gaya hidup dengan pola makan yang baik dan seimbang, menjaga IMT, olah raga, dan lain-lain.
Terapi diet kanker dengan kemoterapi disesuaikan dengan kondisi pasien, yang bertujuan optimalisasi status gizi. Cukup energi, protein, vitamin dan mineral, lemak tidak berlebihan. Porsi kecil tapi sering, bentuk makanan sesuai kemampuan.