-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
1/302
Bunga Ceplok UnguOleh : Herman Pratikto
1 HATI SEORANG PEREMPUANITULAH TAHUN-TAHUN JAUHsesudah Ratu
Banten tewastatkala berusaha merebut pangkalan di Selat Malaka.
Tahun1605 sudah jauh pula dilampaui. Dengan demikian
RajaAbdulmafakir yang termasyur tinggal menjadi dongenganrakyat
belaka. Juga dongeng tentang kegagahan Jayanegaraseorang penasehat
raja. Juga dongeng tentang kesaktian NyaiEmban Rangkung yang
terkenal dengan nama: Nyai Gede
Wanagiri.Pada pagi hari di tahun 1716, muncullah
seorangpenunggang kuda dari celah-celah Gunung Patuha. TinggiGunung
Patuha kurang lebih 2.434 m. Puncaknya menjulangke angkasa seperti
sedang mencari sorga. Pinggangnya penuhdengan jurang dan hutan
lebat. Batu-batu gede berserakan diantara pagar alam yang kabarnya
penuh dengan binatangberbisa. Jalanan yang kebanyakan berada di
atas tebingsungai amat sempit dan penuh lika-liku yang
membahayakan.Pada musim hujan, lumpur turun dari ketinggian.
Sebaliknyapada musim kemarau batu-batu dikerumuni lumut.
Licinnyaluar biasa. Seringkali terdengar warta kema-tian
serombonganpendaki gunung akibat tergelincir dan terbanting ke
dasar
jurang atau lalu dihanyutkan arus sungai yang turun
dariketinggian dengan amat derasnya. Meskipun demikian,pemuda yang
menunggang kuda itu seakan-akan tidakmenghiraukan semuanya itu.
Bahkan ia memacu kudanyamakin lama makin cepat. Wajahnya nampak
gugup. Kerapkaliia menoleh ke belakang. Terang sekali, ia sedang
dikuntitorang.Kuda tunggangannya memang kuda jempolan. Warnabulunya
putih bersih. Namanya Lang-lang Buwana. Dengangesit, jempolan
mendaki dua ketinggian yang menghadang didepannya. Melintasi
lapangan alang-alang, melompati jurangpendek, menyerobot
celah-celah dinding gunung dan dengan
lancar mengambah jalan-jalan berlumut.Pemuda itu berparas sangat
tampan. Ia mengenakanpakaian serba putih juga, sehingga nampak
serasi dengankudanya. Pada pinggangnya tergantung sebatang
pedangyang diteretes kumala hijau. Perawakan tubuhnya tegap
danpedangnya berwibawa, sehingga mengherankan apabila diamelarikan
kudanya seolah-olah terbirit-birit. Sepatutnya diabukan termasuk
golongan manusia yang takut mati.Tatkala memasuki tikungan, ia
mendengar suara nyanyiannyaring menumbuki dinding-dinding gunung.
Sederhanabunyinya, tetapi membuat hatinya tercekat:duh Gusti Nu
Maha Agung anu sipat rahman rahim hemanka sugri mahluk Na legakan
hate sin abdi anu nuju nandang
branta...Mestinya masih satu deret kalimat lagi, tetapi ia
sudahmenutup kedua telinganya. Kemudian dengan mengeraskanhati, ia
mengaburkan kudanya ke arah timur laut. Sekianlamanya ia
mengaburkan kudanya, sampai gaung nyanyian ituhilang dari
pendengaran. Ia melepas napas lega. Kemudianmemasuki lembah sunyi
yang tergelar di depannya.Di tepi sungai yang mengalirkan air
bersih bening, iamembiarkan kudanya minum sepuas-puasnya. Ia
sendiri dipinggir sungai di atas batu yang mencongakkan diri
dari
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
2/302
permukaan air. Teringat akan gaung nyanyian tadi, tak terasaia
bersenandung dengan lagu Asmarandana, seolah-olahmenjawab bunyi
syair yang membuat hatinya tercekat.
eling eling mangka eling rumingkang di bumi alam darmawawayangan
bae raga taya panguwasa lamun kasasar lampahnapsu nu matak kadulung
badan anu katampuhan(Ingat ingatlah! Hidup di bumi ini sebenarnya
bagaikanbayangan-bayangan belaka. Jasmani tiada kekuasaan.Manakala
sampai tersesat jalan kepada nafsu yangmenyesatkankelak tubuhmu
yang kan menanggung
akibatnya...)
Ia menoleh ke belakang, takut kena intip. Teringat
LanglangBuwana seekor kuda jempolan, hatinya tenteramkembali.
Fati-mah yang mengubernya semenjak ia turun dariperguruan, tidak
mungkin dapat menyusulnya dengan cepat.Tadi sudah kabur berjam jam
lamanya. Pastilah jaraknya kinisudah terpisah sangat jauh. Apalagi
perjalanan makin terasamenjadi sukar.Pemuda itu sesungguhnya Ratu
Bagus Boang. PuteraPangeran Purbaya yang bermusuhan dengan Sultan
sekarang,masalah perebutan tahta Kerajaan Banten. Karena
PangeranPurbaya dikabarkan hilang di daerah Priangan, ibunya
mencemaskan keselamatan putranya. Dengan diam-diam iamengirimkan
Bagus Boang kepada pendekar Mundinglaya,salah seorang pengawal
suaminya agar diasuh untukpersiapan perjuangan dikemudian hari.Bagi
Mundinglaya, itu merupakan suatu tugas mulia.Segera ia memanggil
rekan rekan seperjuangan lainnya agarikut menurunkan ilmu
keistimewaannya masing-masingkepada bagus Boang. Dan dua belas
tahun lewatlah sudah.Bagus Boang kini tumbuh menjadi seorang pemuda
cakapyang sempurna pula ilmu kepandaiannya.Beberapa hari yang lalu
ia dipanggil menghadap gurunya.Dua orang utusan ibunya datang
menyampaikan katapersetujuan. Kata persetujuan permufakatan bekas
pejuang
pihak Pangeran Purbaya untuk memberi tugas kepada BagusBoang
membinasakan musuh besarnya. Musuh itu bermukimdi Gunung Patuha
yang letaknya di sebelah timur LautRancabali. Dan baru saja ia
turun dari perguruan, datanglahFatimah.Fatimahputri angkat pendekar
lskandar. SeringkaliFatimah ikut ayah angkatnya ke perguruan Bagus
Boang,apabila sedang merundingkan sesuatu yang pelik dengangurunya.
Itulah mula-mula Fatimah berkenalan dengan BagusBoang.Fatimah
seorang gadis cantik, genit dan cerdas.Perawakannya langsing
montok. Kabarnya mempunyai darah
Persia atau Arab. Karena itu gerak geriknya panas bagaikanapi
membara. Dengan Bagus Boang ia menaruh hati. Setelahlama bergaul,
lambat laun mencintainya dengan sungguhsungguh.Sebaliknya Bagus
Boang belum pernah menaruhperhatian yang istimewa kepadanya.Hari
itu merupakan hari yang sangat penting bagi BagusBoang. Seumpama ia
menaruh perhatian juga kepadaFatimah, agaknya tak sempat lagi untuk
berpikir yang tidaktidak. Tugas yang hendak dilaksanakan bukan
merupakanpekerjaan mudah. Dari gurunya ia memperoleh
keterangan,
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
3/302
bahwa musuh yang dimaksudkan itu seorang pendekarpedang yang
ilmunya paling sempurna pada dewasa itu.Sudah barang tentu bagi
Fatimah tiada yang nampak penting.Baginya soal hari depan adalah
segala-galanya. Maklumlah,cinta kasih bagi seorang wanita ialah
seluruh hidupnya.Sulit sekali bagi Bagus Boang untuk menginsyafkan
gadisitu. Ia seorang pemuda yang berperasaan halus. Untukbersikap
tegas terhadap seorang gadis yang mencintainya, taksampai hati.
Akhirnya ia berjanji hendak membicarakannyaperlahan-lahan. Tetapi
begitu ia mulai dengan perjalanan,Fatimah ternyata terus
menguntitnya. Cepat ia mengaburkan
kudanya. Fatimahpun lantas mengaburkan kudanya pula.Jarak antara
Gunung Sangga Buwana dan Gunung Patuharatusan pai jauhnya. Apalagi
pada dewasa itu wilayahPasundan masih penuh dengan hutan-hutan
lebat. Namundalam perjalanan beberapa hari itu, masih saja Fatimah
takmau melepaskannya. Ia bagaikan seekor kelinci kena burusergap
seekor binatang buas.Suryakusumah dengan gesit meloncat sambil
menyambarkendali Lang-lang Buwana. Dengan sebelah tangan tenaga
lariLanglang Buwana dapat ditahannya, sehingga binatang
ituberjingkrak tegak."Bukan aku menolak cinta kasihmu, Fatimah,"
katanya
perlahan di dalam hati. "Engkau seorang gandis cantik
sertalembut. Setiap kali aku berlatih kau sabar menunggu.Suaramu
bening jernih sampai kerapkali kubawa bermimpi.Tetapi aku sendiri
belum tentu dapat mempertahankan jiwakumenjelang tahun depan. Musuh
yang bakal kuhadapi memilikiilmu pedang yang jauh tinggi diatasku,
Kalau aku membiarkandiriku menerima cintamu, aku takut engkau akan
terlukahatimu dalam masa muda. Akibatnya hebat. Hatimu mungkinpula
tertutup untuk selama-lamanya."Memikirkan demikian, matanya
berkaca-kaca. Dan takterasa kembali ia mengulangi bait-bait
Asmarandana yangmengharukan hatinya sendiri. Selamanya Ibu hidup
seorangdiri. Satu-satunya teman hidup hanya aku seorang. Apakah
hari ini aku bakal berpisah dari Ibu untuk sepanjang
zaman?pikirnya lagi.Matahari kala itu sudah condong ke barat.
Perlahan-lahanpetang hari telah mengabarkan kedatangannya.
Denganmenunggang kuda putihnya, ia mendongak mengawaskanpuncak
Gunung Patuha. Disanalah musuh yang harusdibunuhnya bermukim.
Teringat akan keperkasaan musuhnya,hatinya tegang dengan
sendirinya. Segera ia memasukitikungan dan melarikan kudanya lurus
ke arah timur.Sekeluarnya dari mulut lembah, Bagus Boang
mulaimendaki pegunungan yang berliku-liku. Hatinya ragu.
LanglangBuwa-na memang Seekor kuda jempolan. Tetapi ia
harusmemperhitungkan tiga hal. Jalan sangat sempit, musuh di
depan sangat tinggi ilmunya dan di belakangnya mengejarpula
Fatimah. Ketiganya merupakan bahaya besar baginya.Tergelincir
sedikit, ia akan jatuh terbanting di dasar jurangyang curam. Kurang
berwaspada, ia akan kena tikam musuh.Dan apabila Fatimah akhirnya
dapat pula menyusul, pasti akanmelibatnya terus menerus. Gadis itu
tidak akan mengancamnyawanya. Tetapi menyerang lawan tangguh
denganmembagi perhatian, samalah halnya dengan menyerahkannyawanya
dengan sangat mudah.
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
4/302
Tetapi Bagus Boang sudah ditakdirkan untuk menjadiseorang maha
perwira dikemu-dian hari. Keraguannya hanyaterjadi dalam mata.
Segera ia memperbaiki letak pakaiannya,kemudian menggebrak kudanya
dengan menguatkan hati."Lang-lang Buwana, majuuuu!"
perintahnya.Sekonyong-konyong pendengarannya yang tajammendengar
pula derap seekor kuda yang arahnyabertentangan dengan keblatnya.
Belum lagi ia menentukansikap, kuda itu sudah tiba didepannya.
Lang-lang Buwanayang lari melesat dengan cepat nyaris
bertubrukan.Penunggang kuda di depan dengan gesit meloncat
turun
sambil menyambar kendali Lang-lang Buwana. Dengansebelah tangan
tenaga lari Lang-lang Buwana dapatditahannya, sehingga binatang itu
berjingkrak tegak. Denganmeringik, Lang-lang Buwana
memukul-mukulkan kedua kakidepannya. Namun tetap saja ia tak dapat
melepaskan diri dariterkaman orang itu yang ternyata tangguh bukan
kepalang.Bagus Boang melompat pula ke tanah. Sekarang ia
dapatmengamat-amati orang yang menahan kendali kudanya. Diaseorang
pemuda yang beralis tebal, bermata besar,bergunduh hitam dan
berparas dingin penuh duka. Cuacawaktu itu sudah remang-remang,
sehingga kesan pemuda itusangat seram.Sedetik Bagus Boang
tercengang. Lantas saja ia mengenal
siapa dia. Dengan membungkuk hormat, ia berkata:
"SaudaraSur-yakusumah. Sungguh mati, ini adalah pertemuan
yangmenyenangkan."Suryakusumah masih mempunyai hubungan darah
denganBagus Boang. Ia murid paman gurunya atau tegasnya muridayah
Fatimah. Dengan Fatimah sudah barang tentumempunyai pergaulan yang
rapat. Wataknya dingin danseolah-olah tidak berperasaan. Senang
menyendiri sehinggaberkesan angkuh. Dan begitu mendengar ucapan
BagusBoang, ia hanya mendengus dingin. "Hmm!"Kemudian berkata
dengan nada tawar. "Memangmenyenangkan pertemuan kita ini.
Dimanakah Fatimah?"
"Dia ada di belakang," sahut Bagus Boang. "Kau lewatilembah di
depan itu dan engkau akan bertemu dengannya."Dengan telunjuknya
Bagus Boang menuding ke arahlembah yang tadi telah dilewati. Tetapi
Suryakusumah tidakmengacuhkan. Sepasang alisnya yang tebal
terbangun dankesan parasnya yang dingin bertambah dingin
menyeramkan."Hm! Jadi dia mengikutimu terus menerus?" katanya.Merah
muka Bagus Boang mendengar kalimat Suryakusumah.Cepat-cepat
berkata, "Ah, janganlah engkau bergurau!"Mendengar kalimat Bagus
Boang, Suryakusumah gusar.Bentaknya garang. "Siapakah hendah
bergurau denganmu?Justru aku hendak minta ketegasan darimu, kau
senangdengan dia atau tidak?"
"Eh, Saudara Suryakusumah. Engkau berbicara perkaraapa?" sahut
Bagus Boang dengan suara keras pula. "TerhadapFatimah, belum pernah
aku berpikir yang bukan-bukan.""O, begitu. Jika demikian, jadi
engkaulah yangmempermainkannya. Kau sudah memikatnya, lalu kini kau
siasiakan.Manusia macam apakah kau ini sebenarnya?"Paras Bagus
Boang berubah. Katanya nyaring, "SaudaraSuryakusumah! Kau anggap
macam manusia apakah aku ini?Terhadap Fatimah, aku hanya
menganggapnya sebagai
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
5/302
saudara, lain tidak! Apa dasarnya kau menuduh
akumemikatnya?"Suryakusumah tertawa dingin. "Jadi menurut
pendapatmu,Fatimah yang justru memikat padamu?"Bagus Boang terdiam.
Dahinya berkeringat. MemangFatimah yang mencoba melibat padanya.
Tetapi apabila hal itudikatakan, bukankah akan merusak nama seorang
gadis?Sebaliknya Suryakusumah tak mau mengerti, la malahan majudua
langkah. Lalu membentak bengis, "Bagus Boang, kaukembalilah!""Apa
maksudmu?" Bagus Boang menegas.
"Kau temui Fatimah. Lalu pintalah maafnya. Kau harusberjanji,
semenjak kini kau takkan menyia-nyiakan cintanya!Aku sendiri akan
menjadi saksinya. Kau dengar? Nah,berangkatlah sekarang! Jangan kau
mencoba membangkang!"Bengis kata-kata Suryaksusumah, tapi nadanya
seolah-olahmohon perhatian Bagus Boang. Ia bahkan nampak
bersedih.Bagus Boang mundur dua langkah sambil berkata,
"Tidaksalah, dialah satu-satunya dara di dunia ini yang
kucintaidengan segenap hatiku," sahut Suryakususmah dengan
cepat."Itulah sebabnya pula, engkau harus menerima
cintakasihnya."Mendengar pengakuan Suryakusumah, Bagus
Boangtersenyum lega. Katanya girang, "Saudara Suryakusumah,
benar-benar engkau seorang ksatria sejati. Itulah ucapanseorang
pria sebenarnya. Tetapi mengapa engkau tidakmengetahui hatiku?
Cobalah baca! Aku berdoa untukmu, agarkau dan dia akan menjadi
sepasang dewa dewi yangberbahagia dikemudian hari. Percayalah
pernyataanku ini!Janganlah kausangsikan ucapanku!"Bagus Boang sudah
menyatakan isi hatinya dengan setulustulusnya.Tetapi Suryakusumah
seorang pemuda yang tinggihati. Benar, ia mencintai Fatimah sampai
ke bulu-bulunya.Namun tak sudi ia menerima kasih sebagai hadiah.
Itu bukancinta sejati, melainkan karena kasihan kepadanya, la
lantasmerasa diri direndahkan. Memperoleh kesan demikian,
terbangunlah sepasang alisnya. Dan wajahnya yang bekukembali
menjadi suram muram. Lalu membentak tinggi,"Bagus Boang, kau merasa
diri Dewa Kamajaya yang berhakmemberi hadiah penghibur padaku.
Bagus! Pendek kata, kaumau balik tidak?"Bagus Boang membuang
pandangnya ke udara yang telahmulai gelap. Ia kenal lagak lagu
Suryakusumah. Manakalawajahnya yang beku sudah menjadi suram muram,
itulahsuatu tanda jalan buntu. Namun masih ia mencoba."Rupanya kau
tak mengerti hatiku. Baiklah hal ini kita tundadulu. Hari ini aku
mempunyai urusan sangat penting. Sukalahkau membagi jalan
padaku."Belum selesai ia berbicara, Suryakusumah sudah melolos
senjata tongkat bakanya yang termasyur. Bentuknya berduriseperti
gergaji. Dengan suara nyaring ia membentak, "Kauingin aku membagi
jalan untukmu? Jangan bermimpi! Akujustru hendak malang melintang
di tengah jalan ini. Kaumemang laki-laki busuk! Manusia yang tidak
berjantung!"Mendengar kata-kata Suryakusumah, hati Bagus
Boangmendongkol. Betapa sabar dia, namun kata-kata itu
sangatmenusuk. Pikirnya,"Mengapa ia berbicara perkara budisegala?"
Tapi tengah ia berpikir, tongkat baja Suryakusumahsudah berkelebat
mengancam dahinya.
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
6/302
"Masih kau tak menghunus pedangmu?" bentakSuryakusumah.Gesit
Bagus Boang mengelak sambil berkata membujuk."Sabar, sabarlah!
Dengarkan dahulu kata-kataku!""Kau hendak menjual omongan
apalagi?"Hati Bagus Boang mulai panas. Namun teringat akantugasnya,
ia harus menyabarkan diri. Katanya, "Kalaumemaksa aku untuk
mencoba-coba ilmu tongkat bajamu,sudah barang tentu tak dapat aku
menolak. Tetapibersabarlah barang sepuluh hari lagi. Manakala sudah
selesai
melaksanakan urus-anku, pasti aku datang mencarimu.
Tapiandaikata dalam sepuluh hari aku tidak muncul, bukannya
akusengaja hendak ingkar janji. Itulah suatu tanda bahwa akusudah
kena dibunuh lawan."Suryakusumah tercengang. Tetapi hanya sejenak.
Lagi lagiia membentak, "Kau hanya memikirkan kepentingan
dirimusendiri. Masakan aku mempunyai waktu pula untuk
menunggusampai sepuluh hari? Kau berkata urusanmu sangat
mahapenting. (Jrus-anku ini sangat maha penting pula. Kauhunuslah
pedangmu. Sekarang kita mencari keputusansiapakah di antara kita
yang lebih unggul. Dengan begitu,fatimah tidak akan lagi menanggung
duka."Setelah berkata demikian, tanpa menunggu jawaban Bagus
Boang, Suryakusumah sudah menyerang tanpa segan-seganlagi.
Tongkat bajanya berkelebat menghantam kepala.Dengan terpaksa, Bagus
Boang mencabut pedangnya.Sebentar saja terjadilah suatu benturan
nyaring. Sekali lagiSuryakusumah menghantamkan tongkat bajanya. Dan
pedangBagus Boang hampir saja terpental dari
genggamannya.1)Suryakusumah tertawa lebar. Pikirnya dalam hati,
Fatimahmemang pilih kasih. Begini saja dikabarkan memiliki
ilmupedang yang sangat tinggi. Hm! Setelah berpikir demikian,
iaberkata mengejek. "Fatimah selalu memuji-muji ilmupedangmu sampai
setinggi langit keseratus. Alihkan hanyasebegini saja."Bagus Boang
menghela wapas. Hatinya mendongkol.
Pikirnya, biarlah aku mengalah, agar hatimu senang.Setelah
berpikir demikian, Bagus Boang menikam. Iamerabu dengan serangan
balasan berantai. Maksudnyahendak mencari kesempatan untuk kabur
secepat-cepatnya.Di luar dugaan tongkat baja Suryakusumah dapat
digunakansebagai pedang. Perlawanannya tangguh dan rapat.
Setiapkali ia mampu mengadakan serangan balasan bertubi-tubipula.
Langkah kakinya menempati tiap bidang gerak, sehinggaBagus Boang
tiada mempunyai harapan untuk dapatmeloloskan diri dari rantai
serangannya yang dilakukandengan bertubi-tubi. Mau tak mau hatinya
mengeluh.1) Permusuhan ini diuraikan Suryaksumah kelak
dihadapan
para " raja muda Himpunan Sangkuriang.Dalam pada itu cahaya
petang hari sudah lenyap dariudara. Malam mulai tiba. Bulan sabit
mencongakkan diri disebelah barat. Tatkala itu terdengarlah suara
derap kuda darilembah. Hati Bagus Boang tercekat. Tak bersangsi
lagi, itulahFatimah yang sudah dapat menyusulnya. Pikirnya,
"Meskipunandaikata aku berfiasil lolos, namun dia sudah tiba pula
di sini.Sulitkah aku untuk bersikap bermasa bodoh lagi. Sebab
disinilahdaerah wilayah lawan."Itulah sebabnyakalau tadi dia
bersikap hanya melayani
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
7/302
kehendak lawankini berubah ganas. Tujuannya hendakmencari lubang
untuk cepat-cepat kabur.Suryakusumah lantas saja terkejut. Serangan
ini samasekali tak diduganya. Pikirnya, "Pantas saja Fatimah
mencintaibocah busuk ini. Benar-benar ilmu pedangnya hebat!"
Tetapimeskipun berpikir demikian, tak mau ia mengalah.
Iamengimbangi dengan jurus-jurus berat juga.Dalam pada itu suara
derap kuda makin dekat. BagusBoang membalikkan tangannya. Ia
melancarkan suatuserangan mati-matian. Dengan jurus ini, ia
berhasilmendorong tongkat baja Suryakusumah ke samping. Katanya
memperingatkan, "Masih saja kau tak mau mengerti?
Bukajalan!"Dalam cuaca remang-remang bulan sabit, nampaklahseekor
kuda menderap tiba. Penunggangnya seorang gadisjelita berpakaian
ungu. Melihat yang sedang bertarung, iaberseru nyaring: "Bagus
Boang! Siapakah lawanmubertempur? Hai! Suryakusumah! Ayo berhenti!"
%Suryakusumah segera menyahut, "Tunggulah sebentar!Bocah ini tak
sudi mene-muimu. Nanti kucekuknya untukmu."Bagus Boang gelisah, la
menyerang dengan sungguhsungguh.Namun Suryakusumah benar-benar tak
gampangdiundurkan. Ia terpaksa berpikir keras, kalau aku sampai
melukainya di depan mata Fatimah, jangan-jangan akumalahan akan
menggagalkan perjodohannya. Sebaliknya kalauaku mengalah, agaknya
aku akan terluka. Biarlah aku terlukadi depan Fatimah. Dengan
begitu, dia dapat mengangkathidungnya..."Tak sempat ia berpikir
berkepanjangan. Tiba-tiba tongkatbaja Suryakusumah menyerang dengan
deras. Bagus Boangmenangkis dengan deras juga. Akibatnya baik
tongkat bajamaupun pedang terpental di udara. Diluar dugaan,
tanganSuryakusumah masih dapat menerobos masuk menghantamdada.
Bagus Boang tak mengira sama sekali bahwaSuryakusumah masih dapat
meneruskan serangan dengantangan kosong, la lengah sehingga dadanya
terluka. Tahutahu
suatu pukulan dahsyat menghantam dengan deras.Dengan menjerit ia
rubuh terjungkal.Suryakususmah tercengang. Dengan serangan senjata
iagagal. Dengan serangan tangan kosong, ia justru berhasil.Fatimah
yang masih berada di atas kudanya kaget sampaimemekik. Lalu turun
ke tanah seraya berkata nyaring."Suryakusumah! Apa yang kaulakukan?
Kenapa kau memukuidengan suatu hantaman deras? Cepat, tolonglah
dia!"Suryakusumah mencoba menenangkan diri. Kemudianmenghampiri
tubuh Bagus Boang yang roboh terpentaldengan tak berkutik. Tapi
baru ia hendak membungkuk, BagusBoang melesat tinggi di udara dan
turun tepat di atas
kudanya. Lang-lang Buwana tahu akan kesukaran majikannya.Dengan
berjingkrak ia menjejak tanah dan kabur mendakitinggi
gunung.Kejadian itu benar-benar berada diluar dugaanSuryakusumah.
Terang sekali, Bagus Boang rebah kenahantamannya. Mengapa dapat
melompat dengan tiba-tiba.Benar-benar ia heran. Tatkala melihat
pedangnya sempatdipungut pula dalam satu gerakan, diam-diam ia
kagum.Cepat ia hendak mencegah. Tapi Lang-lang Buwana kudajempolan.
Ia tak dapat dirintangi. Secara wajar,
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
8/302
Suryakusumah mengawaskan Bagus Boang. Pemuda itumendekam di atas
punggung Lang-lang Buwana. Jadi terangsekali, bahwa ia terluka
benar-benar. Dan bukan berpurapura.Fatimah cepat bertindak. Sekali
melompat ia sudah beradadi atas kudanya. Kemudian mengayunkan
cambuknya sambilmembentak, "Minggir !" ,Suryakusumah kala itu masih
tercengang-cengangmengawaskan kaburnya Bagus Boang yang terluka
parahdengan menggenggam dadanya. Tiba-tiba ia mendengar suarakesiur
angin. Hatinya mendongkol melihat berkelebatnyacambuk. Malu,
menyesal, kecewa dan rasa cemburu bercampur-
baur dalam saat sedetik itu. Timbullah niatnya hendakmenerkam
Fatimahkemudian ditamparnyasetelah ituditangisinya. Tetapi itu
hanyalah suatu angan. Begitu iamenepi karena rasa kaget, kuda
Fatimah sudah lenyap pula dibelakang tikungan.Bukan main dongkolnya
hati Suryakusumah. Tak tahu lagiia, apakah harus menangis, memaki,
tertawa atau mengutuk.Tak dikehendaki sendiri, tiba-tiba saja ia
sudah berada di ataskudanya dan menyusul mereka dengan
cepat.Fatimah mengejar Bagus Boang dalam keadaan
tergopohgopoh.Dalam cuaca remang-remang ia kurang
cermatmemperhatikan jalan. Begitu kudanya memasuki tikungan
dengan cepat, tiba-tiba membentur batu yang
menghadangdidepannya.Tak ampun lagi, ia terpental tinggi. Justru
waktu itu,Suryakusumah sudah berada dibelakangnya. Dengan
kaget,Suryakusumah melesat hendak menangkap tubuh Fatimahyang
sedang menurun. Tetapi Fatimah ternyata tidakterbanting roboh.
Begitu merasa diri terpental di udara,dengan berjumpalitan ia turun
di tanah dengan manis sekali."Hm!" Dengus gadis itu menyesali
Suryakusumah yangsudah berdiri di depan hidungnya. "Kau memang baik
sekali."Ia dorong tangan Suryakusumah yang hendak memeluknyadalam
usaha menolong dirinya. Tangan itu tertolakkesamping, tetapi ia
terkejut. Ia merasakan suatu gumpalan
darah mengaliri telapakannya. Ternyata lengan
Suryakusumahberlepotan darah."Mengapa?"tanyanya"TadiTongkat bajanya
kena terlempar-kan di udara.Pedang Bagus Boang begitu juga. Tetapi
berbareng denganterpentalnya, masih bisa Bagus Boang menangkis
selin-tasan"Fatimah terperanjat berbareng tercengang. Inilah
suatugerakan pedang yang cepat luar biasa, la pandangSuryakusumah
yang kini sadar akan lukanya. Pemuda itududuk bersandar pada
dinding batu dengan wajah bermuramdurja. Melihat wajah itu, Fatimah
menarik napas."Kau sudah dewasa. Masakan menderita luka tak
seberapasudah kehilangan semangat?" tegur Fatimah.
Hati Suryakusumah memang penuh sesal. Ia menyesal,mengapa
terluka di depan hidung dara yang dicintainyadengan segenap
hatinya. Dengan begitu tak dapat diabersorak penuh
kemenangan.Dengan membungkuk, Fatimah mengambil saputangan
darisakunya, kemudian membalut luka Suryakusumah denganhatihati.
Melihat sikap Fatimah yang seolah-olah menaruh ibapadanya,
cepat-cepat ia hendak menolak. Tetapi tenaganyapunah. Itulah akibat
garitan sebatang pedang pusaka yang
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
9/302
besar tuahnya. Karena itu tak dapat ia menolak tanganFatimah
yang mulai memegang lengannya. Tetapi hatinya taktahan menghadapi
hinaan itu. la merasa diri sebagai seoranggagah yang sedang dibalut
kekasihnya. Saking malunya, iamelemparkan pandang dan dengan
membisu ia mencacidirinya kalang kabut."Untung tak mengenai
tulang," kata Fatimah denganmenghela napas."Mati pun aku ikhlas,"
sahut Suryakusumah tawar."Mengapa?" Fatimah heran. Sepasang alisnya
yang lentikbangun tegak. "Mengapa kau bertekad sampai
mempertaruhkan nyawa?"Sekali gerak, Suryakusumah menatap wajah
Fatimahdengan sungguh-sungguh. Katanya, "Fatimah! Semenjakmuda
remaja kita bergaul. Mengapa kau tak mengenal hatiku?Semuanya ini
kulakukan demi... demi... kebahagiaanmu. Taktahukah engkau?"Fatimah
menghela napas. Suryakusumah berkata lagi, "Akutahu, tenaga ilmu
sakti Bagus Boang sudah sempurna.Meskipun seranganku datang dengan
bertubu-tubi sehinggadapat melukainya, tapi takkan sanggup
mengambil nyawanya.Sebaliknya, walaupun untuk itu nyawaku harus
melayang,rasanya hatiku akan puas."
Fatimah tercengang. Ia seakan-akan lagi berusaha
menelankalimat-kalimat Suryakusumah. Sejenak kemudian
berkatamenyesali, "Kau ingin berbuat untuk
kebahagiaankumemangbagus. Tetapi mengapa engkau melukai dengan
suatuserangan sungguh-sungguh. Apabila salah taksir,
dapatmembinasakan nyawanya. Sekarang dia benar-benar terlukaparah.
Bagaimana dia sanggup meloloskan diri dari maut?Seumpama dia masih
sanggup menahan rasa sakitnya, tetapitenaganya akan terkuras. Dia
luput dari tangan mautmu,tetapi tidak bakal dapat terlolos dari
tangan maut yang lain.Kalau sampai terjadi demikian, samalah halnya
engkau yangmembunuhnya."Suryakusumah kaget.
"Kau berkata apa?" la menegas."Hari ini dia mendapat tugas untuk
membunuh seseorang.Orang itu sudah terma-syur ilmu pedangnya
semenjak duapuluh tahun yang lampau. Entah apa sebabnya,
tiba-tibaorang itu lenyap dari percaturan hidup. Sekarang
bayangkan!Bagus Boang memiliki ilmu pedang paling lama baru
sepuluhtahunan. Sebaliknya lawannya sudah mengantongi namatermasyur
selama dua puluh tahun yang lampau. Betapa tolol,orang akan dapat
mengira-ngira bagaimana dahsyat tenagasakti orang itu setelah
melampaui masa dua puluh tahun.Ayah sendiri belum tentu dapat
melawannya."Mendengar kata-kata Fatimah, paras Suryakusumahberubah.
Sekarang barulah ia menginsyafi akan arti kata janji
Bagus Boang selama sepuluh hari. Dia berkata, andaikatadalam
sepuluh hari tidak muncul, itulah berarti ia sudah kenadi bunuh
seseorang. Kalau demikian, kata-katanya bukanmerupakan omongan
kosong untuk menaikkan harga diri."Siapakah orang itu?" akhirnya ia
minta keterangan."Apakah engkau pernah mendengar Har-ya
Odaya?"Fatimah membalas bertanya."Apa?" Suryakusumah kaget."Bagus
Boang hendak mencari Harya Odaya?" dan wajah
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
10/302
Suryakusumah berubah hebat.Fatimah tercengang melihat perubahan
wajah temannya.Berkata menegas, "Apakah engkau kenal
padanya?""Omurku sebaya dengan Bagus Boang. Tahun ini belum
lagigenap dua puluh tiga tahun. Harya Odaya termasyur semenjakdua
puluh tahun yang lalu. "Bagaimanakah aku sudah kenalpadanya selagi
umurku waktu itu baru menginjak tiga tahun?"sahut Suryakusumah.
"Coba katakan padaku, mengapa BagusBoang harus membunuh Harya
Odaya!""Bagaimana menurut pendapatmu?" Lagi-lagi Fatimahmembalas
dengan suatu pertanyaan.
"Guru Bagus Boang bukan manusia goblok. Beliau pastitahu siapa
Harya Odaya. Seorang maha pendekar pedangyang kesaktiannya tiada
tandingnya semenjak dua puluhtahun yang lalu. .Aku berani bertaruh
meskipun guru BagusBoang memiliki corak ilmu pedang sendiri tapi
beliau sendiribelum tentu mampu menjatuhkan. Mengapa? Malahan
diamempercayakan hal itu di atas pundak muridnya. Nampaknyadi sini
ada sesuatu hal yang sudah diperhitungkan."Fatimah menghela napas,
menyahut: "Apakah engkaubelum pernah mendengar hal itu dari tutur
kata Ayah?""Belum. Guru tak pernah menyinggung hal
itu."Suryakusumah mengelengkan kepala."Panjang ceritanya. Memang di
sini terjadi suatu lika liku
pelik," kata Fatimah. "Masihkah engkau ingat riwayat puteraRatu
Kali-nyamat.""Tentu saja. Maksudmu Pangeran Jepara, bukan?"
sahutSuryakusumah lancar."Benar. Dialah dahulu yang akan
menggantikan tahtaKerajaan Banten. Tetapi dia ditolak para kadi.
Disinilah mulaiterjadi suatu perseteruan. Suatu perseteruan yang
akhirnyamenerbitkan suatu pertempuran. Suatu perseteruan
yangpanjang umurnya yang berekor terus sampai kini."Kebangunan
Kerajaan Banten di mulai pada tahun 1552,tatkala Sultan Hassanudin
naik tahta. Sultan ini membebaskandiri dari pemerintahan Demak.
la menanamkan pengaruhnya di Lampung lewat penyiaranagama Islam.
Sultan itu wafat pada tahun 1570. Kemudianputera-nyaPangeran
Yusufnaik tahta. Hebat raja muda ini.Ia menghancurkan Kerajaan
Pakuan dan menewaskan rajanyabernama Prabu Sedah. Prabu Sedah
merupakan lambangagama Hindu. Dengan tewasnya Prabu Sedah, rakyat
yangkebanyakan masih setia pada agamanya yang lamamengutuk
peristiwa itu. Dimana-mana rakyat memanjatkandoanya, agar yang Maha
Adil menurunkan keadilan. Entah doaitu di dengar atau tidak, tetapi
setelah Sultan Yusuf wafatpada tahun 1580, mulailah kerajaannya
terjadi kekeruhankekeruhan.Pemerintah Demak yang merasa tak senang
atas keputusanalmarhum Sultan Hassanudin memisahkan diri dari
pemerintah
Demak, mengirimkan wakilnya' dengan tugas mengawasiSultan itu.
Wakil pemerintahan Demak dipercayakan penuhkepada Pangeran Jepara,
putera Ratu Kalinyamat yangtermasyur pada zaman Aria Jipang
Panolan2)- Tatkala SultanYusuf wafat, segera ia hendak merebut
pemerintahanKasultan-an Banten dengan mengangkat diri sebagai
sultan.Tetapi maksud itu ditentang para kadi. Maka terbitlah
suatupertempuran yang berlarut.Kerajaan Banten kemudian mengangkat
Pangeran MaulanaMuhammad menjadi Sultan. Kala itu dia berumur
sembilan
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
11/302
tahun. Tampuk pimpinan pemerintahan dipegang PangeranMas yang
terkenal dengan nama Aria Pangiri. Ia dibantu olehseorang penasehat
kerajaan yang ulung bernama Jayanegara.Setelah dewasa penuh Sultan
Maulana Muhammadmenyebut dirinya Ratu Banten. Diluar dugaan,
ternyata diaseorang sultan yang pandai dan bijaksana, la
mencontohsepak terjang Pangeran Ranamanggala yang
memusuhipedagang-pedagang Belanda yang menamakan diri VOC.
Iameluaskan daerah pengaruhnya ke wilayah Priangan, Cirebondan
Tegal. Kemudian memimpin laskarnya menyerang
Palembang. Maksudnya hendak mendirikan pangkalan di SelatMalaka
agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang asingyang pada dewasa
itu mulai merambah daratan Pulau Jawaseperti Inggris, Belanda,
Perancis, Portugal Denmark,Tionghoa, Arab, India dan Persia.
Sayang, maksud baiknya taksampai. Ia tewas dalam peperangan
itu.Puteranya bernama Abdulmafakir yang baru berusia limabulan
dinaikkan ke tahta kerajaan oleh Wali KerajaanJayanegara yang
kemudian menjadi penasehat pertama(Perdana Menteri). Jayanegara
terpengaruh benar olehseorang wanita cendekiawan yang bernama Nyai
EmbanRangkung. Wanita ini kelak terkenal dengan nama NyaiGede
Wanagiri. Dia merupakan wanita pertama yang
secara tidak langsung ikut mengendalikan
pemerintahan3).Peristiwa ini terjadi pada tahun 1605. Dan dari
sinilah pulamulai terjadi huru hara yang memperlemah
KasultananBanten.Timbulnya Nyai Emban Rangkung, mengilhami para
kerabatraja untuk berani menentang Sultan. Aria Pangiri
bekaspenase-hat raja yang disingkirkan Jayanegara oleh nasehatNyai
Emban Rangkung, apakah mau tinggal diam?Dengan diam-diam ia mulai
membentuk persekutuanpenentang raja dengan dalih hendak
menyingkirkan NyaiEmban Rangkung beserta Jayanegara sekalian. Tentu
sajaterbitlah suatu pertarungan-pertarung-an dan
persainganTiraikasih
persaingan sengit. Persatuan rakyat mulai terpecah-belah.
Dankekeruhan ini terus berjalan selama kurang lebih empat puluhlima
tahun lamanya. Tetapi kekeruhan zaman itu melahirkanseorang calon
raja yang mengerti isi hati nurani rakyat. DialahPangeran Abdul
Fatah. Dengan tangkas ia memadamkanpemberontakan, membujuk dan
mempersatukan rakyat.Kemudian naik tahta dengan sebutan Sultan
Agung Tirtayasa,karena bersinggasana di istana Tirtayasa.
Keberanian rakyatmengangkat senjata dialihkan untuk menentang VOC
Belanda.Ia membantu Trunojoyo dan melindungi orang-orang
Makasaryang bermusuhan dengan Belanda. Lalu memperluas
daerahkekuasaannya sampai ke Priangan, Cirebon dan Tegal.
Sepakterjangnya mengingatkan rakyat kepada almarhum Sultan
Maulana Muhammad (Ratu Banten) yang giat berjuangmemajukan
negeri. Meskipun Sultan Agung Tirtayasamemerintah dengan keras,
namun ia disujudi. Baru dua puluhtahun ia memerintah negeri, rakyat
memujanya sebagaibintang pembawa kejayaan.Sultan Agung Tirtayasa
mempunyai dua orang putera yangmempunyai sikap dan pandangan hidup
yang bertentangan.Yang pertama, Pangeran Abdulkahar. Yang kedua,
PangeranPurbaya.Pangeran Abdulkahar menaruh perhatian kepada
masalah
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
12/302
ketatanegaraan. Seluruh hidupnya dipersiapkan untuk masadepan.
Ia sadar bahwa dirinya kelak yang akan menggantikanayahnya
memerintah negeri.Pada dewasa itu, Bandar Banten sudah ramai
dikunjungikapal-kapal seberang lautan. Penduduk kota tidak
hanyaterdiri dari rakyat Nusantara belaka. Tapi pun penuh
denganorang-orang asing yang sedang berniaga. Inggris,
Belanda,Portugal, Perancis, Denmark, Arab, India, Tionghoa
danPersia.Pangeran Abdulkahar seorang yang cermat dan
hati-hatidalam setiap tindakannya. Ia tak sepaham dengan
pendirian
ayahnya yang dalam setiap tindakannya bertujuan untukmerugikan
Kompeni Belanda. Menurut anggapannya, itulahtindakan mempersempit
pergaulan sendiri. Itulah sebabnya, iamalahan bersikap mengambil
hati terhadap Kompeni Belanda.Dengan sendirinya bersahabat dan
mengadakan persekutuandengan diam-diam untuk menentang tindakan
ayahnya. Sadarbahwa hal itu akan dapat menerbitkan suatu
pertikaian, makabelum-belum ia sudah mencari sandaran kepada kaum
ulamayang sangat berpengaruh di dalam negeri.Sultan Agung Tirtayasa
mengira, bahwa sikap puteramahkotanya itu terjadi karena
mencemaskan masalahmahkota kerajaan. Maka ia melantiknya sebagai
Mangkubumi
Kasultanan. Dengan kebijaksanaan itu, ketegangan yangterjadi
antara kaum ulama dan pemerintah dapat diatasi.Tetapi Pangeran
Abdulkahar cerdik, la tak mau kehilanganpengaruhnya terhadap
golongan ulama. Clntuk meyakinkangolongan ulama bahwa dia ada
dipihaknya, ia berangkat naikhaji pada tahun 1671.Sekarang,
tinggallah Pangeran Purbaya mendampingiayahnya. Pangeran ini
mempunyai pandangan dan sikap hidupyang sepaham dengan ayahnya.
Selagi kakaknya menekunisoal-soal ketatanegaraan, dia mempersiapkan
diri sebagaiseorang maha prajurit. Tujuan hidupnya hendak
mengusirorang-orang asing dari bumi Banten. Jakarta sebagai
pusatVOC hendak dibasmi. Karena itu dengan giat ia mendaki
gunung-gunung, menuruni jurang-jurang untuk mencari
gurugurupandai. Akhirnya ia terkenal sebagai seorang ahli
pedangkenamaan.Pengalamannya memasuki wilayah negara itu
banyakmempengaruhi pertumbuhan hidupnya, la lebih mengenal
hatinurani rakyatnya yang ternyata masih setia kepada adatistiadat
lama dan agama nenek moyang.Terhadap bangsa asing mereka bersikap
curiga. Terhadapagama Islam, mereka merasa tak sepaham. Pada
sendikekuatan hati nurani rakyat inilah, Pangeran Purbayabersandar.
Karena itu terhadap golongan ulama yang sukabersahabat dengan
kompeni be-landa, ia bersikap angkuh dan
curiga. Sebaliknya terhadap orang-orang Makasar laskarTrunojoyo
yang memperoleh perlindungan ayahnya, ia rapatbergaul. Dengan
demikian, ia termasyur dikalangan rakyat,sehingga kepergian
Pangeran Abdulkahar, ia sudah dianggapsebagai Puteramahkota yang
sah.Pada tahun 1681, Pangeran Abdulkahar datang dariMekkah dan
Turki. Melihat perubahan pandangan rakyatterhadapnya segera ia
mempersiapkan diri. Ia kini sudahmendapat kepercayaan penuh dari
kaum alim ulama. Denganpersetujuan kompeni belanda, lantas ia
mengangkat dirinya
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
13/302
sebagai sultan baru dengan nama: Sultan Haji.Sultan Agung
Tirtayasa dibantu laskar Lampung danMakasar. Sedangkan Sultan Haji
dibantu kaum ulama dan VOCBelanda. Pada mulanya, Sultan Agung
memperolehkemenangan. Tapi akhirnya kalah dan kena tawan. Ia
disekapdi Jakarta dan wafat pada tahun 1692. Pangeran Purbayahilang
dari percaturan rakyat. Kabarnya berada di wilayahPriangan. Dan
pada zaman perang itu, Bagus Boang, Fatimahdan Suryakusumah
hidup."Eh, Fatimah!" kata Suryakusumah. "Mengapa
engkaumengangkat-angkat cerita lama? Apa sih, hubungannya
dengan keper-gian Bagus Boang?"Fatimah tertawa pelan melalui
hidungnya. Katanyaperlahan pula, "Engkau ini kalau dikatakan
sebagai manusiasetengah matang pastilah sakit hati. Kalau
engkaumenghendaki keterangan yang gamblang mulailah dengansebab
musabab permulaan. Kalau latar belakangnya sudahkauketahui, sedikit
keterangan saja engkau akan jadi teranggamblang. Bukankah aku sudah
berkata, panjang ceritanya.Nah, kau butuh keterangan atau
tidak?"Suryakusumah menatap wajah Fatimah. Dalam cuacaremang bulan
sabit, wajah gadis itu bertambah elok. Wajahagung, berbentuk bujur
telur. Berhidung mancung, bermata
tajam. Beralis lentik dan berambut panjang berombak. Inilahwajah
seorang gadis keturunan Arab atau Persia. Danterhadap wajah
demikian itulah, Suryakusumah merasa takluksampai ke
bulu-bulunya."Baiklah, baiklah..."katanya mengalah.Fatimah merenung
sejenak mencari kesan. Lalu berkatamenggurui, "Sudah selang berapa
tahun, Sultan AgungTirtayasa wafat?"Suryakusumah tercengang
sejenak, namun hatinyamenghitung dengan jarinya. "Sekarang tahun
1716, bukan?Masuk dua puluh empat tahun!""Masih ingatkah engkau
tentang kedahsyatan perang di tepiSungai Cisedane?" tanya
Fatimah.
"Waktu itu, aku masih kanak-kanak. Bagaimana aku bisatahu?"
Suryakusumah menghela napas oleh pertanyaan yangbertubi-tubi
itu.Fatimah tertawa. Berkata membenarkan, "Benar. Meskipunkita
lahir jauh dibelakang-nya, tapi pernah mendengar ceritaorang-orang
tua. Tatkala itu hiduplah dua pendekar besar.Harya Odaya dan Harya
Sokadana. Yang satu seorang ahlipedang. Yang lain seorang ahli
tongkat baja. Kedua-duanyamerupakan tokoh andalan Pangeran
Purbaya.""Nanti dulu!" potong Suryakusumah. Teringatlah dia,
BagusBoang seorang ahli pedang dan dirinya sendiri mengandalkanpada
senjata tongkat baja. Maka ia menegas, "Kau ceritatentang kedua
tokoh sakti itu, apakah sengaja mengarang
cerita kiasan untuk menyindir aku dan Bagus Boang?""Siapa sudi
bercerita tentang dirimu?" Fatimahmemberengut. Dan lagi-lagi
Suryakusumah mengalah. Buruburu ia memperbaiki, "Baiklah. Mulutku
memang usil. Hartyasaja apakah hubungannya dengan percobaan Bagus
Boanghendak membunuh sang maha sakti Harya Odaya?""Hmm!" dengus
Fatimah. Rupanya masih ia menyesaliSuryakusumah yang tak pandai
memuaskan hatinya. Tapisetelah diam sejenak, kembali ia bertanya:
"Selain kedua
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
14/302
orang itu, Pangeran Purbaya mendapat bantuan siapa
lagi?""Orang-orang Lampung.""Benar. Siapa lagi?""Orang-orang
Makasar.""Benar. Siapa lagi?"Suryakusumah mendongkol karena merasa
diridiperlakukan sebagai murid sekolah dasar. Namun ia
berpikirkeras. "Orang-orang gagah perkasa zaman itu bagaimana
akudapat mengingat-ingat namanya. Itu saja merupakan hasiltutur
kata orang-orang tua." Ia berkata demikian, tetapimatanya bersinar
terang menyembunyikan sesuatu. Fatimah
tak melihat sinar matanya karena keremangan malam. Segeragadis
itu berkata menang, "Itulah Paman MundinglayaguruBagus Boang.""Ah,
ya! Mengapa aku tak berpikir sampai di situ!"Suryakusumah pura-pura
terkejut.Fatimah dilahirkan untuk menjadi ratu pertama
KerajaanBanten dikemudian hari. Tadi sewaktu
Suryakusumahmenyembunyikan sinar mata, ia tak mengetahui
karenaterlindung keremangan sesuatu. Namun ia pandai membawadiri.
Lalu berkata acuh tak acuh, "Dengan begitu, HaryaGdaya, Harya
Sokadana dan Paman Mundinglaya merupakantiga serangkai pendekar
besar. Mereka bersahabat sangateratnya. Tapi sekarang, apa sebab
Paman Mundinglaya
menyuruh Bagus Boang membinasakan Harya Gdaya? Danmengapa ibu
Bagus Boang menyetujui pula?"Seumpama nama Mundinglaya tidak dibawa
ke persoalan,akan gampang dijawab. Karena Harya Odaya musuh
raja,dengan sendirinya Bagus Boang berpihak pada Sul-tan.TapiHarya
Gdaya bersahabat erat dengan Mundinglaya. MasakanBagus Boang hendak
membunuh Harya Gdaya atas namarekan-rekan seperjuangan? Kalau
tidak, siapakah Bagus Boangsebenarnya?"Ya. Memang sungguh
mengherankan!" seruSuryakusumah. "Makin direnungkan, makin
ruwet"Fatimah tertawa. "Tak kukira, kaupun pandai bersandiwara.
Kau berkenalan dengan Bagus Boang tidak hanya dua tiga hariyang
lalu. Masakan tidak tahu. Bagus Boang putera
PangeranPurbaya.""Justru itulah yang membuat ruwet persoalan. Harya
Odayaadalah pahlawan Pangeran Purbaya!" Suryakusumahmenyahut
cepat."Apakah kau belum pernah mendengar kabar? Denganmengandalkan
pedangnya, ia merebut istri kedua PangeranPurbaya. Inilah yang
membuat rekan-rekan seperjuangannyamengutuknya."*"Ah! Masakan
begitu?" Suryakusumah kaget."Jangan berlagak dungu!" Fatimah
mem-berengut. "Tiaporang tahu belaka peristiwa pertarungan besar di
tepi Sungai
Cisedane. Pangeran Purbaya dengan dibantu tigapahlawannya itu
berkelahi dengan mati-matian. Sebab itulahperang yang akan
menentukan. Ternyata Pangeran Purbayatidak dikehendaki sejarah
untuk menang. Dia kalah danmelarikan diri ke Priangan. Kedua
istrinya terpisah. Yang satukena dibawa ke Banten oleh Mundinglaya.
Yang laindiungsikan Harya Odaya dan Harya Sokadana. Mula-mulamereka
berdua melindungi, kemudian bertengkar. Kira-kirasampai di sini
Fatimah tak meneruskan pembicaraan.Wajahnya merah dan ia membuang
pandang.
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
15/302
Suryakusumah bukanlah pemuda tolol. Ia malahan cerdikserta
memiliki otak cerdas. Dengan sendirinya tahulah dia,mengapa Fatimah
membuang pandang. Sebab di sini terjadisuatu peristiwa perkara
perempuan. Dua sahabat yangberjuang bahu membahu itu akhirnya
pecah. Teringat akandirinya sendiri yang sedang bertengkar perkara
Fatimah,hatinya menjadi risih dengan sendirinya. Ia pun
lantasmembungkam.Lama mereka berdiam diri dengan pikirannya
masingmasing.Mendadak Fatimah berkata dengan nada tinggi,
"Mari...
Marilah kita berbicara yang lebih terang! Apa perlu
berputarputarseperti gangsingan. Kau memang berotak cerdik,masakan
aku tak tahu?""Apa maksudmu, Fatimah?" Suryakusumah kaget."Pastilah
kau sudah mengetahui belaka siapakah namakedua isteri Pangeran
Purbaya.""Tentu! Yang pertama, Gdani Sari Ratih. Yang kedua,
BibiNaganingrum.""Kau menyebutnya dengan Bibi?" Fatimah heran"Ya,
karena Bibi Naganingrum adik guruku yang pertama:Ganis
Wardhana.""Hai!" seru Fatimah. Kali ini benar-benar ia
heranberbareng terkejut. "Jadi...j adi... Sebelum kau berguru
kepada Ayah, kau sudah menjadi murid pendekar besar
GanisWardhana? Mengapa kau tak pernah menerangkan? ApakahAyah sudah
tahu?"Suryakusumah mengangguk. Kemudian meruntuhkanpandang ke
tanah. Ia mengutuk dirinya sendiri, apa sebabtelah kelepas-an
kata.Fatimah seorang gadis cerdas. Melihat pandangSuryakusumah,
timbullah berbagai pertanyaan dalambenaknya, la menunggu.
Dilihatnya mata Suryakusumahberkilat tajam. Bibirnya hendak
mengucapkan suatu kata-kata,tetapi urung. Maka segera ia dapat
menebak, bahwa pemudaitu mempunyai suatu kesulitan. Sebagai seorang
gadis yang
berpandangan jauh, tak mau ia mendesaknya.Ganis Wardhana dan
Naganingrum menjadi ahli waris ilmusakti kakeknya. Syech Yusuf,
seorang ulama berasal dariMakassar. Pada zaman perang Banten
melawan Belanda, iaterkenal sebagai seorang pendekar besar tanpa
tanding.Belanda segan dan takut padanya. Setelah tertangkap,
ladibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati. Tapi
ataspermintaan Kaisar Aurang-zeb dari Moghul India, hukumanmati
diubah menjadi hukuman buang sampai ia wafat.Riwayat Syech Yusuf
sangat terkenal. Namanya tenar,sehingga tiap orang mengetahui
tentang kegagahannya.Fatimah sendiri mempunyai hubungan keluarga
denganNaganingrum. Menurut tutur kata orang, ibunya berasal
dari
keluarga istana. Entah bagaimana riwayatnya, ibunya kawindengan
seorang laki-laki berbangsa Arab entah Persia. Hal itusangat
dirahasiakan. Laki-laki itulah ayah Fatimah. Sewaktu iasedang
belajar bicara, ibunya sudah kawin lagi denganayahnya sekarang:
Iskandar namanya. Dan Iskandar adalahsaudara misan Naganingrum.
Karena itu ia kenal benardengan keluarga Naganingrum. Dengan
sendirinya juga,pendekar besar Ganis War-dhana yang menjadi
guruSuryakusumah.Nama Ganis Wardhana sejajar dengan Mundinglaya,
Harya
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
16/302
Odaya maupun Harya Sokadana. Kalau seorang sudahditerima menjadi
murid Ganis Wardhana, mengapa bergurulagi kepada ayahnya sekarang?
Fatimah seorang gadis cerdas.Suatu pikiran menusuk benaknya. Segera
ia dapat menerka.Itulah karena dirinya. Dan memperoleh dugaan
demikian, iamenghela napas.Sekian tahun aku bergaul, belum pernah
aku melihatnyabersilat dengan jurus ajaran Paman Ganis Wardhana,
pikirFatimah dalam hati. Lalu menegas, "Jadi engkau murid
PamanGanis Wardhana? Mengapa engkau tak pernah
memperlihatkan kepandaianmu, meski sejuruspun?"Suryakusumah tak
segera menjawab. Mukanya kianmenunduk. Ia nampak menimbang-nimbang
pula. Setelahbeberapa saat termangu-mangu, akhirnya ia
menjawabdengan suara rendah."Aku baru menerima kulitnya saja.
Masakan aku bermukatebal sampai pula berani melagak di depan umum
untukmemperlihatkan satu dua jurus ilmu ajaran guru yang
belumkumengerti intisarinya? Itu sama halnya dengan
menelanjangipamor perguruannya sendiri."Fatimah tak mau mendesak.
Meskipun pemuda itu memberiketerangan demikian, terasa benar ia
menyembunyikansesuatu. Lagi-lagi itulah karena mengingat dirinya.
Maka
cepat-cepat ia mengalihkan pembicaraan. Katanyamengembalikan
persoalan, "Baiklah. Katakan saja kau pandaimenjaga pamor
perguruanmu. Tetapi justru itu ingin akuminta pendapatmu, apa
-sebab kau membiarkan salahseorang sahabat menempuh
bahaya?""Sahabat yang mana?" Suryakusumah tercengang.Mendadak
terkesiap. Katanya tinggi, "Bagus Boangmaksudmu?""Benar. Kalau
Sultan Haji ingin melihat Harya Odaya matidibunuh orang, itu dapat
dimengerti. Sebab merekabermusuhan. Kalau Paman Mundinglaya ingin
mendengarkabar Harya Odaya tewas dalam suatu perkelahian, itu
pundapat dimengerti. Sebagai seorang teman seperjuangan ia
malu mendengar kabar Harya Odaya merebut isterijunjungannya.
Tapi mengapa kedua-duanya justru memilihBagus Boang untuk tugas
seberat itu?" kata Fatimah dengansuara menggelegar.Mendengar suara
Fatimah, hati Suryakusumah tercekat.Tak sampai hatinya melihat
Fatimah dalam kesedihan. Masihmencoba, "Dahulu hari, Pangeran
Purbaya dikalahkanSultan Haji di tepi Sungai Cisedane. Tetapi itu
bukanmerupakan kekalahan mutlak. Kalau mau, masih dia
dapatmengadakan serangan pembalasan. Tetapi dia tidak mau.Itulah
disebabkan, kedua isterinya terpisah. Dan inimerupakan alasan aneh
bin ajaib."
"Apakah yang aneh?" Fatimah memotong. "Karena SultanHaji
berjanji kepada Pangeran Purbaya hendak mengangkatkemenakannya itu
menjadi putera mahkota di-kemudian hari.Janji inilah yang membuat
Pangeran Purbaya harus merasapuas. Tapi apa sebab, bagus Boang
diungsikan ke Ar-gapura?Sebab Sultan menghendaki Bagus Boang mati
muda.Kabarnya Sultan Haji kini sudah mempunyai Putera
Mahkota.Masakan kau tak tahu?"Setelah berkata demikian, Fatimah
membungkam.Suryakusumah heran melihat lagak lagu pujaan hatinya
itu.
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
17/302
Biasanya Fatimah bersikap tenang menghadapi segalapersoalan.
Tapi kali ini nampak gugup dan gelisah. Suaranyabernada tinggi dan
menggeletar. Itu suatu tanda, hatinya ikutberbicara. Dan setelah
diamat-amati, ia melihat kelopak mataFatimah basah."Suryakusumah,
maaf..." Tiba-tiba suara Fatimahmerendah. Kemudian meneruskan
dengan suara lemah,"Sama sekali aku tidak menyesalimu. Aku
hanyamencemaskan keselamatan jiwa Bagus Boang."Suryakusumah jadi
perasa. Sebagai salah seorang kerabatistana, tahulah dia bahwa
Bagus Boang putera Pangeran
Purbaya dari isteri pertama. Hanya saja, bahwasanya BagusBoang
dicalonkan sebagai putera mahkota baru hari itu iamendengar kabar
dari mulut Fatimah.Sekarang agak jelaslah mengapa Fatimah mencintai
BagusBoang. Selain Bagus Boang memang pemuda cakap, ia jugaseorang
calon putera mahkota Kerajaan Banten pula."Bagus Boang hendak
membunuh Harya Udaya," katanyakemudian. "Tahukah engkau, dimana
Paman Harya Odayabermukim? Sekalipun isteri Paman Harya Odaya bibi
guruku,tetapi dengan sebenar-benarnya tak tahu aku dimanapendekar
besar itu bermukim.""Di atas Gunung Patuha," sahut Fatimah.
Dan baru saja Fatimah menyelesaikan kalimat
terakhirnya,Suryakusumah sudah melompat bangun. Serunya
nyaring,"Fatimah, adikku. Legakan hatimu. Jika aku tak dapat
mencaridan menyelamatkan Bagus Boang, selama hidupku tak akanaku
melihatmu kembali."Setelah berkata demikian, ia melesat mendaki
gunung.Cepat gerakannya tak ubah seekor kera memanjatpepohonan.
Gunung Patuha kala itu mulai diselimuti awanmalam. Itulah sebabnya,
sebentar saja tubuh Suryakusumahlenyap dari penglihatan. Dan
diam-diam gelap malam mulaitiba.Tatkala itu Fatimahpun hendak
menyusul, akan tetapisudah terlambat. Sekarang ia mencari kudanya.
Ternyata
binatang itu pecah kepalanya akibat membentur batu.
KudaSuryakusumah tidak nampak pula batang hidungnya.
Setelahditinggalkan majikannya bersandar pada dinding batu,binatang
itu lari sejadi-jadinya.Bulan sabit kini mulai beringsut ke tengah
udara. Namuncahayanya terhalang awaa gunung, sehingga sekitar
tempatitu menjadi gelap pekat. Dingin gunung mulai meresapi
tubuhpula. Clntung, Fatimah bukannya gadis biasa.
Kehangatantubuhnya mampu membendung dingin hawa yang
mencobameresapi tulang.Sepeninggal Suryakusumah, Fatimah merasa
sepi. BagusBoang sudah jauh meninggalkan dalam keadaan luka
parah.
Teringat luka itu, hatinya menjadi gelisah. Suryakusumahpergi
juga dengan janji hendak mencarinya. Pemuda itubiasanya cerdik.
Tapi kali ini entah berhasil atau tidak.Teringat bahwa Bagus Boang
mungkin tak maumendengarkan kata-kata Suryakusumah seumpama
dapatdiketemukan, ia merasa perlu untuk segera menyusulnya.Dengan
perlahan, ia mencoba mengikuti tapak-tapak kakiLang-lang
Buwana.
2 KITAB SAKTI SYECH YUSUF
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
18/302
DENGAN MENDEKAM di atas kuda Lang-lang Buwana,Bagus Boang
mendaki Gunung Patuha. la menderita lukaparah. Penglihatannya makin
lama makin gelap. Dantenaganya punah pula dengan tak diketahuinya
sendiri.Karena itu ia meneruskan perjalanannya denganmengandalkan
pada Lang-lang Buwana belaka. Untunglah,lang-lang Buwana
benar-benar kuda jempolan. Meskipunperjalanan makin lama makin
sulit serta berbahaya, namunkecepatan berlarinya tidak berkurang.
Ia seperti paham akanIika likunya. Dengan meringik, ia melintasi
jalan berlumutyang penuh pula dengan kerikil-kerikil tajam. Tetapi
binatang
tetap binatang. Walaupun jempolan, namun takkan
melebihikewaspadaan orang. Andaikata Bagus Boang dalam
keadaansadar, tidak mungkin ia mempercayakan keselamatan
jiwanyakepada binatangnya. Tahu-tahu ia telah terbawa pada
suatutempat yang gelap pekat. Agaknya lagi memasuki suatu
lorongtertutup seperti suatu gua panjang.Ia menengadahkan mukanya
melihat ke depan. Jauh disana, samar-samar ia melihat suatu cahaya
lembap. Tatkalaitu dadanya terasa nyeri luar biasa. Dengan
menggigil iamenekan dadanya kuat-kuat untuk menahan rasa sakit.
Tibatibapada saat itu ia mendengar kudanya meringik terkejut.Dan
tubuhnya terlempar turun. Ia merasa dirinya melayanglayang.
Maka dengan hati cemas, tahulah dia, bahwatubuhnya sedang
terlempar ke dalam jurang yang dalam.Dengan menguatkan tubuhnya ia.
menunggu. Kiranya Lang-Iang Buwana tergelinudayar memasuki mulut
jurang. Dalamkagetnya Lang-Iang Buwana masih bisa menolong diri.
lamelompat ke atas mencapai daratan jalan. Tetapi majikannyayang
mendekam di atas punggungnya terlempar ke bawah.Dalam keadaan
antara sadar dan tidak sadar, tiba-tibaBagus Boang merasa
tengkuknya kena peluk suatu lengan.Dan dadanya sedang
diurut-urut.Pada saat itu bermacam-macam bayangan melintas
cepatdalam benaknya. Nampaklah suatu bayangan, tatkala
gurunyamemberi selamat kepadanya dengan mengangsurkan pedang
pusakanya sendiri. Kemudian di kaki gunung ia bertemudengan
Fatimah dan terus diburunya. Lalu suatu nyanyianasmara
mengiang-ngiang lagi dalam telinganya. Naynyianasmara dengan suara
Fatimah yang jernih bening. Fatimahberdarah Arab atau Persia.
Perawakannya tinggi langsing danmontok. Pandangannya panas bagai
api membara.Apakah Fatimah yang mengurut dadanya itu? Ingin
iamembuka matanya, tetapi kelopaknya seakan akanterkanudayang
rapat. Sekonyong-konyong teringatlah kejadianyang baru dialami. Ia
menderita luka parah kena pukulanSuryakusumah yang menggunakan
jurus ajaib, la tak tahu,bahwa jurus itu adalah jurus ajaran
pendekar besar Ganis
War-dhana yang dirahasiakan. Kemudian ia membiarkandirinya
dibawa kabur Langlang Buwana.Dirumun ingatan itu, mau ia bergerak.
Tetapi dadanya yangtadi terasa sangat sakit, kini menjadi nyaman
sekali. Suatuhawa dingin meresap naik. Dan rasa panas yang
menyekapdirinya perlahan-lahan terkikis lenyap. Tahu-tahu ia
tertidurdengan nyenyaknya.Entah sudah berapa lama Bagus Boang
tertidur dalamkeadaan tak sadar, tetapi tatkala terbangun, ia
sepertitersadar dari suatu mimpi buruk. Sebentar tadi ia merasa
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
19/302
dirinya dibawa terbang Lang-Iang Buwana melintasi gununggunungdi
seluruh jagad. Kemudian bertempur denganratusan bayangan yang
menyerang dirinya bertubi-tubi.Tatkala ia tersadar benar-benar,
segera bergerak hendakmembalikkan tubuh."Hai! Dimana aku berada
ini?" la berseru kepada dirinyasendiri. Tangannya meraba-raba. Ia
tercengang. Ternyata iaberada di atas tempat tidur. "Suryakusumah!
Fatimah! Dimana kalian? Eh, tempat apakah ini?"Ia melayangkan
matanya. Hari sudah cerah. Kecerahanpagi hari. Didepannya
menyongsong suatu jendela panjang.
Terasa angin lewat berdesir. Kemudian suatu keharumanbunga
terbawa masuk menusuk lubang hidungnya. Dandadanya terasa menjadi
nyaman. Terus saja ia bangun danduduk berjuntai ditepi
dipannya.Mendadak ia seperti mengenal kamar itu. Ia jadikeheranan.
Katanya dalam hati, ah, benarkah aku beradadalam kamarku sendiri?
la mengucek-ucek matanya. Lalumenggigit jarinya. Benar-benar tidak
bermimpi, la mencobamenggunakan ingatannya. Teringatlah dia, tadi
ia mendakiGunung Patuha dengan menunggang Lang-Iang Buwana.Jarak
antara Gunung Patuha dan padepokan Argapura ratusanpai jauhnya.
Sekalipun andaikata Lang-Iang Buwana tiba-tibamempunyai sayap,
mustahil dapat membawa dirinya kembali
ke rumah dengan sekejap mata. Atau tadi ia bertemu dewa?Dan dewa
itu mendukungnya terbang kembali kerumahnya?Tidak! Di dunia ini
belum pernah ada seorang bertemu dengandewa. Teranglah, dia bukan
lagi bermimpi. Dan kalau bukanlagi bermimpi, apa sebab tiba-tiba
dia berada dalam kamarnyasendiri?Jendela yang berada didepannya
menghadap ke timur.Terbuat dari bambu dan terbuka separuh. Dengan
begitu,Bagus Boang dapat melepaskan mata keluar halaman. Tepatdi
depan jendela, berdiri sebatang pohon kamboja. Hiasanjendela begini
ini hanya terdapat pada rumahnya sendiri. Jugaperabot kamar. Sebuah
meja panjang yang biasanya
dipergunakan untuk menulis atau membaca surat.
Kemudiandidekatnya, sebuah lampu dinding. Dan di dinding
pojokkanan, tergantunglah hiasan bunga anggrek. Inilah macambunga
kegemaran ibunya. Setiap kali ibunya menjengukkamarnya untuk
melihat anggrek itu sambil menanyakankesehatannya. Maka tatkala ia
mendengar langkah ringan diluar kamar, segera ia turun dari tempat
tidur seraya berkata,"Ibu! Aku datang!"Suara yang datang
menghampiri pintu kamar tidakmenyahut. Hatinya tercekat karena
biasanya ibunya lalumemperhatikannya. Jangan lagi sampai diseru,
selagiberdeham saja ibunya pasti sudah memanggil namanya.Tirai yang
menutupi kamar tersingkap. Dan muncullah
seorang gadis yang menghadiahi senyum kepadanya. Parasmuka gadis
itu bulat telur. Alisnya lentik, matanya cemerlangjernih bening.
Hidungnya mungil dengan bibir merah mudatipis membatasi bentuk
mulutnya yang sedang. Paraswajahnya cerah lembut sehingga serasi
benar dengan kulitnyayang berwarna kuning langsat. Hanya saja
kesannya masihbelum dewasa. Ia tersenyum untuk menyatakan
kesanhatinya.Melihat munculnya wajah itu, Bagus Boang
tercengang.
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
20/302
Belum lagi ia dapat menentukan sikap, gadis itu telahmendahului
berkata: "Syukurlah. Engkau sudah dapat turundari tempat tidurmu.
Inginkah engkau pulang ke rumahsampai memanggil-manggil
ibumu?"Halus suara kata-kata gadis itu. Dan mendengar
katakatanya,Bagus Boang bertambah tercengang. Jadi, ini
bukanrumahku sendiri? Lantas rumah siapa? pikirnya.Gadis itu datang
menghampiri padanya dengan langkahperlahan-lahan. Sekarang ia tidak
tersenyum, tapi malahtertawa. Kemudian berkata dengan suara
lembutnya, "Mulamulaaku melihat seekor kuda putih
lari'berjingkrakan. Tatkala
aku menjenguk ke dalam jurang, engkau sudah
menggeletakdidasarnya. Tak kukira engkau membawa-bawa pedangmustika
pula. Gntung pedangmu tak mengenai dirimu.Rupanya terpental sewaktu
engkau terbanting di atas tanahlembek."Sederhana kata-kata gadis
itu. Tetapi justru karenasederhana, Bagus Boang menjadi terharu.
Tiba-tiba saja iamerasa hormat padanya. Tak terasa
terlontarlahpertanyaannya, "Sebenarnya siapakah engkau ini
dandimanakah aku berada?"Gadis itu tertawa manis, la tak menjawab
pertanyaanBagus Boang, bahkan ia membalas dengan pertanyaan
pula."Sebenarnya engkau ini siapa sampai ter-luka begini hebat.
Siapakah yang melukai dirimu? Coba, seumpama di rumah initiada
obat mujarab, bukankah nyawamu mengkhawatirkansekali?""Terima
kasih... terima kasih," Bagus Boang tersekat-sekat."Sekarang
perkenankanlah aku mohon keterangan, di rumahsiapakah aku kini
berada?""Ini rumahku. Mengapa? Buruk, bukan?" sahut gadis itu.Bagus
Boang terbelalak. Sekali lagi ia menjelajahkanmatanya seperti tadi.
Rumahnya? Dia berpikir. Mengapa caramengatur perabot dan hiasan
kamar bagaikan kamarnyasendiri?Sekarang ia melemparkan pandangnya
ke arah dinding.
Pada dinding" itu tergantung suatu lukisan. Lukisan
tentangpertempuran di tepi Kali Udayasedane. Dan melihat
lukisanitu, hati Bagus Boang tergetar.Di samping lukisan itu,
tergantung pula sebatang pedang.Mungkin itu sebatang pedang
mustika. Sebab kesannyamempunyai perbawa yang dapat meresap sampai
ke ulu hati.Dan melihat dua penglihatan itu, barulah Bagus
Boangpercaya bahwa kamar itu bukan kamarnya sendiri, ia
takmempunyai dua benda kuno itu.Memperoleh ingatan itu, kini ia
menje-Iahkan matanyadengan kesadaran penuh. Tiap-tiap perabot kamar
diamatamatidengan teliti. Ternyata kini nampak perbedaannya.
Catmeja panjang, warna lampu dinding dan bunga anggrek.
Bunga anggrek di rumahnya berwarna putih, sedang di dalamkamar
itu berwarna ungu. Bagaimana bisa mirip dengan seleraibunya yang
menanam pohon itu di depan jendela kamarnya.Gadis itu mengawaskan
paras wajah Bagus Boang yangnampak menjadi bingung. Dan karena
hatinya termangumanguia jadi nampak tolol pula."Mengapa?" ia
menyadarkannya dengan suatu pertanyaan."Kamarmu sangat indah.
Mengapa di depan jendela itutumbuh pula sebatang pohon kamboja?"
Bagus Boangmenjawab gopoh.
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
21/302
Gadis itu heran mendengar pertanyaannya. Mengapapertanyaannya
aneh. Sejenak ia tertawa manis serayamenyahut, "Itu selera ayahku
atas permintaan Ibu. Mengapa?"Dengan berpegangan dinding, Bagus
Boang berjalantertatih-tatih menghampiri jendela, la melongok
keluar jendelamerenungi pohon kamboja itu. Lalu berkata pelan,
"Bilamelihat sebotong pohon kamboja, selalu ibu berdendangbegini
untukku:utun inji jabang bayinu karek lahir ka bumi
ibu bapak bungah atikitu deui kulawargipamuga muga anakingpahang
tulang pait dagingdijaga beurang jeung peutingulah berewit jeung
rungsingdipukpruk didama damaku ibu sareng ku ramadianteur sakama
kamageusan udagan utamasing inget waktu dikandungdi guha garba
nyalindungsalapan bulan dikandung
nu matak dirajah kidungAlih bahasa bebas:adalah seorang bayiyang
sedang lahir ke bumiibu bapak senang hatibegitu juga keluargasemoga
anaknyabertulang kuat berdaging pahitdijaga siang dan malamjangan
berisik jangan sakitditimang timang didamba dambabaik ibu maupun
bapak
diantarkan sedapat dapatnyajadilah manusia utamaingatlah waktu
dikandungberlindung dalam kandungansembilan bulan dikandungmakanya
dibuat senandungHeran gadis itu mendengarBagus Boang pandai
bersenandung nyanyian Sunda,sampai matanya terbelalak. Itulah
geguritan(pantun) pantunSawer Orok dan Sawer Budak Sunatan yang
seringkalidisenandungkan orang-orang tua. Biasanya anak-anak
mudaseumur Bagus Boang tidak begitu senang pada nyanyian
daerah. Waktu itu pantaiJawa sudah diraba VOC, Inggris,
Portugis, Peranudayas,Denmark dan bangsa-bangsa seberang lainnya.
Pemudapemudatanggung banyak yang menirukan lagu-lagu merekaseperti
burung beo, sebagai modal pemikat asmara. Terangsekali Bagus Boang
seorang pemuda kota pantai, apa sebabdia gemar bersenandung
nyanyian daerah.Gadis itu mencoba. Katanya kagum, "Ah! Engkau
sepertiayahku senang bersenandung lagu daerah. Kulihat
modelpakaianmu berasal dari tepi pantai. Bukankah begitu?"
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
22/302
Bagus Boang tercengang. Diam-diam ia kagum akankeluasan
penglihatan gadis itu. Tanpa merasa ia mengangguk.Dan gadis itu
meneruskan, "Kabarnya, orang-orang pantaipandai menyanyikan lagu
Portugis4) benarkah itu?"Sekali lagi Bagus Boang mengangguk kagum.
Pikirnya,mustahil apabila dia tak pernah meraba Pantai Laut
Utara.Kalau tidak, masakan ia mengetahui kemajuan zaman.Gadis itu
memang hendak mencoba. Maka ia lantasmenyanyikan lagu Dandang-gula.
Bagus suaranya, sampaiBagus Boang mengira sedang bermimpi:gunung
gede di garut ngadinding
henteu asa paturaj nya badanudayakur jangkung jahe konengnaha
teu palaj tepungsim abdi mah ngabeunjing leutikari ras
udayamataangedong tengah lautulah kepalang nya belaparipaos gunting
pameulahan gambirkaudayapta salaminaAlih bahasa
bebas:Dandanggulagunung gede di garut menjulang
tak terasa pertemuannya badankencur tinggi jahe kuningkenapa tak
mau bertemuraga hamba keudayal mungilbila air mata bertetesangedung
tengah lautjangan kepalang tanggung membelaperibahasa gunting
pemotong gambirterudayapta selamanyaTakjub bukan kepalang Bagus
Boang mendengar lagusuara dan bunyi baitnya. Indah lukisan kata
tentangpertemuannya sekarang. Benarkah demikian? Selagi
diamemikirkan arti kata-kata bait lagu itu, si gadis berkata:
"Sebenarnya ini lagu kesayangan Ayah. Seringkali Ayahmenyanyikan
senandung itu sampai akhirnya aku hafal betul.Tapi entah benar atau
tidak.""Mengapa tak benar? Inilah lagu Dan-danggula!" seruBagus
Boang cepat. Dan mendengar ucapan Bagus Boang,gadis itu nampak
berlega hati. Ternyata pemuda itu benarbenarmengerti tentang lagu
daerah."Kau tadi melongok keluar jendela, lalu bersenandung.Agaknya
ada suatu kenangan yang senantiasa meresap dalamkalbumu. Pastilah
suatu kenangan yang indah," kata gadis itu."Benar. Itulah senandung
ibuku. Karena... karena...""Karena apa? Gadis itu mendesak."
"Kamar ini..." Bagus Boang ragu. "Cara mengatur kamar initidak
ada bedanya dengan ibuku. Tadi aku mengira beradadika-marku
sendiri."Mendengar keterangan Bagus Boang, hati gadis itu
tertarik.Matanya bercahaya. Katanya perlahan penuh
perasaan,"Alangkah bahagianya, engkau mempunyai seorang Ibu
yangbesar udayanta kasihnya kepadamu."Bagus Boang memang dekat
benar hatinya dengan ibunya.Kasih sayang ibunyapun besar kepadanya.
Itulah sebabnya,mendengar pernyataan gadis itu, hatinya sangat
bersyukur.
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
23/302
"Sayang, tidak demikian halnya dengan ibuku."Kata gadisitu.
"Sudah sepuluh tahun ini, Ibu menyekap diri dalambiliknya. Aku bisa
berbicara sepatah dua patah kepadanya,manakala dia sedang berjemur
di halaman, ltupun hanyaterjadi satu tahun sekali untuk dua tiga
hari lamanya.""O, jadi ibumu pun berada dalam rumah ini?" Bagus
Boangterperanjat. "Aku belum menghadap padanya..."Gadis itu
menggelengkan kepalanya. Kemudian berkatadengan suara berduka,
"Kesehatan Ibu tak mengizinkan siapapun juga untuk menemuinya.
Itulah sebabnya, aku hanyadapat bertemu padanya dua tiga hari
selama satu tahun"
"Ah! Masakan...." Bagus Boang tak yakin"Jangan lagi menemui
seorang tetamu..." potong gadis itumeyakinkan. "Melintasi ruang
depan ini, belum pernah."Melihat wajah gadis itu yang
bersungguh-sungguh, BagusBoang merasa bersalah. Untunglah, dalam
sekejap saja parasgadis itu kembali jernih. Tiba-tiba mengalihkan
pembicaraan."Kau membawa-bawa pedang mustika. Kudamu pun
kudajempolan. Tatkala aku membawamu kemari, binatang itumengikuti
dari belakang sambil meringik. Pastilah engkauseorang yang berilmu.
Dari siapakah engkau belajar ilmupedang?"Mendengar pertanyaan itu,
Bagus Boang keripuhan.
Menjawab asal, "Ibuku yang mengajari aku ilmu pedang.""Ibumu?"
Gadis itu terbelalak. "Apakah ayahmu tak pandaibermain pedang?"
Bagus Boang menundukkan mukanya. Sulitia hendak menjawab pertanyaan
gadis itu. Ia berusaha agarjangan mengecewakan gadis yang telah
menyelamatkanjiwanya. Tapi pun ia teringat, bahwa gadis itu
belumdikenalnya. Sedangkan pada waktu itu ia masih harus
memikultugas yang berbahaya. Maka ia membohong terpaksa."Ayahku...
ayahku telah meninggal dunia semenjak akumasih belum dapat
merangkak-rangkak...""Ah!" gadis itu berseru pilu. Lalu
membungkam.Bagus Boang jadi perasa. Selama ini belum pernah
iaberbohong. Apalagi terhadap seorang gadis yang kini bahkan
telah menolong jiwanya. Maka cepat-cepat ia memperbaiki."Aku
bernama Bagus Boang. Siapakah namamu? Apakahayahmu berada pula di
dalam rumah?"Gadis itu tertawa manis, katanya lembut: "Aku
tidakmengharapkan balasan budi. Apa sebab engkau bertanyatiada
habisnya?"Merah paras muka Bagus Boang. Ia terlalu polos sampaipula
menanyakan pantangan seorang gadis yang baru untukpertama kalinya
bertemu. Mama, umur dan hari lahir biasanyamerupakan rahasia pelik
bagi seorang gadis. Tetapi gadis ituterlalu menarik hatinya,
sehingga ia lupa pada undang-undangitu.
Matahari di luar jendela sudah sepeng-galah tingginya.Gadis itu
melemparkan pandang ke tengah alam. Ia sepertitersadar. Lalu
berkata, "Satu malam penuh engkau tertidurnyenyak. Pastilah perutmu
sudah memerlukan isi. Tunggulahsebentar."Sebenarnya kehadiran gadis
itu lebih berharga daripadasegala makanan di pagi hari yang hendak
disediakan. Mau iamenahannya, namun takut salah. Mulutnya sudah
bergerak,namun batal dengan sendirinya. Maka tatkala gadis
itumemutar badannya kemudian berjalan hendak keluar kamar,
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
24/302
ia hanya mengikuti pandang dengan membungkam mulut.Diluar
dugaan, sewaktu sampai diambang pintu, gadis itumendadak menoleh
sambil tertawa manis. Katanya mengalah,"Baiklah, kukatakan padamu.
Namaku Ratna Permanasari. Kauboleh memanggilku dengan Ratna atau
Permanasari atau Sari.Sesukamulah! Permanapun boleh. Hanya saja
kedengarannyaterlalu mentereng bagi orang pegunungan. Ayahlah
yangmemberi nama itu. Katanya hendak meniru-niru nama
seorangkelahiran kota besar."Mendengar nama "Sari", hati Bagus
Boang terkesiap.Ibunya bernama Sari pula. Gdani Sari Ratih!
Pikirnya menduga
duga, ayahnya yang memberinya nama Sari, biasanya namaitu
menunjukkan asal keturunan. Apakah... apakah... Ah, siapapun boleh
mengenakan nama Sari. Siapa yang melarang? Didunia manakah terdapat
undang-undang tentang namaseseorang? Selagi ia sibuk berpikir
demikian, RatnaPermanasari sudah menghilang dibalik tirai.Kembali
ia merenung-renung seorang diri di dalam kamaritu. Ia mencoba
menguasai pikirannya yang melonjak-lonjakkarena belum memperoleh
jawaban yang memuaskan hatinya.Baginya, semuanya masih berkesan
teka-teki. Karena tidakada yang dilakukan lagi, ia mencoba
merentang-rentangkankaki dan tangannya. Lega hatinya karena kedua
kaki dan
tangannya dapat bebas bergerak. Juga dadanya yang kemarinterasa
nyeri luar biasa, pulih kembali seperti sediakala.Pukulan
Suryakusumah bukan pukulan lumrah. Tetapi kenaobat mujarab Ratna
Permanasari lenyap tiada bekasnya, pikirBagus Boang. Pastilah dia
berasal dari keluarga yang kenalilmu silat.Ia menegakkan kepalanya,
merenungi lukisan yangtergantung pada tembok samping. Tatkala
pandang matanyatertumbuk pada sebatang pedang yang berkesan
agung,hatinya tertambat. Ingin ia melihatnya, tetapi rasa
tatasantunnya tidak mengizinkan. Beberapa saat ia bergulat
dalamdirinya. Ternyata ia tak mampu membendung kehendakhatinya.
Perlahan-lahan ia menghampiri dan menurunkan
pedang itu dari dinding. Hati-hati ia menghunusnya.
Danbenar-benar pedang istimewa. Suatu sinar hijau
samar-samarmemancar dari logamnya.Usia Bagus Boang kurang lebih dua
puluh tiga tahun. Tapiia seorang ahli alat-alat senjata. Begitu
melihat pedang itu,hatinya tercengang.Ini bukan sembarang pedang!
pikirnya bolak balik di dalamhati. Terhadap seorang asing pedang
begini dibiarkantergantung di sini. Untuk pedang ini, berani
seseorangmempertaruhkan nyawanya. Kalau Ratna Permanasari
tidakpercaya penuh kepadaku, siang-siang sudah
disimpannyabaik-baik.Dengan seksama ia mengamat-amati. Pada
gagangnya
tergurit suatu ukiran huruf kuno. Huruf daerah (Sunda) padazaman
dua ratusan tahun yang lampau. Ia mencobamengingat-ingat kembali
bunyi huruf kuno itu. Sewaktu diamasih berumur tujuh delapan tahun,
ibunya pernah mengajari.Menurut pesan ibunya, 'Itulah huruf pusaka
turun temurun.Betapa pun juga, tak boleh lenyap dari sejarah'.
Sekali lagi iamengamati-amati lebih teliti lagi. Lantas saja
berbunyilahhuruf itu : SANGGA BUWANASangga Buwana adalah nama
sebuah gunung, tinggi 1919
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
25/302
meter yang berada jauh di sebelah selatan Banten. Kakinyameraba
pantai selatan, mendekati teluk Pelabuhan Ratu.Sungai Udayamadur,
Udayadurian, Udayaberang danUdayabareno bermata air pula di situ.
Penduduk memujanyasebagai tangga menuju surga tempat
dewa-dewabersemayam. Itulah sebabnya, gunung itu di sebut
GunungSangga Buwana. Semenjak zaman ratusan tahun yang lalu,banyak
orang-orang sakti bermukim di situ. Karena itu tidakmengherankan
bahwa pedang Sangga Buwana berasal puladari tangan orang-orang
sakti zaman kuno yang bermukim dipinggang Gunung Sangga Buwana.
Ayah Bagus Boang adalah Pangeran Pur-baya yang padazaman mudanya
seringkah mendaki gunung menuruni jurang.Pengetahuannya banyak yang
diwariskan kepada isterinya.Maka ibu Bagus BoangOdani Sari
Ratihpandaimeriwayatkan pusaka-pusaka kuno yang ada
hubungannyadengan sejarah kerajaan di Jawa. Sesekali pernah
puladisinggung nama pedang Sangga Buwana. Hal itu disebabkan,selain
Pangeran Purbaya seorang ahli pedang, ia punmengharapkan anaknya
menjadi seorang ahli pedang jugadikemudian hari.Menurut tutur kata
Udani Sari Ratih, pedang SanggaBuwana entah sudah berapa kali
berpindah tangan. Yangterakhir jatuh pada Raja Pakuan: Prabu Sedah.
Sewaktu
Sultan Yusuf menyerbu Kerajaan Pakuan, pedang SanggaBuwana
memegang peranan sangat penting. Beberapa kaliSultan Yusuf mencoba
merampas Kerajaan Pakuan, namuntetap saja gagal. Para pahlawannya
tidak ada yang beranimendekati Sangga Buwana. Karena pedang itu
tajam luarbiasa. Senjata macam apa pun tak dapat melawannya.
Sekaliterbentur pasti ran-tas seperti terajang. Akhirnya
dengansuatu tipu muslihat, pedang Sangga Buwana dapat tercuri.Dan
pada tahun 1579, Prabu Sedah tewas tertikam pedangnyasendiri oleh
salah seorang pahlawan Sultan Yusuf yangkebetulan menjadi nenek
moyang Pangeran Pur-baya. Sampaidi sini, Udani Sari Ratih tak mau
meneruskan riwayat pedang
pusaka itu. Ia seperti lagi menyembunyikan suatu rahasiayang
bersangkut paut erat dengan keluarganya. Dia hanyapesan kepada
pu-tera tunggalnya itu. Alangkah baiknyamanakala Bagus Boang
dikemudian hari dapat memiliki pusakaSangga Buwana. Sama sekali tak
diduganya, bahwa pedangitu dapat diketemukan dalam kamar itu.
Apakah pedang inimilik keluarga Ratna Permanasari? Pikirnya sibuk.
Ia memerasotaknya untuk mencoba memecahkan teka teki besar
itu.Tetap saja ia belum memperoleh kepastian, sampaipendengarannya
menangkap suara langkah RatnaPermanasari. Cepat-cepat ia
mengembalikan pedang SanggaBuwana ketempatnya semula.Tepat pada
saat itu, muncullah Ratna Permanasari dari
balik tirai. Ia datang dengan membawa niru penuh dengannasi dan
masakan. Dengan tertawa ia berkata ramah."Nasi yang kubawa ini nasi
lembut. Kau baru saja sembuh.Aku mengkuatirkan perutmu belum tahan
menerima makanankasar."la mengawaskan Bagus Boang yang tidak
segeramenyahut. Melihat dahi anak muda itu mengerenyit, ia
berkatalagi penuh pertanyaan. "Kau sedang memikirkan apa?"Sekali
lagi ia mengamat-amati wajah Bagus Boang. Paraspemuda itu
seakan-akan sedang memikirkan sesuatu yang
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
26/302
mengherankan hatinya. Segera ia mengikuti pandangnya.Dilihatnya
sarung pedang bergerak-gerak. Dan tahulah iasebab musababnya.
Lantas saja ia tertawa lagi penuhpengertian. "Ah, kiranya engkau
tertambat denganpedangku?""Ya benar," sahut Bagus Boang perlahan
oleh rasa malu."Pedang itu luar biasa...""Luar biasa
bagaimana?""Agaknya sebilah pedang kuno."Sambil meletakkan niru,
Ratna Permanasari berkata:
"Benar. Menurut Ayah, pedang itu dibuat pada zamanPajajaran oleh
Empu Sempani. Pandang matamu sangattajam!""Apakah pedang ini
merupakan pedang keturunankeluargamu?"Ratna Permanasari tersenyum.
Matanya bercahaya. Ia lalumenjawab, "Mestinya harus begitu. Kalau
tidak, masakansampai tergantung di sini. Itulah pedang mustika
Ayah.Biasanya selalu dibawanya kemana dia pergi. Dan
tiadaseorangpun diperkenankan merabanya. Ibu tidak, aku puntidak.
Baru beberapa minggu yang lalu, tatkala aku berumursembilan belas
tahun, mendadak pedang itu diberikankepadaku sebagai hadiah."
Setelah berkata demikian, wajah Ratna Permanasaribersemu merah.
Ia menyesal, apa sebab sampaimemberitahukan umurnya kepada seorang
pemuda asing.Beba-rapa jam yang lalu, tak sudi ia memperkenalkan
namaatau asal usulnya meski Bagus Boang mendesaknya. Tapisekarang,
tanpa diminta ia sudah memberitahukan segalanya.Bukankah
keterlaluan?Bagus Boang tidak menghiraukan keadaan hati
RatnaPermanasari. "Jika begitu, pastilah engkau seorang ahli
silat.""Ahli?" mata Ratna Permanasari membelalak. "Kata Ayah,aku
belum mewarisi ilmu kepandaiannya meskipun hanyasepertiga bagian
saja. Mana bisa di sebut ahli!"Bagus Boang tercengang. Diluar
dugaannya sendiri, gadis
itu ternyata berhati terbuka. Hati Bagus Boang makin
tertarik."Engkau senantiasa bersikap segan-segan terhadapkukatanya.
"Alangkah senang hatiku jika engkau sudimemperlihatkan barang
sejurus dua jurus kepadaku. Biarlahmataku terbuka lebih lebar
lagi.""Ilmu kepandaianmu melebihi aku. Sepuluh kali
lipatbarangkali. Betapa aku berani mempertunjukkan ilmu warisanyang
hanya kumiliki tiga bagian saja?""Bagaimana kau bisa tahu, bahwa
aku memiliki ilmukepandaian?" Bagus Boang tercengang. "Kapan kau
pernahmenyaksikan?""Kau menderita luka parah, masih pula terbanting
di dasar
jurang. Namun kesehatan dan tenagamu pulih kembali hanyadalam
waktu satu hari satu malam saja. Kalau engkau tidakmemiliki ilmu
tenaga dat, bagaimana dapat pulih secepat itu,"sahut Ratna
Permanasari gampang. "Apa yang kutelankandalam mulutmu sesungguhnya
bukan obat mujarab. Itu buahDewa Ratna. Memang khasiatnya dalam
dunia ini tidak adabandingnya. Nama Dewa Ratna hanya terdapat dalam
ceritaRamayana. Konon kabarnyapada suatu kali Prabu SiliwangiRaja
Pajajaran menerima anugerah dewa dan kemudianditanamnya di dalam
salah satu tamannya yang luas. Buah itu
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
27/302
hanya muncul pada penglihatan manusia seratus tahun sekaliuntuk
selama satu hari saja. Hal itu terjadi karena pada suatuhari kena
raba tangan seorang wanita. Lucu ceritanya,bukan? Seseorangseumpama
tiada tenaga, manakalamenelan buah itu, akan menjadi kuat seperti
gajah. Seorangpikun, manakala ia menelan buah Dewa Ratna, akan
menjadimuda kembali. Paling tidak akan panjang usianya." Sampai
disini Ratna Permanasari tertawa geli. Kemudian melanjutkanlagi,
"Aku belum pernah menelannya. Tetapi Ayah berkata,bahwa buah Dewa
Ratna itu besar faedahnya untuk seseorangyang sedang menderita luka
dalam.
Meskipun khasiatnya besar, seumpama engkau tidakmemiliki ilmu
dat sakti dalam badanmu, mustahil dapatmengembalikan tenaga dan
kesehatanmu seperti sediakalahanya dalam waktu satu hari satu malam
saja. Entahlah, kalauengkau percaya do-ngengan itu."Mendengar tutur
kata Ratna Permanasari tentang buahDewa Ratna yang sudah
ditelannya, ia tercengang sampaiterpaku. Tentang kesaktian buah
itu, hampir tiap murid diperguruan pasti mengenal sebagai
pengetahuan dasar.Walaupun tidak sebesar do-ngengannya, namun
memperolehbuah sakti tersebut tidaklah mudah. Seseorang yang
hanyamengandalkan kepada kepanjangan umur seratus tahun
belaka, belum tentu berhasil. Maka apa dasarnya,
RatnaPermanasari menelankan buah berharga itu ke dalammulutnya,
sedangkan dia sendiri belum pernah berkenalan?Memikirkan demikian,
hati Bagus Boang menjadi terharu.Ratna Permanasari sendiri tidak
menyadari pikiran BagusBoang. Masih ia meneruskan perkataannya.
"Menurutpendapatku, ilmu kepandaianmu tak berselisih jauh
denganayahku. Mungkin sejajar pula. Sedang Ayah tiada di rumah.Dia
baru berpesiar turun gunung. Seumpama berada dirumah, engkau akan
dapat mengajaknya membicarakan soalsoalpelik."Bagus Boang menghela
napas."Meskipun aku belum berjodoh bertemu dengan ayahmu,
tetapi mendengar kete-ranganmu saja tahulah aku bahwaayahmu
seorang pendekar besar. Karena itu, makin berani akumemintamu agar
engkau sudi memperlihatkan sejurus duajurus kepadaku!"Ratna
Permanasari tertawa. "Selamanya aku berada disinibercokol di atas
gunung. Tiada sekelumitpengalamanku." Ia berkata dengan terus
terang. "Menuruthematku, di dunia ini hanya Ayah seorang yang
pandai ilmusilat. Itulah sebabnya aku memuji-muji-nya setinggi
langit.Benar-benar aku membuatmu tertawa saja." Ia berhentimencari
kesan. Mengalihkan pembicaraan. "Kau, makanlah!"Aku akan
memperlihatkan sejurus dua jurus kepadamu. Hanya
saja, kalau ada kekurangannya, maukah engkau
memberipetunjuk-petunjuk?"Mendengar keputusan Ratna Permanasari,
hati BagusBoang girang. Tentu saja ia menyahut, "Aku
akanmenghabiskan semua masakanmu.""Kau ini pandai mengambil hati
orang melebihi dugaanku,"ujar Ratna Permanasari. Segera ia
menyajikan hidangan yangdibawanya tadi. Kemudian ia menghampiri
pedangnya dandihunusnya dengan tangkas. Sebelum Bagus Boang
sempatmemasukkan nasi lembut ke dalam mulutnya, Ratna
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
28/302
Permanasari sudah memperlihatkan ilmu pedang
warisanayahnya.Hebat gerakannya. Tiba-tiba saja sinar pedang
SanggaBuwana yang kehijau-hijauan memancarkan cahaya
kemilaumenyilaukan mata. Bagus Boang kagum melihat gerakanRatna
Permanasari yang lembut, lincah dan gesit. PedangSangga Buwana yang
tergenggam di dalam tangannyabergerak tiada putusnya mengikuti
kemauan majikannya. Iamenikam, menusuk, menggurat, memotong,
memapas danmembabat dengan sangat serasi. Nampaknya suatu
gerakanindah tak ubah suatu tarian, tetapi mengandung ancaman
dahsyat. Baru Bagus Boang memperhatikan gerak tipunya,sekonyong
konyong tubuh Ratna Permanasari berkelebat.Gerakannya kini pesat
dan cepat luar biasa, hingga cahayapedang Sangga Buwana kelihatan
bagaikan segumpal asapbergulungan. Kamar itu terlalu sempit
untukmempertontonkan gerakan ilmu pedang. Walaupun demikiangerakan
pedang Ratna Permanasari seperti tidak merasaterhalang. Jurusnya
terjadi dengan sangat wajar. Lincahberlenggak lenggok bagaikan
ratusan lalat terbangberserabutan, tapi indah dipandang mata. Semua
penjuru,keblat dan bidang gerak kena ditutupnya. Sehingga
andaikatabertempur benar-benar, sulit lawannya untuk
mengembangkan jurus perlawanannya.Diam-diam Bagus Boang menghela
napas oleh rasa kagumbukan main. Orang berkata, bahwa ilmu
pedangnya sudahmahir. Tetapi apabila dibandingkan dengan kemahiran
RatnaPermanasari belum tentu dapat menandingi.Kerapkali perguruan
Bagus Boang dikunjungi pendekarpendekarkenamaan di seluruh Jawa
Barat. Manakala merekadatang, gurunya selalu minta kepadanya agar
memperlihatkanilmu pedangnya. Dengan demikian, Bagus Boang
mempunyaikesempatan untuk mengenal macam ilmu pedang yangterdapat
di Jawa barat. Sekarang ia melihat ilmu pedangRatna Permanasari,
sekian lama berpikir tak dapat iamengenalnya. Kelincahan dan
kegesitannya mirip dengan ilmu
pedangnya sendiri. Tetapi keperkasaan serta kerapatannyamirip
ilmu tongkat baja Suryakusumah. Dan kelembutan sertakeganasannya
mirip ilmu pedang Fatimah.Sekonyong konyong sambil bergerak lincah,
RatnaPermanasari berkata dengan suara wajar: "Ayah berkata, bilaaku
memainkan jurus ini, dalam hatiku harus aku menyanyibegini:hingkang
serat miwah pangabaktimedal saking ikhlasing werdayaabdi dalem
sunda kilenkang dahat budia panggungkang tetengga pasiten gustikita
ing pamoyanan
tepising udayaanjurarya wira tanu datarmuga kunjuk ing dalem
kanjeng dipatisinuhun ing mataram...Alih bahasa bebas:dengan surat
berbareng salam baktiyang membersit dari keikhlasanhati hambamu
dari sunda baratyang berbudi sombong
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
29/302
yang menunggu wilayah padukadi kota pamoyanandi perbatasan
udayaanjurarya wira tanu datarsemoga diterimalah di hadapan
dulituanku raja di mataram..."Menurut Ayah, itulah tata santun yang
memuji nenekmoyang, karena tidak mengingkari asal ilmu pedang ini.
Padazaman dahulu adalah ilmu pedang udayaptaan Arya Wira TanuDatar
yang hendak dipertontonkan dihadapan Raja Mataram.Ah, rupanya
Pasundan mempunyai hubungan budaya sangat
erat dengan Mataram. Tahukah engkau?"Bagus Boang terbenam
mendengar bait nyanyian itu.Sudah barang tentu ia tahu hubungan
budaya antaraPasundan dan Mataram. Bahkan Kerajaan Banten
berasaldarah dengan Mataram. Hanya saja siapa yang bernama AryaWira
Tanu Datar, masih asing baginya. Mendengar namanya,pastilah ia
seorang pendekar sakti yang lama memendamkandiri. Pastilah pula
riwayat hidupnya sangat menarik.Dalam pada itu,Ratna
Permanasarisudah berhentibersilat pedang. Ia
tertawa manis, lalumenanyakanbagaimanapendapatnyatentang
nyanyianitu. Memperolehpertanyaan itu,merah muka BagusBoang.
Dengansesungguhnya iabelum mengenalsiapa Arya WiraTanu Datar
itu.
Ingin ia mintaketerangan, tapihatinya segan. Iatakut
dikatakanterlalu melit. Makatatkala mulutnyahendak bergerak,
iamembatalkan sendiri. Kemudian berkata mengakui, "Akuterlalu malas
mendengarkan riwayat kuno...."Gadis itu nampaknya tidak begitu
menanggapi. Denganmemasukkan pedang Sangga Buwana ke dalam
sarungnya."Aku sudah membawakan hidangan sekedarnya untukmu.Akupun
sudah mempertontonkan ilmu pedangku yang belum
sempurna. Kenapa masih saja engkau belum
mencobamasakanku?"Ditegur demikian, Bagus Boang tertawa, ujarnya:
"Akukagum kepada ilmu pedangmu sampai lupa menyuap nasi.Maafkan."
Setelah berkata demikian, ia lalu menyuap.Sedehana hidangannya,
tapi sedap rasanya. Tatkala melihatmasakan kulit ayam, hatinya
tercekat. Pikirnya: Hai! HanyaIbu yang mengerti kegemaranku.
Mengapa dia pun masakbegini?
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
30/302
Karena memikir demikian, sesaat ia lupa menyuap. RatnaPermnasari
lantas jadi perasa. Katanya berhati-hati, "Apakahtidak cocok dengan
seleramu? Ini masakan gunung.""Bukan! Bukan begitu! Aku justru
heran," katanya cepat."Malahan enak sekali. Masakan ini seperti
masakan ibuku."Paras Ratna Permanasari bersemu merah, la merasa
kenateguran halus. Maka cepat-cepat ia berkata dengan suaraberduka.
"Selamanya belum pernah sekali juga aku turungunung. Semua
pengetahuanku hanya ku-peroleh dari Ayah.Aku belajar memasak
sendiri, kadangkala Ayah mengawasi.""Ratna! Masakan ini enak
sekali. Masakan kulit ayam ini
adalah masakan kegemaranku," kata Bagus Boang khawatir.Melihat
wajah Bagus Boang sungguh-sungguh danmemanggil namanya untuk yang
pertama kalinya, ia girangdan bersyukur, la menghampiri jendela dan
menyibakkantirainya. Harum bunga lantas saja merayap masuk
melaluihidung."Kemarin kau jatuh terbanting di dasar jurang. Dan
barusaja engkau sembuh. Meskipun mujarab khasiat buah DewaRatna,
tetapi engkau harus beristirahat dahulu. Biarlahkuambil secawan
arak istimewa," katanya ramah."Tetapi aku tidak biasa minum arak!"
seru Bagus Boang."Hm... penduduk gunung rata-rata menggunakan
araksebagai penghangat badan. Tunggulah! Arakku bukan arak
biasa. Kau terka saja, macam arak apa nanti" bantah
RatnaPermanasari sambil tertawa. Ia lalu menghilang di balik
tirai.Dan benar saja, sebentar lagi ia muncul kembali denganmembawa
segelas arak berwarna hijau muda."Arak apa ini?" Bagus Boang
tercengang"Minumlah!" perintah Ratna Permanasari.Percaya kepada
kesungguhan gadis itu, bagus Boangmeneguk arak itu sampai habis.
Tetapi begitu arak itu masukke dalam tulang sumsumnya, tiba-tiba ia
merasakan sesuatuyang aneh."Kau... kau., eh, arak apakah ini?
Mengapa...." seru BagusBoang terkejut. Tiba-tiba saja lidahnya
menjadi kaku. Dan ia
tak dapat berbicara lancar lagi. Tatkala hendak
menggerakkantubuhnya, tulang belulangnya serasa terlolosi. Rasa
kantukyang tak dapat di tahan lagi melengket di kelopak
matanya.Beberapa kali ia menguap. Ia kaget bercampur bingung.Ratna
Permanasi mendorongnya dengan perlahan.Ternyata Bagus Boang lantas
saja roboh tak dapat berkutik.Parasnya membayangkan rasa kaget,
sesal dan kecewa. Inginia menyampaikan perasaannya, tapi mulutnya
terkunudayarapat. Matanyapun tertutup. Samar-samar ia
mendengarlangkah ringan meninggalkan kamarnya. Terdengar
RatnaPermanasari berkata sambil tertawa."Hari ini cukuplah sudah
engkau menggunakan pikiranmu.Lebih baik begitu daripada banyak yang
kau tanyakan."
Setelah mendengar kata-kata itu selintas, Bagus Boangtertidur
pulas.* * *Waktu petang telah tiba sebentar tadi, tatkala Bagus
Boangmembuka mata. Penglihatannya masih samar-samar. Di celahcelah
atap, nampak cahaya bulan sabit tengah membagisinarnya. Angin
membawa hawa gunung yang sejuk dinginmeresapi tubuh. Dari dalam
rumah itu, terudayaum bau dupa.Teringatlah dia, penduduk mempunyai
kebiasaan membakar
-
5/27/2018 Bunga Ceplok Ungu (Lengkap Tamat)
31/302
dupa pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon.
Merekamenganggapnya sebagai hari keramat. Maka Bagus Boangsegera
dapat menentukan, bahwa hari itu memasuki malamSelasa
Kliwon.Perlahan-lahan ia melayangkan matanya. Masih ia beradadalam
kamar semua. Dide-katnya bertambah dengan sebuahmeja keudayal.
Diatasnya tersedia teko yang masih terasahangat.Teringat akan
kejadian tadi pagi, ia mencoba menariknapas dan menggerakkan
anggota tubuhnya. Ternyatanapasnya terasa segar bugar. Begitu juga
anggota badannya.
Bahkan seluruh ruas tulang-tulangnya tak terasa nyeri, labangun
menegakkan badannya. Benar-benar menjadi nyaman,segar dan penuh.
Sekarang mengertilah ia maksud RatnaPermanasari. Ia menyesali diri
sendiri apa sebab tadi ia sangsidan berpikir yang bukan-bukan.
Sekarang hatinya berbalikmengucapkan rasa syukur."Rupanya arak
kehijau-hijauan tadi bukannya sekedarpenghangat badan semata.
Agaknya mengandung pularamuan khasiat mujarab. Ah, tadi aku
menyangka yangbukan-bukan, sampai teringat pada racun yang
berbahaya."Hendak ia turun dari tempat tidurnya, tiba-tiba
iamendengar langkah di luar kamar. Mengira bahwa itu langkahRatna
Permanasari, segera ia hendak menyambut untuk
menyatakan kelirunya prasangkanya tadi.Tiba-tiba pendengarannya
beragu. Langkah itu berat danlebih dari seorang. Maka cepat ia
mendekam di bawahjendela, mengintip keluar.Di ruang sebelah, dian
telah dinyalakan. Dua bayangannampak berlenggok pada dinding.
Segera ia mendengar suarabagaikan genta. Kemudian berkata nyaring,
"Saudara HaryaUdaya! Tempatmu bertapa ini benar-benar tak
ubahkhayangan. Pandai engkau memilih bumi. Pantas engkaubetah
bermukim di sini bertahun-tahun lamanya. Sebaliknyaaku, meskipun
kata orang kedudukanku lumayan juga, tapisebenarnya tidak beda
dengan seekor kuda yang lari pon-tang
panting ke sana ke mari mengarungi angin dan' lautan debu.Ah,
dibandingkan dengan dirimu, hm... rasanya masih
jauhketinggalan."Wajar kata-kata orang itu, tetapi bagi telinga
Bagus Boangbagaikan guntur menggelegar dalam telinganya.
Diamenyebut nama Harya Udaya sebagai pemilik rumah itu?Orang itulah
justru yang hendak dibunuhnya. Ah, kalau begituia berada di tengah
musuh. Dengan sendirinya seisi rumahpula, termasuk Ratna
Permanasari yang telah menawanhatinya.Lalu ia mendengar suara
jawaban."Selama belasan tahun ini, aku tidak memperoleh
kemajuansatu jengkal jua. Sebaliknya engkau sudah menjadi
pembantu
seorang raja terdekat. Seorang raja yang bijaksana danberhasil.
Karena itu, kerapkali aku mendengar kabar tentangjasamu yang
disebut-sebut orang. Bagaimana mungkindibandingkan dengan orang
gunung seperti aku ini."Tenang suaranya. Suara seorang yang berusia
tua. Tentangriwayat hidup Harya Udaya, ia hany