Judul Penurunan Kadar Fe pada Air Permukaan di Kawasan Industri Terboyo Kota Semarang dengan Metode Teknologi Sederhana dan Tepat Guna. Latar Belakang Masalah Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi tersebut terjadi di sekitar Tawangsari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah- daerah tersebut, sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Penurunan kualias air tanah bukan hanya karena kandungan garam, tetapi juga dari jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air tanah dangkal di kawasan Kalisari, Kaligawe, Kawasan Industri Terboyo dan Kompleks Pertamina mengandung unsur CaCO 3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan tersebut melebihi ambang batas sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 yakni Mg 0,4 mg/l, Fe 0,3 mg/l. Kekeruhan dan kelebihan unsur-unsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan. Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara alamiah, yaitu kurang dari 1 μg/l (Darmono,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Judul
Penurunan Kadar Fe pada Air Permukaan di Kawasan Industri Terboyo Kota
Semarang dengan Metode Teknologi Sederhana dan Tepat Guna.
Latar Belakang Masalah
Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin
tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan
akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi tersebut terjadi di sekitar
Tawangsari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah-
daerah tersebut, sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru
didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter.
Penurunan kualias air tanah bukan hanya karena kandungan garam, tetapi juga dari
jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur
pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air
tanah dangkal di kawasan Kalisari, Kaligawe, Kawasan Industri Terboyo dan Kompleks
Pertamina mengandung unsur CaCO3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan
tersebut melebihi ambang batas sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 yakni Mg 0,4 mg/l, Fe 0,3 mg/l. Kekeruhan dan kelebihan
unsur-unsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan.
Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara alamiah, yaitu
kurang dari 1 μg/l (Darmono, 2001). Akan tetapi berhubung dengan tingginya aktivitas
manusia dalam berbagai bidang industri menyebabkan konsentrasi logam dalam air
meningkat. Dikarenakan adanya pembuangan limbah hasil industri yang mengandung logam
berat ke perairan. Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut
dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut.
Sesuai standar kota Metropolitan, kebutuhan air bersih ideal adalah 184
liter/orang/hari, Kota Semarang dengan jumlah penduduk 1.348.488 jiwa, membutuhkan
249.488.780 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 185 liter/orang/hari.
Namun PDAM Kota Semarang baru dapat memproduksi sebanyak 196.346.592 liter/hari.
Sehingga masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 53.142.188 liter/hari.
Beberapa sumber air yang bisa digunakan sebagai bahan baku air bersih adalah air
sumur, mata air, air sungai dan air laut. Namun seringkali ditemui air sumur atau sumber air
lainnya telah keruh, kotor, berbau. Selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat
berupaya menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai.
Masalah yang paling menonjol pada air sumur adalah bau busuk dan warna kuning
karat berbau logam. Di perkotaan umumnya air berbau busuk karena tanahnya sudah banyak
tercemar limbah organik. Secara alami, warna kuning atau bau logam dikarenakan air
banyak mengandung besi (Fe), Mangan (Mn), dan alumunium (Al) atau logam lain yang
membahayakan kesehatan. Aerasi dan filtrasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
solusi menurunkan kandungan kation yang terlarut terutama ketiga kation tersebut.
Rumusan Masalah
Penulis meyakini bahwa lebih dari 90% sumber air baku di daerah Kawasan Industri
Terboyo dan Kompleks Pertamina Semarang mengandung unsur logam berat. Unsur tersebut
berasal dari meningkatnya jumlah koloid didalam air tanah serta sebagian besar berasal dari
hasil buangan limbah yang dihasilkan oleh berbagai macam industri di kawasan terboyo. Dan
proses naikknya permukaan air laut (rob) di kawasan tersebut menjadi faktor pendorong air
tanah untuk mendegradasikan koloid didalam air tanah dengan hasil buangan limbah yang
mengandung logam berat.
Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian terakhir mengkonfirmasi bahwa air
tanah dangkal di kawasan Kalisari, Kaligawe, Kawasan Industri Terboyo dan Kompleks
Pertamina mengandung unsur CaCO3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan
tersebut melebihi ambang batas sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 yakni Mg 0,4 mg/l, Fe 0,3 mg/l. Kekeruhan dan kelebihan
unsur-unsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan.
Dengan berbagai sumber literatur, penulis meyakini bahwa metode penjernihan air
dengan aerasi, sedimentasi dan filtrasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif solusi
untuk menurunkan kandungan logam berat yang terlarut di dalam sumber air baku di
kawasan tersebut. Proses penjernihan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif
dengan penggunaan teknologi secara sederhana dan tepat guna.
Tujuan
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah menyebarluaskan paket
teknologi pengolahan air sederhana untuk menurunkan kadar Besi Terlarut (Fe) pada sumber
air baku permukiman penduduk yang dekat dengan kawasan industri di Kecamatan Genuk
Kota Semarang. Tujuan ini dapat dijabarkan secara khusus, sebagai berikut:
1. Mengembangkan Pengolahan Air Sederhana dengan metode Aerasi dan Filtrasi.
2. Jika dalam Pengolahan Air dengan metode Aerasi dan Filtrasi masih terdapat
kandungan Fe di atas baku mutu, maka dapat menambah alternatif pengolahan air
dengan metode sedimentasi (pengendapan) pada proses Aerasi dan Filtrasi. Sehingga
pengolahan air menjadi tiga tahap, yakni Aerasi, Sedimentasi, dan Filtrasi.
3. Jika terjadi keterbatasan ruang dan biaya pemanfaatan, maka masyarakat dapat
melakukan kombinasi pengolahan air antara Aerasi dan Filtrasi.
Kegunaan
Manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat di Kecamatan Genuk Kota Semarang
yang menerapkan pengolahan teknologi sederhana dan tepat guna ini, adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat dapat terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh Fe yang
masuk ke dalam tubuh manusia, antara lain rasa mual saat mengkonsumsi air minum
yang mengandung Fe, terjadinya iritasi mata dan kulit akibat kadar Fe di dalam tubuh
> 1 mg/L, serta kadar Fe yang besar dapat merusak dinding usus sehingga
menyebabkan kematian.
2. Dapat terhindar dari gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut (Fe)
dalam air yang dapat menimbulkan rasa dan bau logam yang amis seperti telur busuk
yang disebabkan oleh bakteri yang mengalami degradasi, serta adanya Fe dalam air
dapat menimbulkan warna merah karat di dalam air.
3. Masyarakat dapat memanfaatkan teknologi sederhana dan tepat guna ini dengan biaya
yang murah dan peralatan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
Tinjauan Pustaka
Air tanah merupakan sumber air bersih yang paling banyak digunakan sebagai sumber
air bersih bagi masyarakat. Jika kebutuhan air belum tercukupi maka dapat memberikan
dapak besar terhadap kesehatan maupun sosial. Pengadaan air bersih di Kota Semarang
khususnya untuk skala besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh
Perusahaan Air Minum (PAM). Namun demikian jumlahnya masih belum mencukupi dan
dapat dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih
dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber
(mata air) dan lainnya.
Air tanah (sumur) merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Kendala
yang sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah adanya kandungan Zat Besi (Fe),
Magnesium (Mg) dan Mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Di daerah Kaligawe,
Kompleks Pertamina dan Kawasan Industri Terboyo kandungan kation pada air baku berkisar
Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Dimana hal tersebut melebihi batas standar baku mutu yang
telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 yakni sebesar
Mg 0,4 mg/l, Fe 0,3 mg/l.
Sumber air baku berasal dari sumur (air tanah) dengan keadaan jernih namun
mengandung zat Fe ataupun Mn.
Kandungan unsur besi di air tanah, terutama di dalam air sumur banyak terjadi. Air
tanah yang umumnya mempunyai konsentrasi karbondioksida yang tinggi dapat
menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi bentuk mineral
tidak larut (Fe3+) tereduksi menjadi besi yang larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+).
Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dari 0,01 mg/l - 25 mg/l (Akademi Teknik
Tirta Wiyata, 2003).
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe melebihi 1 mg/l, tetapi di dalam air tanah
kadar Fe dapat jauh lebih tinggi (Manahan, 1999). Konsentrasi Fe yang tinggi dapat
dirasakan dan dapat menodai kain serta perkakas dapur. Pada air yang tidak mengandung
oksigen seperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup tinggi, sedangkan pada air
sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi (Fe(OH)3), dimana
(Fe(OH)3) ini sulit larut pada pH 6 sampai 8. Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang
merupakan zat padat dan dapat mengendap.
Besi dalam bentuk ion Fe++ sangat mudah larut di dalam air. Oksigen terlarut di dalam
air akan mengoksidasi Fe++ menjadi Fe(OH)3 yang merupakan endapan, sehingga akan
mengakibatkan kekeruhan dalam air yang berwarna merah karat.
Apabila kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas, akan menimbulkan berbagai
2011Peserta Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat Pra Dasar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta Pelatihan Kepribadian dan Etika Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011
Peserta Talkshow Hari Jilbab Sedunia, Pancarkan Pesona Jilbab Indahmu Healthy Inside, Fresh Outside GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta National Seminar and International Scholarship Expo “Scholarship Show” BEM KM Universitas Diponegoro
2011Peserta Training Motivation GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta Pelatihan KSR (Korp Sukarela) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta Pelatihan KTI (Karya Tulis Ilmiah) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Pelatihan Community Development dan Riset BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Reaching Our Dream “Upgrade Your Passion, Catch Your Future” BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Seminar Nasional “Kesiapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Menuju Cakupan Semesta 2014 di Indonesia” Universitas Diponegoro
2012Peserta Training Of Trainer (TOT) Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Baru
2012Peserta Seminar Nasional “World Fit For Children” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Achievement Motivation Training “Touch Your Soul and Passion for the Luminous Future”
2012Peserta Pelatihan Artikel Ilmiah dan Artikel Populer Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012 Peserta Table Manner Course at Novotel Semarang
2013 Peserta Workshop on Halal Food and Nutrition Laboratory
2013Peserta Seminar Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISKMI) “Tantangan Dan Masa Depan Pembangunan Kesehatan Indonesia”
2014Peserta Training Of Sanitarian “Road to Profesionality in Medical Waste Management”
KEPANITIAAN YANG PERNAH DIIKUTI
Observer Kegiatan Pelatihan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Baru FKM-UNDIP 2012/2013.
Pekan Ulang Tahun Lembaga Pers Mahasiswa Publica Health 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Pelatihan KTI (Karya Tulis Ilmiah) PIRC (Penalaran Ilmiah Research Club) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
ARTIKEL YANG DIPUBLIKASIKAN
Judul dan Informasi
RPP Tmbakau Sebagai Upaya Pengendalian, Bukan Penolakan pada Buletin PH KITA edisi I/Tahun VI/Maret/2012
Mengenal Lebih Dekat Kebijakan BOK pada Buletin PH KITA edisi III/Tahun VI/Mei/2012
Fenomena Transgender dalam “Festival Ilmiah” pada Buletin PH KITA edisi IV/Tahun VI/Juni/2012
FKM Menyosong Kurikulum Baru pada Buletin PH KITA edisi V/Tahun VI/Semptember/2012
Efisiansi Air di Musim Kemarau pada Buletin PH KITA edisi VI/Tahun VI/Oktober/2012
Membuat rumah hijau dengan taman mini indah, segar dan sehat pada PKM-GT tahun 2012
Kue egg roll kacang hijau (kue kacau), cemilan enak dan menyehatkan pada PKM-K tahun 2012
Membuat Apotek Keluarga Sehat dengan Berkebun Tanaman Organik pada PKM-GT tahun 2012
Sanitary Landfill Solusi Tepat Atasi Overload Sampah di TPA Jatibarang Semarang pada PKM-GT tahun 2013
Pengembangan Komunitas Berhenti Merokok (Smoke Free Community Development) Dengan Media Anti Nicotine Citrus Gum (Permen Antrum) Di Desa Meteseh Kota Semarang pada PKM-M tahun 2013