-
1
UPAYA BUNUH DIRI SEBAGAI BENTUK DEPRESI PADA REMAJA
PUTRIKORBANTRAFFICKING
Oleh Dinar Oktamiya Hayuningtyas
[email protected] Yoyon Supriyono, S.Psi.,M.Psi
[email protected] Sumi Lestari, S.Psi.,M.Si
[email protected]
[email protected] ABSTRACT
This study discusses about the effort to suicide as a depression
of a girl who has an experience in trafficking, a case study in
Surabaya regency police (Polrestabes Surabaya). A girl who
identified as a trafficking victim tries to do a suicide. This
study uses a depression etiology theory, clinical view, depression
degree and diagnosis maintenance referring to PPDGJ III (Guide for
Categorizing and Diagnosing Mental Disorders). Method of this study
is qualitative approaching and data reduction. Technique of data
exposure uses qualitative analysis. Result of this study is subject
I and II having an effort to suicide with a depression tendency.
The factor is the existence of physical, feeling, mind and habitual
change of both subjects that is also the occurrence of the symptoms
referring to PPDGJ III. A cause of the depression because of
becoming trafficking victims, so the development of subject I is
not running well and so is the subject II. Keywords: Suicide,
depression in young women, trafficking
ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat tentang upaya bunuh diri sebagai
bentuk depresi pada remaja putri korban trafficking, studi kasus di
Polrestabes Surabaya. Remaja putri korban trafficking melakukan
upaya bunuh diri. Penelitian ini menggunakan teori etiologi
depresi, gambaran klinis, derajat depresi dan penegakan diagnosis
yang mengacu pada PPDGJ III. Metode penelitian adalah pendekatan
kualitatif dengan jenis metode reduksi data. Teknik pengambilan
data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi serta tes
grafis. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil
penelitian ini adalah subjek I dan subjek II memiliki melakukan
upaya bunuh diri dengan kecenderungan depresi. Faktor subjek I dan
subjek II mengalami depresi adalah karena adanya perubahan fisik,
perubahan perasaan, perubahan pikiran serta perubahan kebiasaan
kedua subjek serta gejala-gejala yang mengacu pada PPDGJ III.
Penyebab dari depresi ini karena kedua subjek remaja putri ini
menjadi korban trafficking sehingga tugas perkembangan remaja pada
subjek I tidak berjalan baik, dan gagal pada subjek II. Kata kunci:
Bunuh diri, depresi pada remaja putri, trafficking
-
2
Latar Belakang Masalah
Perkembangan jaman yang semakin maju membuat manusia semakin
terdesak oleh
berbagai kebutuhan dalam berbagai hal. Hal ini berbanding lurus
dengan semakin tinggi
jumlah penduduk yang mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat
persaingan kerja. Banyak
cara yang dilakukan seseorang untuk bertahan hidup, terutama
dengan cara yang tidak
manusiawi, salah satu contoh yang ingin peneliti kaji adalah
trafficking. Trafficking
merupakan salah satu kasus yang sekarang sedang hangat
diperbincangkan di masyarakat,
biasanya pembahasan masalah trafficking dilakukan dengan
mengundang para korban
trafficking sebagai narasumber.
Berdasarkan Kodir (2006) trafficking merupakan salah satu
tindakan bentuk kejahatan
yang sangat kompleks dan mengerikan, Trafficking tidak sekedar
praktik pembudakan
manusia oleh manusia sebagaimana telah terjadi pada masa lalu,
melainkan prosesnya
dilakukan dengan kekerasan fisik, mental, seksual, penindasan,
sosial dan ekonomi, dengan
modus yang sangat beragam, mulai dengan cara yang halus seperti
bujukan dan penipuan
sampai dengan cara yang kasar seperti paksaan dan
perampasan.Secara umum, faktor-faktor
yang mendorong terjadinya trafficking anak adalah kemiskinan,
terbatasnya kesempatan
kerja, konflik sosial, lemahnya penegakan hukum, rendahnya
pendidikan dan kesehatan,
kekerasan dalam rumah tangga, desakan ekonomi (Elin, 2008).
Perdagangan orang (trafficking in persons) merupakan kejahatan
yang keji terhadap
Hak Asasi Manusia (HAM), yang mengabaikan hak seseorang untuk
hidup bebas, tidak
disiksa, kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, beragama,
hak untuk tidak diperbudak,
dan lainnya. Remaja adalah yang paling banyak menjadi korban
perdagangan
orang (trafficking in persons), menempatkan mereka pada posisi
yang sangat berisiko
khususnya yang berkaitan dengan kesehatannya baik fisik maupun
mental spritual, dan sangat
-
3
rentan terhadap tindak kekerasan, kehamilan yang tak
dikehendaki, dan infeksi penyakit
seksual termasuk HIV/AIDS. Kondisi anak dan perempuan yang
seperti itu akan mengancam
kualitas ibu bangsa dan generasi penerus bangsa Indonesia
(Gultom, 2010)
Banyak korban kasus trafficking, umumnya perasaan malu pada
lingkungan sosial
mereka serta lebih sensitif terhadap orang yang baru dikenalnya.
Pada kondisi ini remaja
mengalami trauma serta depresi yang bersifat patologis bukan
merupakan proses normal
dalam kehidupan. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertaannya
termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan
tidak berdaya, serta bunuh diri.Kaplan,(2010) penelitian ini
penting dilakukan karena adanya
korban Trafficking yang mengalami upaya bunuh diri perilaku ini
merupakan bentuk dari
patologis berupa depresi yang sangat berdampak buruk untuk
kehidupan mendatang,mungkin
subjek akan mengalami trauma yang berkepanjangan.Hal ini sangat
mempengaruhi
bagaimana kualitas penerus bangsa kususnya pada para korban
trafficking yaitu perempuan
dan anak, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Upaya Bunuh Diri
Sebagai Bentuk Depresi pada Remaja Putri Korban Trafficking.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka dapat penulis
kemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah bunuh diri sebagai bentuk dari depresi pada remaja
putri korban trafficking?
2. Bagaimana depresi dapat terjadi pada remaja putri korban
Trafficking?
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui upaya bunuh diri sebagai bentuk depresi remaja
putri korban
Trafficking.
-
4
Kajian Pustaka A. Bunuh Diri
1. Definisi Bunuh Diri
Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin suicidium,
dengan sui yang
berarti sendiri dan cidium yang berarti pembunuhan. Schneidman
mendefinisikan bunuh
diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang
ditujukan pada diri sendiri
oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi
terbaik dari sebuah isu.
Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung
melakukan bunuh
diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi
yang bertahan lama
sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya
penyelesaian untuk masalah
yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan
(dalam Maris dkk., 2000)
Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri
memiliki 4
pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara
intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri
sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau
tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan
hidup atau
secara sengaja berada di rel kereta api.
2. Metode Bunuh Diri
Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (Maris
dkk., 2000).
Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan
intensi mati. Sedangkan
pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode memiliki
makna khusus atau
simbolisasi dari individu.Secara umum, metode bunuh diri terdiri
dari enam kategori
utama adalah sebagai berikut:
-
5
a. Obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
b. Menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
c. Senjata api dan peledak
d. Menenggelamkan diri
e. Melompat
f. Memotong (menyayat dan menusuk)
3. Faktor Penyebab Bunuh Diri
Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada
kasus bunuh diri
yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya
(Maris dkk.,2000;
Meichenbaum, 2008):
a. Major-depressive illness, affective disorder
b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan
bunuh memiliki
level alkohol dalam darah yang positif)
c. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan
bunuhdiri
d. Sejarah percobaan bunuh diri
e. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
f. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
g. Hopelessness dan cognitive rigidity
h. 8. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah
pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan,
berhubungan dengan
kelompok teman yang suicidal)
i. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
j. Rendahnya tingkat 5-HIAA
k. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan /
panik,insomnia global,
halusinasi perintah)
-
6
l. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan
perilaku persiapan bunuh diri)
m. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
n. Penyakit fisik dan komplikasinya
o. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas
B. Depresi
1. Definisi Depresi
Beck (McDowell dan Newel, 1996) mendefinisikan depresi sebagai
keadaan abnormal
organisme yang dimanifestasikan dengan tanda simptom- symptom
seperti: menurunya
mood subjektif, rasa pesimis dan sikap nihilistic, kehilangan
kespontanan dan gejala
vegetatif (seperti kehilangan berat badan dan gangguan tidur).
Depresi juga merupakan
kompleks gangguan yang meliputi gangguan afeksi, kognisi,
motivasi dan komponen
perilaku.
Menurut Kaplan (2010) pengertian depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.
Menurut (Maslim, 2002)
depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh
defisiensi relatif salah satu atau
beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin,
dopamin) pada
sinapsneuron di SSP (terutama pada sistem limbik). Lebih lanjut
Kaplan (2010)
mengatakan bahwa depresi merupakan salah satu gangguan mood yang
ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya
penderitaan berat. Mood
adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang,
dan bukan afek, yaitu
ekspresi dari isi emosional saat itu.
-
7
Menurut Sadock dan Sadock (2007) pengertian depresi merupakan
suatu gangguan
mood. Mood adalah suasana perasaan yang meresap dan menetap yang
dialami secara
internal dan yang mempengaruhi perilaku seseorang dan
persepsinya terhadap dunia.
Depresi adalah suasana perasaan tertekan (depressed mood) yang
dapat merupakan suatu
diagnosis penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons dari
kondisi penyakit lain dan
stres terhadap lingkungan.
2. Etiologi Depresi
Menurut Kaplan (2010) bahwa faktor penyebab depresi dapat secara
buatan dibagi
menjadi faktor biologi, faktor genetik, faktor kognitif, faktor
lingkungan,kepribadian dan
faktor psikososial.
a. Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada
amin biogenik,
seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic
acid), MPGH (5
methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan
cairan serebrospinal pada
pasien gangguan suasana hati. Neurotransmiter yang terkait
dengan patologi depresi
adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi, dan
pada Utarapasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin
yang rendah. Pada
terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan
dalam patofisiologi
depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada
depresi adalah menurun. Hal
tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi
dopamin seperti
Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun
seperti parkinson, adalah
disertai gejala depresi.
Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin,
amphetamine, dan
bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010). Disregulasi
neuroendokrin dan
Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin,
menerima input neuron
-
8
yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien
depresi ditemukan
adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat
kelainan fungsi neuron
yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang
mengaktivasi aksis
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan
pada amin
biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering
terganggu yaitu adrenal,
tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan.
Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut
dan marah
berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan
organ utama
pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik.
Emosi mempengaruhi
CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld,
2004). Pada
orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen.
Estrogen berfungsi
melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap
neurotoksin seperti MPTP, 6
OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan
juga merusak
monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).
b. Faktor Genetik
Faktor genetik. Depresi bisa disebabkan oleh faktor keturunan.
Resiko untuk
terjadinya depresi meningkat antara 20 40 % untuk keluarga
keturunan pertama.
Dapat dikatakan bahwa anak-anak dari orangtua yang depresi
psikotik dan depresi non-
psikotik terdapat insiden yang tinggi dari gejala depresi ini.
Memiliki satu orangtua
yang mengalami depresi, meningkatkan resiko dua kali pada
keturunannya. Resiko itu
meningkat menjadi empat kali bila kedua orangtuanya sama-sama
mengalami depresi.
c. Lingkungan
Lingkungan juga memainkan peran yang kuat dalam menyebabkan
depresi. Faktor-
faktor lingkungan, seperti stress, kehilangan, atau mengubah
sering memicu episode
depresi (Harun, 2010). Ada beberapa faktor yang menyebabkan
depresi yaitu mulai
-
9
faktor genetik sampai dengan faktor nongenetik. Faktor genetik,
ketidakseimbangan
biogenik, gangguan neuroendokrin dan perubahan neurofisiologi,
serta faktor
psikologik seperti kehilangan objek yang dicintai, hilangnya
harga diri, distorsi
kognitif, ketidakberdayaan yang dipelajari dan faktor-faktor
lain yang diduga berperan
dalam terjadinya depresi (Nurmiati, 2005).
d. Faktor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian,
psikodinamika, kegagalan
yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan,
2010). Peristiwa kehidupan
dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan
stres, lebih sering
mendahului episode pertama gangguan mood dari episode
selanjutnya. Para klinisi
mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama
dalam depresi,
klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki
peranan terbatas
dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan
dengan onset suatu
episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010).]
e. Faktor kepribadian
Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu,
seperti kepribadian
dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi
untuk terjadinya
depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid
(kepribadian yang memakai
proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang
rendah (Kaplan, 2010).
f. Faktor psikodinamika.
Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa
kehilangan objek yang
dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya
untuk mengerti
depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010)
mendalilkan suatu
hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan
bahwa kekerasan
yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena
identifikasi dengan
-
10
objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin
merupakan cara satu-
satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan
melankolia atau
depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi
merasakan penurunan harga
diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan
mencela diri sendiri,
sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.
g. Faktor kognitif
Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan
distorsi pikiran
menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang
negatif, pesimisme dan
keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan
perasaan depresi
(Kaplan, 2010)
3. Gambaran Klinis
Pada perempuan dan anak yang mengalami depresi rata rata
mengalami perubahan
yang menonjol, yaitu perubahan fisik, perubahan pikiran,
perubahan perasaan serta
perubahan pada kebiasaan sehari- hari.
a. Perubahan Fisik
b. Perubahan Pikiran
c. Perubahan Perasaan
d. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari
4. Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis
Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada
PPDGJ III (Pedoman
Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD
10 (International
ClassificationDiagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam
depresi berat, sedang,
dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta
dampaknya terhadap fungsi
kehidupan seseorang (Maslim,2000).
a. Gejala Utama
-
11
1) Perasaan depresif
2) Hilangnya minat dan semangat
3) Mudah lelah dan tenaga hilang
b. Gejala Lain
1) Konsentrasi dan perhatian menurun
2) Harga diri dan kepercayaan diri menurun
3) Perasaan bersalah dan tidak berguna
4) Pesimis terhadap masa depan
5) Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Gangguan tidur
7) Gangguan nafsu makan
8) Menurunnya libido
C. Trafficking
1. Devinisi Trafficking
Trafficking merupakan perekrutan, pengangkutan, pemindahan,
penampungan atau
penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan
atau bentuk-bentuk
paksaaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, ataupun memberi atau menerima bayaran atau
manfaat, untuk tujuan
eksploitasi seksual, perbudakan atau praktik-praktik lain,
pengambilan organ tubuh
(Gultom, 2010)..
Pengertian Trafficking yang pada umumnya paling banyak dipakai
adalah pengertian
yang diambil dari Protokol PBB untuk mencegah, menekan, dan
menghukum pelaku
Trafficking terhadap manusia, khususnya perempuan dan anak
(selanjutnya disebut
Protokol Trafficking). Dalam protokol ini pengertian Trafficking
adalah perekrutan,
pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan
seseorang, melalui
-
12
penggunaan ancaman atau tekanan atau bentuk-bentuk lain dari
kekerasan, penculikan,
penipuan, kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan atau memberi,
menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan kendali atas
orang lain tersebut,
untuk tujuan eksploitasi (Nasution, 2008).
a) perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan dan
penerimaan seseorang.
b) Persetujuan korban perdagangan manusia terhadap eksploitasi
yang dimaksud dalam
subalinea.
c) Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan atau
penerimaan seorang anak untuk
tujuan eksploitasi dipandang sebagai perdagangan manusia
sekalipun tindakan ini tidak
melibatkan satu pun cara yang dikemukakan dalam subalinea (a)
Pasal ini;
d) Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah delapan belas
tahun.
Kedua definisi ini sangat penting karena menyoroti tidak hanya
pada proses
perekrutan dan pengiriman yang menentukan bagi perdagangan,
tetapi juga kondisi
eksploitatif terkait kedalam mana orang diperdagangkan.
2. Faktor Trafficking
Adanya faktor pendorong dan faktor penarik pada kasus
trafficking (Lapian & Geru,
2010)
1) Faktor Pendorong
a) Kurangnya pengetahuan tentang akibat dari trafficking
b) Factor ekonomi (miskin)
c) Keinginan untuk secara cepat mendapatkan uang (kerja tidak
terlalu berat)
d) Adanya izin dari orangtua
e) Mudahnya mendapatkan izin dari pemerintah
f) Adanya ikut perekembangan zaman (modern)
g) Adanya masalah dalam keluarga dan ingin mencari pelarian.
-
13
2) Faktor Penarik
a) Adanya iming iming gaji ( pendapatan yang tinggi)
b) Keinginan keluar daerah atau keluar negeri untuk mencari
pengalaman kerja
c) Adanya calo yang bertempat tinggal di desa korban
d) Rayuan dari calo untuk bekerja jadi baby-sitter
D. Remaja Putri
1. Pengertian Remaja putri
Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa
anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu
antara usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.
Tugas pokok remaja
adalah mempersiapkan diri memasuki usia dewasa. rentang usia
masa remaja ini bervariasi
terkait budaya dan historisnya. Menurut Santrock (2004), masa
remaja pada usia 10 13
tahun sampai 18- 20 tahun. Menurut Hurlock (1990)
mengkatagorikan masa remaja menjadi
dua tahap, yaitu masa remaja awal (13-16) dan masa remaja akhir
(16-22).
2. Kronologis Umur
Remaja periode transisi dari masa anak anak hingga masa awal
dewasa, yang
memasuki pada usia kira - kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir
pada usia 18 hingga 22
tahun.
3. Karakteristik Remaja Putri
Masa remaja bermula dengan perubahan fisik yang
cepat-pertambahan tinggi dan
berat badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan dada,
perkembangan pinggang.
Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas
sangat menonjol ;
pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis; semakin banyak
waktu diluangkan di luar
keluarga. (Santrock, 2007)
-
14
1) Perkembangan Fisik
a) Perubahan dalam proporsi tubuh
b) Perubahan dalam tinggi dan berat badan.
c) Perubahan puberitas
d) Perubahan ciri-ciri seks primer
e) Perubahan ciri-ciri seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak
langsung berhubungan
dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang
membedakan antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan.
2) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget yang
menyatakan bahwa
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal. Idealnya,
seorang remaja sudah mempunyai pola pikir sendiri (Hanhan,
2010). Diantaranya
digambarkan yaitu:
a) Mulai bisa berfikir logis tentang suatu gagasan atau
abstrak.
b) Mulai bisa berencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan
masalah serta mulai
memikirkan masa depan.
c) Muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji
hipotesis atau permasalahan
d) Belajar berintreospeksi diri.
e) Wawasan berfikirnya semakin luas, bisa meliputi agama,
keadilan, moralitas, jati diri atau
identitas.
3) Perkembangan Psikososial
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa masa remaja terjadi
peubahanperubahan yang
dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan
secara fisik dan kognitif itulah
yang mempengaruhi terhadap perubahan perkembangan psikososial
mereka.
-
15
a) Individusi dan Identitas
Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas
merupakan tugas utama
dalam perkembangan kepribadian.
b) Hubungan dengan orang tua Perubahan fisik dan kognitif yang
terjadi pada remaja mempunyai pengaruh besar
terhadap relasi dengan orang tua. Salah satu ciri yang menonjol
dalam hal ini yang
mempengaruhi relasinya dengan orang tua adalah perjuangan
otonomi, baik secara fisik
dan psikologis. Karena remaja meluangkan sedikit waktunya
bersama orang tua dan lebih
banyak menghabiskan waktu untuk dunia luar. Maka mereka
berhadapan dengan
bermacam-macam nilai dan ide.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Perkembangan kehidupan sosial remaja di tandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh
teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian banyak waktu
dihabiskan bersama
teman sebaya mereka.
d) Seksualitas
Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan
seksual ini sangat
dipengaruhi oleh faktor perubahan fisik selama masa pubertas.
Untuk melepaskan
ketegangan seksual tersebut remaja mencoba mengekspresikan
dorongan seksualnya
dalam berbagai tingkah laku seksual mulai dari melakukan
aktifitas berpacaran,
berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual.
e) Proaktivitas
Perkembangan proaktivitas adalah sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Stephen R.
Covey mengnai manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab
atas hidupnya sendiri.
f) Resiliensi
Kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang untuk
meminimalkan atau
bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi
yang tidak
-
16
menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang
menyengsarakan menjadi
suatu hal yang wajar untuk diatasi. Seriap individu terutama
remaja pada dasarnya belajar
menghadapi kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dalam
hidupnya.
4. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Hurlock (2009), remaja memiliki ciri-ciri khusus yang
spesifik dalam diri
seorang remaja, yaitu :
1) Masa remaja sebagai periode yang penting
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan tingkah laku remaja sama dengan perubahan
fisiknya. Ada lima
perubahan yang bersifat universal :
a) Meningginya emosi
b) Perubahan tubuh
c) Perubahan minat dan peran dalam pergaulan social
d) Perubahan pola nilai-nilai yang dianutnya
e) Perubahan yang ambivalen, di mana masa remaja biasanya
menginginkan perubahan,
tetapi secara mental belum ada kesadaran tanggungjawab atas
keinginannya sendiri.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistk
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
5. Tugas perkembangan masa remaja
Dalam buku Psikologi Perkembangan (2009), Hurlock memberikan
rician tugas-tugas
perkembangan masa remaja, yaitu:
-
17
1) Memperoleh hubungan-hubungan baru dan yang lebih matang
dengan yang sebaya
dari kedua pria maupun wanita.
2) Memperoleh peranan sosial pria dan wanita
3) Menerima fisik dari dan menggunakan badan secara efektif
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggungjawab
5) Memperoleh kemandirian diri melepaskan ketergantungan diri
dari orang tua dan
orang dewasa lainya.
6) Mempersiapkan karier ekonomi
7) Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berperilaku
Metode Penelitian
Dalam metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti
berfungsi sebagai
instrumen penelitian yang memiliki peranan penting. Instrumen
atau alat yang dimaksud
adalah semenjak awal hingga akhir penelitian, peneliti sendiri
yang berfungsi penuh atau
peneliti sendiri yang terlibat aktif dalam penelitian yang
dilakukan, bukan orang lain atau
asisten peneliti (Herdiansyah, 2010). Dalam penelitian
kualitatif, peneliti bertindak sebagai
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data,
dan sekaligus sebagai
pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2010).
Jenis Penelitian adalah penelitian ini adalah studi kasus. Dalam
Moleong (2010) studi
kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar satu
orang subjek dan satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Fokus
penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yaitu mengenai depresi pada korban Trafficking.Untuk
pengumpul data sekunder,
peneliti menggunakan alat perekam dan kamera, serta skala
depresi.Lokasi penelitian ini
dibatasi di sebuah instansi Polrestabes Surabaya yang ada di
kota Surabaya. Alasan
peneliti memilih instansi ini karena ini sebagai wadah para
korban trafficking yang ada di
-
18
kota Surabaya dan sekitarnya.Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini
berupa wawancara primer, wawancara sekunder (orang-orang LSM
yang bersangkutan),
observasi partisipan, tes grafis,dan dokumentasi. Subjek
penelitian dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik pemilihan informan dengan cara sampel
bertujuan (purposive
sampling). informan yang dipilih berdasarkan criteria yaitu ;
dua subjek remaja putri usia 13-
22 tahunyang menjadi korban trafficking, remaja putri yang
berupaya bunuh diri, remaja
putri yang mengalami depresi dan remaja putriyang berada dalam
perlindungan hukum di
Polrestabes Surabaya.Teknik analisis penelitian ini adalah data
reduksi.Validitas Dan
Reliabilitas Data penelitian adalah Rhizomatic Validity dan
synchronic Reliability.
Keabsahan data penelitian ini adalah dengan
menggunakancredibility, transferability, dan
objektivitas.
HASIL
Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya,
maka
kesimpulan yang dapat ditarik dari temuan di lapangan
berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan interpretasi dari tes grafis adalah sebagai
berikut:
1. Pada kasus traffiking yang telah tercatat di Polrestabes
Surabaya ada dua subjek korban
traffickingyaitu kedua remaja putri yang melakukan percobaan
bunuh diri sebagai bentuk
dari depresi hal ini dapat dilihat dari hasil tes grafis dan
gejala gejala yang muncul dari
gangguan depresi.
2. Depresi muncul dikarenakan adanya faktor lingkungan, faktor
psikososial maupun faktor
kognitif dari faktor inilah muncul gambaran klinis berupa
perubahan fisik, perubahan
perasaan, perubahan pikiran serta perubahan pada kebiasaan
sehari hari, Perubahan
perubahan inilah yang terjadi saat seorang individu mengalami
depresi.
3. Tugas perkembangan pada remaja yaitu memperoleh
hubungan-hubungan baru dan yang
lebih matang dengan yang sebaya dari kedua pria maupun wanita,
memperoleh peranan
-
19
sosial pria dan wanita, menerima fisik dari dan menggunakan
badan secara efektif,
mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,
memperoleh
kemandirian diri melepaskan ketergantungan diri dari orang tua
dan orang dewasa lainya,
mempersiapkan karier ekonomi, persiapan perkawinan dan kehidupan
berkeluarga,
memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berperilaku. Disaat
remaja merasa terancam dan mulai tidak nyaman pada lingkungan
oleh tekanan dan
beban yang memberatkan seorang remaja maka muncul keinginan
serta upaya bunuh diri
sebagai jalan keluar atas segala permasalahan yang terjadi pada
dirinya. Keberhasilan
pada setiap individu berbeda, hal ini dapat terjadi karena
perbedaan prinsip serta motivasi
hidup masing masing individu dalam menghadapi segala
permasalahan yang dapat
mendewasakan individu, sehingga keberhasilan tugas perkembangan
remaja sangat
dipangaruhi oleh lingkungan individu tersebut berada.
DISKUSI
Penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan tentang
upaya bunuh diri sebagai bentuk depresi pada remaja putri korban
Trafficking. Permasalahan
yang dialami oleh kedua subjek tergolong berat karena tugas
perkembangan remaja kedua
subjek kurang berjalan baik, hal ini terkait dengan tugas
perkembangan mereka dimana tugas
subjek untuk melajutkan sekolah serta tanggung jawab anak
terhadap orang tua. Kedua
subjek merasa malu terhadap keluarga dan lingkungan, berbagai
hal yang membuat kedua
subjek merasa tertekan dan akhirnya muncul keinginan serta usaha
untuk bunuh diri sebagai
solusi dari permasalahan subjek. Kesulitan dalam penelitian ini
adalah dalam proses
pengambilan data pada subjek penelitian.
-
20
DAFTAR PUSTAKA
Ariza Cilvia Nora & Erlina Listyanti Widuri, (2011).
Komunikasi Ibu dan Anak dengan Depresi pada Remaja. Jurnal.Dari
http://www.journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/232/80
diunduh 11/05/ 2012
Afiliati Fitriakartikasari, (2003). Determinan Depresi Pada Anak
dan Remaja. Tesis, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegorodari
Http://eprints.undip.ac.id/12313/1/2003PPDS2909.pdf
Aryafebrirahmadani(2008)Http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/156_07depresiparkinson.pdf/156_07depresiparkinson.html/22.08/29032012
Chaplin J.P. 2009. Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Rajawali
Pers. Desmita.2007. psikologi Perkembangan.Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Geru, Hetty dan Lapian, Gandhi. 2010. Trafficking
Perempuan dan Anak. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Hurlock, Elizabeth B., 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc
Graw-Hill Kogakusha Ltd
Hurlock, Elizabeth B., 1976 Developmental Psychology New Delhi:
Tata Mc Graw-Hill Publishing Company Ltd
Inalovered (2010)
Http://inalovered.blogspot.com/2010/12/tugas-perkembangan-anak-hingga-dewasa.html/02/04/2012/21.45.
Mardhiyah, Leo Prawirodihardjo And Eddy Tiro. 2011. Analisis
Derajat Depresi Menggunakan Parameter Zung Selfrating Depression
Scale. Dari
Mihhibudiin (2010)
Http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/13/masa-remaja-manusia/26/03/10.10
Maslim R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : PT Nuh
Jaya.
Meta Amelia Widya Saputri, Endang Sri Indrawati. (2011)
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2910/2592/07/11/2012
Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, L.J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
-
21
Kristi P. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku
Manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi (LPSP3)
Koentjoro. 2006. Teknik analisis data penelitian kualitatif.
Materi perkuliahan.univ. gajahmada: tidak diterbitkan.
Lestari.(2011)Http://www.surya.co.id/2011/12/08/70-kasus-human-trafficking-terjadi-di-surabaya.
Lubis Namora, M,. Sc. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta
. Kencana Pernada Media Group
Universitas sumatra utara (2011)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/4/Chapter%20II.pdf
/ 17/ 03/08.43
Pakpahan, R. (2011). Pemikiran Moral Narapidana Anak Kasus
Pembunuhan berdasarkan Teori Kohlberg. Skripsi. Jurusan Psikologi
Universitas Brawijaya Malang
Reber Arthur & Reber Emily. 2010. Kamus Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sadock. BJ, Sadock.VA, Kaplan &
Sadock, 2007. synopsis of psychiatry behavioral
sciences/clinical psychiatry 10tn edition. Lippincott williams
& wilkins. Dari
http://www.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=u-ohbTtxCeYC&oi=fnd&pg=PR7&dq=kaplan+sadock+psychiatry+depression&ots=9gxzwjh4vX&sig=Cxbj9UCees0_6RBbgNpFOcBrLHw&redir_esc=y#v=onepage&q=kaplan%20sadock%20psychiatry%20depression&f=false.
Diunduh pada tanggal 6 maret 2012
Sadock kaplan. 2009. Buku ajar psikiatri klinis edisi dua .
jakarta Sarwono, S.W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Radja
Grafindo Persada. Suntrock J.W.2002. life- Span Development
Perkembangan Masa Hidup Edisi Lima Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Universitas sumatra utara (2011)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/4/Chapter%20II.pdf
/ 17/ 03/08.43
Wijanarko 2011
http://wachjoe.wordpress.com/2011/03/10/integrasi-sosial-dan-angka-bunuh-diri/
15/12/12