Top Banner
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah 2.1.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawiroharjo, 2010). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematurits dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur (Rustam 1998). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500 gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram ; (3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram. 2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah Menurut Rukiyah (2010) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1) Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas di golongkan menjadi 3 kelompok: a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu. b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu. c. Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature dan mature.
22

BBLR USU

Oct 26, 2015

Download

Documents

fadla88

suatu makalah ilmiah yang membahas mengenai BBLR, berat badan lahir rendah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BBLR USU

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah

2.1.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya

saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawiroharjo, 2010).

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematurits dengan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang

dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur (Rustam 1998).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah

dibedakan dalam: (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500

gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram ;

(3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram.

2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah

Menurut Rukiyah (2010) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan

menjadi 2 yaitu:

1) Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas di

golongkan menjadi 3 kelompok:

a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.

b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu.

c. Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature dan mature.

Page 2: BBLR USU

Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang

dialami bayi prematur, seperti gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya

hisap lemah.

2) Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak istilah untuk

menunjukkan bahwa bayi KMK dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam

uterus (intra uterine growth retardation / IUG)seperti pseudo premature, small for

dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan

small for gestasionalage ( SGA ).

Ada dua bentuk IUGR yaitu : (Rustam, 1998)

a. Propornitinate IUGR: janin menderita distress yang lama, gangguan

pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi

lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang

seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang

sebenarnya.

b. Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi

beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini

panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan

masa gestasi. Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit

kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Page 3: BBLR USU

Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada

bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :

a. Berat badan < 2500 gram

b. Letak kuping menurun

c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal

d. Ukuran kepala kecil

e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)

f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)

2.1.4 Masalah pada BBLR

Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem

organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan

pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro

interstinal, ginjal, termoregulasi.

1. Sistem Pernafasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera

setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan

surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian

alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi).

Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas,

insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya gag refleks dan

Page 4: BBLR USU

pembuluh darah paru yang imatur. Hal – hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk

bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).

2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)

Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf

pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah

yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.

Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada

sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan

kekurangan perfusi.

3. Sistem Kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu

paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstra

uterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.

4. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang

cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap

dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi

seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein

5. Sistem Termoregulasi

Page 5: BBLR USU

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang

disebabkan antara lain:

a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat

badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )

b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat )

c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.

d. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.

6. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila

dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:

a. Usia sel darah merahnya lebih pendek

b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh

c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium

yang sering.

7. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering

kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.

8. Sistem Perkemihan

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana

ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,

Page 6: BBLR USU

elektrolit, asam – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat –

obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.

9. Sistem Integument

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan

sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.

10. Sistem Pengelihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang

disebabkan karena ketidakmatangan retina.

2.1.5 Penatalaksanaan pada BBLR

Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR)

adalah :

1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi,

oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.

2) Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,

memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan

sebelum memegang bayi.

3) Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab

itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.

Page 7: BBLR USU

4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan

erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan

dengan ketat.

5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,

pertahankan suhu tubuh tetap hangat.

6) Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.

7) Tali pusat dalam keadaan bersih.

8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR

2.2.1 Faktor Demografi

Menurut Bogue dalam Prayoga (1997) Demografi adalah ilmu yang mempelajari

secara statistika dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk

serta perubahan – perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen

demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobolitas sosial.

Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menurut

umur dan jenis kelamin di mana kedua variabel ini berpengaruh terhadap angka

morbiditas dan mortalitas suatu negara.

Menurut Kramer (1987) mengatakan bahwa ada banyak faktor yang

memengaruhi kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Dibawah ini adalah

beberapa faktor yang memengaruhi kejadian BBLR:

Page 8: BBLR USU

a. Umur Ibu

Penelitian Suriani (2010) menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara

umur ibu dengan kejadian BBLR dengan p = 0,01 di mana OR = 1,36 (95% CI: 1,08

–1,73), artinya bahwa risiko responden berumur < 20 tahun atau >35 tahun

kemungkinan melahirkan BBLR 1,36 kali lebih besar dibandingkan dengan

responden umur 20-35 tahun (95% CI = 1,08-1,73). Kondisi usia ibu yang masih

muda sangat membutuhkan zat-zat gizi untuk pertumbuhan biologiknya. Kebutuhan

untuk pertumbuhan biologik ibu dan kebutuhan untuk janin dalam kandungannya

merupakan dua hal yang pemenuhannya berlangsung melalui mekanisme yang

kompetitif, di mana keadaan janin berada di pihak yang lemah. Hal inilah yang

menyebabkan bayi lahir dengan kondisi berat badan yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Sistiarni (2008), menunjukkan bahwa variabel

yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah umur < 20 tahun nilai p = 0,009

(OR=4,28; 1,48 -12,4) dan kualitas pelayanan antenatal nilai p = 0,001 (OR= 5,85 ;

95%Cl= 1,9 – 17,88).

b. Pendidikan Ibu

Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan

dengan kejadian berat bayi lahir rendah dengan nilai p = 0,000 ( OR = 1,80; 95%CI=

1,43 –2,26). Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan

keputusan. Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan mengembangkan

Page 9: BBLR USU

pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin

mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat

mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat

erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan.

c. Penghasilan

Secara tidak langsung penghasilan ibu hamil akan memengaruhi kejadian

BBLR, karena umumnya ibu-ibu dengan penghasilan keluarga rendah akan

mempunyai intake makanan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secara

kuantitas, yang akan berakibat terhadap rendahnya status gizi ibu hamil tersebut.

Keadaan status gizi ibu yang buruk berisiko melahirkan bayi dengan BBLR

dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan status gizi baik. Hal senada

juga diungkapkan oleh Kardjati (1985) dalam Suriani 2010 bahwa faktor penghasilan

berperan dalam meningkatkan risiko kejadian BBLR. Beberapa alasan diantaranya

adalah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kalori, disamping juga karena ibu-ibu

yang miskin sebelumnya juga kurang gizi.

d. Jarak Persalinan

Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada pengaruh jarak persalinan

dengan kejadian berat bayi lahir rendah dengan nilai p = 0,032 ( OR = 1,54; CI 1,04 –

2,28). Seorang ibu setelah persalinan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun

untuk memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan berikutnya.

Page 10: BBLR USU

Menurut Wibowo (1992) jarak kelahiran mempunyai hubungan dengan terjadinya

BBLR, yaitu jarak kelahiran semakin pendek, maka kemungkinan untuk melahirkan

BBLR akan semakin besar pula.

e. Paritas

Paritas atau jumlah kelahiran merupakan faktor penting dalam menentukan

nasibibu serta bayi yang dikandungnya selama kehamilan dan persalinan. Menurut

Depkes (2004) ibu hamil yang telah memiliki anak lebih dari empat orang perlu

diwaspadai, karena semakin banyak anak, rahim ibu pun semakin lemah.

Menurut Suriani (2010) ada pengaruh paritas dengan kejadian BBLR ini

terbukti signifikan (nilai p = 0,032) dengan OR = 1,24 (95% CI: 1,02-1,54). Artinya

bahwa kemungkinan mempunyai risiko melahirkan BBLR pada responden dengan

paritas1 atau > 3 anak adalah 1,24 kali lebih besar dibandingkan responden dengan

paritas 2-3 anak. Ibu hamil dengan paritas lebih dari tiga kali, umumnya akan

mengalami gangguan dan komplikasi dalam masa kehamilannya. Komplikasi yang

sering terjadi adalah gangguan pada plasenta, yaitu abruptio plasenta (plasenta tidak

seluruhnya melekat pada dinding uterus), plasenta letak rendah dan solutio plasenta.

Komplikasi ini mempunyai dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin,

yang selanjutnya akan menyebabkan kejadian BBLR.

f. Komplikasi Kehamilan

Page 11: BBLR USU

Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada pengaruh komplikasi

kehamilan terhadap kejadian bayi berat lahir rendah dengan p = 0,003 (OR = 1,53; CI=

1,16 – 2,02). Dapat berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Suriani

(2010) menyatakan bahwa infeksi selama hamil dapat berhubungan secara langsung

maupun tidak langsung dengan kejadian BBLR, seperti infeksi pada penyakit malaria,

toksoplasma, plasmodium dan infeksi virus. Infeksi virus menghambat pertumbuhan

janin bahkan dapat menyebabkan kematian janin seperti pada infeksi virus rubella

dan cytomegalo virus. Diduga virus-virus tersebut mengeluarkan toksin yang dapat

mengurangi suplai darah ke janin. Infeksi pada saluran kemih juga sering

berhubungan dengan kejadian BBLR dimana infeksi ini dapat menyebabkan infeksi

pada air ketuban dan plasenta sehingga mengganggu suplai makanan ke janin.

Disamping penyakit infeksi penyakit non infeksi juga berhubungan dengan kejadian

BBLR seperti penyakit ginjal kronis, hipertensi, dan diabetes melitus.

Menurut Manuaba (1998) faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

persalinan preterm (prematur ) atau bayi berat lahir rendah adalah :

1. Faktor Ibu

a. Gizi saat hamil yang kurang

b. Umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun

c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.

d. Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah

(perokok)

Page 12: BBLR USU

e. Faktor pekerja yang terlalu berat

3. Faktor Kehamilan

a. Hamil dengan hidramnion

b. Hamil ganda

c. Perdarahan antepartum

d. Komplikasi hamil: preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini.

4. Faktor Janin

a. Cacat bawaan

b. Infeksi dalam rahim

5. Faktor yang Masih Belum Diketahui

Hasil critical assesment dan meta analysis terhadap berbagi literatur-literatur

medis berbahasa Inggris dan Perancis yang diterbitkan dari tahun 1970-1984 yang

dilakukan oleh Kramer (1987), diidentifikasi 43 determinan potensial berat badan

lahir yaitu:

a. Faktor genetik dan bawaan, meliputi jenis kelamin bayi, suku, tinggi badan

ibu hamil, berat badan sebelum hamil, haemodynamic ibu hamil, tinggi dan

berat badan bapak dan faktor genetik lainnya.

b. Faktor demografik dan psikososial, meliputi umur ibu, status sosial ekonomi

(pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), status perkawinan, faktor

kejiwaan ibu hamil.

Page 13: BBLR USU

c. Faktor obstetrik, meliputi paritas, interval melahirkan anak, kegiatan seksual,

pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya, pengalaman

abortus spontan sebelumnya, pengalaman induced abortion, pengalaman lahir

mati atau kematian neonatal sebelumnya, pengalaman tidak subur sebelumnya

dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol.

d. Faktor Gizi, meliputi pertambahan berat badan masa kehamilan, asupan

energi, pengeluaran energi, kerja dan aktivitas fisik, asupan/status protein, zat

besi dan anemia, asamfolat dan vitamin B12, mineral, seng dan tembaga,

kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin dan mineral lainnya.

e. Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas umum, dan penyakit

episodik, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran kelamin.

f. Faktor paparan zat racun, meliputi merokok, minum alkohol, konsumsi kafein

dan kopi, penggunaan marijuana, ketergantungan pada narkotik, dan paparan

zat racun lainnya.

g. Perawatan antenatal, meliputi kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan

antenatal, dan mutu pelayanan antenatal.

Menurut Baker dan Tower (2005) dalam Suriani (2010), memodifikasi

beberapa faktor risiko dan determinan kejadian BBLR, dari hasil modifikasi tersebut

dihasilkan klasifikasi yang dibedakan menurut faktor bayi yaitu: jenis kelamin,

genetik, ras, dan keadaan plasenta dan faktor ibu yaitu: umur ibu, paritas, jarak

kelahiran, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan

Page 14: BBLR USU

selama hamil, serta faktor lingkungan yaitu: status sosial, ekonomi, nutrisi/IMT,

infeksi/penyakit ibu, pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol, dan tingkat

pengetahuan ibu.

2.3 Perawatan Antenatal

2.3.1 Pengertian Perawatan Antenatal

Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau

dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterine serta ada

tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).

Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care (ANC) adalah kontak

ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi

informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.

Asuhan Antenatal meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk

mendapatkan informasi mengenai kesehatan ibu, menegakkan secara dini penyakit

yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan

menetapkan risiko kehamilan ( risiko tinggi, risiko meragukan, atau risiko rendah ).

Asuhan antenatal juga mempersiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik

(well born baby) dan kesehatan ibu yang baik (well health mother) mempersiapkan

Page 15: BBLR USU

pemeliharaan bayi dan laktasi, memfasilitasi pulihnya kesehatan ibu yang optimal

pada saat akhir kala nifas (Manuaba. 2008).

2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

Tujuan utama antenatal care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan

positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya dengan

ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan

kelahiran dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting untuk menjamin agar

proses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi, 2011).

2.3.3 Tujuan Khusus Pengawasan Antenatal

1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat

kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.

2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan kala

nifas.

3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.

4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian perinatal.

Menurut Depkes RI (2004) kunjungan ideal yang dilakukan oleh ibu hamil

diharapkan mengikuti anjuran sebagai berikut:

a. Awal kehamilan sampai dengan tujuh bulan memeriksakan diri setiap empat

minggu sekali.

Page 16: BBLR USU

b. Usia kehamilan tujuh bulan sampai dengan sembilan bulan tiap dua minggu

sekali.

c. Usia kehamilan sembilan bulan sampai dengan sepuluh bulan tiap satu

minggu sekali.

Kunjungan tersebut bisa lebih banyak frekuensinya bila ada anjuran dari

tenaga pemeriksa kehamilan karena melihat kondisi ibu atau bila ada masalah serta

gangguan pada kandungannya. Frekuensi minimal pemeriksaan kehamilan adalah 4

kali selama kehamilan dengan rincian sebagai berikut:

a. Satu kali pada usia kehamilan satu sampai tiga bulan (triwulan I).

b. Satu kali pada usia kehamilan empat sampai enam bulan (triwulan II).

c. Dua kali pada usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan (triwulan III).

Tabel 2.1 Informasi Setiap Kunjungan Antenatal

Kunjungan Waktu Informasi Penting

Trimester

Pertama Sebelum

Minggu ke 14

Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

Mendeteksi masalah dan menanganinya.

Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisonal yang merugikan.

Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)

Trimester

Kedua Sebelum

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-

Page 17: BBLR USU

Minggu ke 28

gejala preeklampsia, pantau tekanan darah evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Kunjungan Waktu Informasi Penting

Trimester

Ketiga

Antara

minggu

ke 28-36

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Sumber, Depkes RI ( 2004)

2.3.4 Pelayanan Antenatal

1. Konsep Pemeriksaan Antenatal

Menurut Depkes RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar

pelayanan antenatal dimulai dengan :

a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB,

kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.

b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus

kebidanan.

c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa

d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi

(Fe)

e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku

sehari-hari, perawatan payudara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko,

pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan

Page 18: BBLR USU

oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan

pemeriksaan kehamilan ulang.

2. Kunjungan Ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu

hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal

standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini

dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau

sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau

posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi

beberapa tahap, seperti :

a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas

kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan

kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan

pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal

sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan

distribusi kontak sebagai berikut :

Page 19: BBLR USU

a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu

b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu

c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.

A. Jadwal Pemeriksaan

Menurut Depkes RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan

antenatal dibagi atas :

a. Kunjungan Pertama (K1)

Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat

kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6)

Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan

konsultasi.

b. Kunjungan Keempat (K4)

Meliputi : (1) Anamnese (keluhan / masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan

pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan

laboratorium bila ada indikasi / diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan

normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko

tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).

2.3.5 Standar Pelayanan

Menurut Depertemen Kesehatan Republik Indonesia dalam bentuk Standar

Pelayanan Mininal (SPM), kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang

mencakup minimal:

Page 20: BBLR USU

1. Timbang badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid)

4. Mengukur tinggi fundus uteri

5. Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan)

6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling)

7. Tes laboratorium sederhana (Hb, protein urine) atau berdasarkan indikasi

(HbsAg, Sifilis, HIV, malaria, TBC).

Namun dalam perakteknya standar baku masih tetap menggunakan prinsip 5T

standar pemeriksaan / perawatan kehamilan ( ANC) (Arali, 2008).

2.4 Landasan Teori

Menurut Kramer (1987) dalam kajian metodologis dan meta analisis salah satu

faktor penyebab bayi berat lahir rendah adalah faktor demografi dan psikososial

ibunya termasuk didalamnya usia ibu hamil terlalu muda usia <20 tahun dan usia >35

tahun dan, jarak kelahiran yang terlalu dekat serta pendidikan yang rendah. Faktor

lain adalah perawatan antenatal yang kurang baik termasuk didalamnya (jumlah

kunjungan perawatan antenatal pertama, jumlah kunjungan dan kualitas pelayanan)

Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

persalinan bayi berat lahir rendah dari faktor ibu adalah: gizi saat hamil kurang, umur

kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin yang terlalu dekat,

faktor pekerja yang terlalu berat, penyakit yang diderita ibu.

Page 21: BBLR USU

Menurut Suriani (2010) risiko ibu yang berumur < 20 tahun atau > 30 tahun

kemungkinan besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dan pendidikan ibu

berpengaruh terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang berpendidikan rendah risiko

terhadap kejadian BBLR dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi.

2.5 Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah alur penelitian ini

digambarkan dalam kerangka konsep berikut.

Faktor demografi

a. Umur

b. Pendidikan

c. Penghasilan Kejadian

0 BBLN

1 BBLR

Faktor perawatan antenatal

a. Kunjungan pertama

b. Jumlah kunjungan

c. Kualitas pelayanan

Faktor confounding

a. Gizi Ibu

b. Jarak kehamilan

c. Paritas

d. Komplikasi kehamilan

Page 22: BBLR USU

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian