BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Vegetasi Komposisi komunitas tumbuhan dapat diartikan variasi jenis flora yang menyusun suatu komunitas. Komposisi jenis tumbuhan merupakan daftar floristik dari jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas (Misra 1973). Selanjutnya Richard (1966), menggunakan istilah komposisi untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis pohon dalam hutan. Soerianegara dan Indrawan (2005) mengatakan bahwa komposisi jenis dibedakan antara populasi (satu jenis) dan komunitas (beberapa jenis). Kawasan Arboretum PT Arara Abadi merupakan hutan dataran rendah. Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di Arboretum PT Arara Abadi diperoleh keanekaragaman spesies tumbuhan sebanyak 102 spesies dari 47 famili. Adapun spesies tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah spesies-spesies yang berasal dari famili Dipterocarpaceae dan Fabaceae masing-masing sebanyak 9 spesies. Pada Gambar 3 menunjukkan 12 famili yang memiliki jumlah spesies lebih besar atau sama dengan tiga, sedangkan daftar famili dan spesies selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 . Gambar 3 Famili dan jumlah spesies tumbuhan di Arboretum PT Arar Abadi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Anacardiaceae Arecaceae Clusiaceae Dipterocarpaceae Euphorbiaceae Fabaceae Lauraceae Moraceae Myrtaceae Poaceae Polypodiaceae Zingiberaceae Jumlah spesies Famili
17
Embed
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Vegetasi V... · Komposisi komunitas tumbuhan dapat diartikan variasi jenis ... Gambar 5 menunjukkan spesies-spesies tumbuhan yang ... individu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Komposisi Vegetasi
Komposisi komunitas tumbuhan dapat diartikan variasi jenis flora yang
menyusun suatu komunitas. Komposisi jenis tumbuhan merupakan daftar floristik
dari jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas (Misra 1973). Selanjutnya
Richard (1966), menggunakan istilah komposisi untuk menyatakan keberadaan
jenis-jenis pohon dalam hutan. Soerianegara dan Indrawan (2005) mengatakan
bahwa komposisi jenis dibedakan antara populasi (satu jenis) dan komunitas
(beberapa jenis).
Kawasan Arboretum PT Arara Abadi merupakan hutan dataran rendah.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di Arboretum PT Arara Abadi
diperoleh keanekaragaman spesies tumbuhan sebanyak 102 spesies dari 47 famili.
Adapun spesies tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah spesies-spesies
yang berasal dari famili Dipterocarpaceae dan Fabaceae masing-masing sebanyak
9 spesies. Pada Gambar 3 menunjukkan 12 famili yang memiliki jumlah spesies
lebih besar atau sama dengan tiga, sedangkan daftar famili dan spesies
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 .
Gambar 3 Famili dan jumlah spesies tumbuhan di Arboretum PT Arar Abadi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
AnacardiaceaeArecaceaeClusiaceae
DipterocarpaceaeEuphorbiaceae
FabaceaeLauraceaeMoraceae
MyrtaceaePoaceae
PolypodiaceaeZingiberaceae
Jumlah spesies
Fa
mil
i
Famili Dipterocarpaceae merupakan famili dengan anggota spesies
terbanyak yang ditemukan di petak contoh penelitian. Hal ini dikarenakan famili
Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan yang mendominasi pada hutan hujan
tropis seperti hutan-hutan Sumatera, dengan marga seperti Shorea, Hopea,
Dipterocarpus, Vatica, dan Dryobalanops. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
keanekaragaman lokal berhubungan erat dengan sifat-sifat tanah dan iklim mikro.
Naik turunnya intensitas dan sudut penyinaran matahari, curah hujan, suhu dan
pembagian hara antara tanah dan vegetasi adalah lebih besar di hutan tropik
daripada di hutan daerah beriklim sedang (Ashton 1982)
5.1.1 Nilai penting tingkat semai dan tumbuhan bawah
Hasil analisis vegetasi di petak contoh penelitian, tumbuhan pada tingkat
semai dan tumbuhan bawah ditemukan sebanyak 77 spesies dari 40 famili. Jumlah
semai dan tumbuhan bawah pada suatu hutan sangat menentukan keberlangsungan
hutan tersebut untuk beregenerasi dan tetap ada. Berdasarkan nilai INP untuk
spesies tingkat semai dan tumbuhan bawah termasuk ke dalam rangking 10
(sepuluh) besar dengan INP ≥ 5% disajikan pada Gambar 4, sedangkan daftar
spesies tumbuhan tingkat semai dan tumbuhan bawah selengkapnya disajikan
padan Lampiran 6.
Gambar 4 INP spesies tumbuhan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah
Pada Gambar 4 terlihat bahwa spesies tumbuhan yang memiliki INP
terbesar adalah kelat (Syzygium sp1.) dengan nilai INP sebesar 20,6%, diikuti
0 5 10 15 20 25
Syzygium sp1.
Litsea odorifera
Santiria laevigata
Gleichenia microphylla
Korthalsia sp.
Panera semibifida
Palaquium burchii
Piper caducibractum
Zingiber officinale
Dialium indum
Indeks Nilai Penting (%)
Sp
esi
es
Tu
mb
uh
an
spesies tumbuhan medang (Litsea odorifera) sebesar 14,54%, lalan (Santiria
laevigata) sebesar 14,33%, dan resam (Gleichenia microphylla) sebesar 8,07%.
5.1.2 Nilai penting tingkat pancang
Spesies tumbuhan pada tingkat pancang ditemukan sebanyak 47 spesies
dari 27 famili pada petak contoh penelitian, sedangkan nilai INP dari spesies
pancang yang termasuk ke dalam rangking 10 (sepuluh) besar disajikan pada
Gambar 5 dan untuk INP dari semua spesies yang ditemukan di petak contoh
penelitian disajikan dalam Lampiran 7. Gambar 5 menunjukkan spesies-spesies
tumbuhan yang memiliki INP ≥ 6%.
Gambar 5 INP spesies tumbuhan pada tingkat pancang
Berdasarkan Gambar 5 di atas terlihat bahwa Indeks Nilai Penting (INP)
spesies pada tingkat pancang di petak contoh penelitian yang tertinggi yaitu
tumbuhan medang (Litsea odorifera) dengan nilai INP sebesar 34,68%, diikuti
oleh kelat (Syzygium sp1.) dan petatal/petaling (Ochanostachys amentacea), Hal
ini menunjukkan regenerasi medang pada tingkat pancang cukup baik sedangkan,
nilai INP yang paling kecil adalah spesies medang buah (Litsea sp.), kedondong
hutan (Dacryodes rostrata), durian hantu (Coelostegia griffthii), dan punak
(Tetramerista glabra) yang masing-masing memiliki INP sama besar yaitu
sebesar 0,26% spesies-spesies ini sangat sedikit sekali ditemukan pada petak
contoh penelitian.
0 10 20 30 40
Litsea odorifera
Syzygium sp1.
Ochanostachys amentacea
Palaquium burchii
Baccaurea deflexa
Myristica sp.
Canarium tomentosum
Dialium indum
Santiria laevigata
Calophylum pulcherimum
Indeks Nilai Penting (%)
Sp
esi
es
Tu
mb
uh
an
5.1.3 Nilai penting tingkat tiang
Hasil analisis vegetasi pada tingkat tiang ditemukan tumbuhan pada tingkat
tiang ditemukan sebanyak 41 spesies dari 22 famili. Spesies-spesies pada tingkat
tiang yang termasuk rangking teratas dengan INP ≥ 7% di petak contoh
pengamatan disajikan dalam Gambar 6, sedangkan untuk INP dari semua spesies
yang ditemukan di petak contoh penelitian disajikan pada Lampiran 8.
Gambar 6 INP spesies tumbuhan pada tingkat tiang
Pada Gambar 6 terlihat nilai INP terbesar dimiliki oleh spesies tumbuhan
meranti (Shorea smithiana) dengan nilai INP sebesar 43,41%, ini menunjukkan
bahwa meranti yang paling mendominasi diantara spesies lainnya pada tingkat
tiang. Spesies yang memilki INP yang terkecil yaitu spesies kopi-kopi (Randia
anisophylla) sebesar 0,81%.
5.1.4 Nilai penting tingkat pohon
Spesies tumbuhan pada tingkat pohon ditemukan sebanyak 60 spesies dari
32 famili. Spesies-spesies pohon yang memiliki Indeks INP terbesar disajikan
pada Gambar 7 dengan INP ≥ 8%, sedangkan untuk INP dari semua spesies yang
ditemukan di petak contoh pengamatan disajikan pada Lampiran 9.
0 10 20 30 40 50
Shorea smithiana
Myristica sp.
Syzygium sp1.
Palaquium burchii
Litsea odorifera
Pometia pinnata
Ochanostachys amentacea
Jaringa sp.
Macaranga sp.
Nephelium lapaceum
Indeks Nilai Penting (%)
Sp
esi
es
Tu
mb
uh
an
Gambar 7 INP spesies tumbuhan pada tingkat pohon
Gambar 7 terlihat nilai INP terbesar dimiliki oleh spesies tumbuhan
meranti (Shorea smithiana) dari famili Dipterocarpaceae dengan nilai INP sebesar
48,06%. INP ini dapat mencirikan tingkat penguasaan terhadap tempat tumbuh.
Kebanyakan dari spesies Dipterocarpaceae bersifat toleran terhadap intensitas
cahaya pada saat semai dan intoleran setelah mencapai tahap pancang dan tiang
(Ashton 1982).
5.1.5 Penyebaran kelas diameter pohon
Jumlah pohon yang ditemukan pada petak contoh penelitian sebanyak 956
individu yang termasuk ke dalam 60 spesies. Jumlah pohon tersebut memiliki
kelas diameter yang beragam. Kelas diameter pohon yang banyak jumlahnya
terdapat pada kelas diameter 20 – 29 cm dan yang paling sedikit jumlahnya
terdapat pada kelas diameter ≥ 50 cm. Diagram kelas diameter pohon pada petak
contoh pengamatan disajikan pada Gambar 8.
0 10 20 30 40 50 60
Shorea smithiana
Quercus sp.
Litsea odorifera
Syzygium sp1.
Endospermum malaccensis
Myristica sp.
Scorodocarpus borneensis
Sapium sp.
Ochanostachys amentacea
Santiria laevigata
Indeks Nilai Penting (%)
Sp
esi
es
Tu
mb
uh
an
Gambar 8 Diagram kelas diameter pohon per total luas areal petak contoh
penelitian
Berdasarkaan Gambar 8 di atas, struktur vegetasi yang terdapat di petak
contoh penelitian menunjukkan bentuk J terbalik yang berarti struktur tegakan
dalam keadaan normal, karena pohon-pohon yang masih muda lebih banyak
daripada pohon-pohon tua. Jumlah pohon yang berdiameter ≥ 70 cm sebanyak 8
individu, dan diameter pohon yang paling besar adalah 85,98 cm yaitu spesies
meranti (Shorea smithiana). Kondisi vegetasi hutan alam yang normal
ditunjukkan dengan bentuk kurva seperti huruf “J” terbalik (Loewenstein 1996
diacu dalam Husch et al. 2003).
5.1.6 Keanekaragaman spesies tumbuhan
Hasil perhitungan Indeks keanekaragaman Shannon dari setiap tingkat
pertumbuhan seperti tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi nilai indeks keanekaragaman Shannon pada berbagai tingkat
pertumbuhan No Tingkat Pertumbuhan Nilai Indeks Shannon
1 Pohon 2,95
2 Tiang 2.84
3 Pancang 2,99
4 Semai/tumbuhan bawah 3,65
050
100150200250300350400450500550600650700
20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 ≥ 70
Ju
mla
h i
nd
ivid
u (
Ind
/4h
a)
Kelas diameter (cm)
Berdasarkan Tabel 2 tersebut bahwa di lokasi penelitian menunjukkan
untuk tingkat pohon, tiang, dan pancang adalah tingkat keanekaragamannya
sedang. Sedangkan pada tingkat semai dan tumbuhan bawah keanekaragaman
spesiesnya tinggi. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1988), apabila derajat
keanekaragaman lebih kecil dari satu berarti keanekaragaman spesies pada petak
tersebut rendah, berkisar antara satu dan tiga disebut sedang, dan jika lebih besar
dari tiga disebut mempunyai nilai keanekaragaman spesies pada petak tinggi atau
melimpah.
5.1.7 Kemerataan Individu
Indeks kemerataan menggambarkan adanya penyebaran yang merata dari
setiap spesies pada masing-masing tingkat pertumbuhan yang ada. Adapun nilai
Indeks Kemerataan tersebut seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi Nilai Indeks Kemerataan pada berbagai tingkat pertumbuhan
No Tingkat Pertumbuhan Nilai Indeks Kemerataan
1 Pohon 0,76
2 Tiang 0,73
3 Pancang 0,77
4 Semai 0,84
Nilai indeks kemerataan memiliki selang antara 0-1, nilai indeks kemerataan
mendekati 1, maka sebaran individu antar spesies relatif merata, sedangkan bila
nilai indeks mendekati 0 maka sebaran individu antar spesies sangat tidak merata
(Krebs 1978). Dari Tabel 3 terlihat bahwa kemerataan spesies-spesies dari tingkat
pertumbuhan yang ada di petak contoh penelitian menunjukkan penyebaran
individu yang relatif merata, terutama pada tingkat semai ini terlihat dari hasil
indeks kemerataan sebesar 0,84.
5.1.8 Status konservasi spesies tumbuhan
Hasil identifiksi spesies tumbuhan dari 102 spesies tumbuhan yang
ditemukan di petak contoh penelitian sebanyak 14 spesies yang masuk dalam Red
List IUCN 2009 dan 2 spesies tumbuhan termasuk langka. Data mengenai status
konservasi spesies tumbuhan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 tersebut
areal Arboretum PT Arara Abadi mempunyai nilai konservasi yang cukup tinggi.
Tabel 4 Status konservasi spesies tumbuhan yang ditemukan di petak contoh
penelitian
Sumber : Mogea et al. (2001), Red List IUCN (2009)
5.2 Keanekaragaman Tumbuhan Obat
5.2.1 Kekayaan spesies dan famili tumbuhan obat
Dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan dan perhitungan persentase
tumbuhan obat dari keseluruhan spesies tumbuhan yang ditemukan di Arboretum
PT. Arara Abadi diperoleh sebanyak 38 spesies dari 25 famili atau 37% dari
jumlah total spesies yang ditemukan. Nilai persantase tumbuhan obat dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9 Persentase tumbuhan obat dan bukan tumbuhan obat