1 Karakterisasi dan Komposisi Kimia Minyak Biji Tumbuhan Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea L.) (Characterization and Chemical Composition of (Bauhinia purpurea L.) Seed Oil) Elizabeth Mega Kurnia Dewi 1 , Hartati Soetjipto 1 , A. Ign. Kristijanto 1 1 Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga [email protected]ABSTRACT The effect of extraction duration on the yield and of physic-chemistry properties of kachnar (Bauhinia purpurea L.) seed oil has been carried out in Laboratory of Natural Product FSM SWCU, Salatiga. The purposes of this study are: Firstly, to determine the effect of extraction duration on the yield and physico-chemistry properties of B. purpurea seed oil. Secondly, to fractionate and identify the chemical composition of of B. purpurea seed oil. The extraction has been done by soxhlete apparatus with duration from 4,5 to 7,5 hours using hexane. Further on, the physico-chemistry properties of seed oil were characterized and its composition identified by GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectroscopy). Data were analyzed using Randomized Completely Block Design (RBCD) with 3 treatments and 9 replications. As the treatment is the extraction duration which are 4,5; 6,0 and 7,5 hours, respectively, while as the replication is the time of analysis. To test the difference between the treatment-means, the Honestly Significant Different (HSD) at 5% level significance were used. The results show that the peroxide value decreased in 7,5 hours of extracting. On the contrary, the extraction duration has no effect on the yield, moisture content, acid value, and saponification value, respectively. Neutral lipid fraction dominated 94,91% of total lipid of B. purpurea seed oil followed by glycolipid and phospolipid. Keyword: B. purpurea, extraction duration, physical-chemistry properties, fractination, chemical composition PENDAHULUAN Dalam pembuatan produk pangan maupun kosmetik, kehadiran minyak nabati menjadi sesuatu yang penting, misalnya dalam bidang pangan, minyak merupakan media penghantar panas yang paling sering dipakai (menggoreng dan menumis), sedangkan dalam bidang kosmetik, minyak sangat dibutuhkan sebagai pelembab dan pelembut kulit. Di luar fungsi-fungsi khusus tersebut, minyak memiliki peranan esensial sebagai pelarut bahan-bahan yang tidak larut air. Maka dari itu, tidak mengherankan jika minyak nabati menjadi salah satu komoditas penting di dunia. Konsumsi minyak nabati dunia pada tahun 2011-2012 mencapai ±150 juta ton dengan perincian: 114,2 juta ton merupakan penggunaan di sektor pangan dan 35,8 juta ton merupakan penggunaan di sektor non pangan (Gunstone, 2013). Kebutuhan minyak nabati yang sangat besar ini tidak diimbangi dengan penambahan sumber-sumber minyak nabati baru. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sumber daya alam. Meskipun demikian, tidak semua sumber daya tersebut dimanfaatkan dengan baik.
31
Embed
Karakterisasi Dan Komposisi Kimia Minyak Biji Tumbuhan ...€¦ · Karakterisasi dan Komposisi Kimia Minyak Biji Tumbuhan Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea L.) (Characterization and Chemical
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Karakterisasi dan Komposisi Kimia Minyak Biji Tumbuhan Kupu-Kupu
(Bauhinia purpurea L.)
(Characterization and Chemical Composition of (Bauhinia purpurea L.) Seed Oil)
Elizabeth Mega Kurnia Dewi1, Hartati Soetjipto1, A. Ign. Kristijanto1
1Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana,
The effect of extraction duration on the yield and of physic-chemistry properties of kachnar(Bauhinia purpurea L.) seed oil has been carried out in Laboratory of Natural Product FSM SWCU,Salatiga. The purposes of this study are: Firstly, to determine the effect of extraction duration on the yieldand physico-chemistry properties of B. purpurea seed oil. Secondly, to fractionate and identify thechemical composition of of B. purpurea seed oil. The extraction has been done by soxhlete apparatuswith duration from 4,5 to 7,5 hours using hexane. Further on, the physico-chemistry properties of seed oilwere characterized and its composition identified by GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectroscopy).Data were analyzed using Randomized Completely Block Design (RBCD) with 3 treatments and 9replications. As the treatment is the extraction duration which are 4,5; 6,0 and 7,5 hours, respectively,while as the replication is the time of analysis. To test the difference between the treatment-means, theHonestly Significant Different (HSD) at 5% level significance were used. The results show that theperoxide value decreased in 7,5 hours of extracting. On the contrary, the extraction duration has no effecton the yield, moisture content, acid value, and saponification value, respectively. Neutral lipid fractiondominated 94,91% of total lipid of B. purpurea seed oil followed by glycolipid and phospolipid.
Keyword: B. purpurea, extraction duration, physical-chemistry properties, fractination, chemicalcomposition
PENDAHULUAN
Dalam pembuatan produk pangan maupun kosmetik, kehadiran minyak nabati
menjadi sesuatu yang penting, misalnya dalam bidang pangan, minyak merupakan
media penghantar panas yang paling sering dipakai (menggoreng dan menumis),
sedangkan dalam bidang kosmetik, minyak sangat dibutuhkan sebagai pelembab dan
pelembut kulit. Di luar fungsi-fungsi khusus tersebut, minyak memiliki peranan esensial
sebagai pelarut bahan-bahan yang tidak larut air. Maka dari itu, tidak mengherankan
jika minyak nabati menjadi salah satu komoditas penting di dunia.
Konsumsi minyak nabati dunia pada tahun 2011-2012 mencapai ±150 juta ton
dengan perincian: 114,2 juta ton merupakan penggunaan di sektor pangan dan 35,8 juta
ton merupakan penggunaan di sektor non pangan (Gunstone, 2013). Kebutuhan minyak
nabati yang sangat besar ini tidak diimbangi dengan penambahan sumber-sumber
minyak nabati baru.
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sumber daya alam.
Meskipun demikian, tidak semua sumber daya tersebut dimanfaatkan dengan baik.
2
Dalam hal penyediaan minyak nabati, pemanfaatan sumber daya cenderung terpusat
pada satu jenis komoditas saja (misal: sawit). Pemakaian sawit sebagai sumber minyak
nabati merusak ekosistem alam. Setidaknya dalam selang sembilan tahun (2000-2009),
141.000 hektar lahan hutan Kalimantan telah dipakai untuk ekspansi perkebunan sawit
(Greenpeace dalam Rambe, 2014). Oleh sebab itu, penelitian mengenai sumber-sumber
minyak nabati sangat diperlukan. Penelitian-penelitian tersebut diharapkan dapat
menemukan sumber-sumber minyak nabati baru yang dapat bermanfaat sebagai salah
satu usaha pemenuhan kebutuhan akan minyak nabati, berjumlah banyak dan mudah
diperoleh tanpa harus merusak lingkungan.
B. purpurea berasal dari negara-negara kawasan Asia seperti Indonesia, Cina,
Bangladesh dan India. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah berpasir, berlumpur dengan
matahari terik dan tahan akan penguapan (Orwa dkk., 2009). B. purpurea umumnya
digunakan sebagai tanaman peneduh maupun tanaman hias karena daunnya yang
rimbun dan bunganya yang cantik.
Marga Bauhinia telah dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki berbagai fungsi
di bidang kesehatan. Studi farmakologi daun Bauhinia menunjukkan khasiat daun
Bauhinia sebagai antipiretik, anti inflamasi, anti jamur, analgesik dan anti tumor (Ali
dkk. dalam Arain dkk., 2010). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa biji
tumbuhan kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) memiliki minyak nabati sebesar 18,65%.
Minyak tersebut diperoleh dengan metode soxhletasi selama 6 jam dengan
menggunakan 500 ml heksana (Arain dkk., 2010).
Lama waktu ekstraksi sangat berpengaruh pada efisiensi produksi minyak dari
suatu bahan. Selain lama waktu ekstraksi yang optimal, pemisahan fraksi-fraksi minyak
biji B. purpurea juga diperlukan untuk mendapatkan senyawa murni dan memisahkan
dari senyawa lain (pengotor) yang tidak diinginkan. Melihat potensi yang ada di
Indonesia serta penelitian yang belum banyak mengenai B. purpurea yang ada di
Indonesia, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan pengaruh lama waktu ekstraksi terhadap rendemen dan sifat
fisiko-kimiawi minyak biji B. purpurea
2. Melakukan fraksinasi dan identifikasi komponen penyusun minyak biji
tumbuhan kupu-kupu (B. purpurea)
Bahan dan Metode
Alat dan Bahan
3
Biji B. purpurea diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya. Penelitian ini
dilaksanakan selama 6 bulan (Januari-Juni 2014) di Laboratorium Kimia Bahan Alam
FSM UKSW, Salatiga. Sedangkan analisa asam lemak dengan menggunakan GCMS
dilakukan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain heksana, etanol, kloroform, Na2S2O3, NaOH dan HCl berasal dari Merck
KGaA, Germany. Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah grinder (National MX-
T210GN, Matsushita Electric Co., Ltd., Japan), Gas Chromatography-Mass
Hasil fraksinasi TL menunjukan bahwa komponen penyusun terbesar TL adalah
Neutral Lipid (NL) dengan yield sebesar 94,91% diikuti oleh Glycolipid (GL) dan
Phospolipid (PL), hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Ramadan dkk.
(2006). Persentase NL, GL dan PL disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Yield Masing-Masing FraksiMinyak Biji Tumbuhan Kupu-Kupu
Yield (%)
NL PL GL
Hasil penelitian ini 94,91 1,86 3,23
Ramadan dkk., (2006) 99,00 0,27 0,44
Fraksi NL minyak biji tumbuhan kupu-kupu tersusun dari dua komponen yaitu
asam palmitat dan neofitadiena sebesar 38,42% dan 61,58% (Tabel 6). Senyawa
neofitadiena merupakan senyawa terpenoid yang memiliki kemampuan antifungal.
Senyawa tersebut digunakan sebagai antipiretik, analgesik dan vermifugic (Venkata
Raman dkk., 2012). Sedangkan asam palmitat merupakan asam lemak yang umum
ditemukan dalam berbagai minyak nabati.
Tabel 6. Komposisi Kimia Fraksi NL Minyak Biji Tumbuhan Kupu-KupuNP Komponen tR (min) % Rumus Molekul
1. Neofitadiena 34,709 61,58 C20H38
2. Asam palmitat 36,582 38,42 C16H32O2
Keterangan : * NP = Nomor peak, tR=Waktu retensi
Variasi asam lemak fraksi GL minyak biji tumbuhan kupu-kupu lebih beragam
daripada fraksi NL. Tabel 7 menunjukan adanya asam lemak jenuh seperti asam
palmitat, dan asam lemak tak jenuh seperti asam linoleat dan asam oleat. Ketiga asam
lemak ini serupa dengan komposisi minyak biji tumbuhan kupu-kupu yang dilaporkan
Arain dkk. (2010) dan Ramadan dkk. (2006).
Tabel 7. Komposisi Kimia Fraksi GL Minyak Biji Tumbuhan Kupu-KupuNP Komponen tR (min) % Rumus molekul
1. Asetonildimetilkarbinol 5,831 27,06 C6H12O2
10
2. Pentokson 8,039 3,56 C7H14O2
3. Heksadekana 29,181 7,29 C16H34
4. Heptadekana 30,316 4,15 C17H36
5. Tidak teridentifikasi 30,567 1,88 -
6. Tidak teridentifikasi 30,696 2,25 -
7. 3-metil heksadekana 30,883 2,41 C17H36
8. Tidak teridentifikasi 31,566 9,78 -
9. Tidak teridentifikasi 31,717 2,57 -
10. Tidak teridentifikasi 32,584 4,18 -
11. Tidak teridentifikasi 32,633 1,22 -
12. 9-heksil heptadekana 32,990 2,37 C23H48
13. Tidak teridentifikasi 33,172 1,31 -
14. Oktadekana 33,816 6,30 C18H38
15. Isopropil miristat 34,394 3,18 C17H34O2
16. Asam palmitat 36,535 4,25 C16H32O2
17. Asam linoleat 39,940 7,90 C18H32O2
18. Asam oleat 40,042 6,41 C18H34O2
19. Tidak teridentifikasi 47,594 1,93 -
Keterangan : * NP = Nomor peak, tR=Waktu retensi
Adanya beberapa puncak yang tidak teridentifikasi dengan persentase relatif
tinggi (> 1,31%) diduga karena terjadi kekeliruan dalam penggunaan pelarut.
Dari intepretasi spektrum MS yang dilakukan, disimpulkan bahwa kandungan
asam lemak jenuh berantai pendek (C<16, seperti: asam laurat dan asam miristat) dalam
minyak biji tumbuhan kupu-kupu berada dalam fraksi PL (Tabel 8). Kedua asam
tersebut tidak ditemukan dalam penelitian Arain dkk. (2010) dan Ramadan dkk. (2006).
Asam lemak berantai pendek dapat terbentuk dari pecahnya rantai asam lemak akibat
thermal oxidation (Ketaren, 1986) yang diperkirakan terjadi saat penguapan pelarut
menggunakan rotary evaporator.
Tabel 8. Komposisi Kimia Fraksi PL Minyak Biji Tumbuhan Kupu-KupuNP Komponen tR (min) % Rumus molekul
1. Asetonildimetilkarbinol 5,855 87,46 C6H12O2
2. Diasetil monoksim 13,967 3,97 C4H7NO2
3. Asam laurat 27,340 2,08 C12H24O2
4. Asam miristat 32,151 2,25 C14H28O2
11
5. Asam palmitat 36,531 4,25 C16H32O2
Keterangan : * NP = Nomor peak, tR=Waktu retensi
Dari intepretasi yang telah dilakukan terhadap fraksi GL dan PL, terdapat
beberapa senyawa tidak lazim seperti: asetonildimetilkarbinol, diasetil monoksim dan
pentokson. Senyawa-senyawa tersebut terbentuk dari sintesis organik akibat keberadaan
basa (keberadaan Ba(OH)2 dalam pembentukan asetonildimetilkarbinol (Garcia Raso
dkk., 1981)) maupun spesi lain (keberadaan etil nitril dalam pembentukan diasetil
monoksim (Reilly dan Woodburry, 1956)) yang terdapat dalam pelarut yang dipakai.
Kemurnian pelarut yang rendah mengindikasikan kandungan senyawa lain di dalam
pelarut. Selain itu keberadaan asam palmitat dalam setiap fraksi diduga terkait dengan
fraksinasi yang belum sempurna.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Lama waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap rendemen, kadar air,
bilangan asam dan bilangan penyabunan minyak biji B. purpurea. Lama
waktu ekstraksi 7,5 jam hanya berpengaruh terhadap penurunan bilangan
peroksida minyak biji B. purpurea.
2. Lipid total minyak biji B. purpurea didominasi oleh asam linoleat (51,32%)
dan asam palmitat (29,31%) serta terbagi menjadi tiga fraksi yaitu: netral
lipid (94,91%), glikolipid (32,3%) dan fosfolipid (18,6%).
12
Saran
1. Penggunaan pelarut dengan tingkat kemurnian tinggi (pro analysis) dalam
identifikasi komposisi minyak.
2. Penyempurnaan fraksinasi minyak perlu dilakukan untuk mendapatkan
fraksi yang lebih murni
3. Diperlukan penelitian untuk menentukan titik klimaks dari bilangan
peroksida.
4. Diperlukan penelitian mengenai suhu ekstraksi, jenis pelarut yang dipakai
dalam ekstraksi serta volume pelarut yang digunakan dalam ekstraksi untuk
mencapai kondisi ekstraksi yang optimal.
5. Diperlukan pengurangan bilangan asam, dengan pemakaian soda kaustik.
Daftar Pustaka
Arain, S., N. Memon, M.T. Rajput, S.T.H. Sherazi, M.I. Bhanger & S.A. Mahesar.2012. Physico-chemical Characteristics of Oil and Seed Residues of Bauhiniavariegata and Bauhinia linnaei. Pak. J. Anal. Environ. Chem. 13: 16-21.
Arain, S., S.T.H. Sherazi, M.I. Bhanger, S.A. Mahesar, & N. Memon. 2010.Physiochemical Characterization of Bauhinia purpurea Seed Oil and Meal forNutritional Exploration. Polish Journal of Food and Nutrition Sciences 60 (4):341-346.
Garcia Raso, A., J.V. Sinisterra & J.M. Marinas. 1981. A New Ba(OH)2 Catalyst forSynthesis of Diacetone Alcohol. React. Kinet. Catal. Lett. 18: 33-37.
Gunstone, F.D. 2013. Oils and Fats in The Marketplace Non Food Uses.http://lipidlibrary.aocs.org/market/nonfood.htm. (17 Oktober 2013).
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:UIP.Ngassapa, F.N., S.S. Nyandoro & T.R. Mwaisaka. 2012. Effects of Temperature on the
Physicochemical Properties of Traditionally Processed Vegetable Oils andTheir Blends. Tanz. J. Sci. 38: 166-176.
Orwa C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass & A. Simons. 2009. AgroforestreeDatabase:a tree reference and selection guide version 4.0.http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/. (14 Oktober 2013).
Ramadan, M.F., G. Sharanabasappa, Y.N. Seetharam, M. Seshagiri & J-T. Moersel.2006. Characterisation of Fatty Acids and Bioactive Compounds of Kachnar(Bauhinia purpurea L.) Seed Oil. Food Chemistry 98: 359-365.
Rambe, L. 2014. Foto: Kerusakan Hutan Kalimantan Terkini akibat EkspansiPerkebunan Sawit. http://www.mongabay.co.id/2014/03/09/foto-kerusakan-hutan-kalimantan-terkini-akibat-ekspansi-perkebunan-sawit/. (1 April 2014).
Reilly, E.L. & N.J. Woodburry. Preparation of Oximes. Patent USA no. 2.749.358. (5Juni 1956).
Serjouie, A., Chin P.T., H. Mirhosseini & Y.Bin C.M. 2010. Effect of Vegetable –Based Oil Blends on Physicochemical Properties of Oils During Deep-FatFrying. Am. J. of Food Tech.5: 310-323.
Sesridha, L. 2000. Kajian Pengaruh Suhu dan Lama Fraksinasi terhadap Komposisi danSifat Fisiko-Kimia Fraksi Olein dari Minyak Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku
13
Pelumas. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor,Bogor.
SNI 01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan Minyak.Steel, R.G.D. & J.H. Torie. 1980. Prinsip Dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik. Jakarta: Gramedia.Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Prosedur untuk Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.Venkata Raman, B., L.A. Samuel, M. Pardha Saradhi, B. Narashima Rao, A. Naga
Vamsi Krishna, M. Sudhakar & T.M. Radhakrishnan. 2012. Antibacterial,Antioxidant Activity and GC-MS Analysis of Eupatorium odoratum. Asian J.of Pharmaceutical and Clin. Res. 5: 99-106.
14
Lampiran 1.
Paper Seminar Nasional FSM UKSW 2014 Berjudul“KARAKTERISASI DAN KOMPOSISI KIMIA
MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-KUPU(BAUHINIA PURPUREA L.) BUNGA MERAH
MUDA”
14
Lampiran 1.
Paper Seminar Nasional FSM UKSW 2014 Berjudul“KARAKTERISASI DAN KOMPOSISI KIMIA
MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-KUPU(BAUHINIA PURPUREA L.) BUNGA MERAH
MUDA”
14
Lampiran 1.
Paper Seminar Nasional FSM UKSW 2014 Berjudul“KARAKTERISASI DAN KOMPOSISI KIMIA
MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-KUPU(BAUHINIA PURPUREA L.) BUNGA MERAH
MUDA”
KARAKTERISASI DAN KOMPOSISI KIMIA MINYAK BIJITUMBUHAN KUPU-KUPU (BAUHINIA PURPUREA L.) BUNGA
MERAH MUDA
E. Mega Kurnia Dewi1, Hartati Soetjipto1, A. Ign. Kristijanto1
1Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Studi karakterisasi dan komposisi minyak biji tumbuhan kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.)telah dilakukan di Laboratorium Kimia FSM UKSW, Salatiga. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmenentukan sifat fisiko-kimiawi dan komposisi minyak biji B. purpurea bunga merah muda. Ekstraksidilakukan dengan metode soxhletasi selama enam jam dengan pelarut heksana lalu minyak yangdiperoleh dikarakterisasi parameter fisiko-kimiawi, sedangkan analisa komposisi minyak dilakukandengan GCMS. Sifat fisikawi minyak biji tumbuhan kupu-kupu bunga merah muda antara lain: berwarnakuning, berbau khas dan memiliki massa jenis 0,5882 g/cm3. Sifat kimiawi minyak biji tumbuhan kupu-kupu bunga merah muda antara lain: pH 6, bilangan asam 12,59 mg KOH/g sampel, bilangan peroksida50,02 mgrek oksigen/ kg sampel dan bilangan saponifikasi 100,40 mg KOH/g sampel. Hasil analisisisGCMS, menunjukkan komposisi kimia minyak biji B. purpurea bunga merah muda didominasi oleh asamlinoleat (51,32%) dan asam palmitat (29,31%).
Kata kunci: minyak biji, Bauhinia purpurea, tumbuhan kupu-kupu, karakterisasi, komposisi
Pendahuluan
Kesehatan kulit merupakan hal yang didambakan oleh masyarakat khususnya kaumwanita. Berbagai kosmetik dipakai untuk mempercantik diri, namun banyak dari kosmetiktersebut yang justru merusak kulit. Berbagai kosmetik di pasaran sering ditambahkan bahanaditif berbahaya seperti merkuri, pewarna tekstil (rhodamin) dan formalin. BPOM menemukansetidaknya ada 4.232 jenis kosmetik berbahaya yang beredar di pasaran [1].
Trend back to nature menjadi isu global yang melanda banyak sector industri pangan,kesehatan dan kosmetik. Mencuatnya isu ini disebabkan oleh terkuaknya berbagai kasusmengenai dampak negatif penggunaan bahan sintetik.
Dalam pembuatan produk pangan maupun kosmetik, kehadiran minyak nabati menjadisesuatu yang penting. Sebagai contoh dalam bidang pangan, minyak merupakan mediapenghantar panas yang paling sering dipakai. Selain itu minyak juga digunakan sebagai bahancampuran dalam masakan. Dalam bidang kosmetik, minyak sangat dibutuhkan sebagaipelembab dan pelembut kulit. Di luar fungsi-fungsi khusus tersebut, minyak memiliki perananesensial sebagai pelarut bahan-bahan yang tidak larut air. Maka dari itu, tidak mengherankanjika minyak nabati menjadi salah satu komoditas penting di dunia.
Konsumsi minyak nabati dunia pada tahun 2011-2012 mencapai ±150 juta ton denganperincian: 114,2 juta ton merupakan penggunaan di sektor pangan dan 35,8 juta ton merupakanpenggunaan di sector non pangan [2]. Kebutuhan minyak nabati yang sangat besar ini tidakdiimbangi dengan penambahan sumber-sumber minyak nabati baru.
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sumber daya alam. Meskipundemikian, tidak semua sumber daya tersebut dimanfaatkan dengan baik. Dalam hal penyediaanminyak nabati, pemanfaatan sumber daya cenderung terpusat pada satu jenis komoditas saja(misal: sawit). Pemakaian sawit sebagai sumber minyak nabati merusak ekosistem alam.Setidaknya dalam selang 9 tahun (2000-2009), 141.000 hektar lahan hutan Kalimantan telahdipakai untuk ekspansi perkebunan sawit [3]. Oleh sebab itu, penelitian mengenai sumber-sumber minyak nabati sangat diperlukan. Penelitian-penelitian tersebut diharapkan dapatmenemukan sumber-sumber minyak nabati baru yang dapat bermanfaat sebagai salah satu usahapemenuhan kebutuhan akan minyak nabati, berjumlah banyak dan mudah diperoleh tanpa harusmerusak lingkungan.
Marga Bauhinia telah dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki berbagai fungsi dibidang kesehatan. Studi farmakologi daun Bauhinia menunjukkan khasiat daun Bauhiniasebagai antipiretik, anti inflamasi, anti jamur, analgesik dan anti tumor [4]. Penelitian yangsebelumnya telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa biji tumbuhan kupu-kupu (Bauhiniapurpurea L.) memiliki minyak nabati sebesar 18,65%. Minyak tersebut diperoleh denganmetode soxhletasi selama 6 jam dengan menggunakan 500 ml heksana [5].
B.purpurea berasal dari negara-negara kawasan Asia seperti Indonesia, Cina,Bangladesh dan India. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah berpasir, berlumpur denganmatahari terik dan tahan akan penguapan [6]. B.purpurea umumnya digunakan sebagai tanamanpeneduh maupun tanaman hias karena daunnya yang rimbun dan bunganya yang cantik. Melihatpotensi yang ada di Indonesia serta penelitian yang belum banyak mengenai B.purpurea yangada di Indonesia, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan sifat fisiko-kimiawi serta komposisi minyak biji B. purpurea.
Bahan dan Metode
Alat dan Bahan
Biji B.purpurea diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya. Penelitian ini dilaksanakan diLaboratorium Kimia Bahan Alam FSM UKSW, Salatiga. Sedangkan analisa asam lemakdengan menggunakan GCMS dlilakukan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan antara lain heksana, etanol, kloroform, Na2S2O3, NaOH dan HCl berasaldari Merck KGaA, Germany. Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah grinder (NationalMX-T210GN, Matsushita Electric Co., Ltd., Japan), Gas Chromatography-Mass Spectroscopy(GCMS) (Shimadzu QP 2010S, Shimadzu corp., Japan), soxhlet, rotary evaporator, refluks,waterbath (Memmert WNB 14, Memmert GmbH+KG, Germany), neraca analitis 4 digit(Mettler H80, Mettler Instrument Corp., USA) serta peralatan gelas.
Preparasi Sampel dan Ekstraksi Minyak [5] yang dimodifikasi
Biji B.purpurea diangin-anginkan sampai tidak terasa lembab kemudian dihaluskandengan grinder. 42 gram serbuk biji tersebut diekstraksi dengan menggunakan soxhlet selamaenam jam dengan pelarut heksana sebanyak 110ml.
Penentuan Kadar Air Biji B.purpurea [7]
1 gram serbuk B.purpurea ditimbang dengan teliti menggunakan neraca 4 digitkemudian dioven selama satu jam dengan suhu 1050C. Serbuk tersebut ditimbang lalu diovenselama satu jam lagi dengan suhu yang sama. Langkah tersebut diulang sampai diperoleh massakonstan.
Penentuan Rendemen [7]
Penentuan rendemen dilakukan secara gravimetri dengan menggunakan neraca 4 digit.
Penentuan Massa Jenis [7]
Piknometer kosong ditimbang dengan neraca 4 digit lalu diisi dengan 1ml minyak.Hasil pengukuran dicatat.
Penentuan Bilangan Asam [8]
Bilangan asam ditentukan dengan metode SNI 01-3555-1998. Minyak yang telahditimbang ditambah dengan etanol lalu dititrasi dengan NaOH 0,1M.
Penentuan Bilangan Peroksida [8]
Minyak ditambah 30 ml campuran kloroform, asam asetat glacial dan etanol 95%. 1gram Kristal KI ditambahkan dalam campuran tersebut. Penentuan bilangan peroksidadilakukan dengan mengukur jumlah KI yang teroksidasi melalui titrasi dengan Na2S2O3.
Penentuan Bilangan Penyabunan [8]
2 gram minyak ditambah dengan 25 ml KOH 0,5M berlebih lalu direfluks selama satujam. Jumlah KOH yang tidak bereaksi dititrasi dengan HCl 0,5M.
Analisa Komposisi Kimia Minyak
Analisa komposisi kimia minyak dilakukan dengan alat GCMS (Shimadzu QP2010S)dengan dimensi kolom 30 m x 0,25 mm (Rastek stabilwakR-DA), gas pembawa helium danmetode pengionan EI (Electron Ionization) 70 Ev.
Hasil dan Diskusi
Rendemen dan Parameter Fisiko-kimia
Dari penelitian yang telah dilakukan, rendemen minyak B.purpurea yang diperoleh ialah15,77%. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya sebesar18,16% [5] dan 17,5% [9]. Perbedaan tekstur tanah dan keadaan lingkungan menjadi faktorutama yang menyebabkan hal ini terjadi [10]. Faktor-faktor tersebut juga memungkinkan
adanya perbedaan dalam parameter fisiko-kimia minyak yang telah diperoleh. Hasil pengukuranparameter fisiko-kimia minyak disajikan dalam Tabel 1:
Tabel 1. Parameter Fisiko-Kimia Minyak Biji B.purpurea
ParameterMinyak biji B. purpurea
SNI**Penelitian Referensi*
pH 6 (-) (-)
Warna KuningaKuning emas
(Red=2,52yellow=50,5)b
(-)
Aroma Khas (-) (-)
Massa jenis (g/ml) 0,5882 (-) (-)
Bilangan asam (mgKOH/g sampel) 12,59 16,00 (-)
Bilangan peroksida (mgrek oksigen/ kg sampel) 50,02 0,50 50-90
Bilangan penyabunan (mgKOH/ g sampel) 100,40 189,02 (-)
* Sumber [5]
** Perkiraan hasil menurut SNI (Standard Nasional Indonesia) 01-3555-1998 dengan massasampel 0,5 gram
a Pengamatan secara deskriptif
b Pengukuran dengan menggunakan Lovibond Tintometer (Model AF710,The Tintometer,Ltd., Salisbury, UK)
(-) Tidak dilakukan pengukuran/tidak ada data
Hasil bilangan saponifikasi yang diperoleh dari penelitian ini lebih kecil daripadapenelitian sebelumnya [5]. Bilangan saponifikasi yang kecil menunjukkan proporsitriasilgliserol asam lemak berrantai panjang lebih banyak daripada triasilgliserol asam lemakyang berrantai pendek [11]. Adanya kandungan asam lemak rantai panjang yang banyak dapatdigunakan sebagai sabun anti busa maupun sebagai pelembab dalam sediaan lotion.
Penentuan bilangan asam minyak B.purpurea menunjukkan nilai yang kecil. Hal inimengindikasikan bahwa minyak ini memiliki kestabilan yang besar. Kandungan asam lemakbebas yang kecil bersifat non-irritant bagi kulit. Hasil ini diperkuat dengan penelitiansebelumnya yang melaporkan bahwa bilangan asam minyak biji B.purpurea ialah 16,00mgKOH/g sampel [5].
Bilangan peroksida merupakan indikator suatu minyak akan berbau tengik [12]. Adanyaperbedaan bilangan peroksida yang tinggi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian inidapat disebabkan oleh kondisi dan masa simpan minyak yang berbeda. Minyak mudah sekalimengalami autooksidasi menjadi senyawa peroksida dan hiperperoksida. Jumlah peroksidamaupun hiperperoksida memiliki titik klimaks yang kemudian akan menurun seiring denganterbentuknya aldehid dan keton dari senyawa tersebut [12]. Letak titik klimaks ini terhadapwaktu sangat dipengaruhi oleh kondisi (suhu, cahaya, kelembaban) serta lama waktupenyimpanan minyak. Oleh sebab itu diperlukan suatu penelitian khusus untuk menentukan titikklimaks tersebut. Selain itu, besar bilangan peroksida yang berbeda juga dapat disebabkan darijumlah sampel yang dipakai saat pengujian [8]. Dengan pemakaian sampel yang berbeda, hasilkisaran bilangan peroksida yang diperoleh pun akan berbeda.
Komposisi kimia minyak biji tumbuhan kupu-kupu
Komposisi minyak biji tumbuhan kupu-kupu disajikan dalam tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Minyak Biji B.purpurea Bunga Merah Muda
(-) Tidak ada kandungan senyawa dalam minyak biji B.purpurea
* Sumber [5]
Senyawa-senyawa yang tidak teridentifikasi (puncak 6,7,8) diperkirakan adalah asamlemak atau ester asam lemak yang telah terpolimerisasi sebelum dilakukan analisa GCMS.Polimerisasi asam linoleat dapat disebabkan oleh adanya kontak minyak dengan panas (kalor)yang menghasilkan senyawa dimer dan trimer asam linoleat dengan massa molekul yang sangatbesar [12]. Sementara itu, fragmentasi asam linoleat sebagai senyawa penyusun utama minyakbiji B.purpurea diilustrasikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Fragmentasi Asam Linoleat [13]
Perbandingan komposisi asam lemak dalam minyak biji tumbuhan kupu-kupu(B.purpurea) dengan minyak nabati lain, disajikan dalam Tabel 3.
Gambar 1. Fragmentasi Asam Linoleat [13]
Perbandingan komposisi asam lemak dalam minyak biji tumbuhan kupu-kupu(B.purpurea) dengan minyak nabati lain, disajikan dalam Tabel 3.
Gambar 1. Fragmentasi Asam Linoleat [13]
Perbandingan komposisi asam lemak dalam minyak biji tumbuhan kupu-kupu(B.purpurea) dengan minyak nabati lain, disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Komposisi Asam Lemak Minyak Biji B.pupurea dengan Minyak Lain
Telaah dari Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan asam lemak dalam minyak bijitumbuhan kupu-kupu hampir menyerupai komoditas-komoditas minyak nabati yang sudahdikenal, sehingga minyak ini dapat menjadi alternatif untuk subtitusi dalam bidang kosmetikmaupun kesehatan ditinjau dari aspek kelengkapan asam lemaknya.
Komposisi asam lemak minyak B.purpurea hasil penelitian ini didominasi oleh asamlinoleat dengan kadar 51,32%. Hasil ini menunjukkan kisaran yang kurang lebih ekuivalendengan penelitian sebelumnya yaitu 55,34% [5].
Kandungan asam linoleat dalam minyak dapat berfungsi untuk menghaluskan kulit [5]dan merangsang pertumbuhan rambut [17]. Defisiensi dari nutrisi ini berakibat buruk padakesehatan kulit. Kulit akan menjadi kasar dan bersisik serta dapat terkena dermatitis [17].
Kandungan asam palmitat sebagai asam lemak jenuh dapat digunakan sebagai bahanbaku segala jenis sabun. Asam palmitat merupakan asam lemak utama yang terkandung dalamsemua jenis sabun (medicated, laundry, toilet dan antiseptic) [18]. Selain itu asam palmitat jugadapat dignunakan sebagai bahan baku surfaktan pengangkat minyak dalam air [19].
Sama halnya dengan asam palmitat, asam stearat juga sering dijadikan bahan bakusurfaktan. Asam stearat juga digunakan sebagai bahan pengeras sabun, pembersih dan bahanpengisi [20].
Meninjau manfaat dari ketiga senyawa yang terkandung dalam minyak biji tumbuhankupu-kupu (B.purpurea) maka, minyak ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam bidangkosmetik maupun pangan. Namun, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan-kandungan senyawa lain untuk menentukan apakah minyak tersebut layak digunakan sebagaiminyak konsumsi (consumable oil).
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, parameter fisiko-kimia dari minyak bijiB.purpurea bunga merah muda antara lain: bewarna kuning, berbau khas, memiliki pH 6, massajenis 0,5882 g/cm3, bilangan asam 12,59 mgKOH/g sampel, bilangan saponifikasi 100,40mgKOH/g sampel dan bilangan peroksida 50,02 mgrek oksigen/ kg sampel. Komposisi minyakB.purpurea didominasi oleh senyawa asam linoleat sebanyak 51,32% dan asam palmitatsebanyak 29,31%.
Daftar pustaka
[1]Widiyani, R., BPOM Temukan Ribuan Jenis Kosmetik Berbahaya. 2013, diunduh darihttp://health.kompas.com/read/2013/10/21/1716166/BPOM.Temukan.Ribuan.Jenis.Kosmetik.Berbahaya, (1 April 2014).
[2]Gunstone, F.D., Oils and Fats in The Marketplace Non Food Uses. 2013, diunduh darihttp://lipidlibrary.aocs.org/market/nonfood.htm, (17 Oktober 2013).
[3]Rambe, L., Foto: Kerusakan Hutan Kalimantan Terkini akibat Ekspansi Perkebunan Sawit.2014, diunduh dari http://www.mongabay.co.id/2014/03/09/foto-kerusakan-hutan-kalimantan-terkini-akibat-ekspansi-perkebunan-sawit/, (1 April 2014).
[4]Ali, M.S., I. Azhar, Z. Amtul, V.U. Ahmad, K. Usmanghani, “Anti-microbial Screening ofSome Caesalpiniaceae,” Fitoterapia vol. 70, hal. 299-304, 1995.
[5]Arain, S., S.T.H. Sherazi, M.I. Bhanger, S.A. Mahesar, N. Memon, “PhysiochemicalCharacterization of Bauhinia purpurea Seed Oil and Meal for NutritionalExploration,” Polish Journal of Food and Nutrition Sciences vol. 60, no. 4, hal. 341-346, 2010.
[6]Orwa C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass, A. Simons, Agroforestree Database:a treereference and selection guide version 4.0. 2009, diunduh darihttp://www.worldagroforestry.org/af/treedb/, (14 Oktober 2013).
[7]Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, Prosedur untuk Analisa Bahan Makanan danPertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1997.
[8]SNI 01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan Minyak.
[9]Ramadan, M.F., G. Sharanabasappa, Y.N. Seetharam, M. Seshagiri, J-T. Moersel,“Characterisation of Fatty Acids and Bioactive Compounds of Kachnar (Bauhiniapurpurea L.) Seed Oil,” Food Chemistry vol. 98, hal. 359-365, 2006.
[10]Leilah, A.A. dan S.A. Al-Khateeb, “Growth and Yield of Canola (Brassica napus L.) inrelation to Irrigation Treatments and Nitrogen Levels,” J.Agr. Sci. vol. 28, hal. 819-828, 2003.
[11]Toscano, G. dan E. Maldini, “Analysis of The Physical and Chemical Characteristics ofVegetable Oils as Fuel.” J.of Ag. Eng.vol. 3, hal. 39-47, 2007.
[12]Ketaren, S., Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:UIP, 1986.
[13]Kilo, A.K., I.Isa, W.J.A. Musa, Analisis Kadar Asam Linoleat dan Asam Linolenat padaTahu dan Tempe yang Dijual di Pasar Telaga secara GC-MS. 2014, diunduh darihttp://repository.ung.ac.id/hasilriset/show/1/389/analisis-kadar-asam-linoleat-dan-asam-linoleat-pada-tahu-dan-tempe-yang-dijual-di-pasar-telaga-secara-gc_ms.html, (7Mei 2014).
[14]Wang, T., Soybean Oil, dalam F.D. Gunstone (Ed.), Vegetable Oils in Food Technology:Composition, Properties and Uses. Oxford:Blackwell Publishing, hal.18-58, 2002.
[15]O’Brien, R.D., Cottonseed Oil, dalam F.D. Gunstone (Ed.), Vegetable Oils in FoodTechnology: Composition, Properties and Uses. Oxford:Blackwell Publishing,hal.203-230, 2002.
[16]Moreau, R.A., Corn Oil, dalam F.D. Gunstone (Ed.), Vegetable Oils in Food Technology:Composition, Properties and Uses. Oxford:Blackwell Publishing, hal.278-296, 2002.
[17]O’Brien, R.D., Fat and Oils: Formulating and Processing for Applications 3rd Edition.Boca Raton. Florida: CRC Press, 2009.
[18]Oghome, P., M.U. Eke dan C.I.O. Kamalu, “Characterization of Fatty Acid Used in SoapManufacturing in Nigeria: Laundry, Toilet, Medicated and Antiseptic Soap,“ Int.J. ofModern Eng. Research vol. 2, hal. 2930-2934, 2012.
[19]Asadov, Z.H., A.H. Tantawy, I.A. Zarbaliyeva, R.A. Rahimov dan G.A. Ahmadova,“Surfactants Based on Palmitic Acid and Nitrogenous Bases for Removing Thin OilSlicks from Water Surface,” Chemistry Journal vol. 2, hal 136-145, 2012.
[20] Nave, R., Stearic Acid. http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/organic/stearic.html, (2Maret 2014).
15
Lampiran 2.
Paper Seminar Nasional FSM UKSW 2014 Berjudul“PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP
RENDEMEN DAN PARAMETER FISIKO-KIMIAWI MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-
KUPU (BAUHINIA PURPUREA L.)”
15
Lampiran 2.
Paper Seminar Nasional FSM UKSW 2014 Berjudul“PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP
RENDEMEN DAN PARAMETER FISIKO-KIMIAWI MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-
KUPU (BAUHINIA PURPUREA L.)”
15
Lampiran 2.
Paper Seminar Nasional FSM UKSW 2014 Berjudul“PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP
RENDEMEN DAN PARAMETER FISIKO-KIMIAWI MINYAK BIJI TUMBUHAN KUPU-
KUPU (BAUHINIA PURPUREA L.)”
PENGARUH LAMA EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN DANPARAMETER FISIKO-KIMIAWI MINYAK BIJI BAUHINIA
PURPUREA L.
E. Mega Kurnia Dewi1, Hartati Soetjipto1, A. Ign. Kristijanto1
1Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Studi pengaruh lama ekstraksi terhadap parameter fisiko-kimiawi minyak biji tumbuhan kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.) telah dilakukan di Laboratorium Kimia FSM UKSW, Salatiga. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh lama waktu ekstraksi terhadap rendemen dan sifatfisiko-kimiawi minyak biji B. purpurea bunga merah muda. Ekstraksi dilakukan dengan metodesoxhletasi selama 4,5; 6,0 dan 7,5 jam dengan pelarut heksana lalu minyak yang diperoleh dikarakterisasiparameter fisiko-kimiawi. Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 3perlakuan lama waktu ekstraksi dan sebagai kelompok adalah waktu analisis. Pengujian antar rataanperlakuan dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu ekstraksi 7,5 jam menurunkan bilangan peroksidaminyak biji tumbuhan kupu-kupu. Sementara itu, lama ekstraksi tidak berpengaruh terhadap rendemen,kadar air, bilangan asam dan bilangan penyabunan minyak sehingga berdasarkan penelitian ini diperolehlama ekstraksi optimal minyak biji tumbuhan kupu-kupu yaitu 4,5 jam.
Kata kunci: B.purpurea, lama ekstraksi, parameter fisiko kimiawi, minyak biji, rendemen
PendahuluanDalam pembuatan produk pangan maupun kosmetik, kehadiran minyak nabati menjadi
sesuatu yang penting. Dalam bidang pangan misalnya, minyak merupakan media penghantarpanas yang paling sering dipakai. Selain itu minyak juga digunakan sebagai bahan campurandalam masakan. Dalam bidang kosmetik, minyak sangat dibutuhkan sebagai pelembab danpelembut kulit. Di luar fungsi-fungsi khusus tersebut, minyak memiliki peranan esensial sebagaipelarut bahan-bahan yang tidak larut air. Maka dari itu, tidak mengherankan jika minyak nabatimenjadi salah satu komoditas penting di dunia.
Konsumsi minyak nabati dunia pada tahun 2011-2012 mencapai ±150 juta ton denganperincian: 114,2 juta ton merupakan penggunaan di sektor pangan dan 35,8 juta ton merupakanpenggunaan di sektor non pangan [1]. Kebutuhan minyak nabati yang sangat besar ini tidakdiimbangi dengan penambahan sumber-sumber minyak nabati baru.
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sumber daya alam. Meskipundemikian, tidak semua sumber daya tersebut dimanfaatkan dengan baik. Dalam hal penyediaanminyak nabati, pemanfaatan sumber daya cenderung terpusat pada satu jenis komoditas saja(misal: sawit). Pemakaian sawit sebagai sumber minyak nabati merusak ekosistem alam.Setidaknya dalam selang sembilan tahun (2000-2009), 141.000 hektar lahan hutan Kalimantantelah dipakai untuk ekspansi perkebunan sawit [2]. Oleh sebab itu, penelitian mengenaisumber-sumber minyak nabati sangat diperlukan. Penelitian-penelitian tersebut diharapkandapat menemukan sumber-sumber minyak nabati baru yang dapat bermanfaat sebagai salah satuusaha pemenuhan kebutuhan akan minyak nabati, berjumlah banyak dan mudah diperoleh tanpaharus merusak lingkungan.
Marga Bauhinia telah dikenal sebagai tumbuhan yang memiliki berbagai fungsi dibidang kesehatan. Studi farmakologi daun Bauhinia menunjukkan khasiat daun Bauhiniasebagai antipiretik, anti inflamasi, anti jamur, analgesik dan anti tumor [3]. Penelitian yangsebelumnya telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa biji tumbuhan kupu-kupu (Bauhinia
purpurea L.) memiliki minyak nabati sebesar 18,65%. Minyak tersebut diperoleh denganmetode soxhletasi selama 6 jam dengan menggunakan 500 ml heksana [4].
B.purpurea berasal dari negara-negara kawasan Asia seperti Indonesia, Cina,Bangladesh dan India. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah berpasir, berlumpur denganmatahari terik dan tahan akan penguapan [5]. B.purpurea umumnya digunakan sebagai tanamanpeneduh maupun tanaman hias karena daunnya yang rimbun dan bunganya yang cantik.
Meskipun memiliki potensi pemanfaatan yang besar, penelitian mengenai lamaekstraksi minyak biji B.purpurea belum pernah dilakukan. Lama waktu ekstraksimempengaruhi laju suatu bahan terlarut (solute) larut dalam pelarut (solvent). Semakin lamawaktu ekstraksi semakin banyak solute yang terlarut dalam solvent akan tetapi diperlukan durasiyang tepat dalam proses ekstraksi agar proses ekstraksi berjalan efisien [6]. Solvent akanmengalami kejenuhan pada suatu titik yang secara ekonomis tidak menguntungkan bagiindustri. Lee [7] membuat model peningkatan OER (Oil Extraction Rate= laju ekstraksi minyak)terhadap efisiensi produksi dari perusahaan minyak sawit Malaysia. Dari studi tersebutdiperoleh sebuah perkiraan bahwa satu persen peningkatan OER akan meningkatkan efisiensiproduksi secara signifikan sampai dua unit.
Melihat potensi yang ada di Indonesia, penelitian yang belum banyak mengenaiB.purpurea yang ada di Indonesia serta pentingnya lama ekstraksi optimal dari minyak bijiB.purpurea, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan pengaruh lamawaktu ekstraksi terhadap rendemen dan sifat fisiko-kimiawi minyak biji B. purpurea bungamerah muda.
Bahan dan Metode
Alat dan BahanBiji B.purpurea diperoleh dari Salatiga dan sekitarnya. Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Kimia Bahan Alam FSM UKSW, Salatiga. Sedangkan analisa asam lemakdengan menggunakan GCMS dlilakukan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan antara lain heksana, etanol, kloroform, Na2S2O3, NaOH dan HCl berasaldari Merck KGaA, Germany. Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah grinder (NationalMX-T210GN, Matsushita Electric Co., Ltd., Japan), Gas Chromatography-Mass Spectroscopy(GCMS) (Shimadzu QP 2010S, Shimadzu corp., Japan), soxhlet, rotary evaporator, refluks,waterbath (Memmert WNB 14, Memmert GmbH+KG, Germany), neraca analitis 4 digit(Mettler H80, Mettler Instrument Corp., USA) serta peralatan gelas.
Preparasi Sampel dan Ekstraksi Minyak [4] yang dimodifikasiBiji B.purpurea diangin-anginkan sampai tidak terasa lembab kemudian dihaluskan
dengan grinder. 42 gram serbuk biji tersebut diekstraksi dengan menggunakan soxhlet selamaenam jam dengan pelarut heksana sebanyak 110ml.
Penentuan Kadar Air Biji B.purpurea [8]1 gram serbuk B.purpurea ditimbang dengan teliti menggunakan neraca 4 digit
kemudian dioven selama satu jam dengan suhu 1050C. Serbuk tersebut ditimbang lalu diovenselama satu jam lagi dengan suhu yang sama. Langkah tersebut diulang sampai diperoleh massakonstan.
Penentuan Rendemen [8]Penentuan rendemen dilakukan secara gravimetri dengan menggunakan neraca 4 digit.
Penentuan Massa Jenis [8]Piknometer kosong ditimbang dengan neraca 4 digit lalu diisi dengan 1ml minyak.
Hasil pengukuran dicatat.
Penentuan Bilangan Asam [9]Bilangan asam ditentukan dengan metode SNI 01-3555-1998. Minyak yang telah
ditimbang ditambah dengan etanol lalu dititrasi dengan NaOH 0,1M.
Penentuan Bilangan Peroksida [9]Minyak ditambah 30 ml campuran kloroform, asam asetat glacial dan etanol 95%. 1
gram Kristal KI ditambahkan dalam campuran tersebut. Penentuan bilangan peroksidadilakukan dengan mengukur jumlah KI yang teroksidasi melalui titrasi dengan Na2S2O3.
Penentuan Bilangan Penyabunan [9]2 gram minyak ditambah dengan 25 ml KOH 0,5M berlebih lalu direfluks selama satu
jam. Jumlah KOH yang tidak bereaksi dititrasi dengan HCl 0,5M.
Analisa dataData parameter fisiko-kimiawi rendemen minyak dianalisis dengan menggunakan
rancangan dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok), 3 perlakuan dan 9 ulangan. Sebagaiperlakuan adalah durasi/lama waktu ekstraksi yaitu: 4,5 jam, 6 jam dan 7,5 jam sedangkansebagai kelompok adalah waktu analisis. Pengujian antar rataan perlakuan dilakukan denganmenggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat kebermaknaan 5 % [10].
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian rendemen dan sifat fisiko-kimiawi minyak biji B.purpurea antar berbagailama waktu ekstraksi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rendemen dan Parameter Fisiko-kimiawi Minyak Biji B.purpurea antar BerbagaiLama Waktu Ekstraksi
Keterangan : * W: Beda nyata jujur 5%* SE : Simpangan Baku Taksiran* Angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan
sedangkan angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyataantar perlakuan.
(-) Lebih kecil daripada perkiraan hasil SNI 01-3555-1998 untuk massa sampel 1 gram minyak.
RendemenRendemen minyak biji B.purpurea berkisar antara 15,47± 1,13% sampai 16,10± 1,38%.
Dari penelitian yang telah dilakukan, lama waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadaprendemen minyak yang diperoleh. Hal ini terkait oleh kejenuhan pelarut sehingga minyak tidakdapat larut lagi dalam pelarut. Rendemen yang diperoleh dari penelitian ini tidak berbeda jauhdengan dua penelitian sebelumnya yaitu sebesar 18,16% [4] dan 17,5% [11].
Kadar air
Kadar air minyak biji B.purpurea berkisar antara 2,34±0,76%-2,51±0,69%. Telaah daritabel 1 menunjukan bahwa lama ekstraksi tidak berpengaruh terhadap kadar air minyak. Kadar
air dalam minyak akan memperburuk kualitas minyak dengan mempercepat proses hidrolisistrigliserida membentuk gliserol dan asam lemak [12].
Bilangan asam
Bilangan asam merupakan jumlah mg KOH yang terbentuk untuk menetralkan asamlemak bebas dalam satu gram minyak. Asam lemak bebas terbentuk setelah terjadi oksidasidan/atau hidrolisa minyak. Asam lemak bebas berantai panjang menyebabkan rasa tidak lezatpada minyak sedangkan asam lemak bebas berantai pendek dapat menguap dan menimbulkanbau (flavor) [12]. Hasil penelitian disajikan dalam tabel 1.
Dari tabel 1, terlihat bahwa lama ekstraksi tidak mempengaruhi bilangan asam minyak.Semakin kecil bilangan asam, semakin besar kestabilan minyak dan semakin baik kualitasnya.Bilangan asam minyak biji B.purpurea berkisar antara 6,25±1,85-6,54±1,88%.
Dari tabel 3 terlihat bahwa minyak biji B.purpurea hasil penelitian ini memilikibilangan asam yang berbeda dengan minyak biji B.purpurea dalam penelitian sebelumnya. Halini disebabkan oleh terjadinya polimerisasi asam lemak sehingga asam lemak bebas tidakterdeteksi [15]. Kestabilan minyak lebih besar. Dibandingkan dengan minyak biji margaBauhinia lainnya, bilangan asam minyak biji B.purpurea lebih besar daripada B.variegata yaitusebesar yaitu 0,6 mgKOH/g sampel dan B.illenai sebesar 0,9 mgKOH/g sampel [16]. Prosespengolahaan untuk mengurangi bilangan asam dapat dilakukan dengan netralisasi asam lemakbebas dalam minyak dengan menambahkan soda kaustik [17].
Bilangan penyabunan
Besar kecilnya bilangan ini menunjukkan jumlah asam lemak yang ada dalam sampel[18]. Bilangan penyabunan merupakan jumlah NaOH atau KOH yang dibutuhkan untukmenyabunkan satu gram minyak. Hasil penelitian ini disajikan dalam tabel 1.
Bilangan saponifikasi minyak biji B.purpurea berkisar antara 112,94±0,12 mgKOH/gsampel sampai 117,05±0,13 mgKOH/g sampel. Nilai ini terbilang kecil jika dibandingkandengan minyak biji Albizia julibrissin dan minyak kedelai (Glycine max) sebesar 190,63 dan179,45 mgKOH/g sampel [14]. Bilangan saponifikasi yang kecil menunjukkan proporsitriasilgliserol asam lemak berrantai panjang lebih banyak daripada triasilgliserol asam lemakyang berrantai pendek [16].
Bilangan peroksida
Bilangan peroksida merupakan jumlah miligram ekuivalen oksigen untuk mengoksidasisatu gram minyak [9]. Bilangan ini adalah sebuah indikator yang menandakan minyak akanberbau tengik. Bilangan peroksida akan meningkat seiring dengan bertambanya senyawaperoksida dan hiperperoksida. Bilangan peroksida minyak biji B.purpurea dari setiap lamawaktu ekstraksi disajikan dalam tabel 1.
Berdasarkan telaah dari tabel 1, lama ekstraksi berpengaruh terhadap bilanganperoksida minyak biji B.purpurea. Penurunan bilangan peroksida terjadi pada pemanasan 7,5jam yang disebabkan oleh pencapaian titik klimaks jumlah senyawa peroksida danhiperperoksida. Jumlah peroksida maupun hiperperoksida memiliki titik klimaks yangkemudian akan menurun seiring dengan terbentuknya aldehid dan keton dari senyawa tersebut[12]. Penurunan bilangan peroksida juga dapat terjadi akibat kontak panas yang terlalu lamapada larutan saat ekstraksi. Senyawa peroksida tidak stabil pada suhu yang tinggi dan akanbertransformasi menjadi senyawa karbonil yang tidak dapat terdeteksi [13].
Perbedaan bilangan peroksida antara hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnyadapat disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel yang dipakai saat pengujian. Kisaran bilangan
peroksida untuk massa sampel 1 gram ialah sebesar 20-30 meq oksigen/g sampel. Bilanganperoksida yang sangat kecil dperkirakan karena pemakaian sampel yang besar (2-5 gramminyak) [9]. Besarnya bilangan peroksida minyak biji B.purpurea mengindikasikan jumlahasam lemak tidak jenuh yang tinggi [12].
Minyak biji B.purpurea memiliki bilangan peroksida yang tinggi dibandingkan denganminyak lain yang berfamili sama (leguminosae). Minyak biji Albizia julibrissin dan kedelai(Glycine max) memiliki bilangan peroksida 6,61 meq oksigen/kg sampel dan 1,52 meqoksigen/kg sampel [14].
Tabel 3. Perbandingan Parameter Fisiko-Kimiawi Minyak Biji B.purpurea dengan Minyak Lain
ParameterMinyak biji B.
purpurea B.v** B.i**
P R*
B.asam (mgKOH/g sampel) 6,25 16,00 0,6 0,9
B. peroksida (mgrek oksigen/ kg sampel) 22,54 0,50 (-) (-)
B. penyabunan (mgKOH/ g sampel) 117,05 189,02 191,30 195,50
Minyak biji Bauhinia purpurea dari penelitian [4]** Minyak biji Bauhinia spesies berbeda, sumber [16]
Dari tabel terlihat bahwa minyak biji B.purpurea hasil penelitian ini memiliki karakteristikfisiko-kimiawi yang berbeda dengan minyak biji B.purpurea dalam penelitian sebelumnya.Bilangan asam yang lebih kecil daripada penelitian sebelumnya memiliki sisi positif bagikestabilan minyak. Meskipun demikian bilangan asam tersebut lebih besar daripada minyak bijiBauhinia spesies lain sehingga diperlukan proses pengolahaan untuk mengurangi bilanganasam. Proses pengolahan minyak dapat dilakukan dengan menetralkan asam lemak bebas dalamminyak dengan menambahkan soda kaustik [Zeldenrust,].Terdapat perbedaan bilangan peroksida antara hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnyayang diperkirakan oleh perbedaan kondisi dan masa simpan minyak. Selain itu perbedaanbilangan peroksida yang diperoleh juga dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel yangdipakai saat pengujian.
Kesimpulan
Penelitian mengenai pengaruh lama ekstraksi terhadap rendemen dan parameter fisikokimiawi minyak biji B.purpurea telah dilakukan. Lama ekstraksi (4,5 jam; 6 jam dan 7,5 jam)tidak berpengaruh terhadap rendemen, kadar air, bilangan asam dan bilangan penyabunanminyak biji B.purpurea. Lama ekstraksi berpengaruh terhadap bilangan peroksida minyak bijiB.purpurea. Pada lama waktu ekstraksi 7,5 jam, bilangan peroksida minyak cenderungmenurun.
Dibutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas minyak sepertipenambahan soda kaustik (mengurangi bilangan asam). Diperlukan pula penelitian lebih lanjutmengenai pengaruh suhu, metode dan pelarut ekstraksi terhadap sifat fisiko-kimiawi minyak bijiB.purpurea untuk mendapatkan kondisi ekstraksi yang paling optimal. Dibutuhkan penelitianlebih lanjut untuk menentukan titik klimaks bilangan peroksida minyak.
Daftar Pustaka
[1]Gunstone, F.D., Oils and Fats in The Marketplace Non Food Uses. 2013, diunduh darihttp://lipidlibrary.aocs.org/market/nonfood.htm, (17 Oktober 2013).
[2]Rambe, L., Foto: Kerusakan Hutan Kalimantan Terkini akibat Ekspansi Perkebunan Sawit.2014, diunduh dari http://www.mongabay.co.id/2014/03/09/foto-kerusakan-hutan-kalimantan-terkini-akibat-ekspansi-perkebunan-sawit/, (1 April 2014).
[3]Ali, M.S., I. Azhar, Z. Amtul, V.U. Ahmad, K. Usmanghani, “Anti-microbial Screening ofSome Caesalpiniaceae,” Fitoterapia vol. 70, hal. 299-304, 1995.
[4]Arain, S., S.T.H. Sherazi, M.I. Bhanger, S.A. Mahesar, N. Memon, “PhysiochemicalCharacterization of Bauhinia purpurea Seed Oil and Meal for NutritionalExploration,” Polish Journal of Food and Nutrition Sciences vol. 60, no. 4, hal. 341-346, 2010.
[5]Orwa C., A. Mutua, R. Kindt, R. Jamnadass, A. Simons, Agroforestree Database:a treereference and selection guide version 4.0. 2009, diunduh darihttp://www.worldagroforestry.org/af/treedb/, (14 Oktober 2013).
[6]Prasetyo S., S., H. Sunjaya dan Y. Yanuar N., “Pengaruh Rasio Massa Daun Suji/PelarutTemperatur dan Jenis Pelarut pada Ekstraksi Klorofil Daun Suji Secara Batch denganPengontakan Dispersi.” Artikel Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat Universitas Katolik Prahayangan, Bandung, 2012.
[7] Lee, Y.N., “Increase Malaysia Palm Oil Production Efficiency.” Thesis of Faculty of SocialScience University of Bergen, Bergen, 2011.
[8]Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi, Prosedur untuk Analisa Bahan Makanan danPertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1997.
[9]SNI 01-3555-1998: Cara Uji Lemak dan Minyak.
[10]Steel, R.G.D. dan J.H. Torie, Prinsip Dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik.Jakarta: Gramedia, 1980.
[11]Ramadan, M.F., G. Sharanabasappa, Y.N. Seetharam, M. Seshagiri, J-T. Moersel,“Characterisation of Fatty Acids and Bioactive Compounds of Kachnar (Bauhiniapurpurea L.) Seed Oil,” Food Chemistry vol. 98, hal. 359-365, 2006.
[12]Ketaren, S., Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:UIP, 1986.
[13]Serjouie, A., Chin P.T., H. Mirhosseini dan Y.Bin C.M., “Effect of Vegetable –Based OilBlends on Physicochemical Properties of Oils During Deep-Fat Frying.” Am. J. ofFood Tech. vol.5, hal. 310-323, 2010.
[14]Nehdi, I., “Characteristics, Chemical Composition and Utilization of Albizia julibrissinSeed Oil.” Ind.Crops and Products vol.33, hal. 30-34, 2011.
[15]Ngassapa, F.N., S.S. Nyandoro dan T.R. Mwaisaka, “Effects of Temperature on thePhysicochemical Properties of Traditionally Processed Vegetable Oils and TheirBlends. “ Tanz. J. Sci. vol.38, hal. 166-176, 2012.
[16]Arain, S., N. Memon, M.T. Rajput, S.T.H. Sherazi, M.I. Bhanger dan S.A. Mahesar,“Physico-chemical Characteristics of Oil and Seed Residues of Bauhinia variegateand Bauhinia linnaei.” Pak. J. Anal. Environ. Chem. Vol. 13, hal. 16-21, 2012.
[18]Sesridha, L., “Kajian Pengaruh Suhu dan Lama Fraksinasi terhadap Komposisi dan SifatFisiko-Kimia Fraksi Olein dari Minyak Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pelumas.”Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2000