PENGARUH PENGHALUSAN DINDING AKSIAL PREPARASI TERHADAP KEKUATAN TARIK SEMEN LUTING PADA LEMPENG LOGAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi OLEH : RIEZKY RHAMDANI J 111 07 030 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PENGHALUSAN DINDING AKSIAL PREPARASI TERHADAP KEKUATAN TARIK
SEMEN LUTING PADA LEMPENG LOGAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH :
RIEZKY RHAMDANI
J 111 07 030
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Manusia dalam menjalani hidupnya tidak dapat mempertahankan secara
keseluruhan fungsi tubuhnya, antara lain gigi. Untuk itu, perlu dibuat gigitiruan
agar fungsi tubuh tidak terhambat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Fungsi gigitiruan adalah memperbaiki atau mengembalikan fungsi
mastikasi, fonetik, dan estetik. Salah satu tanda gigitiruan yang baik adalah dapat
bertahan di tempatnya selama mungkin dan dapat berfungsi sebagaimana
diharapkan. Secara umum gigitiruan dapat dibedakan atas gigitiruan cekat (fixed
denture) dan gigitiruan lepasan (removable denture). Umumnya penderita lebih
nyaman menggunakan gigitiruan cekat dibandingkan gigitiruan lepasan karena
proses adaptasinya yang lebih mudah dan lebih cepat.
Pembuatan gigitiruan cekat (GTC) menghendaki adanya pengasahan pada
gigi penyangga. Untuk memperoleh suatu desain preparasi yang baik, seorang
dokter gigi harus mengikuti 5 prinsip dasar preparasi, yaitu pemeliharaan struktur
gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi,
dan pemeliharaan jaringan periodonsium. Kelima prinsip ini tidak dapat berdiri
sendiri tetapi saling berkaitan, misalnya pemeliharaan struktur gigi menghendaki
preparasi seminimal mungkin. Di sisi lain, preparasi yang tipis menyebabkan
tipisnya restorasi sehingga daya tahan restorasi dipertanyakan.1
P r o s t o d o n s i | 1
Retensi adalah kemampuan dari preparasi untuk mencegah restorasi
terlepas dari gigi penyangga oleh tekanan yang datang searah dengan sumbu gigi.
Ada 4 faktor yang harus dipertimbangkan pada waktu melakukan preparasi gigi
yang mempengaruhi retensi, yaitu derajat kelancipan preparasi, luasnya daerah
permukaan lapisan semen, daerah yang mengalami gesekan, dan kekasaran
permukaan. Adanya kekasaran permukaan permukaan preparasi dimaksudkan
untuk meningkatkan daerah adesi antara semen dan permukaan preparasi sehingga
diharapkan akan meningkatkan retensi.
Dengan kata lain, makin kasar permukaan permukaan preparasi maka daya adesi
semen gigi dapat berfungsi dengan baik.1
Shillingburg dkk mengemukakan bahwa merupakan hal yang penting
cavosurface finish line hendaknya halus dan berkelanjutan untuk memfasilitasi
pembuatan restorasi yang memiliki adaptasi tepi yang baik. Pengurangan jaringan
dalam jumlah yang banyak difasilitasi dengan penggunaan bur intan. Akan tetapi
penggunaannya meninggalkan cavosurface finish line yang tidak teratur sehingga
diperlukan instrumen lain untuk mendapat permukaan yang halus. Untuk itu
digunakan bur karbit dengan ukuran dan bentuk yang sama. 1
Machmud dalam penelitiannya yang meneliti kekasaran pada permukaan
lempeng logam, mendapatkan bahwa kekuatan tarik terbesar adalah lempeng
logam yang diberi perlakuan bentuk anyaman. 2
Hirata dkk dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bur microfinishing
baru dan teknik preparasi one way pulling/pushing menghasilkan kekasaran
P r o s t o d o n s i | 2
permukaan yang lebih halus dibandingkan metode preparasi konvensional yang
menggunakan bur yang sama atau bur intan superfine. 3
Sedangkan Sevgican dkk mengemukakan bahwa penggunaan dua macam bur
tidak mempengaruhi kekuatan ikatan tensil dari adesif ke gigi. 4
Dari data penelitian yang ada sebelumnya mengenai celah tepi yang
dihasilkan dari bebagai macam bur juga dapat mempengaruhi kekasaran dari
dinding preparasi.
Hirata dkk dalam penelitiannya mendapatkan celah tepi minimal diperoleh
dengan kombinasi bur microfinishing-baru dan teknik preparasi one way
pulling/pushing. 3
Ayad juga meneliti mengenai efek dari beberapa macam bur terhadap
kerapatan tepi restorasi ekstrakoronal mendapatkan bahwa celah terbesar terjadi
dengan menggunakan tungten carbide bur, diamond bur, dan yang terkecil adalah
yang menggunakan finishing bur. 5
Yamamoto dkk dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kekasaran
permukaan dari permukaan yang diberi beban tidak mempunyai pengaruh pada
pembentukan retak pada keramik glass yang berbasis mika bonded.6
Sedangkan Celik dkk yang meneliti mengenai prosedur polishing and
finishing pada kekasaran permukaan gigi peparasi mengemukakan bahwa
penggunaan disk aluminium oksida menghasilkan permukaan yang lebih halus
dari pada sistem poles silikon untuk semua jenis resin. 7
Jadi, di satu sisi perlu kekasaran pada permukaan preparasi. Akan tetapi di
sisi lain penghalusan juga perlu dilakukan utamanya pada cavosurface finish line.
P r o s t o d o n s i | 3
Sampai saat ini belum ada data mengenai pengaruh penghalusan dinding aksial
preparasi akibat penggunaan bur karbit terhadap kekuatan tarik dari semen luting
restorasi tuang cekat. Tekanan geser yang akan melepaskan suatu restorasi cekat
dari tempatnya akan menimbulkan tahanan dari semen luting yang disebut
kekuatan tarik. Makin tinggi nilai kekuatan tarik semen luting, menunjukkan
makin retentif suatu restorasi.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka timbul
masalah, yaitu apakah penghalusan dinding aksial preparasi mempengaruhi
kekuatan tarik semen luting dari restorasi tuang cekat. Oleh karena itu dianggap
perlu untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penghalusan Dinding
Aksial Preparasi Terhadap Kekuatan Tarik Semen Luting Pada Lempeng Logam.”
Implikasi klinisnya adalah apakah ada pengaruh penghalusan dinding aksial
preparasi terhadap ketahanan mahkota tuang penuh pada tempatnya di rongga
mulut
I.3 TUJUAN PENELITIAN
I.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui pengaruh penghalusan pada dinding aksial preparasi
terhadap kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam.
P r o s t o d o n s i | 4
I.3.2 TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui kekasaran dari dinding aksial preparasi yang dapat
memberikan kekuatan tarik yang paling tinggi bagi semen luting.
2. Mengetahui kekuatan tarik semen luting dari hasil preparasi yang
dinding aksial preparasinya dihaluskan
3. Mengetahui kekuatan tarik semen luting dari hasil preparasi yang
dinding aksial preparasinya tidak dihaluskan.
I.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Ho = Tidak ada pengaruh penghalusan dinding aksial preparasi
terhadap kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam, pada
α = 0,05
Ha = Ada pengaruh penghalusan dinding aksial preparasi terhadap
kekuatan tarik semen luting pada lempeng logam, pada α = 0,05
I.5 MANFAAT PENELITIAN
1. Memberi informasi tentang pengaruh penghalusan dinding aksial
preparasi terhadap kekuatan tarik semen luting pada restorasi mahkota
tuang penuh yang berpengaruh langsung pada retensi restorasi
tersebut.
P r o s t o d o n s i | 5
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data awal ataupun
pembanding bagi penelitian selanjutnya mengenai semen luting dan
kekasaran permukaan preparasi yang berujung pada restorasi yang
dapat bertahan di tempatnya selama mungkin.
P r o s t o d o n s i | 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 RESTORASI MAHKOTA
Mahkota adalah restorasi yang menutupi seluruh bagian atas gigi. Mahkota
biasa digunakan untuk gigi yang pecah, gigi yang tipis dan sensitif. Mahkota juga
digunakan untuk meningkatkan tampilan gigi alami yang malformasi, malposisi
atau diskolorisasi. 8
Perawatan mahkota dapat menggantikan geligi yang tanggal, memberi
dukungan pada geligi yang tersisa dan membantu mempertahankan kesehatan
mulut yang optimal. 9
Jenis-jenis restorasi mahkota : 10
1. Restorasi mahkota sebagian (Partial Coverage Crowns) mempunyai veneer
logam yang menutupi tiga-perempat hingga empat-perlima mahkota klinis.
2. Restorasi mahkota penuh (Full Coverage Crowns)
a. Full Casted Crowns
b. Full Veneer Crowns
c. Restorasi mahkota jaket keramik (Porselen Fused to Metal)
3. Restorasi mahkota pasak (Post Retained Crowns)
Restorasi mahkota dibuat terpisah yang disemen pada inti. Inti merupakan
perluasan koronal dari pasak dalam saluran akar.
Sesuai dengan klasifikasinya, retensi pasak dan inti terbagi atas dua
kategori, yaitu : 11
P r o s t o d o n s i | 7
a. Pasak Tuang
Pasak tuang merupakan hasil reproduksi saluran akar yang telah
dipreparasi.
b. Pasak Buatan Pabrik
Retensi pasak yang dibuat oleh pabrik. Desainnya sangat bervariasi,
sehingga desain pasak jenis ini dapat dikembangkan.
Mahkota tuang penuh (full casted crowns)
Mahkota tuang penuh (full casted crown) adalah restorasi yang
menyelubungi seluruh permukaan mahkota klinis gigi dan terbuat dari logam
campur secara tuang. 12
Indikasi :
Sebagai restorasi tunggal / sebagai restorasi penyangga pada gigi jembatan. Pada
gigi posterior yang tidak membutuhkan estetik. Gigi dengan karies servikal,
dekalsifikasi, enamel hipoplasi / untuk memperbaiki fungsi kunyah. 12
Kontraindikasi :
1. Sisa mahkota gigi tidak cukup untuk menerima beban daya kunyah
terutama pada gigi dengan pulpa vital.
2. Bila restorasi untuk kepentingan estetik
3. Pada pasien yang memiliki OH buruk sehingga restorasi mudah korosi /
tarnish. 12
P r o s t o d o n s i | 8
II.2 PRINSIP PREPARASI
Untuk memperoleh suatu desain preparasi yang baik, preparasi harus
mengikuti 5 prinsip dasar yang saling berkaitan oleh karena kelimanya memiliki
kepentingan utama yang sama. Prinsip dasar tersebut adalah:1
1. Pemeliharaan struktur gigi
2. Bentuk retensi dan resistensi
3. Daya tahan dari restorasi
4. Integritas tepi restorasi
5. Pemeliharaan jaringan periodonsium
Pengambilan jaringan gigi yang terlalu banyak pada saat preparasi akan
menghasilkan bentuk yang terlalu runcing atau terlalu pendek sehingga memberi
akibat yang kurang baik terhadap retensi maupun resistensi dari restorasi, dan
mencederai pulpa. Untuk maksud tersebut maka perlu penguasaan aspek anatomi
gigi dalam preparasi gigi.1
Kekuatan dasar dari retensi adalah terletak pada dua permukaan aksial
yang berlawanan, yang berimplikasi pada kelancipan atau taper-nya hasil
preparasi. Ada 4 faktor yang harus diperhatikan pada waktu melakukan preparasi
gigi yang mempengaruhi retensi, yaitu derajat kemiringan, luasnya daerah
permukaan lapisan semen, daerah yang mengalami gesekan, dan kekasaran
permukaan preparasi.1
Permukaan preparasi hendaknya jangan terlalu halus dipoles karena daya adesi
dari semen gigi tergantung terutama pada kekasaran permukaan yang akan bersatu
P r o s t o d o n s i | 9
dengannya. Makin kasar permukaan, daya adesi semen gigi dapat berfungsi makin
baik.1
II.3 TEKNIK PREPARASI GIGI
Preparasi Mahkota Tuang Penuh 1,13,14
Persiapan untuk sebuah mahkota tuang penuh dimulai dengan
pengurangan oklusal, sekitar 1,5 mm pada tonjol fungsional dan 1,0 mm pada
tonjol non-fungsional. Dengan melakukan langkah pertama ini, panjang
oklusogingival dari preparasi dapat ditentukan. Retensi yang potensial dari
preparasi dapat kemudian diperhitungkan dan fitur tambahan dapat ditambahkan
Semen ionomer kaca atau nama generik dari sekelompok bahan yang
menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini
mendapatkan namanya dari formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer
yang mengandung gugus karboksil. Semen ini juga disebut sebagai semen
polialkenoat. 15
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan
perekat, bahan base, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II,
membangun badan inti, dan sebagai penutup pit dan fisura. 15
Ada tiga jenis semen ionomer kaca berdasarkan formulanya dan potensi
penggunaannya. Tipe I untuk bahan perekat, Tipe II untuk bahan restorasi, dan
tipe III untuk basis. Juga ada semen ionomer kaca yang pengerasannya dilakukan
oleh sinar. Jenis ini juga disebut sebagai semen ionomer kaca modifikasi resin
sebab melibatkan resin yang dikeraskan sinar dalam formulanya. 15
Karena sifatnya yang melekat secara kimiawi dengan jaringan keras gigi
dan melepaskan fluoride dalam jangka waktu yang cukup lama, penggunaan
semen ionomer kaca menjadi semakin luas. Keuntungan adanya fluor di dalamnya
membuat semen ionomer kaca sangat cocok untuk restorasi pada gigi sulung di
anterior terutama untuk bagian proksimal. Akan tetapi tidak dianjurkan untuk
restorasi pada gigi molar sulung. 16
Keuntungan penggunaan semen ionomer kaca 16
• Perlekatan yang bagus dengan struktur gigi
• Retensi cukup tinggi
P r o s t o d o n s i | 16
• Mampu melepaskan fluoride
• Biokompatibel
• Preparasi minimal dan waktu kerja yang singkat.
Kekurangan semen ionomer kaca 15,16
• Lebih rentan terhadap keausan dibanding komposit
• Mudah larut dalam saliva
• Kasar
• Sensitif terhadap air pada saat setting time.
• Kurang estetis dibandingkan komposit
Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan sebagai bahan pelapik,
dan tidak lama kemudian, bahan-bahan ini digunakan sebagai luting agent. 17
Selain itu, semen ionomer kaca yang tersedia sebagai luting agent
dirumuskan sebagai bahan semen ionomer kaca tradisional, dan sebagai resin-
versi modifikasi. Formulasi ini banyak digunakan oleh dokter dalam beberapa
tahun terakhir, baik karena sifat fisik, dan karena kemudahan penggunaan dalam
hal sifat penanganan.
P r o s t o d o n s i | 17
Gambar 2.7 Powder dan Liquid Glass Ionomer Luting Cement (Sumber: ._____. Porcelain fused to metal crown placement. [serial on the internet]. 09 October 2009 [cited 2011 January 27]. Available from : http://costdentures.com/fixed/porcelain-fused-to-metal-crown-placement/) 18
II.4.2 ZINC PHOSPHATE CEMENT
Luting agent tradisional ini terus menjadi populer untuk restorasi tuang.
Luting agent ini memiliki kekuatan yang memadai pada ketebalan sekitar 25 µm,
berada dalam batas toleransi yang diperlukan untuk membuat restorasi tuang, dan
waktu kerja yang normal. 14
Kelebihan bahan ini dapat dengan mudah dihilangkan. Efek toksik dari
zink fosfat atau lebih khususnya asam fosforik telah banyak dilaporkan. Namun,
keberhasilan penggunaan bahan ini pada pulpa secara klinis dapat diterima selama
masih dalam batas normal dan preparasi tidak terlalu dekat dengan dasar kavitas
Gambar 2.8 Powder dan Liquid Zinc Phosphate Cement(Sumber: ._____. Zink Phosphate Cement. [serial on the internet]. 2008 [cited 2011 January 27]. Available from : http://www.mediceptdental.com/products/dental-cements/zinc-phosphate-cement.html) 19
II.4.3 BAHAN SEMEN LUTING LAIN
Bahan luting yang ideal memiliki waktu kerja / setting yang panjang,
perlekatan yang baik antara stuktur gigi dengan permukaan restorasi, tidak
bersifat toxic terhadap pulpa, dan memiliki kekuatan yang adekuat. 14
Beberapa bahan semen lain yang dapat digunakan sebagai luting adalah : 14
1. Zinc Polycarboxylate Cement
Semen ini merupakan salah satu semen yang baru dan memebrikan bukti
perlekatan yang baik pada komponen kalsium dari strukutur gigi.
Walaupun agak sulit dimanipulasi, semen ini memiliki potensi untuk adesi
klinis ke ion-ion kalsium pada email dan dentin. 20
2. Resin-modified Glass Ionomer Cement
Diantara semen luting yang popular, Resin-modified Glass Ionomer
Cement memiliki solubilitas yang rendah, adesi, dan mikroleakage yang
rendah. Bahan ini menjadi popular karena keuntungan yang didapatkan
yaitu berkurangnya sensitifitas setelah sementasi. 14
3. Composite Resin
Semen ini hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu karena pengerutan
waktu pengerasan yang besar, kecenderungan mengiritasi pulpa,