Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL PRAKTEK PELAYANAN Skema Konsep dan Pedoman Prosedur Protap Pelayanan Resep dari Dokter Prosedur pelayanan resep di apotek ADJIE FARMA adalah sebagai berikut: a. Penerimaan Resep i. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep, meliputi : a) Identitas penulis resep Antara lain nama, alamat, nomor SIP dan tanda tangan/ paraf dokter penulis resep harus ada. Bila tidak jelas atau meragukan wajib ditanyakan kepada dokter penulis resep, terutama untuk obat golongan narkotika dan psikotropika. b) Identitas pasien Antara lain nama, umur, berat badan (untuk anak-anak), dan alamat pasien. Bila tidak lengkap wajib ditanyakan kepada pasien beserta nomor telepon pasien (bila perlu). c) Rasionalitas obat Meliputi nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai. Bila tidak jelas atau meragukan, wajib ditanyakan kepada dokter penulis resep. ii. Pemeriksaan ketersediaan obat 43
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL PRAKTEK
PELAYANAN
3.1 Skema Konsep dan Pedoman Prosedur
3.1.1 Protap Pelayanan Resep dari Dokter
Prosedur pelayanan resep di apotek ADJIE FARMA adalah sebagai
berikut:
a. Penerimaan Resep
i. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep, meliputi :
a) Identitas penulis resep
Antara lain nama, alamat, nomor SIP dan tanda tangan/ paraf
dokter penulis resep harus ada. Bila tidak jelas atau meragukan
wajib ditanyakan kepada dokter penulis resep, terutama untuk obat
golongan narkotika dan psikotropika.
b) Identitas pasien
Antara lain nama, umur, berat badan (untuk anak-anak), dan alamat
pasien. Bila tidak lengkap wajib ditanyakan kepada pasien beserta
nomor telepon pasien (bila perlu).
c) Rasionalitas obat
Meliputi nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai. Bila tidak
jelas atau meragukan, wajib ditanyakan kepada dokter penulis
resep.
ii. Pemeriksaan ketersediaan obat
Setelah langkah (1) dipenuhi, selanjutnya dihitung jumlah obat yang
dibutuhkan. Bila obat tidak tersedia di apotek, maka dapat ditawarkan
beberapa alternatif kepada pasien yaitu :
a) Diganti dengan obat dari pabrik lain yang komposisi serta
kekuatannya sama dengan persetujuan pasien dan bila perlu
berkonsultasi dengan dokter penulis resep.
b) Hanya diambil obat yang tersedia di apotek dan membuatkan
salinan resep.
43
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
iii. Penetapan harga
Dihitung harga obat berikut uang resepnya kemudian disampaikan
kepada pasien. Apabila pasien setuju maka resep dapat dikerjakan.
Apabila pasien tidak mampu membayar keseluruhan resep maka dapat
ditawarkan beberapa alternatif antara lain :
a) Diganti dengan obat generik atau obat dari pabrik lain yang
komposisi serta kekuatannya sama dan harga lebih murah dengan
persetujuan pasien dan bila perlu berkonsultasi dengan dokter
penulis resep.
b)Dilayani sebagian dari resep tersebut sesuai dengan kemampuan
pasien dan pasien disarankan untuk mengambil sisanya, terutama
untuk resep yang mengandung antibiotika.
iv. Pembayaran
Pembayaran dilakukan secara tunai. Pasien yang telah membayar
harga resep diberi struk pembayaran yang dibubuhi tanda LUNAS.
v. Pemberian nomor resep
Resep yang telah dilunasi pasien diberi nomor pelayanan resep, yaitu
dengan menempelkan struk pembayaran bernomor pada lembar resep
tersebut.
vi. Pembuatan salinan resep dan kuitansi
Pembuatan salinan resep dilakukan untuk resep yang membutuhkan
pengulangan, resep yang diambil sebagian, atau apabila pasien
meminta salinan resep. Sedangkan pembuatan kuitansi hanya
dilakukan bila pasien menginginkannya dan pada bagian belakang
kuitansi dituliskan resep yang telah dibayar.
b. Peracikan
i. Penyiapan etiket
Ada 3 macam etiket yang digunakan, yaitu a) etiket sediaan non cair
yang digunakan per oral berwarna putih, b) etiket sediaan cair yang
digunakan per oral berwarna putih dan disertai keterangan “kocok
dahulu”, dan etiket untuk obat luar yang tidak termasuk dalam a) dan
44
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
b) berwarna biru. Pada etiket dituliskan nomor dan tanggal resep,
nama pasien, aturan pakai obat, dan paraf apoteker/ AA.
ii. Peracikan obat
Pengambilan obat dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker di
bawah pengawasan apoteker dan disesuaikan dengan jumlah dan jenis
obat pada resep. Peracikan obat yang disertai dengan perubahan
bentuk (misalnya puyer/ kapsul) dikerjakan oleh juru resep di bawah
pengawasan apoteker atau asisten apoteker.
iii. Pengemasan
Obat yang telah selesai diracik dimasukkan ke dalam wadah yang
sesuai kemudian diberi etiket sesuai dengan yang tertulis pada resep.
c. Pemeriksaan Akhir
Pemeriksaan akhir dilakukan oleh apoteker yang meliputi kesesuaian
nomor resep, nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah, dan aturan pakai
pada hasil akhir dan etiket dengan resep asli, serta pemeriksaan kebenaran
salinan resep dan kuitansi.
d. Penyerahan kepada Pasien
i. Penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan mencocokkan
nomor pelayanan resep, nama dan alamat pasien.
ii. Penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi mengenai
nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai obat, cara
penggunaan obat terutama obat-obat dengan cara penggunaan khusus
(supossitoria, inhaler, obat tetes), cara penyimpanan, efek samping
yang mungkin timbul dan cara mengatasinya, serta pantangan yang
harus dilakukan untuk mendukung keberhasilan terapi.
iii. Untuk obat yang dikirim ke rumah pasien maka dilakukan pemberian
catatan khusus untuk obat yang memerlukan penggunaan khusus dan
pengiriman obat disertai dengan tanda terima pengiriman obat yang
memuat nama dan alamat pasien serta keterangan jumlah uang yang
masih harus dibayar (apabila ada). Apabila obat sudah diterima,
maka penerima obat harus menandatangani tanda terima pengiriman
obat tersebut.
45
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
iv. Rekam Pengobatan Pasien (PMR) : dilakukan pencatatan meliputi
nama pasien, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat, telepon, riwayat
alergi, dan riwayat penyakit. Lembar catatan pengobatan pasien
memuat tanggal dan nomor resep, keterangan dokter penulis resep,
nama obat, aturan pakai, dan membubuhkan paraf. Pada lembar
pengobatan pasien juga memuat catatan pertanyaan yang dapat
ditanyakan oleh pasien pada kunjungan ke apotek berikutnya.
e. Layanan Purna Jual
Layanan purna jual berupa konseling mengenai obat yang digunakan
pasien. Pasien dapat datang sendiri ke apotek atau melalui telepon apabila
memerlukan informasi lebih lanjut atau apabila ada keluhan sehubungan
dengan pemakaian obat.
46
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Gambar 3.1 Alur Pelayanan Obat dengan Resep
47
Resep
Keabsahan
Sah Tidak
Kajian Resep :Nama obatDosis KomposisiSigna
Tidak dilayani
Tidak jelas
Konsultasi dokter Tanya pasien :Keluhan Informasi yang sudah disampaikan dokter
Jelas Tidak jelas
Tidak dilayaniPemeriksaan
Ada Tidak ada :Di UP ke apotek lainDiganti produk lain dengan komposisi yang samaDiambil yang ada saja
Penetapan harga Pembayaran
Peracikan
Etiket, copy resep
Pengemasan + pemeriksaan akhir Penyerahan + KIE
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
3.1.1.1 Contoh Pelayanan Dengan Resep (Care Plan)
Care plan merupakan salah satu bentuk kepedulian farmasis untuk
membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan care plan adalah untuk
mencapai hasil terapi pasien secara maksimal, yang dapat dilakukan dengan jalan
mencegah, menyelesaikan masalah-masalah terapi obat yang mungkin dapat
terjadi serta melakukan monitoring.
Input Terapi
Pada tanggal 10 November 2011 datang pasien bernama Ny. W yang
didiagnosa mengalami allergic disorder dan mendapatkan resep sebagai berikut:
48
Dr. xxxxxPraktek : Jln. xxxx Surabaya
Telp. (031) xxxxxSIP. : xxxxxIDI. xxxxx
Surabaya, 10 – 11 – 2011
R/ Loratadin No. XS 2 dd 1 gatal
R/ Metilprednisolon 16 mg No VII S 3 dd ½ pc
R/ Benoson N skin cream tube I S u e
Pro : Ny. W. Umur :….. th
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Tujuan Terapi
Obat yang diresepkan bertujuan untuk mengatasi allergic reaction (atopik
dermatitis) yang dialami pasien.
Data Penderita
Data penderita diperoleh dari hasil skrining resep sebagai berikut,
dilakukan pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep yang meliputi:
1. Diperiksa dokter penulis resep :
Nama dokter : Dr. TA
Alamat praktek : Jl. xxxxx, Surabaya
SIP : ada
2. Diperiksa pasien penerima resep :
Nama pasien : Ny. W.
Alamat : tidak dicantumkan
3. Kelengkapan resep :
Tempat dan tanggal penulisan resep : Surabaya, 10-11-2011
Tanda tangan/ paraf dokter : ada
Umur : -
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan pasien : tidak dicantumkan
Tanda resep : ada
Nama obat dan jumlah yang diinginkan : ada
Bentuk sediaan yang diinginkan : ada
Aturan pakai : ada, jelas
Keputusan Resep dapat dilayani
A. Disease Factor
i. Definisi
Penyakit alergi dapat didefinisikan suatu respon dari sistem imun
pada tubuh manusia terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Secara normal, sistem imun (termasuk antibodi, sel darah putih, dan sel
mast) berperan dalam sistem pertahanan tubuh dalam melawan senyawa
asing yang disebut alergen. Penyakit alergi dapat terjadi melalui beberapa
49
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
cara, antara lain kontak dengan kulit, mata, melalui hidung atau mulut.
Beberapa senyawa asing yang dapat menyebabkan penyakit alergi, antara
lain serbuk sari, debu, spora, bulu binatang, dan makanan seperti susu, telur,
kacang, kacang kedelai, dan ikan (Katzung, 2010).
Pada penyakit alergi, apabila seseorang terpapar oleh alergen
(antigen) maka sistem imun akan memproduksi antibodi yang spesifik
terhadap antigen tersebut, disebut imunoglobulin E (IgE). IgE berikatan
dengan sel darah putih yang disebut basofil di dalam peredaran darah dan
berikatan dengan sel mast pada jaringan. Pada paparan pertama akan
menyebabkan seseorang sensitif terhadap alergen tapi tidak menimbulkan
gejala tertentu. Pada paparan selanjutnya, sel basofil dan sel mast dimana
IgE terikat di permukaan akan melepaskan senyawa kimia (seperti histamin,
prostaglandin, dan leukotrien) yang menyebabkan pembengkakan atau
inflamasi di sekitar jaringan (Katzung, 2010).
Kata eczema (eksim) dan dermatitis sering dipertukarkan : atopik
eczema sama dengan atopik dermatitis. Penelitian sering menggunakan
kedua istilah tersebut, tetapi agar konsisten, kondisi tersebut dinamakan
atopik eczema di dalam guideline. Eczema dideskripsikan sebagai kelainan
kulit yang gatal dan dikarakterisasi dengan perubahan yang dapat diketahui
seperti kemerahan, melepuh, berkerak, menebal dan kadang warnanya juga
berubah (Scottish Intercollegiate Guideline Network, 2011)
Bila dilihat dari profil pengobatannya, reaksi alergi yang terjadi pada
pasien berupa atopik dermatitis.
ii. Epidemiologi
Dermatitis atopik merupakan masalah kesehatan masyarakat di
seluruh dunia dengan prevalensi pada anak-anak 10-20%, dan prevalensi
pada orang dewasa 1-3%. Dermatitis atopik lebih sering terjadi pada
wanita daripada laki-laki dengan rasio kira-kira 1.5:1. Dermatitis atopik
sering dimulai pada awal masa pertumbuhan (early-onset dermatitis
atopic). Empat puluh lima persen kasus dermatitis atopik pada anak
pertama kali muncul dalam usia 6 bulan pertama, 60% muncul pada usia
satu tahun pertama dan 85% kasus muncul pertama kali sebelum anak
50
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
berusia 5 tahun. Di Asia Tenggara, prevalensi dermatitis atopik pada orang
dewasa adalah sebesar kurang lebih 20%. Prevalensi dermatitis atopik
lebih rendah di daerah pedesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan
yang dihubungkan dengan “hygiene hypothesis”, yang mendalilkan bahwa
ketiadaan pemaparan terhadap agen infeksi pada masa anak-anak yang dini
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit alergi (Di Piro et al., 2008).
iii. Etiologi
Reaksi alergi disebabkan terpaparnya atau masuknya zat asing
yang disebut alergen ke dalam tubuh. Berdasarkan penyebabnya, alergi
dapat dibedakan menjadi:
a) Alergi makanan. Tubuh manusia memiliki reaksi yang berbeda tiap
individu. Protein yang terdapat pada makanan dapat pula merangsang
reaksi alergi. Jenis protein yang menyebabkan alergi bervariasi dan
belum diketahui secara pasti. Makanan yang biasanya menyebabkan
alergi adalah hewan laut, telur, kacang tanah, gandum, daging ayam dan
lain-lain.
b) Alergi Obat. Obat-obat yang telah dilaporkan dapat menyebabkan
reaksi alergi diantaranya adalah obat-obat golongan penisillin,
sulfonamida, aspirin, metampiron dan lain-lain.
c) Alergi racun/bisa serangga. Bisa serangga yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan, dapat menyebabkan alergi yang bervariasi, bahkan
berupa anaphylactic shock.
d) Alergi binatang. Bulu binatang dapat menyebabkan reaksi alergi berupa
gatal hingga rhinitis dan asma.
e) Alergi debu. Debu yang masuk melalui pernafasan dapat menimbulkan
reaksi alergi pada saluran pernafasan.
f) Alergi kosmetika. Kosmetika dapat mengakibatkan reaksi alergi atau
tidak, bervariasi pada tiap individu.
g) Masih banyak alergen yang lain, seperti latex, polen, dan lain-lain (Di
Piro et al., 2008).
51
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Pemicu imunologis yang berkontribusi terhadap perkembangan
dermatitis atopik adalah alergen makanan dan aeroalergen. Serum IgE
meningkat pada kebanyakan pasien dengan dermatitis atopik. Berbagai
alergen menyebabkan sekitar 85% menunjukkan tes kulit positif segera
terhadap antibodi serum IgE. Aeroalergen rumah tangga yang paling
umum adalah debu, bulu kucing, dan jamur. Debu merupakan alergen
yang sangat sering menjadi penyebabnya. Alergi makanan juga merupakan
faktor yang berkontribusi terhadap dermatitis atopik, danumumnya. Telur,
susu, kacang tanah, kedelai, dan gandum dicatat berkontribusi hampir 90%
dari alergi makanan pada anak dengan dermatitis. Dalam situasi stres, di
mana pasien frustrasi atau malu, ada kemungkinan peningkatan gatal,
berkeringat, dan menggaruk. Meskipun stres itu sendiri tidak
menyebabkan dermatitis atopik, tetapi stres dapat memperburuk kondisi
(Di Piro et al., 2008).
iv. Diagnosis
Hanifin dan rekan pertama kali menerbitkan diagnostik mayor dan
minor kriteria untuk dermatitis atopik pada 1980. Diagnostik ini mencakup
adanya pruritus, dengan tiga dari lebih dari berikut :
a) Sejarah flexural dermatitis di wajah pada anak-anak yang kurang dari
10 tahun
b) Riwayat asma atau rhinitis alergi pada anak
c) Sejarah xerosis (kulit kering) dalam waktu satu tahun terakhir
d) Visibel flexural eczema
e) Onset ruam yang pada saat kurang dari 2 tahun
Jika diagnosis dermatitis atopik tidak dapat dibuat, maka menyajikan
gejala dapat menjadi indikasi dari beragam kondisi lain dan penentuan
diagnosis, dengan demikian rujukan ke spesialis lebih diperlukan. Perlu
dicatat bahwa perlu beberapa kriteria untuk membantu klinisi untuk
membuat diagnosa yang tepat. Tes tusukan kulit atau enzim-linked
immunosorbent assay (ELISA) dapat digunakan untuk membantu dalam
identifikasi dan penentuan pemicu alergi tetapi tidak spesifik atau cukup
52
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
sensitif untuk diagnostik. Tidak hanya karena tidak adanya diagnosis
absolut atau tes laboratorium, terdapat juga kurangnya standarisasi dalam
keparahan yang dinilai secara obyektif. Dari sistem yang tersedia, Severity
Scoring of Atopic Dermatitis (SCORAD) indeks yang diadaptasi oleh
European Task Force on Dermatitis, adalah yang paling sering digunakan
(Di Piro et al., 2008).
v. Patofisiologi
Rasa gatal yang sangat dan radang dan lesi pada kulit yang
semakin melebar adalah ciri dari dermatitis atopik. Ada tiga tipe lesi pada
dermatitis atopik yaitu akut, sub-akut dan kronis. Lesi disebut akut bila
pada lesi terasa sangat gatal, dan terdapat bintil-bintil berair pada sekitar
lesi. Bila lesi tersebut digaruk, maka bintil tersebut akan pecah sehingga
luka menjadi berair dan semakin lebar. Lesi sub-akut terasa sangat gatal,
dengan karakter lesi lebih tebal, warnanya lebih pucat, dan lebih kering.
Lesi kronis terasa gatal, bentuknya lebih tebal dan membentuk plak yang
timbul. Atopik dermatitis biasanya terjadi di permukaan kulit anggota
gerak, leher, wajah dan kulit kepala (Di Piro et al., 2008).
Kulit yang mengalami dermatitis atopik memiliki kecenderungan
terkena infeksi oleh Staphilococcus aureus. Bakteri tersebut mengeluarkan
toksin yang berikatan dengan sel T, sehingga menyebabkan terjadinya
eritroderma dan inflamasi akut pada kulit yang terinfeksi. Pasien yang
menderita dermatitis atopik juga lebih mudah terinfeksi herpes simplex
dan juga jamur seperti Malassezia furfur atau Pityrosporum ovale (Di Piro
et al., 2008).
vi. Terapi
a) Terapi Non Farmakologis
Pasien yang memiliki riwayat alergi harus mengenali trigger
alerginya, dan menghindarinya. Untuk pasien dermatitis atopik yang
memiliki alergi terhadap benda-benda halus yang beterbangan di udara,
dapat menggunakan pelindung tubuh berupa kain atau sunblock (sunblock
53
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
yang digunakan harus dipastikan tidak menimbulkan reaksi alergi pada
kulit pasien). Untuk pasien yang memiliki alergi makanan, harus
menghindari makanan yang membuatnya menjadi mengalami reaksi alergi.
Kulit yang mengalami dermatitis atopik memiliki kecenderungan lebih
kering dibandingkan kulit normal sehingga pasien dermatitis atopik
disarankan menggunakan krim atau salep untuk melindungi kulitnya. (Di
Piro et al, 2008)
b) Terapi Farmakologis
Kortikosteroid Topikal
Penggunaan kortikosteroid topikal dilakukan oleh pasien dermatitis
topikal akut dan sub akut (Di Piro et al, 2008). Mekanisme kerja obat ini
adalah menghambat aktivitas dan release mediator inflamasi yaitu
prostaglandin, kinin, enzim liposomal dan juga histamin, sehingga radang
berkurang. Kortikosteroid topikal memiliki efek samping kulit menjadi
lebih tipis dan kering. Karena efek sampingnya yang dapat membuat kulit
kering, maka penggunaan kortikosteroid topikal dengan bahan dasar krim
atau salep lebih disarankan pada penderita dermatitis atopik. Penggunaan
kortikosteroid topikal dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
efek samping atropi kulit dan hipopigmentasi (Di Piro et al, 2008).
Sistemik efek yang dinamakan hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis
supresi, retardasi pertumbuhan, dan kelainan ginjal lain telah dilaporkan
dan ini menjadi batasan dalam penggunaan topical steroid pada anak-anak.
Penggunaan kortikosteroid topikal pada umumnya tidak lebih dari
3 minggu utuk atopic dermatitis akut, tidak digunakan di daerah wajah,
lipatan kulit dan membran mukosa, serta hanya diaplikasikan pada kulit
yang terdapat lesi (Di Piro et al., 2008)
Antihistamin
Antihistamin (H1 antagonis) memblok reseptor H1 pada jaringan,
sehingga tidak terjadi efek berupa vasodilatasi, peningkatan permeabilitas,
gatal pada kulit atau kontraksi otot polos di saluran pernafasan.
Antihistamin biasa digunakan pada alergi yang termasuk hipersensitivitas
54
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
tipe 1 dimana histamin memiliki peran besar di dalamnya. Antagonis
reseptor H1 (antihistamin H1) menyakat efek histamin dengan cara
antagonisme kompetitif yang reversibel pada reseptor H1. Obat
antihistamin H1 sering digunakan sebagai obat pilihan pertama (drug of
choice) untuk mencegah atau mengobati gejala reaksi alergi. Antagonis H1
dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu antagonis H1 generasi pertama dan
generasi kedua. Antagonis H1 sangat efektif digunakan untuk pengobatan
alergi seperti rhinitis alergika, urtikaria, dan hay fever (Katzung, 2010).
Istilah antihistamin biasanya dipakai untuk obat-obat yang
menghalangi reseptor H1 (perangsangan oleh histamin terhadap reseptor
ini menyebabkan cedera pada jaringan target). Bloker H1 sebaiknya tidak
dikacaukan dengan obat-obat yang menghalangi reseptor H2 (bloker H2)
yang digunakan untuk mengobati ulkus peptikum dan heartburn (Katzung,
2010).
Efek dari penyakit alergi yang ringan tetapi cukup mengganggu
penderitanya (seperti mata terasa gatal, hidung meler dan kulit terasa gatal)
disebabkan oleh pelepasan histamin. Efek histamin lainnya yang lebih
berbahaya adalah sesak nafas, tekanan darah rendah dan pembengkakan di
tenggorokan yang dapat menghalangi jalannya udara. Semua antihistamin
memiliki efek yang diinginkan yang sama, tetapi memiliki efek yang tidak
diinginkan yang berbeda (Katzung, 2010).
Beberapa antihistamin memiliki efek sedatif (penenang) yang lebih
kuat daripada yang lainnya. Kadang efek yang tidak diinginkan juga
mendatangkan keuntungan. Beberapa antihistamin memiliki efek
kolinergik yang menyebabkan kekeringan pada selaput lendir. Efek ini
bisa dimanfaatkan kuntuk meringankan hidung meler akibat cuaca dingin
(Katzung, 2010).
Kebanyakan antihistamin menyebabkan kantuk. Efek sedatif yang
kuat dari antihistamin menyebabkan obat ini banyak ditemukan sebagai
bahan aktif dalam berbagai obat tidur yang dijual bebas. Antihistamin juga
sebagian besar memiliki efek antikolinergik yang kuat, yang bisa
menyebabkan linglung, pusing, mulut kering, sembelit, sulit berkemih dan
55
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
penglihatan kabur. Tetapi kebanyakan orang yang menggunakan
antihistamin tidak mengalami efek tersebut. Rasa ngantuk dan efek
samping lainnya juga dapat diminimalisasi dengan cara mengawali
pemakaian antihistamin dalam dosis rendah dan secara bertahap
menambah dosisnya sampai dicapai dosis yang efektif mengendalikan
gejala. Saat ini juga tersedia antihistamin non-sedatif (tidak menimbulkan
rasa kantuk), seperti astemizol, setirizin, loratadin dan feksofenadin
(Kadar, 1998).
Penyebab dari dermatitis atopik tidak hanya berasal dari histamin,
tapi juga media inflamasi lainnya. Selain fungsi sebagai pemblok reseptor
histamin, pada kasus dermatitis atopik, sifat antihistamin yang sedatif
dapat membantu pasien untuk beristirahat ditengah rasa gatal yang
dideritanya. (Di Piro et al., 2008)
B. Terapi Dalam Resep
i. Metilprednisolon
Kategori Keterangan
Komposisi Metilprednisolon 16 mgKelas terapi KortikosteroidMekanisme kerja Menghambat pembentukan, release dan aktivitas
mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamin, kinin dan enzim liposomal.
Indikasi Nyeri dan inflamasi pada rematik, penyakit kulit, reaksi alergi, gangguan pernafasan
Kontraindikasi Infeksi jamur sistemik, sebagai monoterapi topikal pada infeksi bakteri stage awal, bersamaan dengan vaksinasi virus hidup pada tubuh.
Perhatian Hati-hati pada pemakaian oleh ibu hamil dan anak-anak dan penderita gangguan fungsi ginjal (harap berkonsultasi dengan dokter terkait dosis), deksametason dapat keluar melalui air susu pada pemakaian oleh ibu menyusui. Tappering dose dilakukan untuk menghindari adrenal inssuficiency.
ESO Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut (bisa saja dilakukan penggantian obat, bila ESO memang terjadi)
Dapat meningkatkan efek sedasi bila digunakan bersama alkohol, dapat meningkatkan efek anti muskarinik dan efek sedasi bila diberikan bersama antidepresan trisiklik atau penghambat MAO.
Interaksi Obat Menyarankaan pasien untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama menggunakan obat ini. Selain itu loratadin digunakan 2 jam sesudah minum obat di samping (bila pasien sedang meminum obat itu juga).
2 Methylpredni-solone
Gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, penurunan ketahanan terhadap infeksi, gangguan penyembuhan luka.
ESO Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut (bisa saja dilakukan penggantian obat, bila ESO memang terjadi)
3. Benoson-N skin cream
Gangguan luka penyembuhan, kulit rapuh, gatal.
ESO Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut (bisa saja dilakukan penggantian obat, bila ESO memang terjadi)
Penyerahan obat kepada pasien disertai pemberian informasi mengenai nama
dan jumlah obat, indikasi obat, bentuk sediaan, dosis dan aturan pakai obat, cara
penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya,
makanan/ minuman yang harus dihindari, pemberian nomor telepon apotek agar
59
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
bisa dihubungi kembali oleh pasien. Namun tidak semua hal di atas disampaikan.
Hanya seperlunya saja bila pasien meminta lebih detail akan dijelaskan.
Konseling yang diberikan pada pasien antara lain:
i. Resep terdiri dari 3 macam obat : Loratadin untuk mengatasi alergi yang
dialami pasien, Metilprednisolon untuk mengatasi inflamasi dan Benoson-N
cream untuk mengatasi rasa gatal di kulit dan kulit kemerahan akibat reaksi
alergi.
ii. Pemakaian Loratadin yaitu 2 kali sehari 1 tablet, sebaiknya di minum
setengah sampai satu jam setelah makan. Obat diberikan sebanyak 10 tablet
untuk pemakaian 5 hari. Obat dapat menimbulkan nyeri kepala, mulut
kering, palpitasi.
iii. Pemakaian Metilprednisolon 3 kali sehari ½ tablet, diminum setelah makan.
Obat diberikan sebanyak 7 tablet untuk pemakaian 4 hari.
iv. Pemakaian Benoson-N® skin cream yaitu bersihkan dahulu kulit yang sakit
kemudian obat dioleskan pada kulit yang sakit secara tipis 2-3 kali sehari.
v. Obat disimpan di tempat sejuk, kering dan terhindar dari sinar matahari.
vi. Pasien harus menghindari trigger alerginya (makanan, bulu binatang, dsb)
sehingga tidak memperparah kondisi alerginya.
vii. Jangan menggaruk lesi bila lesi terasa gatal, karena dapat menyebabkan luka
semakin parah. Bila gatal tidak tertahankan, dapat mengompresnya dengan
air hangat.
viii. Pasien disarankan menggunakan pelembab kulit karena kulit pasien
dermatitis atopik lebih kering dibandingkan dengan kulit normal
C. Implement The Care Plan
Tujuan akhir dari Pharmaceutical Care adalah meningkatkan kualitas hidup
pasien melalui pencapaian hasil terapi yang diinginkan secara optimal. Hasil
terapi yang diinginkan dapat berupa :
i. Sembuh dari penyakit
ii. Hilangnya gejala penyakit
iii. Pencegahan terhadap suatu penyakit
60
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Untuk menjaminnya, maka dapat dilakukan penyerahan obat pada pasien
disertai dengan pemberian etiket dan informasi pada pasien.
Gambar 4.1 Etiket Obat
D. Monitor And Review The Care Plan
Monitoring dan review adalah bagian dari pharmaceutical care untuk
mencapai tujuan akhir dalam meningkatkan taraf hidup pasien. Salah satu bentuk
61
Apotek MEGA FARMAJl. Kapas Krampung 69B Surabaya
Telp 031-5033748/5039683
APA : Prof. Dr. Sudjarwo, MS., Apt.
No Resep: 1234 Tgl : 10/11/2011
Ny. W.2 x sehari 1 tablet
sebelum makan / sesudah makan
Apotek MEGA FARMAJl. Kapas Krampung 69B Surabaya
Telp 031-5033748/5039683
APA : Prof. Dr. Sudjarwo, MS., Apt.
No Resep: 1234 Tgl : 10/11/2011
Ny. W.3 x sehari 1/2 tablet
sebelum makan / sesudah makan
Apotek MEGA FARMAJl. Kapas Krampung 69B Surabaya
Telp 031-5033748/5039683
APA : Prof. Dr. Sudjarwo, MS., Apt.
No Resep: 1234 Tgl : 10/11/2011
Ny. W.
Dioleskan pada tempat yang sakitOBAT LUAR
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
monitoring yang bisa dilakukan oleh apoteker adalah dengan melakukan
percakapan via telepon dengan pasien untuk menanyakan kondisi pasien dengan
mengacu pada PMR (Patient Medication Record) atau catatan pengobatan pasien
untuk review kesehatan pasien.
3.1.2 Protap Pelayanan Copy Resep
a. Penerimaan copy resep
i. Diperiksa dahulu apotek penulis copy resep dalam hal :
a) Nama dan alamat apotek jelas dan benar.
b) Nama dan nomor SIK Apoteker harus ada.
c) Tanggal copy resep dibuat.
d) Tanda tangan Apoteker dan stempel apotek harus ada.
Bila tidak jelas atau ragu-ragu wajib menanyakan ke apotek
pembuat copy resep atau ditolak.
ii. Diperiksa apakah obat dalam copy resep tersebut ada yang belum
diambil, apabila :
a) Obat telah diambil semua harus dijelaskan kepada pasien bahwa
obat tidak dapat dilayani.
b) Ada obat yang belum diambil, copy resep dapat dikerjakan.
iii. Diperiksa nama dan umur pasien pada copy resep, bila tidak ada
atau tidak jelas wajib ditanyakan.
iv. Dilihat rasionalitas obat, dalam hal :
a) Nama sediaan
b) Dosis sediaan
c) Cara pakai
d) Adanya obat yang tidak tercampurkan
Bila tidak jelas atau menurut ilmu kefarmasiaan kurang tepat, wajib
ditanyakan kepada Apoteker penulis copy resep.
v. Bila butir 1-3 sudah benar, kemudian dihitung :
a) Jumlah obat yang dibutuhkan
b) Harga obat berikut uang resepnya
62
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Diberitahukan kepada pasien mengenai obat dan harganya, apabila
pasien setuju dengan copy resep dapat dikerjakan.
vi. Diberi nomor resep dengan ketentuan :
a) Warna karcis nomor resep putih untuk pagi hari dan kuning
untuk sore hari
b) Nomor resep dibuat urut untuk satu bulan dengan ketentuan dua
digit pertama bulan, dua digit berikutnya tanggal dan tiga digit
terakhir nomor urut resep yang nomornya kembali awal setiap
bulannya.
c) Sobekan nomor resep diberikan pasien.
vii. Pada lembar copy resep akan diberi stempel LUNAS jika sudah
dilakukan pembayaran.
viii. Jika obat tidak tersedia, langkah yang harus dilakukan : diganti
dengan obat yang sama dari pabrik lain, dengan persetujuan pasien
disertai penjelasan yang cukup karena pasien sudah pernah minum
obat tersebut.
ix. Apabila uang pasien tidak cukup, langkah yang dilakukan :
a) Diganti obat generik atau obat dari pabrik lain, dengan
persetujuan pasien dan disertai penjelasan yang cukup karena
pasien sudah pernah minum obat tersebut.
b) Dilayani sebagian dari resep tersebut sesuai kemampuannya.
x. Apabila uang pasien tidak cukup dan obat belum pernah diambil,
langkah yang dilakukan :
a) Diganti dengan obat yang sama dari pabrik lain, dengan
persetujuan pasien dan bila perlu berkonsultasi dengan dokter
penulis resep aslinya.
b) Dilayani sebagian dari resep tersebut sesuai kemampuannya.
b. Peracikan obat
i. Obat diracik sesuai dengan permintaan yang tertulis di copy resep.
ii. Pengambilan dan peracikan obat harus dilakukan oleh Apoteker
atau Asisten Apoteker dibantu dengan juru resep.
63
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
iii. Setelah obat diracik dan diberi etiket, maka harus diperiksa kembali
oleh Apoteker.
iv. Untuk obat yang belum diambil seluruhnya atau pasien minta copy
resep, wajib dibuatkan copy resep yang ditandatangani Apoteker.
v. Bagi pasien yang meminta kuitansi, dibuatkan kuitansi sedangkan
pasien yang tidak meminta tetap diberi bukti pembayaran beserta
harga masing-masing obat.
c. Penyerahan obat kepada pasien
i. Sebelum diserahkan, Apoteker wajib mencocokkan obat dengan
copy resep dalam hal :
a) Nama pasien pada etiket.
b) Nama dan jumlah obat.
c) Cara pemakaian obat serta aturan pakai.
ii. Diserahkan kepada pasien dengan mencocokkan :
a) Nama pasien dengan nama yang tertulis pada copy resep.
b) Alamat dan nomor telepon pasien.
iii. Memberi penjelasan kepada pasien dalam hal :
a) Cara pemakaian obat.
b) Aturan pakai
c) Pantangan yang harus dilakukan
d) Hal yang harus dihindari atau dilakukan selama pemakaian obat.
e) Efek samping atau akibat yang mungkin timbul karena minum
obat tersebut. Bila perlu ditanyakan efek apa saja yang pernah
dialami oleh pasien setelah minum obat tersebut.
iv. Melakukan pencatatan riwayat kesehatan pasien melalui PMR,
terutama untuk pasien dengan penyakit kronis (diabetes, jantung,
hipertensi) atau pasien yang memerlukan perhatian khusus terkait
dengan obat-obat tertentu (misal antibiotik).
v. Untuk obat yang diantar ke rumah, dilakukan :
a) Pembungkusan obat, copy resep maupun kuitansi kedalam
kantong kertas dengan rapi.
64
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
b) Pemberian catatan khusus untuk obat yang memerlukan
penjelasan khusus pada formulir yang telah disediakan.
c) Pengiriman obat disertai dengan catatan pengiriman obat yang
berisi: nama dan alamat pasien serta keterangan jumlah uang
yang masih harus dibayar.
d) Apabila obat sudah diterima, maka penerima obat harus tanda
tangan sebagai bukti terima.
vi. Monitoring obat via telepon dalam rangka mengecek pemahaman
dan kepatuhan pasien dan kesembuhan serta efek samping yang
mungkin timbul, terutama untuk pasien yang tercatat dalam PMR.
3.1.3 Protap Pelayanan Non Resep
Pelayanan non resep yaitu pelayanan penjualan secara bebas tanpa
menggunakan resep dokter untuk :
a. Obat-obat bebas yaitu obat-obat yang boleh dibeli tanpa resep dokter
atau dapat dibeli secara bebas. Obat-obat golongan ini ditandai dengan
label (lingkaran) hijau pada kemasannya.
b. Obat bebas terbatas yaitu obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep
dokter dengan disertai peringatan. Obat-obat golongan ini ditandai
dengan label (lingkaran) biru pada kemasannya.
c. Obat wajib apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker di apotek.
d. Produk obat tradisional
e. Alat kesehatan
f.Perbekalan kefarmasian rumah tangga
g. Makanan dan nutrisi
h. Kosmetika
Pada umumnya pasien/ klien yang menggunakan pelayanan obat tanpa
resep dokter dibedakan dua golongan yaitu pasien/ klien datang dengan
keluhan gejala sakit dan pasien/ klien datang meminta obat tertentu.
65
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
i. Pasien/ Klien Datang dengan Keluhan
Gejala Sakit
Bagi pasien yang datang dengan keluhan tertentu tanpa mengetahui
obat apa yang akan digunakan maka diperlukan adanya patient
assessment oleh Apoteker terlebih dahulu untuk memperoleh informasi
dan gambaran yang lebih jelas tentang gejala/keluhan pasien/klien.
Untuk menanggapi keluhan pasien tersebut (Responding to symptoms),
apoteker di apotek dapat melakukan patient assessment dengan metode
WWHAM yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Who is the patient
Siapakah yang sakit meliputi jenis kelamin, usia, berat badan. Orang
yang datang ke apotek belum tentu pasien.
What are the symptoms
Ditanyakan gejala yang menyertai penyakitnya untuk mengecek
kebenarannya karena seringkali pasien melakukan diagnosa sendiri.
How long have the symptoms been present
Sudah berapa lamakah gejala penyakit terjadi karena semakin lama
gejala maka penyakit akan semakin serius. Apabila penyakit yang
diderita pasien kemungkinan sudah serius, sebaiknya pasien dirujuk
ke dokter.
Action taken
a) Apakah obat-obatan yang telah digunakan. Karena seringkali
pasien mempunyai persediaan obat di rumah, menggunakan obat
milik orang lain atau obat sisa.
b) Apakah ada tindakan lain yang telah dilakukan, misalnya
pengobatan tradisional.
c) Apabila obat atau tindakan yang dilakukan sudah tepat tetapi belum
ada hasilnya maka pasien lebih baik dirujuk ke dokter.
Medication being taken
Apakah pasien sedang menggunakan obat-obatan yang rutin diminum
atau obat OTC. Apabila ada, maka apoteker harus mengevaluasi
apakah ada kemungkinan interaksi dan efek samping obat.
66
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Setelah dilakukan penggalian informasi dapat diputuskan apakah
pasien harus ke dokter atau swamedikasi. Jika swamedikasi maka
diberi konsultasi untuk membantu pasien memilih dan menentukan
obat. Pasien dapat menentukan pilihan obat sesuai dengan keluhannya
dengan mempertimbangkan harga, ketersediaan obat di apotek, bentuk
sediaan dan komposisi obat, indikasi dan kontraindikasi, serta efek
samping obat.
Bila pasien setuju dengan pilihan obat tertentu maka obat
disiapkan sesuai jumlah dan jenis yang dimaksud. Saat penyerahan
juga disertai dengan pemberian informasi yang berguna bagi pasien
meliputi :
a) Nama, kandungan dan indikasi obat
b) Aturan pakai yang benar baik dosis, waktu, dan lama penggunaan
c) Efek samping obat yang mungkin timbul saat penggunaan obat
d) Cara penyimpanan obat yang benar
e) Kapan harus konsultasi ke dokter
i. Pasien Datang Meminta Obat Tertentu
Apabila pasien sudah pernah menggunakan obat yang diminta
maka dipastikan bahwa obat yang diminta sudah sesuai dengan gejala.
Kemudian ditanyakan apakah memerlukan informasi lebih lanjut
dengan memperhatikan pengalaman dan pengetahuan yang mereka
miliki.
Jika pasien belum pernah menggunakannya maka dilakukan
penggalian informasi dengan metode WWHAM, sehingga diperoleh
keputusan yang tepat apakah dirujuk ke dokter atau pemilihan obat
yang sesuai dengan kondisi pasien. Apabila obat yang dibutuhkan
tidak tersedia maka dapat dianjurkan obat lain dengan kandungan yang
sama sesuai dengan kebutuhan pasien, dengan proses pelayanan sama
seperti pada pelayanan untuk pasien dengan keluhan gejala sakit.
67
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Gambar 3.3 Alur Pelayanan Obat Non Resep
68
Pasien datang dengan keluhan Pasien sudah tahu obat yang ingin dibeli
Penyelesaian tanpa obat
Patient assessment metode WWHAM
Rujuk ke dokter
Patient assessment metode WWHAM
Pemilihan obat yang sesuai
Rujuk ke dokter
Tidak sesuai
Penyelesaian tanpa obat
Sesuai
Obat tersedia
Tidak dilayani
Pemilihan obat yang sesuai
Tidak setuju
Penyerahan obat disertai informasi yang diperlukan
Penyiapan obat dan
pengemasan
Penetapan harga
Obat tidak
tersedia
Pemilihan Alternatif obat
yang lebih sesuai
keinginan pasien
Pembayaran
Tidak setuju
Setuju
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
3.1.4 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan ini dilakukan oleh APA atau apoteker pendamping. Pasien,
dokter maupun tenaga kesehatan lain dapat menghubungi apotek untuk
menanyakan semua hal mengenai obat maupun pengobatan yang diterima pasien,
konsultasi dapat dilakukan secara tatap muka langsung maupun via telepon dan
tidak dikenakan biaya tambahan.
3.2 Public Health Care Initiative
3.2.1 Patient Medication Record
Pelayanan di apotek ADJIE FARMA dilengkapi dengan pencatatan rekam
pengobatan pasien pada buku rekam pengobatan (Patient Medication Record)
yang berisi tentang identitas pasien, riwayat alergi dan pengobatannya. Buku ini
diberikan pada pasien untuk dibawa bila pasien tersebut membeli obat di apotek
baik dengan resep maupun swamedikasi atau ke dokter untuk berobat sehingga
apoteker atau dokter mengetahui riwayat pengobatan pasien. Kriteria pasien yang
diberi PMR antara lain:
a. Pasien dengan penyakit kronis atau membutuhkan pengobatan dalam
waktu yang lama (misal : diabetes, hipertensi)
b. Pasien yang memperoleh atau mengambil 5 macam obat atau lebih dalam
1 resep (polifarmasi)
c. Pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu
d. Pasien lansia.
3.2.2 Information Sheet
Informasi yang diberikan kepada pasien saat melakukan KIE meliputi hal-
hal sebagai berikut :
a. Nama obat, deskripsi fisik dan kekuatan obat
b. Aksi obat yang diharapkan dan interaksi yang mungkin terjadi
c. Bagaimana dan kapan menggunakan
d. Penggunaan khusus dan teknik monitoring yang dapat dilakukan sendiri
e. Efek samping yang biasa terjadi dan cara mengatasinya
69
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
f. Apabila obat dihentikan, bagaimana cara menghentikannya dan
hubungannya dengan obat yang baru
g. Cara penyimpanan obat
h. Lama penggunaan dan bagaimana cara mengatasi bila lupa meminum obat.
Informasi yang diberikan kepada pasien pada saat melakukan KIE tersebut
dicatat di dalam suatu lembar informasi (information sheet) untuk lebih
memastikan bahwa terapi obat yang diberikan dapat berlangsung sesuai dengan
yang diinginkan baik oleh pemberi resep (dokter) maupun apoteker, sehingga
tujuan terapi yaitu kesembuhan pasien dapat tercapai dengan lebih optimal.
3.2.3 Pelayanan Konsultasi
Pelayanan ini dilakukan oleh APA atau apoteker pendamping. Pasien,
dokter maupun tenaga kesehatan lain dapat menghubungi apotek untuk
menanyakan semua hal mengenai obat maupun pengobatan yang diterima pasien,
konsultasi dapat dilakukan secara tatap muka langsung maupun via telepon dan
tidak dikenakan biaya tambahan.
Selain itu, juga dilakukan pencatatan data dan riwayat pengobatan pasien
untuk rekam pengobatan pasien (PMR), sehingga jika pasien kembali lagi ke
apotek dengan keluhan yang sama dapat segera ditangani. Pelayanan PMR
berlaku untuk pasien, baik yang datang dengan atau tanpa resep, terutama untuk
pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes, jantung, hipertensi, dan lain-lain.
3.2.4 Pelayanan Promosi Kesehatan
Public pharmaceutical-care merupakan bentuk pengabdian apoteker
sebagai salah satu tenaga kesehatan dalam upaya menjalankan perannya sebagai
tenaga promotif dan edukatif. Kegiatan ini juga sebagai wujud tanggung jawab
apoteker secara profesi dan etik agar derajat kesehatan masyarakat meningkat.
Tujuan ini juga sejalan dengan paradigma asuhan kefarmasian yang
dikembangkan dalam rangka meningkatkan terapi yang rasional oleh pasien
sehingga outcome terapinya menjadi lebih optimal. Implementasi public
pharmaceutical-care ini dapat berupa pembuatan sistem publikasi-informasi atau
dengan melakukan kegiatan penyuluhan dengan mekanisme sebagai berikut :
70
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
a. Bekerja sama dengan pengurus RW atau kecamatan di sekitar Apotek untuk
mengadakan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan secara berkesinambungan.
b. Bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang ada di sekitar Apotek untuk
mengadakan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan yang patut
ditanamkan sejak dini.
Pembuatan poster, leaflet dan brosur mengenai cara penggunaan obat yang
benar. Poster diletakkan atau di tempel di ruang tunggu sehingga pasien dapat
dengan mudah melihat dan membaca sewaktu menunggu obat yang akan ditebus.
Selain itu juga disediakan brosur atau leaflet dan dapat diambil oleh pasien secara
cuma-cuma.
71
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Public Health Care Initiative
72
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
73
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
3.3. Researh and Development
Penyakit alergi dapat didefinisikan suatu respon dari sistem imun pada
tubuh manusia terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Secara normal,
sistem imun (termasuk antibodi, sel darah putih, dan sel mast) berperan dalam
sistem pertahanan tubuh dalam melawan senyawa asing yang disebut alergen.
Pada penyakit alergi, apabila seseorang terpapar oleh alergen (antigen) maka
sistem imun akan memproduksi antibodi yang spesifik terhadap antigen tersebut,
disebut imunoglobulin E (IgE). IgE berikatan dengan sel darah putih yang disebut
basofil di dalam peredaran darah dan berikatan dengan sel mast pada jaringan.
Pada paparan pertama akan menyebabkan seseorang sensitif terhadap alergen tapi
tidak menimbulkan gejala tertentu. Pada paparan selanjutnya, sel basofil dan sel
mast dimana IgE terikat di permukaan akan melepaskan senyawa kimia (seperti
histamin, prostaglandin, dan leukotrien) yang menyebabkan pembengkakan atau
inflamasi di sekitar jaringan (Katzung, 2010).
Reaksi alergi disebabkan terpaparnya atau masuknya zat asing yang
disebut alergen ke dalam tubuh. Berdasarkan penyebabnya, alergi dapat dibedakan
menjadi:
a) Alergi makanan. Tubuh manusia memiliki reaksi yang berbeda tiap
individu. Protein yang terdapat pada makanan dapat pula merangsang
reaksi alergi. Jenis protein yang menyebabkan alergi bervariasi dan belum
diketahui secara pasti. Makanan yang biasanya menyebabkan alergi adalah
hewan laut, telur, kacang tanah, gandum, daging ayam dan lain-lain.
b) Alergi Obat. Obat-obat yang telah dilaporkan dapat menyebabkan reaksi
alergi diantaranya adalah obat-obat golongan penisilin, sulfonamida,
aspirin, metampiron dan lain-lain.
c) Alergi racun/ bisa serangga. Bisa serangga yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan, dapat menyebabkan alergi yang bervariasi, bahkan berupa
anaphylactic shock.
d) Alergi binatang. Bulu binatang dapat menyebabkan reaksi alergi berupa
gatal hingga rhinitis dan asma.
e) Alergi debu. Debu yang masuk melalui pernafasan dapat menimbulkan
reaksi alergi pada saluran pernafasan.
74
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
f) Alergi kosmetika. Kosmetika dapat mengakibatkan reaksi alergi atau tidak,
bervariasi pada tiap individu.
g) Masih banyak alergen yang lain, seperti latex, polen, dan lain-lain
(Sweetman, 2009).
Pemicu imunologis yang berkontribusi terhadap perkembangan
dermatitis atopik adalah alergen makanan dan aeroalergen. Serum IgE meningkat
pada kebanyakan pasien dengan dermatitis atopik. Berbagai alergen menyebabkan
sekitar 85% menunjukkan tes kulit positif segera terhadap antibodi serum IgE.
Aeroalergen rumah tangga yang paling umum adalah debu, bulu kucing, dan
jamur. Debu merupakan alergen yang sangat sering menjadi penyebabnya. Alergi
makanan juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap dermatitis atopik.
Telur, susu, kacang tanah, kedelai, dan gandum dicatat berkontribusi hampir 90%
pada alergi makanan pada anak dengan dermatitis. Dalam situasi stres, di mana
pasien frustrasi atau malu, ada kemungkinan peningkatan gatal, berkeringat, dan
menggaruk. Meskipun stres itu sendiri tidak menyebabkan dermatitis atopik,
tetapi stres dapat memperburuk kondisi (Di Piro et al., 2008).
Dermatitis atopik merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh
dunia dengan prevalensi pada anak-anak 10-20%, dan prevalensi pada orang
dewasa 1-3%. Rasa gatal yang sangat dan radang dan lesi pada kulit yang semakin
melebar adalah ciri dari dermatitis atopik. Atopik dermatitis biasanya terjadi di
permukaan kulit anggota gerak, leher, wajah dan kulit kepala (Di Piro et al.,
2008).
Kondisi atopik dermatitis membutuhkan rencana manajemen terapi,
termasuk identifikasi dan pencegahan terhadap trigger eksternal, dan berbagai
macam pengobatan untuk mengurangi gejalanya. Terapi harus spesifik terhadap
kondisi pasien dan pendekatan jangka panjang harus diperhatikan (Di Piro et al.,
CNSMekanisme: interferensi dengan neurotransmiter pada reseptor H1
Setelah dosis yang biasa, dapat menyebabkan kantuk, kelelahan, pusing; gangguan fungsi kognitif, memori, dan kinerja psikomotor; sakit kepala, distonia, tardive, agitasi, kebingungan, dan halusinasi
Tidak dengan fexofenadine, sampai 360 mg harian totaldosis (off-label); tidak dengan desloratadine,5 mg, atau loratadin, 10 mg, meskipun merugikanefek dapat terjadi pada dosis yang lebih tinggi; cetirizine, 10 mg atau lebih tinggi, dapat menyebabkan sedasi pada orang dewasa.
Dapat menyebabkan iritabilitas, pusing, atau pernapasan depresi pada bayi yang masih menyusu.
Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada bayi baru lahir atau bayi yang menyusu.
JantungMekanisme : multiple, antimuskarinik, α-
Dosis terkait sinus tachycardia; refleks takikardia dan aritmia supraventrikuler; dosis
Tidak ada perhatian utama di Amerika Serikat sejak peraturan persetujuan ditarik untuk
77
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
adrenegik blokade, bloakde ion jantung (IKr, INa,Ito,IKI, dan IKS
terkait perpanjangan interval QT danaritmia ventrikel dilaporkan untuk cyproheptadine, diphenhydramine, doksepin, hidroksizin, dan lain-lain
astemizol dan terfenadine
Tempat lainMekanisme : blokade muskarinik, α-adrenergik, serotonin reseptor
Setelah dosis yang biasa, dapat menyebabkan mydriasis (pupildilatasi), mata kering, mulut kering, retensi urindan keraguan, motilitas gastrointestinal, konstipasi, disfungsi ereksi, memori defisit, vasodilatasi perifer, postural hipotensi, pusing; rangsangan nafsu makan dan kenaikan berat badan (cyproheptadine, ketotifen) ; kontraindikasi pada pasien dengan glaukoma atau hipertrofi prostat.
Tidak dilaporkan
Efek toksik setelah overdosis
Sistem saraf pusat efek - misalnya, kantuk ekstrim, kelesuan, kebingungan, delirium,dan koma pada orang dewasa; eksitasi paradoksikal, mudah marah, hiperaktif, insomnia, halusinasi,dan kejang pada bayi dan anak muda; pada orang dewasa dan anak-anak, saraf pusat efek sistem mendominasi atas yang merugikan jantungefek, kematian dapat terjadi dalam jamsetelah menelan obat pada pasien yang tidak diobati
Tidak ada efek toksik serius atau kematian yang dilaporkan
Penyalahgunaan obatMekanisme : melewati H1 reseptor di CNS
Euphoria, halusinasi, dan “getting high”pada diphenhydramine, dimenhydrinate.
Tidak dilaporkan
78
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
teratogenik FDA categori B (chlorpheniramine, diphenhydramine)atau C (hydroxyzine, ketotifen)
FDA categori B (cetirizine, emedastine, loratadine)atau C (azelastine, epinastine, desloratadine,fexofenadine, olopatadine)
Selain terapi dengan antihistamin H1, penyakit atopik dermatitis juga
dapat diterapi dengan topikan imunomudulator dan preparat tar.
b. Topical Calcineurin Inhibitor
Obat golongan ini adalah alternatif dari kortikosteroid topikal. Obat-obat
yang termasuk golongan ini adalah pimecrolimus dan tacrolimus. Topikal
kalsineurin inhibitor menawarkan pilihan yang lebih jangka panjang, karena
mereka dapat digunakan pada seluruh tubuh untuk periode lama tanpa takut efek
samping seperti kortikosteroid. Karena atrofi kulit terjadi pada terapi jangka
panjang kortikosteroid topikal, potensi efek samping dari tacrolimus dan
pimecrolimus dievaluasi pada sukarelawan sehat. Data menunjukkan, potensi
untuk penggunaan jangka panjang tanpa adanya kekhawatiran pada atrofi kulit.
Agen ini membentuk kompleks yang mengakibatkan penghambatan kalsineurin,
yang biasanya memulai aktivasi T-sel. Melalui penghambatan, kompleks akan
menghambat inflamasi pada atopik dermatitis. Meskipun kedua strukturnya
serupa, topikal pimecrolimus telah terbukti lebih lipofilik daripada topikal
tacrolimus ((Di Piro et al., 2008).
Sejumlah studi telah menunjukkan efektivitas jangka pendek dan jangka
panjang pada topikal tacrolimus 0,03% dan salep tacrolimus 0,1% dalam
dermatitis atopik untuk anak-anak dan dewasa. Bila digunakan dua kali sehari,
dilaporkan terjadi penurunan yang signifikan pada pruritus, peningkatan
pembersihan lesi. Persetujuan FDA terbaru membolehkan penggunaan salep
0,03% atau 0,1% untuk dermatitis atopik moderat hingga parah pada orang
dewasa, dan 0,03% untuk salep atopik dermatitis pada anak usia 2 sampai 15
tahun. Sebuah perbandingan head to head menemukan keefektifan yang sama
pada salep tacrolimus 0,1% dengan topikal hidrokortison butirat 0,1% (sebuah
mid-potensi kortikosteroid). Keamanan tacrolimus topikal telah dievaluasi dengan
79
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
keluhan umumnya adalah rasa gatal atau terbakar sementara di lokasi aplikasi (Di
Piro et al., 2008).
Topikal krim pimecrolimus 1% juga telah dibuktikan
aman dan efektif dalam terapi jangka panjang atopik dermatitis. Penelitian
farmakokinetik terhadap konsentrasi sistemik pimecrolimus yang diserap pada
anak-anak menyimpulkan bahwa pimecrolimus ditoleransi dengan baik secara
lokal, dan efek sistemik tidak terlihat (Di Piro et al., 2008).
c. Preparat Tar
Preparat coal tar mempunyai efek antipruritik dan antiradang pada kulit.
Coal tar telah digunakan dalam kombinasi dengan kortikosteroid topikal, sebagai
tambahan untuk mengurangi kekuatan kortikosteroid, dan dalam hubungannya
dengan terapi sinar UV. Preparat ini tersedia sebagai crude coal tar (1% -3%),
atau liquor carbonis detergens (LCD) (5% -20%). Pada saat ini, coal tar dapat
diracik oleh apoteker dalam berbagai konsentrasi, atau bahkan
dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal. Preparat coal tar tidak boleh
digunakan pada lesi berdarah akut, karena hal ini akan mengakibatkan rasa
menyengat dan irritasi. Bau yang kuat dan dapat menimbulkan warna pada
pakaian menjadi faktor pembatas untuk penggunaannya. Dengan demikian, pasien
dapat diinstruksikan untuk menggunakan produk pada waktu tidur dan dibilas di
pagi hari (Di Piro et al., 2008).
80
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
1. Apoteker di apotek memiliki tanggung jawab dalam menjamin mutu
sediaan farmasi yang beredar di masyarakat. Selain itu, juga menjamin
bahwa obat yang diberikan adalah obat yang benar dan pasien
menggunakannya dengan cara yang benar.
2. Apotek ADJIE FARMA diharapkan mampu berpartisipasi dalam
peningkatan kesehatan masyarakat di sekitar apotek khususnya, dan
berpartisipasi dalam mensukseskan pembangunan kesehatan nasional.
3. Selain sebagai sarana kesehatan, apotek juga berfungsi sebagai sarana
penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
4.2 Saran
1. Agar dapat mengatur kebijakan – kebijakan secara professional dan
independen, idealnya seorang APA juga bertindak sebagai PSA,
sehingga akan dapat terwujud apotek yang ideal sebagai tempat praktek
profesi.
2. Untuk dapat menjalankan praktek keprofesian dengan baik, apoteker
hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan dunia kefarmasian dan
meng-upgrade pengetahuannya baik secara formal maupun informal.
3. Sebelum benar-benar mendirikan suatu apotek, haruslah melakukan
suatu studi kelayakan pendirian apotek yang menentukan apakah suatu
apotek dapat menghasilkan suatu keuntungan yang cukup signifikan
untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
81
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Jakarta : Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.
Di Piro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach 7th Edition. New York : Mc Graw-Hill Companies Inc.
Gunawan, S.G., 2008. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Hardjono, S., Sugiyartono, dan Sondakh, R. (editor), 2004. Kumpulan Peraturan Perundangan Apotek. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dan BPD ISFI Jawa Timur.
Kadar, D., 1998. Histamines and Antihistamines. In H. Kalant & W.H.E. Roschlau (Eds.). Principles of Medical Pharmacology Sixth Edition. New York : Oxford University Press.
Katzung, B.G. 2001. Basic and Clinical Pharmacology. New York : Mc Graw-Hill Companies Inc.
Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004. Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek, Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi. Surabaya : Airlangga University Press.
Seto, S., Nita, Y., 2002. Dasar-Dasar Akuntansi untuk Apotek. Surabaya : Airlangga University Press.
Simons, F.E.R., 2004. Advances in H1-Antihistamines, The New England Journal of Medicine., Vol. 351, p. 2203-17.
Sweetman, S. C., 2009. Martindale : The Complete Drug Reference 36th Edition. London : Pharmaceutical Press.
Tatro, D. S., 2003. A to Z Drug Facts. St Loius Missouri : Facts and Comparisons a Wolters Kluwer Company.
82
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Lampiran 1
Denah Lokasi Apotek ADJIE FARMA
83
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Lampiran 2
Lay-Out Apotek ADJIE FARMA
84
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Lampiran 3
Identitas Apotek
a. Identitas di dalam Apotek
b. Identitas di luar Apotek
APOTEK ADJIE FARMA
Jl. Ki Hajar Dewantara 40 SurakartaTelp. (0271) 656710
c. Identitas untuk Neon Box
APOTEK ADJIE FARMA
85
APOTEK ADJIE FARMAJl. Ki Hajar Dewantara 40 Surakarta
Telp. (0271) 656710
APA : Setiaji Arif TW., S.Farm., Apt.STRA : xxxxSIPA : xxxx
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Lampiran 4
Buku Defekta
86
D E F E K T A
TanggalNama SediaanBentukUkuranJumlahKeterangan
Apotek ADJIE FARMAJl. Ki Hajar Dewantara 40 Surakarta
Telp. (0271) 656710
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Lampiran 5
Blanko Surat Pesanan
87
No.
Surakarta, ................
Kepada
Yth ………………………
....................................
SURAT PESANAN
Dengan Hormat,
Bersama ini harap dikirim obat-obatan di bawah ini:
No.Nama obatJumlah
Hormat kami,
Apoteker Pengelola Apotek
(Setiaji Arif Tri W., S.Farm., Apt.)
(Setiaji Arif TW., S.Farm., Apt.)
SP/SK. xxxx
Apotek ADJIE FARMAJl. Ki Hajar Dewantara 40 Surakarta
Telp. (0271) 656710
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Lampiran 6
Blanko Surat Pesanan Narkotika
88
Rayon :…………………... Model N 9
No. SP :…………………… Lembar ke 1/2/3/4
SURAT PESANAN NARKOTIKA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Setiaji Arif TW., S.Farm., Apt.
Jabatan : Apoteker Pengelola Apotek ADJIE FARMA
Alamat Rumah : Jln. Pandudewanata 4 Jayengan Surakarta
Mengajukan pesanan narkotika kepada :
Nama Distributor : PBF KIMIA FARMA
Alamat dan No. telp :
Jenis narkotika sebagai berikut :
Narkotika tersebut akan digunakan untuk keperluan :
Nama : Apotek ADJIE FARMA
Alamat : Jln. Ki Hajar Dewantara 40 Surakarta
Surakarta, ….…………
Penanggung jawab
Setiaji Arif TW.,S.Farm., Apt
SIPA xxxxxx
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
3. Dengan Menggunakan Sarana : milik sendiri/milik pihak lain
Nama Pemilik Sarana : ……………………………………….
Alamat : ……………………………………….
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : ……………………………………….
Bersama permohonan ini kami lampirkan:
1. Salinan/foto copy Surat Izin Kerja Apoteker2. Salinan/foto copy Kartu Tanda Penduduk3. Salinan/foto copy Denah Bangunan4. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/kontrak5. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus, dan nomor surat izin kerja6. Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan Apotek7. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain atau
tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain8. Asli dan salinan/foto copy surat izin atasan bagi pemohon pegawai negeri, anggota ABRI, dan pegawai instansi
pemerintah lainnya9. Akte perjanjian kerjasama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana Apotek10. Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak kami sampaikan terima kasih
………………………200………
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94
Format APT – 1
134
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002
TENTANG : KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTEK
Nomor :…………………..
Lampiran :…………………..
Perihal :Pernyataan siap melakukan kegiatan
Kepada Yth.
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
………………………….
………………………….
Menunjukkan Surat Permohonan kami Nomor :…………… tanggal …………dan
menunjukkan ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1332/MENKES/SK/2003 pasal 7
ayat 4 dan 5, dengan ini kami laporkan bahwa Apotek ADJIE FARMA yang beralamat di Jalan
Jendral Sudirman No. 196 Salatiga telah siap melaksanakan kegiatan.
Demikianlah untuk diketahui dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Apoteker Pengelola Apotek
Setiaji Arif TW., S.Farm., Apt.
SP/SK :xxxx
Tembusan Kepada Yth.
1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
Proposal Pendirian Apotek ADJIE FARMA
Program Pendidikan Profesi Apoteker FFUA Periode 94