10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Ibu Rumah Tangga a. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). b. Faktor- faktor yang menyebabkan kejadian HIV/AIDS pada ibu rumah tangga meningkat 1. Adanya kerentanan sosial budaya dan ekonomi seperti mentoleransi hubungan seksual diluar nikah, multi partner dan ketergantungan financial perempuan kepada laki-laki (WHO, 2004). 2. Perempuan merasa aneh bila harus berdiskusi seksualitas termasuk tentang kondom karena selalu mempercayai suami (IWGW 2004 dan UNAIDS, 2009). 3. Tertular perilaku berisiko suami dalam hubungan perkawinan seperti seks komersial dan narkoba suntik (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010) 10
29
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Ibu Rumah …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-salimahg0e... · Adanya kerentanan sosial budaya dan ekonomi seperti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Ibu Rumah Tangga
a. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga
dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan
berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu
rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi
berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor).
b. Faktor- faktor yang menyebabkan kejadian HIV/AIDS pada ibu rumah
tangga meningkat
1. Adanya kerentanan sosial budaya dan ekonomi seperti mentoleransi
hubungan seksual diluar nikah, multi partner dan ketergantungan
financial perempuan kepada laki-laki (WHO, 2004).
2. Perempuan merasa aneh bila harus berdiskusi seksualitas termasuk
tentang kondom karena selalu mempercayai suami (IWGW 2004 dan
UNAIDS, 2009).
3. Tertular perilaku berisiko suami dalam hubungan perkawinan seperti
seks komersial dan narkoba suntik (Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional, 2010)
10
11
4. Mobilitas penduduk, pembangunan fisik yang dilakukan di daerah
perkotaan dan lapangan kerja yang sempit di daerah pedesaan
menyebabkan arus urbanisasi kekota-kota besar di Indonesia
meningkat, yang membuat banyak penduduk desa yang melakukan
urbanisasi untuk bekarja di kota dengan pengetahuan yang sangat
minim tentang HIV/AIDS (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional,
2010).
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil pengindraan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga) (Notoatmodjo, 2005, p.50). Menurut Notoatmojo
(2003) yang dikutip oleh (Wawan & Dwi, 2010, p.12), pengetahuan itu
sendiri dipengruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat
hubunganya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya, namun bukan berarti seseorang yang berpendidikan
rendah akan mutlak berpengetahuan rendah pula, sebab pengetahuan tidak
mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja melainkan dapat
diperoleh melalui pendidikan non formal.
12
Menurut (Notoatmodjo, 2003) yang di kutip oleh (Wawan &
Dewi, 2010, pp.12-13), Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent
behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi
serta menyatakan.
1) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan di mana dapat
menginterprestasikan secara benar.
2) Aplikasi (Application)
13
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prisip dalam konteks atau situasi yang lain.
3) Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
4) Sintesis (Syntesis)
Yaitu menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru
atau dengan kata lain merupakan suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
5) Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
menurut (Notoatmodjo, 2003, p.11) cara memperoleh
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
14
a) Cara coba salah (Trial and Eror)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil
maka di coba kemungkinan lain sampai masalah tersebut
terpecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pimpinan-pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintah dan berbagai prinsip yang lain yang dikemukan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa penguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalarannya sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa
lalu.
d) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (metodelogi penelitian).
Cara ini mula-mula dikemukakan oleh Francis Bacon (1561-1626),
kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Deven. Akhirnya lahir
15
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal
dengan penelitian ilmiah.
c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Nursalam (2003) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, pp.16-17)
meliputi:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
Pendidikan seseorang dapat diperoleh secara formal,
informal dan non formal. Pendidikan disebut juga dengan
pendidikan prasekolah dan berupa rangkaian jenjang yang telah
baku. Misalnya SD, SMP, SMA dan PT (Perguruan Tinggi).
Pendidikan non formal lebih difokuskan pada pemberian keahlian
dan skil yang berguna untuk terjun ke masyarakat. Sedangkan
pendidikan informal merupakan pendidikan yang berada
16
disamping pendidikan formal dan nonformal. Menurut UU RI
No.2 Tahun 1989 ada tiga jenjang dari pendidikan yaitu
pendidikan dasar jika pendidikan ibu (SD dan SMP), menengah
jika (SMA) dan tinggi jika pendidikan ibu PT (Perguruan Tinggi) (
Umar & S.L La Sulo, 2005).
b) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998)
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
17
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
d. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi,
2010, p.15) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1) Baik : Hasil presentase 76-100%
2) Cukup : Hasil presentase 56-75%
3) Kurang : Hasil presentase < 56.
3. Sikap
a. Pengertian
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam
psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu
maupun kelompok. Menurut Eagly and Chaiken (1993) yang di kutip oleh
(Wawan & Dewi, 2010, p.20) mengemukakan bahwa sikap dapat
diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang di
ekspresikan kedalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku.
18
Menurut (Notoatmodjo, 1997, p.130) yang di kutip oleh (Wawan
& Dewi, 2010, p.27) merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek.
b. Fungsi Sikap
Menurut Katz (Lilh.Secord and Backman, 1996) yang di kutip
oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.23) sikap mempunyai empat fungsi, yaitu:
1) Fungsi instrumental, penyesuaian atau manfaat.
Di sini sikap merupakan sarana mencapai tujuan. Bila obyek sikap
dapat membantu seseorang untuk mencapai tujuan maka orang akan
bersikap positif terhadap obyek tersebut dan sebaliknya orang akan
bersikap negatif bila obyek sikap menghambat pencapaian tujuannya.
2) Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini di ambil oleh seseorang
pada waktu orang yang bersangkutan terancam keaadaan dirinya.
Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang bersangkutan
mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya.
3) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan.
4) Fungsi pengetahuan
19
Individu mempunyai dorongan untuk mengerti dengan pengalaman-
pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari
pengalaman yang tidak konsisten akan di ubah menjadi konsisten. Ini
berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek,
menunjukan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap obyek sikap
yang bersangkutan.
c. Komponen Sikap
Menurut Baron and Byrner juga Myers and Gerungan yang
dikutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.32) menyatakan bahwa ada 3
komponen yang membentuk sikap yaitu:
1) Komponen Kognitif (Komponen Perseptual)
Yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang
mempersepsi terhadap sikap.
2) Komponen Afektif (Komponen Emosional)
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen
ini menunjukan arah sikap yaitu positif dan negatif.
3) Komponen Konaktif (Komponen Perilaku atau Action Component)
20
Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap,
yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku terhadap objek sikap.
d. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut (Notoatmodjo, 1996, p.23) yang di
kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.33) yaitu meliputi:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (Obyek).
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, lepas tugas itu benar atau salah berarti orang itu
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga, misal: seseorang mengajak ibu yang lain, (tetangga, saudaranya)
untuk menimbang anaknya ke posyandu.
21
4. Bertanggung jawab (Responsibel)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko. Misalnya: seseorang mau menjadi akseptor KB
meskipun mendapatkan tantangan dari orang tuanya.
e. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Heri Purwanto, 1998, p.63) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010,
p.34) yaitu:
1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
tidak menyukai obyek tertentu.
f. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut (Heri purwanto, 1998, p.63) yang di kutip
oleh (Wawan & Dewi, 2010, pp.34-35) yaitu:
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan di bentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat
ini membedakanya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar,
haus, kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila ada keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
22
3. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu di bentuk,
dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki.
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap
obyek sikap antara lain (Wawan & Dewi, 2010, pp.35-36)
1. Pengalaman pribadi
Untuk menjadi dasar dalam pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat oleh karena itu, sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi
dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang di anggap penting
Pada umumnya individu cenderung unuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
3. Pengaruh kebudayaan
23
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhanya.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar, radio maupun media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan
sistem kepercayaan tidaklah, mengherankan jika kalau pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).
h. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
lansung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis
24
kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoatmodjo, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap
menurut (Hadi, 1971) yang di kutip oleh (Wawan & Dewi, 2010, p.37)
yaitu:
1. Keadaan obyek yang diukur
2. Situasi pengukuran
3. Alat ukur yang digunakan
4. Penyelenggaraan pengukuran
5. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran.
i. Pengukuran Sikap
Teknik pengukuran sikap menurut (Hidayat, 2009, p.90) yaitu
dapat menggunakan Skala Likert (Method of Summated Ranting) yaitu:
masing-masing responden di minta melakukan agreement atau
disagrement untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 3
point (setuju, ragu-ragu, tidak setuju) semua aitem yang favourabel
kemudian di ubah nilainya dalam angka yaitu setuju nilainya 3, ragu-ragu
2, tidak setuju 1 dan sebaliknya untuk aitem yang unfavorabel yang
setuju nilainya 1, ragu-ragu 2 dan tidak setuju nilainya 3 (Hidayat, 2009,
p.90).
j. Faktor-Faktor Perubahan Sikap
25
Perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor (Wawan & Dewi,
2010, pp.42-43) yaitu:
1) Sumber dari pesan
Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok atau institusi.
Dua ciri penting dari sumber pesan
a) Kredibilitas
Semakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan, maka
seseorang akan semakin menyukai untuk dipengaruhi oleh pemberi
pesan. Aspek penting yang harus dimiliki oleh pengirim pesan
dalam kredibilitas adalah memiliki keahlian dan kepercayaan.
b) Daya Tarik
Kredibilitas masih perlu ditambah dengan daya tarik agar lebih
persuasif.
2) Pesan (Isi Pesan)
Umumnya berisi kata-kata dan simbol-simbol lain yang
menyampaikan informasi. Tiga hal yang berkaitan dengan isi pesan:
a) Usulan
Suatu pernyataan yang diterima seseorang secara tidak kritis dan
pesan di rancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk
sikap dan terhasut dengan apa yang dikatakan tanpa melihat
faktanya. Misal: iklan di TV.
26
b) Menakuti
Cara lain untuk membujuk seseorang adalah dengan cara menakut-
nakuti.
c) Pesan satu sisi dan dua sisi
Pesan satu sisi paling efektif jika seseorang dalam keadaan netral
atau sudah menyukai suatu situasi pesan.
3) Penerima Pesan
a) Influencibility
Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya
seseorang untuk di bujuk
b) Arah perhatian dan penafsiran
Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari persepsi
dan penafsiranya.
4. HIV/AIDS
a. Pengetian
HIV (Human immuno Virus) merupakan famili retrovirus, yang
menyerang sistem kekebalan tubuh terutama limfosit (sel darah putih),
sedangkan penyakit AIDS (Aquired immunodefisiency Syndrome) adalah
penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV
27
(Nugroho & Arif Setiawan, 2010, p.94). Seperti retrovirus yang lain, HIV
menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik-laten),
dan utamanya memunculkan tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan
beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal tersebut
terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk
mereplikasi diri. Dalam proses ini, virus tersebut menghancurkan CD4+
dan limfosit (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.40).
b. Penyebab
Ada 2 tipe HIV yang dapat menyebabkan AIDS: HIV-1 dan
HIV-2. HIV-1 bermutasi lebih cepat karena mampu bereplikasi lebih
cepat. Berbagai macam subtipe dari HIV-1 telah ditemukan dalam area
geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko tinggi. Individu
dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda (Nursalam & Kurniawati, 2007,
p. 44-49).
Berikut adalah HIV-1 dan distribusi geografisnya menurut
(Nursalam & Kuniawati, 2007, pp.44-49)
1) Sub tipe A (Klinik-laten): Afrika Tengah.
Individu yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukan tanda dan gejala
infeksi HIV. Pada orang dewasa yang terinfeksi HIV fase ini
berlangsung selama 8-10 tahun. HIV-ELISA dan Western Blot atau
Imunofluorescence Assay (IFA) menunjukan hasil positif dengan
jumlah limfosit CD4+ > 500 µI sel
28
2) Sub tipe B (Tanda dan Gejala Awal HIV): Amerika Selatan, Brazil.
Individu yang terinfeksi HIV dapat nampak sehat selama beberapa
tahun dan tanda gejala minor dari infeksi HIV mulai tampak. Individu
mulai menunjukkan Candidiasis dan kanker serviks.
3) Sub tipe C (Tanda dan Gejala Lanjut HIV): Brazil, India.
Individu yang terinfeksi HIV menunjukan infeksi dan keganasan yang
mengancam kehidupan. Perkembangan pneumonia (Pneumocytis
Carini), toxoplasmosis, cryptosporidiosis dan infeksi oportunistik
lainnya yang biasa terjadi.
c. Fase-Fase dan Gejala Infeksi HIV
Menurut (Madyan, 2009, pp.44-45) fase-fase perkembangan
infeksi HIV pada diri seseorang bisa diklasifikasikan menjadi empat yaitu
diantaranya:
1) Stadium infeksi primer (HIV)
Menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.47) infeksi di mulai dengan
masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika
antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif.
pada stadium infeksi HIV primer biasanya belum ditemukan gejala
apapun, tetapi pada 30-60% setelah 6 minggu terinfeksi, penderita
dapat mengalami gejala-gejala ringan seperti: influenza, demam, lelah,
sakit pada otot dan persendian, sakit pada saat menelan dan
pembengkakan kelenjar getah bening.
29
2) Stadium tanpa gejala (Asimptomatic)
Menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, p.47) dalam stadium
asimptomatic ini di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak
menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini berlangsung selama 5-10
tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah
dapat menularkan HIV kepada orang lain. Sedangkan menurut
(Madyan, 2009, pp.44-45) dalam stadium ini merupakan lanjutan dari
infeksi primer yang selama bertahun-tahun tidak terlihat gejala
apapun, bahkan yang bersangkutan tidak mengetahui dan tidak merasa
dirinya telah tertular HIV karena tetap merasa sehat. Pada stadium ini,
hanya tes darah yang dapat memastikan bahwa yang bersangkutan
telah tertular HIV. Ini yang disebut sebagai Silence period.
3) Stadium dengan gejala ringan/berat
Menurut (Madyan, 2009, pp.44-45) setelah melewati masa beberapa
tahun tanpa gejala, akan mulai timbul gejala ringan pada kulit, kuku,
dan mulut. Beberapa infeksi jamur, sariawan berulang-ulang dan
peradangan sudut mulut atau bercak-bercak kemerahan akan muncul
di kulit. Gejala pada mulut berakibat pada penurunan nafsu makan dan
diare ringan. Berat badan pasien akan turun sekitar 10% dari berat
badan sebelumnya. Sering juga ada infeksi saluran nafas bagian atas
yang berulang, tetapi penderita masih bisa beraktifitas seperti biasa.
30
4) Stadium AIDS
Pada tahap ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain
penyakit konstitusional, saraf dan infeksi sekunder. Adapun gejala
utama pada stadium AIDS adalah demam berkepanjangan lebih dari
tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan dan berat badan penderita
menurun lebih dari 10% dalam tiga bulan. Sedangkan Gejala minor
pada stadium ini adalah adanya pneumonia yang berat, toxoplasmosis