BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. PENGETAHUAN a. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008) pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo,2007, p.139). Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan dan orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut : 1) Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus). 2) Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tertentu. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 9
33
Embed
BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. …digilib.unimus.ac.id/.../118/jtptunimus-gdl-melaniawat-5861-2-bab2.pdf · Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008) pengetahuan (knowledge)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI
1. PENGETAHUAN
a. Definisi Pengetahuan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008) pengetahuan
(knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo,2007,
p.139). Suatu perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan dan
orang yang mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan
terjadi proses sebagai berikut :
1) Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap objek (stimulus).
2) Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tertentu. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
9
10
3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
responden sudah tidak baik lagi.
4) Trial dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adopsi (adaption) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoadmodjo, 2007, p.139).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2007, p.140), yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasi
materi tersebut secara benar.
7
11
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode dan adanya prinsip terhadap objek yang
dipelajari.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
12
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003 p.11
dikutip oleh Wawan, 2010, p.14) adalah sebagai berikut :
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil
maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan
oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta
empiris maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
13
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan
oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh
Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
b. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak diperoleh di pendidikan
14
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
2) Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi adalah hal yang dilakukan orang–orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
15
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional
serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolakbelakang
dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
16
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Selain itu orang usia madya akan lebih banyak
menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan
yang lain misalnya kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa
teori berpendapat ternyata IQ akan menurun cukup cepat sejalan
dengan bertambahnya usia (Wawan, 2010, p.16).
17
c. Cara Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat–tingkat tersebut diatas
(Notoadmodjo, 2007, p.142).
Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan diberikan
pertanyaan–pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian. Kemudian
digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik (76%-100%), cukup(56%-75%)
dan kurang(>56%) (Menurut Arikunto dikutip oleh Wawan, 2010, p.18).
2. KEHAMILAN
a. Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2008, p.89).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Hanifa,
2008, p.213).
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio
atau fetus didalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi
(misalnya, dalam kasus kembar atau triplet) (Arief, 2008, p. 41).
18
b. Lama Kehamilan
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu 10 hari
atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua dalam 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke 27) dan
trimester ketiga dalam 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Hanifa,
2008, p.213).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan) (Arief,
2008, p.41). Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2008,
p.89).
c. Perubahan pada Trimester III
Pada trimester ketiga kehamilan, terjadi beberapa perubahan
sebagai berikut :
1) Uterus menjadi sangat besar dan keras.
2) Uterus terasa berkontraksi dan terkadang mengencang.
3) Otot-otot menjadi semakin rileks sebagai persiapan melahirkan.
Kondisi ini menyebabkan frekuensi buang air kecil semakin
meningkat sekitar 5 menit sekali, bahkan terkadang sampai
merembes keluar.
19
4) Sesak nafas karena paru-paru harus memasok udara untuk ibu dan
janin.
5) Gerakan menjadi kaku dan cenderung kurang terkoordinasi karena
berat dan ukuran badan yang bertambah.
6) Nyeri punggung dan sakit kaki menjadi lebih parah.
7) Sulit tidur dan menemukan posisi berbaring yang nyaman.
Kegelisahan sebagai calon ibu juga dapat menyebabkan sulit tidur.
Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan.
8) Pada bulan terakhir, akan merasa agak lega. Uterus telah tumbuh
meninggi kearah paru-paru sehingga tersedia ruang yang cukup besar
bagi janin. Tetapi, pada minggu ke-36, uterus semakin membesar
sebagai persiapan proses melahirkan. Ruang untuk janin semakin
luas dan kepalanya sedikit menunduk, sehingga lebih mudah
bernafas.
9) Sekitar minggu ke-40, tubuh sudah siap menghadapi proses
persalinan (Arief, 2008, p.53).
3. SIKAP
a. Pengertian sikap
Secara bahasa, Oxcord Advanced Learner Dictionary
mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia
attitudine yaitu berarti sikap adalah cara menempatkan atau cara
merasakan, jalan pikiran dan perilaku (Wawan, 2010, p. 31).
20
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2007,
p.142). Manifestasi sikap itu tidak langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Menurut New
Comb sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan hukum merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
terhadap perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup. Sikap adalah
kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu pengharapan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007, p.143).
Gerungan (1966) menyatakan bahwa sikap adalah sikap
pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap disertai oleh kecenderungan
bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek. Jadi lebih tepat
diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan terhadap sesuatu hal.
Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh Triandis (1974) bahwa
sikap adalah ide yang berkaitan dengan emosi yang mendorong
dilakukannya tindakan-tindakan tertentu dalam suatu situasi sosial, ide
yang merupakan predisposisi tersebut berkaitan dengan emosi (dalam
Wawan, 2010, p.30).
b. Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
21
1) Komponen kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlalu atau apa yang benar bagi objek sikap
2) Komponen afektif, komponen ini menyangkut masalah emosional
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap
sesuatu. Namun pengertian perorangan seringkali sangat berbeda
perwujudannya bisa dikaitkan dengan sikap.
3) Komponen perilaku atau komponen konatif, menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.
Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap.
Kemampuan untuk bersikap diperoleh melalui proses belajar dan
didapatkan dari pengalaman. Oleh karena itu perubahan sikap juga
melalui profesi yang sama yaitu dengan pengalaman pribadi, sosialisasi
atau proses belajar sosial.
Sedangkan Baron Byrne dan Myers Gerungan menyatakan
bahwa ada 3 komponen yang membentuk sikap yaitu :
1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek
22
sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif sedangkan rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan
arah sikap yaitu positif dan negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component),
yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap
yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap (Notoadmodjo, 2007,
p.143).
d. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menurut Soekidjo
Notoadmodjo (1996) (Wawan, 2010, p.33) yakni :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
23
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
4) Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
e. Fungsi sikap
Sikap mempunyai empat fungsi Menurut Katz (Iih. Second dan
Backman, 1994) yaitu :
1) Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat
Fungsi ini adalah berkaitan dengan sarana dan tujuan. Disini sikap
merupakan sarana mencapai tujuan. Orang memandang sejauh mana
objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam
rangka mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang
dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap
objek tersebut, demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat
dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap
objek sikap yang bersangkutan. Karena itu fungsi ini juga disebut
fungsi manfaat (ultility), yaitu sampai sejauh mana manfaat objek sikap
dalam rangka pencapaian tujuan. Fungsi ini juga disebut fungsi
24
penyesuaian karena dengan sikap yang diambil oleh seseorang akan
dapat menyesuaikan diri dengan secara baik terhadap sekitarnya.
2) Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang
pada waktu orang yang bersangkutan terancam keaadan dirinya atau
egonya. Demi untuk mempertahankan egonya, orang yang
bersangkutan mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan egonya,
dalam keadaan terdesak pada waktu diskusi dengan anaknya.
3) Fungsi ekspresi nilai
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap
tertentu terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan keadaan sistem nilai
yang ada pada individu yang bersangkutan. Sistem nilai apa yang ada
pada diri individu dapat dilihat dari nilai yang diambil oleh individu
yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.
4) Fungsi Pengetahuan
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan
pengalaman-pengalamannya dan untuk memperoleh pengetahuan.
Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa
yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah
25
sedemikian rupa sehingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang
mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang
pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan
(Azwar, 2005, p.53).
f. Sifat sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Wawan, 2010, p.34):
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu
g. Ciri – ciri sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (dalam Wawan, 2010, p.34)
antara lain :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat
ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar,
haus dan kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah-ubah pada orang-orang apabila terdapat keadaan-
26
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada
orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senatiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki seseorang.
h. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor - faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap
antara lain (Azwar, 2005, p.30) :
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
27
Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
3) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral, ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor Emosional
Sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
28
i. Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap objek. Secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan
pendapat responden melalui kuesioner. Kemudian digolongkan menjadi 3
kategori yaitu sangat setuju, setuju dan tidak setuju (Notoadmojo, 2007,
p.144).
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif
mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak
pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang
favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal
negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun
kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan
pernyataan tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin
diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak favourable
dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan
tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala
memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2005,
p.106).
29
j. Teknik pengukuran sikap
Metode pengungkapan sikap dengan menggunakan daftar-daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut skala sikap.
Beberapa teknik pengukuran sikap antara lain :
1) Skala Thurstone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada
rentangan kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangat
favourable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan
orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat
favourabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini
seleksi awal terhadap persyaratan sikap dan perhitungan ukuran yang
mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing pernyataan.
Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.
Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap,
pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar 100
buah atau lebih. Pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa
orang penilai. Penilai itu bertugas untuk menentukan derajat
favorabilitasnya masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu
diekspresikan melalui titik skala ranting yang memiliki rentang 1-11.
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju. Rata – rata
perbedaan penilaian antar penilai terhadap item ini kemudian dijadikan
sebagai nilai skala masing-masing item. Pembuat skala kemudian
30
menyusun item mulai dari item yang memiliki skala terendah hingga
tertinggi. Dari item tersebut, kemudian pembuat skala memilih item
untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya (Wawan, 2010, p.40).
2) Skala Likert
Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin disederhanakan
menjadi dua kelompok yaitu yang favourable dan yang unfavourable.
Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi
hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi tes
yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement dan
disagreement untuk masing-masing item dalam 5 poin (sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang
favourable kemudian diubah nilainya dalam angka yaitu untuk sangat
setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1.
Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala untuk sangat
setuju nilainya 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5
(Azwar, 2005, p.155).
Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala
model Likert adalah skor T yaitu:
Keterangan :
X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi
skor T
⟦
⟧
31
π : Mean skor kelompok
s : Deviasi standar skor kelompok
4. INISIASI MENYUSU DINI
a. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi
manusia untuk menyusu yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada
awal kehidupannya. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi
mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Hal
itu terjadi jika segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam untuk menjamin
berlangsungnya proses menyusu yang benar (Rosita, 2008, p.4)
Inisiasi menyusu dini adalah memberikan sesegera mungkin air
susu ibu kepada bayi. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan
the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008, p.3).
b. Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini
Bagi bayi dada ibu menghangatkan bayi selama bayi merangkak
mencari payudara, ini akan menurunkan kematian bayi yang disebabkan
oleh hipotermi. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan lebih
32
jarang menangis. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan
bakteri dari kulit ibunya melalui jilatan dan masuk ke dalam tubuh bayi,
bakteri ini bermanfaat untuk pertahanan tubuh bayi dari lingkungan luar.
Terjalinnya ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Roesli, 2008, p.13).
Mengoptimalkan kondisi hormonal antara ibu dan bayi. Dapat
memastikan perilaku optimum proses menyusu berdasarkan insting.
Mengendalikan temperatur tubuh bayi secara optimal. Memperbaiki
pola tidur yang lebih baik pada bayi. Mendorong keterampilan bayi
untuk menyusu lebih cepat dan efektif. Kadar billirubin lebih cepat
normal sehingga proses pengeluaran mekonium berlangsung lebih cepat
sehingga dapat menurunkan kejadian ikterus. Kadar gula dan parameter
biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya
(JNPK-KR, 2008).
Bagi ibu hentakkan kepala bayi, sentuhan tangan dan jilatan
bayi pada puting merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Roesli,
2008, p.13). Kontak kulit dapat merangsang produksi oksitosin dan
prolaktin pada ibu. Membantu kontraksi uterus sehingga dapat
mengurangi perdarahan. Merangsang pengeluaran kolostrum. Ibu akan
lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir. Membantu
ibu dalam mengatasi stres. Meningkatkan produksi ASI. Mendorong ibu
cepat tidur dan berfungsi untuk proses relaksasi. Menunda ovulasi
(JNPK-KR, 2008).
33
c. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini
Melahirkan, mengeringkan dan menilai bayi. Suami serta
keluarga harus selalu mendampingi ibu saat proses persalinan. Saat
proses persalinan berlangsung agar tidak menggunakan obat kimiawi
dapat juga diganti dengan cara non kimiawi seperti melalui pijat,
aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Ibu menentukan cara
melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air
atau dengan jongkok (Roesli, 2008, p.20).
Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran kemudian meletakkan
bayi di perut bawah ibu nilai usaha nafas bayi, guna menentukan
apakah diperlukan resusitasi atau tidak selama selang waktu 2 detik
(JNPK-KR, 2008). Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala
dan bagian tubuh tanpa membersihkan verniks dimana verniks dapat
menghangatkan tubuh bayi serta menyamankan kulit bayi (Roesli,
2008, p.10).
Cairan di tangan bayi jangan dikeringkan, karena bau cairan
amnion pada tangan bayi dapat membantunya mencari puting ibunya.
Lendir di tubuh bayi dilap, lendir jangan dihisap karena dapat merusak
selaput lendir hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.
Merangsang taktil dengan menepuk telapak kaki, menggosok
punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan secara
perlahan. Setelah mengeringkan dan menilai bayi, memeriksa kembali
34
uterus untuk memastikan bahwa tidak ada lagi bayi dalam uterus lalu
suntikkan pada ibu cairan Intramuskular 10 IU oksitosin (JNPK-KR,
2008).
Melakukan kontak kulit dengan kulit paling sedikit satu jam.
Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan pada tali pusat
dengan menggunakan klem sekitar 3 cm dari dinding perut bayi.
Memegang tali pusat di antara dua klem, kemudian memotong tali pusat
dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi. Meletakkan bayi
tengkurap di dada ibu. Ibu dan bayi diselimuti dengan kain serta
memasangakan topi di kepala bayi. Bayi melakukan kontak kulit di
dada ibu setidaknya selama satu jam serta ibu membelai bayinya. Tidak
perlu membasuh payudara sebelum bayi menyusu biarkan bayi mencari
puting ibunya, ibu merangsangnya dengan sentuhan. Saat kontak kulit,
lanjutkan langkah kala 3 (JNPK-KR, 2008). Dukungan ayah akan
meningkatkan rasa percaya diri ibu (Roesli, 2008, p.21).
Bayi dibiarkan mencari dan menemukan puting susu dan mulai
menyusu. Menganjurkan ibu untuk tidak menginterupsi bayi saat
menyusu. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal hingga bayi
selesai menyusu, tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi
lahir. Mengusahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang
bersalin. Setelah bayi selesai menghisap, kemudian bayi dibungkus
dengan kain, lakukan proses penimbangan dan pengukuran bayi, beri
suntikkan vitamin K1, serta oleskan salep antibiotik pada mata bayi.
35
Jika bayi belum melakukan inisiasi dini, biarkan kontak kulit selama
30-60 menit. Untuk menjaga kehangatan bayi, bayi harus tetap
diselimuti. Setelah satu jam, bayi disuntik Hepatitis B. Rawat gabung
dan hindari pemberian minuman prelaktal (Roesli, 2008, p.22).
d. Tahapan Inisiasi Menyusu Dini
Pada 30 menit pertama, bayi berada pada stadium istrahat dalam
keadaan bayi diam, terkadang matanya terbuka lebar untuk melihat
ibunya. Masa tenang ini merupakan proses penyesuaian peralihan
keadaan bayi, dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar
kandungan. Tercipta hubungan kasih sayang yang membuat bayi merasa
aman. Antara 30 sampai 40 menit, bayi mulai mengeluarkan suara,
menggerakkan mulutnya, mencium, dan menjilat-jlat tangannya. Bayi
mulai mencium dan merasakan cairan ketuban yang menempel
ditangannya, bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara
ibu, hal ini berguna dalam membimbing bayi untuk menemukan puting
susu ibu (Suryoprajogo, 2009, p. 22)
Bayi mulai mengeluarkan air liur, karena pada saat bayi mulai
menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan
air liurnya. Bayi mulai bergerak ke arah payudara, areola sebagai daerah
sasaran dengan kaki menekan perut ibu, bayi mulai menjilat-jilat kulit
ibu, menghentak-hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan
kiri serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya.
36
Bayi mulai menjilat, mengulum puting, membuka mulut selebar-
lebarnya serta melakukan kontak kulit dengan baik (Roesli, 2008, p.17).
e. Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
Terciptanya kontak kulit antara ibu dan bayi merangsang
hormon stres sehingga membuat bayi lebih tenang, pernapasan dan detak
jantungnya stabil, membuat ibu menjadi tenang, rileks, serta merangsang
pengaliran ASI dan dapat meningkatkan lamanya proses penyusuan.
Sentuhan dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya
hormon oksitosin yang dapat membantu pengeluaran plasenta. Jilatan
bayi pada kulit ibu akan membantu bayi untuk memperoleh bakteri yang
menempel pada kulit ibu, dimana bakteri tersebut akan sangat
bermanfaat bagi bayi untuk pertahanan tubuhnya. Kesempatan bayi
memperoleh kolostrum untuk imunitas pertama yang mengandung zat
kekebalan (Roesli, 2008, p.20).
Memberi kehangatan pada bayi, karena biasanya bayi baru lahir
mengalami hypothermia dan dengan adanya proses ini terjadi skin
contact dan terjadi penyesuaian suhu tubuh, karena kulit ibu bersifat
thermoregulator. Meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan
lama menyusu sampai dua tahun (Roesli, 2008). Timbul bonding atau
ikatan kasih sayang keluarga. Memberikan imunisasi pertama bagi bayi
berupa cairan kolostrum. Meningkatkan kecerdasan bayi dan membantu
bayi saat proses menghisap (JNPK-KR, 2008).
37
f. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit
ibu dengan kulit bayi :
1) Bayi kedinginan.
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua
menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Suhu dada ibu yang melahirkan
menjadi 10C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak
melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu
dada ibu akan turun 10C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan
meningkat 20C untuk menghangatkan bayi.
2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya.
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah
lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
menyusu dini membantu menenangkan ibu.
3) Tenaga kesehatan kurang tersedia.
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan
tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Melibatkan
ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi
dukungan pada ibu.
38
4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau
kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan
usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5) Ibu harus dijahit.
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang
dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorhea
harus segera diberikan setelah lahir.
Tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam
sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur.
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera
setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai.
8) Bayi kurang siaga.
Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah
itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat
obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi
memerlukan bantuan untuk bonding.
39
9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga
diperlukan cairan lain (cairan prelaktal).
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai
pada saat itu.
10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain
sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru
lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang
masih muda (Roesli, 2008, p.20).
40
B. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber : Lawrence Green (Notoadmodjo, 2003 p.13 )
Keterangan : Yang diteliti = cetak tebal
Perilaku Kesehatan
Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
a. Pengetahuan
b. Nilai
c. Sikap
d. Kepercayaan
e. Tradisi
f. Faktor demografi (umur, pendidikan,
paritas, pekerjaan dan pendapatan)
Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
a. Keluarga
b. Teman sebaya
c. Guru
d. Petugas kesehatan
e. Tokoh masyarakat
Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
a. Ketersediaan sumber daya kesehatan
b. Keterjangkauan sumber daya kesehatan
c. Kebijakan dan peraturan pemerintah di
bidang kesehatan
41
C. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
D. HIPOTESIS
Ha : ada hubungan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang inisiasi
menyusu dini dengan sikap ibu terhadap inisiasi menyusu dini di RB Bhakti