Top Banner
BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH 2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup. Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi: 1. Menetapkan kriteria 2. Memberikan bobot masalah 3. Menentukan skoring tiap masalah 39
36

BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Jan 02, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

DAN PENYEBAB MASALAH

2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan

apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas

karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua

permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan

masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus

dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara

kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan

pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu

dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara

menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan

mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan

dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria

2. Memberikan bobot masalah

3. Menentukan skoring tiap masalah

Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan Pen-

jaringan yang diangkat, maka didapatkan Enam permasalahan. Adapun masalah

tersebut meliputi:

1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan Pen-

jaringan periode Januari – September 2012 sebesar 35,6% kurang dari target

yaitu 70 %.

2. Angka konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II periode

Januari - September 2012 sebesar 78 % kurang dari target yaitu 80%.

39

Page 2: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

3. Angka konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara periode

Januari - September 2012 sebesar 36,8 % kurang dari target yaitu80 %.

4. Angka kesembuhan pasien (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

periode Januari- September 2012 sebesar 61,7 % kurang dari target yaitu 85 %.

5. Angka kesakitan (IR) ISPA di wilayah Puskesmas Kelurahan Kamal Muara

periode Januari–September 2012 sebesar 55,5 % lebih dari target yaitu 10 %.

6. Jumlah penderita kusta di wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan periode

Januari–September 2012 sebesar 0.023 % lebih dari target yaitu 0%.

2.1.1 Non-Scoring Technique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim

digunakan adalah teknik non skoring.

Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok,

oleh sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari

dua, yaitu :

A. Metode Delbecq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui

diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya.

Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih

dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa

mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang

disepakati bersama.

B. Metode Delphi

Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang

mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi

diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok.

Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas

masalah.

40

Page 3: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

2.1.2 Scoring Technique

Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik

skoring antara lain:

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :

1. Prevalence

Besarnya masalah yang dihadapi

2. Seriousness

Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan

dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah

kesehatan tersebut.

3. Manageability

Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya

4. Community concern

Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai

lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian

dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing

masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan

sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil

yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan

prioritas masalah yang akan diambil.

B. Metode Matematik PAHO

Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang

ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk

penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang

dipakai ialah :

41

Page 4: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

1. Magnitude

Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang

ditunjukkan dengan angka prevalens.

2. Severity

Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate

masing- masing penyakit.

3. Vulnerability

Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi

masalah tersebut.

4. Community and political concern

Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran

masyarakat dan para politisi

5. Affordability

Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia

C. METODE MCUA

Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan

prioritas masalah adalah :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menim-

bulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini

adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Ada-

pun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter

kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan

oleh permasalahan tersebut.

2. Greetest member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena

masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka

parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain,

maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian

suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

42

Page 5: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain

diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas

wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut,

serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan

masalah tersebut.

4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin

masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan

sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan

kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk

kegiatan tersebut.

5. Policy

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah

kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat

memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah

mendukung terselesaikannya masalah tersebut.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah

dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan

penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode

ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu

dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang

lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai

nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai

yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.

Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

43

Page 6: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Bobot 2 : penting

Bobot 1 : cukup penting

EMERGENCY

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga

menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini

adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.

Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter

kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan

oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi,

argumentasi, serta justifikasi.

Nilai CFR dan Angka kematian:

1. CFR TB : 39%

2. CFR ISPA : 22,3%

3. CFR Diare : 8,2%

4. CFR Kusta : 0%

Tabel 2.1

Skala Score Emergency

Range (%) Score Range (%) Score

0 – 4.99 1 50 – 54.99 11

5 – 9.99 2 55 – 59.99 12

10 – 14.99 3 60 – 64.99 13

15 – 19.99 4 65 – 69.99 14

20 – 24.99 5 70 – 74.99 15

25 – 29.99 6 75 – 79.99 16

30 – 34.99 7 80 – 84.99 17

35 – 39.99 8 85 – 89.99 18

40 – 44.99 9 90 – 94.99 19

45 – 49,99 10 95 – 99.99 20

44

Page 7: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Tabel 2.2

Penentuan Score Emergency Terhadap Masalah Pengendalian Penyakit

Menular Langsung (P2ML) yang Terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas se-

Kecamatan Penjaringan Periode Januari–September 2012

No Daftar Masalah Score

1

2

3

4

5

6

Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-

Kecamatan Penjaringan.

Angka konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan

II

Angka konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal

Muara

Angka kesembuhan pasien (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan

Penjaringan I

Angka kesakitan (IR) ISPA di wilayah Puskesmas Kelurahan Kamal

Muara

Angka penderita kusta (IR) di wilayah Puskesmas Kecamatan Pen-

jaringan

8

16

8

13

12

1

Pada emergency, daftar masalah program P2ML didapatkan skor terbesar

yaitu 16 pada angka konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan

II.

GREETEST MEMBER

Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena

masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar

selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan.

45

Page 8: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Tabel 2.3

Skala pada Score Greetest Member

Keterangan:

Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range

didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score

dari satu sampai 19 dengan jarak tiap range sebesar tiga agar mendapatkan nilai

greetest member yang bervariasi.

46

Scor Range (%) Score Range (%)

1 0 – 2.9 14 39.0 – 41.9

2 3.0 – 5.9 15 42.0 – 44.9

3 6.0 – 8.9 16 45.0 – 47.9

4 9.0 – 11.9 17 48.0 – 50.9

5 12.0 – 14.9 18 51.0 – 53.9

6 15.0 – 17.9 19 54.0 – 56.9

7 18.0 – 20.9

8 21.0 – 23.9

9 24.0 – 26.9

10 27.0 – 29.9

11 30.0 – 32.9

12 33.0 – 35.9

13 36.0 – 38.9

Page 9: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Tabel 2.4

Daftar Masalah Program P2ML di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan

Penjaringan Periode Januari – September 2012

No. Program dan Kegiatan Cakupan Target Selisih Score

1

2

3

4

5

6

Angka penemuan kasus baru (CDR) TB

Paru di Puskesmas se-Kecamatan Pen-

jaringan.

Angka konversi (CVR) TB Paru di

Puskesmas Kelurahan Penjaringan II

Angka konversi (CVR) TB Paru di

Puskesmas Kelurahan Kamal Muara .

Angka Kesembuhan Pasien (CR) TB Paru

di Puskesmas Kelurahan Penjaringan

Angka kesakitan (IR) ISPA di wilayah

Puskesmas Kelurahan Kamal muara

Angka penderita Kusta ( IR ) di wilayah

Puskesmas Kecamatan Penjaringan

35,6 %

78 %

36,8 %

85 %

55,5 %

0.023 %

> 70 %

> 80 %

> 80%

> 85%

< 10 %

0 %

34,4 %

2 %

43,2%

0%

45,5%

0,023%

12

1

15

1

16

1

Skor Greetest Member terbesar didapatkan pada masalah angka kesakitan

(IR) ISPA di wilayah Puskesmas Kelurahan Kamal Muara yaitu sebesar 16.

3.EXPANDING SCOPE

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan

terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah

tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan

dengan masalah tersebut.

Untuk Jumlah penduduk diurut berdasarkan kelurahan yang memiliki

penduduk terbanyak sampai yang terkecil.

47

Page 10: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Tabel 2.4

Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Nilai

Kecamatan Penjaringan = 34724 25

Kelurahan Pejagalan = 21648 20

Kelurahan Penjaringan I = 34984 30

Kelurahan Penjaringan II = 21235 15

Kelurahan Kamal Muara = 6396 5

Kelurahan Kapuk Muara = 15237 10

Kelurahan Pluit = 43802 35

Total se-Kecamatan Penjaringan = 178026 40

Tabel 2.5

Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah

Luas Wilayah Nilai

Kecamatan Penjaringan = 1015 km2 30

Kelurahan Pejagalan = 712 km2 20

Kelurahan Penjaringan I = 782 km2 25

Kelurahan Penjaringan II = 637 km2 10

Kelurahan Kamal Muara = 679 km2 15

Kelurahan Kapuk Muara = 2172 km2 35

Kelurahan Pluit = 592 km2 5

Total se-Kecamatan Penjaringan = 6589 km2 40

Tabel 2.6

Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral

Nilai Lintas Sektor

5 Tidak ada keterpaduan lintas sektor

10 Ada keterpaduan lintas sektor

Tabel 2.7

48

Page 11: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Penentuan Score Expanding Scope Program P2ML di Wilayah Puskesmas

se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari-September 2012

NO DAFTAR MASALAHJumlah

Penduduk

Luas

Wilayah

Lintas

SektoralJumlah

1.

Angka penemuan kasus baru

(CDR) TB Paru di Puskesmas

se-Kecamatan Penjaringan.45 45 10 100

2.

Angka konversi (CVR) TB Paru

di Puskesmas Kelurahan

Penjaringan II20 15 10 45

3.

Angka konversi (CVR) TB Paru

di Puskesmas Kelurahan Kamal

Muara10 20 10 40

4.

Angka kesembuhan pasien (CR)

TB Paru di Puskesmas

Kelurahan Penjaringan I

35 30 10 75

5.

Angka kesakitan (IR) ISPA di

wilayah Puskesmas Kelurahan

Kamal Muara

10 20 10 40

6.

Angka penderita kusta (IR) di

Puskesmas Kecamatan

Penjaringan30 35 10 75

Nilai expanding scope terbesar pada program pengendalian penyakit menular

langsung periode Januari - September 2012 adalah angka penemuan kasus baru

(CDR) TB Paru di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan yaitu sebesar 100

4.FEASIBILITY

49

Page 12: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa

mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria

kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian

terhadap kriteria ini menjadi obyektif.

Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah

dapat diselesaikan meliputi:

1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin banyak

jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu

permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan

penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap

jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing – masing

wilayah Puskesmas.

Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah

penduduk sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :

Tabel 2.9

Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Sasaran Program

P2ML di Wilayah Puskesmas Se- Kecamatan Penjaringan

Periode Januari – September 2012

No Puskesmas

Jumlah

Tenaga

Kesehatan

Jumlah

PendudukPerbandingan Score

1 Kecamatan

Penjaringan

24 34724 1 : 1446 2

2 Kelurahan Pejagalan 10 21648 1 : 2164 3

3 Kelurahan Pen-

jaringan I

4 34984 1 : 8746 7

4 Kelurahan 3 21235 1 : 7078 6

50

Page 13: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Penjaringan II

5 Kelurahan Kamal

Muara

7 6396 1 : 913 1

6. Kelurahan Kapuk

Muara

6 15237 1 : 2539 4

7. Kelurahan Pluit 4 43802 1 : 10950 8

Total se-Kecamatan

Penjaringan

58 178026 1 : 3069 5

2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan

untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan

cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap

kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang

dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.

Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan

ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada

namun kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari

kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi

nilai dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat

datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila

tidak tersedia dan diberi nilai nol.

Tabel 2.10

51

Page 14: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas

Kecamatan Penjaringan Periode Januari – September 2012

Kategori Ketersediaan Score

Tempat

Tidak ada 0

Ada tetapi kurang 1

Ada dan cukup 2

Alat/ Obat

Tidak ada 0

Ada tetapi kurang 1

Ada dan cukup 2

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan

Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu “tidak ada”, “cukup” dan “kurang”.

Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala

Puskesmas terkait.

Tabel 2.11

Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas se-

Kecamatan Penjaringan Periode Januari – September 2012

Dana Score

Tidak ada 0

Ada tetapi kurang 1

Ada dan cukup 2

Tabel 2.12

52

Page 15: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Penentuan Score Feasibility Program P2ML Terhadap Kegiatan di Wilayah

Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari – September 2012

NODAFTAR

MASALAHSDM

FASILITAS DA

NAJUMLAH

Alat/Obat Tempat

1. Angka penemuan

kasus baru (CDR)

TB Paru di

Puskesmas se-

Kecamatan

Penjaringan.

5 2 2 1 10

2. Angka konversi

(CVR) TB Paru di

Puskesmas

Kelurahan

Penjaringan II

6 1 1 1 9

3. Angka konversi

(CVR) TB Paru di

Puskesmas

Kelurahan Kamal

Muara

1 1 1 1 4

4. Angka kesembuhan

pasien (CR) TB Paru

di Puskesmas

Kelurahan

Penjaringan I

7 1 1 1 10

5. Angka kesakitan

(IR) ISPA di

wilayah Puskesmas

1 1 1 1 4

53

Page 16: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Kelurahan Kamal

Muara

6

Angka penderita

kusta (IR) di wilayah

Puskesmas

Kecamatan

Penjaringan

2 1 1 1 5

Feasibility tertinggi pada program P2ML periode Januari – September

adalah angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan

Penjaringan periode Januari-September 2012 dengan jumlah 10 dan angka

kesembuhan pasien (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I dengan

jumlah 10.

.

5.POLICY

Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu

masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah

tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah

adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta

apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.

Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling

mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak

memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor

untuk penyuluhan diberikan 5, sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai

10. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas

dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan

tersebut di media elektronik diberikan nilai 15.

Tabel 2.12

54

Page 17: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML di Wilayah

Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan Periode Januari – September 2012

Parameter Score

Tidak ada kebijakan 0

Ada kebijakan 5

Tabel 2.13

Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas di Kecamatan

Penjaringan Periode Januari - September 2012

Parameter Score

Penyuluhan 5

Media Cetak (Poster, Majalah, Koran) 10

Media Elektronik (TV, radio, internet) 15

Tabel 2.14

Penentuan Score Policy Program P2ML pada Puskesmas di Wilayah

Kecamatan Penjaringan Periode Januari – September 2012

No MasalahKebijakan

PemerintahPenyuluhan

Media

Cetak

Media

ElektronikJumlah

1.

Angka penemuan kasus

baru (CDR) TB Paru di

Puskesmas se-Kecamatan

Penjaringan.

5 5 10 0 20

2.

Angka konversi (CVR) TB

Paru di Puskesmas

Kelurahan Penjaringan II

5 5 10 0 20

3. Angka konversi (CVR) TB

Paru di Puskesmas

5 5 10 0 20

55

Page 18: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Kelurahan Kamal Muara

4.

Angka kesembuhan pasien

(CR) TB Paru di

Puskesmas Kelurahan

Penjaringan I

5 5 10 0 20

5.

Angka kesakitan (IR) ISPA

di wilayah Puskesmas

Kecamatan Kamal Muara

5 5 10 0 20

6.

Angka penderita kusta (IR)

di Puskesmas Kecamatan

Penjaringan

5 5 10 0 20

Skor policy untuk masalah angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di

Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan periode Januari-September didapatkan hasil

yaitu sebesar 20.

Setelah diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria di atas, keseluruhan hasil

penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan kedalam tabel penentuan

masalah program P2ML menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot

masing-masing kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.

Tabel 2.16

56

Page 19: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA

MS 1-MS 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan

Periode Januari-September 2012

No Kriteria BobotMS1 MS2 MS3

N BN N BN N BN

1 Emergency 5 8 40 16 80 8 40

2 Greetest member 4 12 48 1 4 15 60

3 Expanding Scope 3 100 300 45 135 40 120

4 Feasibility 2 10 20 9 18 4 8

5 Policy 1 20 20 20 20 20 20

Jumlah 428 257 248

MS – 1 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan

Penjaringan periode Januari – September 2012 sebesar 35,6% kurang dari

target yaitu 70 %.

MS –2 Angka konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Penjaringan II

periode Januari - September 2012 sebesar 78 % kurang dari target yaitu

80%.

MS –3 Angka konversi (CVR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Kamal Muara

periode Januari - September 2012 sebesar 36,8 % kurang dari target yaitu 80

%.

Tabel 2.17

57

Page 20: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA

MS 4-MS 6 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Gambir

Periode Januari-September 2012

No Kriteria BobotMS4 MS5 MS6

N BN N BN N BN

1 Emergency 5 13 65 12 60 1 5

2 Greetest member4 1 4 16 64 1 4

3 Expanding Scope3 75 225 40 120 75 225

4 Feasibility2 10 20 4 8 5 10

5 Policy 1 20 20 20 20 20 20

Jumlah 334 272 264

MS – 4 Angka kesembuhan pasien (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan

Penjaringan I periode Januari- September 2012 sebesar 61,7 % kurang

dari target yaitu 85 %.

MS – 5 Angka kesakitan (IR) ISPA di wilayah Puskesmas Kelurahan Kamal Muara

periode Januari–September 2012 sebesar 55,5 % lebih dari target yaitu 10

%.

MS – 6 Jumlah penderita kusta di wilayah Puskesmas Kecamatan Penjaringan

periode Januari–September 2012 sebesar 0,023 % lebih dari target yaitu

0%.

2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

58

Page 21: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya

ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang

ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba mencari apa yang menjadi

akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini

digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan

(fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu

dengan data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.

Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu

sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man (sumber

daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara). Sedangkan proses

merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi output, yang

terdiri dari:

a. Planning (perencanaan)

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai den-

gan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

b. Organizing (pengorganisasian)

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya

(potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan

efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (pelaksanaan)

Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal men-

jalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki

dan dukungan sumber daya yang tersedia.

d. Controlling (monitoring)

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai den-

gan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (evaluating) jika

terjadi penyimpangan.

Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab masalahnya

dengan menggunakan diagram fishbone:

59

Page 22: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

1. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas se-Kecamatan

Penjaringan periode Januari – September 2012 sebesar 35,6% kurang dari

target yaitu 70 %.

2. Angka kesembuhan pasien (CR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan

Penjaringan I periode Januari- September 2012 sebesar 61,7 % kurang dari

target yaitu 85 %.

2.3 MENCARI PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINAN

Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang paling dominan.

Dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa

atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi

dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari

akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling

dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang

apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar masalah-masalah yang

lainnya dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan

dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup.

Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah

kerja Puskesmas Penjaringan:

1.3.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone

(Diagram Tulang Ikan) pada Angka penemuan kasus baru (CDR) TB

Paru di Puskesmas se-Kecamatan Penjaringan periode Januari –

September 2012 sebesar 35,6% kurang dari target yaitu 70 %.

a. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

1. Man

Distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata dari pemerintah pusat

2. Money

Keterlambatan distribusi obat dari pemerintah.

3. Material

Keterlambatan distribusi obat dari pemerintah.

60

Page 23: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

4. Method

Kurangnya petugas kesehatan di puskesmas

b. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :

1. Planning

Kurangnya dana untuk mengadakan pelatihan secara berkelanjutan.

2. Organizing

Kurangnya dana untuk mengadakan pelatihan secara berkelanjutan.

3. Actuating

Petugas kesehatan belum berpengalaman dalam program TB paru.

4. Controlling

Kurangnya dana untuk mengadakan pelatihan secara berkelanjutan.

c. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:

1. Environment :

Kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan

kader .

Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar

penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi

langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab masalah yang paling

dominan tersebut adalah :

1. Petugas kesehatan belum berpengalaman dalam program TB paru

2. Kurangnya petugas kesehatan di Puskesmas.

3. Kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan dan kader

.

61

Page 24: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

1.3.2 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone

(Diagram Tulang Ikan) pada Angka kesembuhan pasien (CR) TB Paru

di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I periode Januari- September

2012 sebesar 61,7 % kurang dari target yaitu 85 %.

a. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

1. Man

Kurangnya perekrutan petugas kesehatan oleh pemerintah

2. Money

Prosedur pencairan dana yang lama sedangkan dana yang

dialokasikan sedikit

3. Material

Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tata cara pengobatan TB

4. Method

Banyaknya tugas yang harus dilakukan petugas kesehatan

b. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :

1. Planning

Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait

2. Organizing

Kurangnya petugas kesehatan di puskesmas

3. Actuating

Petugas kesehatan melakukan pekerjaan lebih dari satu program

4. Controlling

Petugas kesehatan kurang aktif dalam memantau jalannya

pengobatan pasien TB

c. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:

1. Environment :

Kurangnya sumber daya manusia dalam mengawasi pasien meminum

obat TB

62

Page 25: BAB II Revisi Kel Gw Ngntukkkk

Dari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar

penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi

langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling

dominan tersebut adalah :

1. Kurangnya sumber daya manusia dalam mengawasi pasien meminum obat

TB

2. Kurangnya perekrutan petugas kesehatan oleh pemerintah

3. Kurangnya edukasi mengenai prinsip dan tata cara pengobatan TB

63