26 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memuat pokok landasan bahasan untuk kepentingan penelitian. Disajikan berupa variabel, oleh penjelasan dari topik dan tema yang diangkat, penjabaran dari permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proyek, landasan teori yang menjabarkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Dari hasil kajian- kajian landasan tersebut maka didapatkan sebuah hipotesis. 2.1 Variabel Penelitian Yang Berkaitan Variable pada penelitian ini yaitu terfokus pada lokasi permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir yang mempunyai permasalahan kekumuhan dan selalu menjadi langganan rob atau abrasi, serta mencari masalah-masalah yang ada, sehingga dapat dipecahkan dengan konsep desain, sebagaimana yang sudah dilampirkan dan dijabarkan dalam bab satu. 2.2 Definisi Dan Landasan Terhadap Perancangan Lingkup sustainable development (redevelopment, model penanganan permukiman kumuh dan pembangunan/pengembangan permukiman ke arah horizontal/vertikal), permukiman pesisir dan budaya nelayan serta sustainable ecology (lahan basah, mangrove dan keanekaragaman ekosistem pesisir)
53
Embed
BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/ecolls/Doc/Bab2/2013-1-00099-AR Bab2001.pdf · belum terjangkau jaringan air bersih/minum kota (PAM/PDAM) dan kondisi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
26
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini memuat pokok landasan bahasan untuk kepentingan penelitian.
Disajikan berupa variabel, oleh penjelasan dari topik dan tema yang diangkat,
penjabaran dari permasalahan-permasalahan yang terjadi pada proyek, landasan teori
yang menjabarkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Dari hasil kajian-
kajian landasan tersebut maka didapatkan sebuah hipotesis.
2.1 Variabel Penelitian Yang Berkaitan
Variable pada penelitian ini yaitu terfokus pada lokasi permukiman
pesisir Desa Tanjung Pasir yang mempunyai permasalahan kekumuhan dan
selalu menjadi langganan rob atau abrasi, serta mencari masalah-masalah
yang ada, sehingga dapat dipecahkan dengan konsep desain, sebagaimana
yang sudah dilampirkan dan dijabarkan dalam bab satu.
2.2 Definisi Dan Landasan Terhadap Perancangan
Lingkup sustainable development (redevelopment, model penanganan
permukiman kumuh dan pembangunan/pengembangan permukiman ke arah
horizontal/vertikal), permukiman pesisir dan budaya nelayan serta sustainable
ecology (lahan basah, mangrove dan keanekaragaman ekosistem pesisir)
27 2.2.1 Sustainable Development (Pengembangan secara berkelanjutan)
Definisi konsep pembangunan berkelanjutan diinteprestasikan oleh
beberapa ahli secara berbeda-beda. Namun demikian pembangunan
berkelanjutan sebenarnya didasarkan kepada kenyataan bahwa kebutuhan
manusia terus meningkat. Kondisi yang demikian ini membutuhkan suatu
strategi pemanfaatan sumberdaya alam yang efesien.
Ada pula pakar yang memberikan rumusan untuk lebih menjelaskan
makna dari pembangunan yang berkelanjutan (Abdurrahman, 2003):
- Emil Salim
Pembangunan berkelanjutan atau suistainable development adalah suatu
proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia, dengan menyerasikan sumber alam
dengan manusia dalam pembangunan (Yayasan SPES, 1992 :3). Ada
beberapa asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari konsep
pembangunan berlanjut ini, yaitu:
a. Proses pembangunan ini mesti berlangsung secara berlanjut, terus
menerus di topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan
manusia yang berkembang secara berlanjut.
b. Sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas,
dimana penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya.
Penciutan ini berarti berkurangnya kemampuan sumber alam
tersebut untuk menopang pembangunan secara berkelanjutan,
sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam
dengan daya manusia.
c. Kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan k
Semakin baik kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya
pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada meningkatnya
kualitas fisik, pada harapan hidup, pada turunnya tingkat kematian
dan lain sebagainya.
Dipahami bahwa konsep pem
didukung oleh
pendekatan tersebut bukanlah pendekatan yang berdiri sendiri, tetapi saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Secara skematis, keterkaitan ant
komponen dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut (Munasinghe
1995).
Sumber:
� Redevelopment
Merupakan salah satu dari tiga kategori
sebagai perangkat pelaksanaan yang didasarkan kepada sifat dan
peremajaan yaitu
Kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup.
Semakin baik kualitas lingkungan, semakin positif pengaruhnya
pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada meningkatnya
kualitas fisik, pada harapan hidup, pada turunnya tingkat kematian
dan lain sebagainya.
ipahami bahwa konsep pembangunan berkelanjutan didirikan atau
didukung oleh 3 pilar, yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan. Ketiga
pendekatan tersebut bukanlah pendekatan yang berdiri sendiri, tetapi saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Secara skematis, keterkaitan ant
komponen dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut (Munasinghe
karakteristik perumahan dan permukiman, karakteristik sarana dan
prasarana lingkungan pesisir. Sebagai acuan terhadap permukiman
pesisir yang ingin dibangun.
2. SNI. Sebagai tolak ukur maupun acuan mengenai ketentuan
perencanaan lingkungan permukiman pesisir yang terintegrasi dengan
pusat perkotaan.
3. Tipologi pesisir Indonesia dan karakteristiknya. Sebagai acuan
penilaian terhadap jenis pesisir pada wilayah yang ingin dibangun.
4. Nelayan. Melingkupi: Pemahaman mendalam mengenai kondisi sosial,
budaya dan ekonomi. Sebagai acuan dan penyesuaian terhadap
permukiman pesisir yang ingin dibangun.
Setelah empat hal diatas dikaji secara mendalam, permukiman pesisir
yang akan dibangun nantinya harus melakukan pendekatan secara ekologi,
agar ekosistem pesisir setempat (mangrove) nantinya akan tetap memberikan
interaksi yang menguntungkan bagi penduduknya. Hal-hal yang perlu dikaji
menyangkut sustainable ecology pesisir yaitu:
- Wetlands (lahan basah)
1. Jenis-jenis wetland.
69
2. Tanaman mangrove pada tidal wetlands sebagai biodiversity pesisir.
Kedua hal tersebut perlu dikaji menyangkut pendekatan sustainable
ecology, adalah sebagai acuan dan pilihan mengenai interaksi vegetasi
mangrove apa yang cocok dan dikembangkan, serta nantinya akan
dikombinasikan terhadap wilayah permukiman pesisir yang akan dibangun.
2.4 Kaitan Teori Dengan Pemecahan Masalah
Dasar dalam menentukan arah pembangunan/pengembangan bangunan:
Zhand (1999; 24), mengungkapkan tiga cara perkembangan dasar
dalam pembangunan yaitu sebagai berikut:
- Perkembangan Horisontal
Cara perkembangan mengarah keluar, artinya daerah bertambah
sedangkan ketinggian dan kuanitas lahan terbangun (coverage) tetap
sama. Terjadi pada daerah pinggiran.
- Perkembangan Vertikal
Cara perkembangannya mengarah keatas. Artinya daerah pembangunan
dan kuantitas lahan tetap, sedangkan ketinggian bangunan bertambah.
- Perkembangan Interstisial
Cara perkembangan dilangsungkan ke dalam. Artinya daerah dan
ketinggian bangunan tetap, kuantitas lahan terbangun bertambah.
Terjadi transisi antara pusat dan pinggiran kota.
� Alternatif pertama
Dengan notabene wilayah Desa Tanjung Pasir yang dikategorikan
sebagai kawasan permukiman yang terintegrasi dengan pusat perkotaan dan
pusat pelayanan kawasan sekitar wilayah kabupaten, maka penerapan dari
teori perkotaan boleh diterapkan dalam mengatasi permasalahan yang ada.
70
Teori pembentuk pola stuktur ruang kawasan
Trancik 1986, merumuskan tiga kategori teori yang secara serial
membentuk pola stuktur ruang yang dapat digunakan untuk menganalisis
hubungan dan pergerakan, struktur dan dimensi aktivitas.yaitu:
- Figure-ground (konfigurasi solid dan void)
Teori tentang figure/ground didapatkan melalui studi mengenai
hubungan tekstural antara bangunan (building mass) dan ruang terbuka
(open space) sebagai bentuk solid (figure) serta open void (ground).
- Linkage (penghubung)
Merupakan analisis melalui pergerakan dan aktivitas yang dapat
menegaskan hubungan dalam suatu tata ruang. Teori ini menjelaskan
hubungan solid-voids dalam sistem pergerakan dan antar kawasan yang
kenyataannya diwujudkan berupa jalan, jalur pedestrian atau ruang
terbuka lainnya. Linkage ini tidak hanya membentuk ruang luar tetapi
juga membentuk struktur kota karena akhirnya diwujudkan dalam
jaringan jalan, pola pergerakan dan sirkulasi.
- Place (tempat)
Teori place lebih menekankan faktor-faktor kultural (budaya) dan
historis (sejarah). Dengan demikian, teori place memberikan
perwujudan bentuk-bentuk lokal. Bentuk-bentuk bangunan dan elemen-
elemen (focal point) tidak hanya sebagai bentuk-bentuk enclosure,
tetapi merupakan bentuk-bentuk yang cocok bagi potensi masyarakat,
sehingga masyarakat dapat menerima nilai-nilai sosiokultural tersebut.
Menurut Trancik (1986), mengemukakan bahwa teori place merupakan
71
kombinasi antara teori figure-ground dan linkage yang menekankan
fisik dan visual pada aspek sosial dan budaya serta sejarah.
� Alternatif kedua
Isu utama dalam habitat agenda II,
- Perumahan Layak untuk Semua/Adequate Shelter for All.
- Permukiman yang Berkelanjutan/Sustainable Human Settlement.
Pedoman perumahan dan permukiman di Indonesia:
Berlandaskan UU No.4/1992 mengenai perumahan dan permukiman,
telah dikeluarkan kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman
(KSNPP) pada tahun 1999 sebagai suatu pedoman penyusunan kebijakan
teknis, perencanaan, pemrograman dan kegiatan yang terkait dengan
perumahan dan permukiman.
Teori penataan dan pengembangan kawasan dengan interaksi dua arah
(Man–Environment Studies)
Man-Environment Studies, yaitu sebuah studi mengenai hubungan
saling menguntungkan (mutual interaction) antara manusia dengan
lingkungan terbangun di sekitarnya (3 variabel):
1. Karakteristik manusia sebagai pembentuk karakter lingkungan.
2. Lingkungan fisik dan manusia.
3. Mekanisme yang menghubungkan antara manusia dengan lingkungan
dalam interaksi dua arah.
Ada beberapa aspek fundamental yang melengkapi organisasi
keruangan (Rapoport,1977), yaitu:
72
1. Tatanan Ruang -Organization of space yaitu merupakan tatanan
lingkungan dan menciptakan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya.
2. Tatanan berdasarkan Makna -Organization of meaning.
3. Tatanan berdasarkan Waktu -Organization of time.
4. Tatanan berdasarkan Komunikasi -Organization of communication.
Definisi dan prinsip teori empiris praktis
Penataan merupakan sebuah kegiatan membentuk benda, energi dan
proses menuju sebuah kebutuhan dan keinginan yang dimiliki seorang atau
sekelompok manusia (Van DerRyn, 1996).
Prinsip sustainable memiliki poin-poin sebagai acuan dalam melakukan
analisa potensi, penataan dan pengembangan di masyarakat (Vales,1991):
- Efisiensi energi (Conserving Energy)
- Penyesuaian terhadap iklim (Working with Climate)
- Membudayakan daur ulang (Minimizing New Resources)
- Menghargai pengguna (Respect for Users)
- Menghargai lingkungan (Respect for Site)
- Menyeluruh (Holism)
Definisi dan prinsip teori fenomenologi
Pada dasarnya berbagai pola penciptaan tempat menghasilkan karakter
permukiman menjadi beberapa tipe dasar dari organisasi ruang berikut
(Norberg-Schulz, 1971):
1. Tipe dasar Cluster.
2. Tipe dasar Row.
3. Tipe dasar Enclosure.
73
Karakter permukiman
(Rapoport,1977):
1. Orientasi permukiman
Gambar 2.7 Dwelling Surrounding The Central Space
pola permukiman
Sumber: Studi Kasus
2. Orientasi permukiman
macam organisasi dalam
jalan dan berseberangan
disepanjang jalan dan
Gambar 2.8 Street related housing
Sumber: Studi Kasus
3. Orientasi kearah dalam
Gambar 2.9 The inside
Sumber: Studi Kasus
permukiman dapat dilihat dari organisasi ruang permukiman
permukiman mengelilingi central space.
Dwelling Surrounding The Central Space; Terdapat bermacam bentuk
pola permukiman dengan organisasi yang mirip
Sumber: Studi Kasus Permukiman Nelayan Laino Pantai, Laiworu Kab.Muna
permukiman menyusuri jalan/along the streets. Terdapat
dalam orientasi ini, yaitu rumah berada disepanjang
berseberangan dengan rumah lain atau rumah berada
dan berseberangan dengan unsur air (waterfront).
Street related housing (kiri) dan Waterfront housing (kanan)
Sumber: Studi Kasus Permukiman Nelayan Laino Pantai, Laiworu Kab.Muna
dalam (inside-out city)
The inside-out city; Orientasi ke dalam memiliki domain privat-publik
Sumber: Studi Kasus Permukiman Nelayan Laino Pantai, Laiworu Kab.Muna
permukiman
; Terdapat bermacam bentuk
Permukiman Nelayan Laino Pantai, Laiworu Kab.Muna
Terdapat dua
disepanjang
berada
).
Kab.Muna
publik
Laino Pantai, Laiworu Kab.Muna
• Pembahasan mengenai teori alternatif kedua
perancangan permukiman pesisir
- Orientasi
langsung dengan
nelayan tangguh.
- Orientasi
pekerjaan pengolah
kedalam dapat
- Kedua orientasi
organisasi
Gambar 2.10
Pembahasan mengenai teori alternatif kedua terhadap acuan
perancangan permukiman pesisir
waterfront, yaitu orientasi permukiman yang terhubung
dengan jalan dan unsur air akan sangat mendukung
tangguh.
inside-out (terbalik/kedalam) akan sangat
pengolah ikan, karena central space yang menjadi
dapat menjadi ruang pengolahan ikan.
orientasi tersebut tergabung dalam komposisi berulang
ruang.
Gambar 2.10 Orientasi Waterfront (kiri), Orientasi Inside-out (tengah) dan Komposisi
Berulang Dalam Organisasi Ruang (kanan)
Sumber: Rapoport, 1977
74
terhadap acuan
yang terhubung
mendukung pekerjaan
mendukung
yang menjadi orientasi
berulang dalam
(tengah) dan Komposisi
75 2.5 Kerangka Berpikir
JUDUL TUGAS AKHIR
PERMUKIMAN PESISIR DENGAN PENDEKATAN EKOLOGI BERKELANJUTAN DI TANJUNG PASIR
Latar Belakang Masalah
1. Desa Tanjung Pasir merupakan permukiman yang termasuk dalam kategori kumuh (non alam)
2. Di wilayah permukiman Desa Tanjung Pasir menjadi langganan terkena rob atau abrasi (alam)
Maksud Dan Tujuan
Penataan kembali Desa Tanjung Pasir dengan konsep permukiman yang dapat menyelesaikan masalah rob atau abrasi dengan pola mangrove sebagai interaksi yang menguntungkan.
Permasalahan
1. Permukiman warga tidak tertata dan padat serta tidak layak dari segi sanitasi.
2. Permukiman warga sangat sering terkena rob atau abrasi dengan ketinggian air ± 60-120 cm.
Analisa
Mengumpulkan data–data permasalahan berdasarkan observasi/survey lapangan, interview, studi literatur dan membaca teori–teori mengenai permukiman pesisir yang mempunyai permasalahan kekumuhan dan rob atau abrasi serta sustainable ecology.
Konsep Bangunan Dan Lingkungan
Sustainable dan tetap menjaga budaya nelayan yang telah terbentuk sejak lama.
SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN
76 2.6 Hipotesis
Teori yang cocok diterapkan pada permukiman Desa Tanjung Pasir
yang mempunyai masalah dengan kekumuhan dan rob atau abrasi ialah
penggabungan teori Amos Rapoport 1977 (Human Aspects of Urban Form:
Towards a Man-Environment Approach to Urban Form and Design) dengan
teori Roger Trancik 1986 (Finding Lost Space: Theories of Urban Design),
sebagaimana kajian yang sudah diuraikan pada Kaitan Teori Dengan
Pemecahan Masalah (pembahasan 2.4) diatas, serta penerapan teori dari
Yeang 2006 (Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate
of the locality, and low energy design) kepada tiap-tiap huniannya.
Gambar 2.11 Pemetaan daerah Desa Tanjung Pasir (Kampung Garapan)
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
2.7 Studi Banding
Studi banding ini mengambil area permukiman pesisir terbaik di
berbagai daerah didalam maupun diluar Indonesia. Penentuan lokasi studi
banding didasari oleh permukiman pesisir yang tertata dan dijadikan daya
tarik dari berbagai aspek serta dapat menjaga interaksi dengan ekosistem
sekitar (mangrove) sehingga terhindar dari permasalahan alam maupun non
alam. Sebagai perbandingan untuk menentukan desain permukiman pesisir
dengan pendekatan sustainable ecology. Disajikan dalam bentuk tabel:
77
NO 1
LOKASI Kalimantan Timur (Bontang Kuala)
JENIS PERMUKIMAN
Permukiman nelayan Permukiman masyarakat
KONSEP Sustainable dengan
permukiman panggung permukiman panggung
yang berinteraksi dengan
LAYOUT
ACUAN
Permukiman yang sangat tertata, bersih, modern tetapi sangat
kontekstual serta berkelanjutan secara
ekologi
permukiman tradisional
HASIL BAHASAN
Permukiman nelayan dapat dijadikan sebagai pengembangan wisata
komersial sebagai peningkatan
perekonomian penduduknya
Permukiman masyarakat
masalah pasang surut air
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
2 3 4
HongKong (Tai-O fishing village)
Kepulauan Seribu (Pulau Untung Jawa)
Holland Utara (Semenanjung
Marken)
Permukiman masyarakat nelayan Tanka
Permukiman nelayan dengan fungsi campuran sebagai home stay wisata
Desa nelayan yang dikembangkan ke arah fungsi wisata
Sustainable dengan permukiman panggung
yang berinteraksi dengan tumbuhan mangrove
Permukiman nelayan dibalut secara modern dari
segi desain hunian
Sustainable ecology +
sustainable culture + Sustainable
economy
Kombinasi antara permukiman tradisional
dengan permukiman modern yang saling
berhubungan sehingga membuat suatu
komunitas
Pengembangan pola permukiman nelayan ke
arah perkerasan tetapi tetap menjaga ekosistem mangrove yang ada, sehingga terciptanya
permukiman yang sehat dari segi sanitasi
Permukiman yasangat baik dari
segi sanitasi, modern tetapi sustainable
culture’nya sangat terasa
Permukiman masyarakat Tanka yang
menyesuaikan konsep permukiman dengan
masalah pasang surut air laut
Pengembangan permukiman nelayan Pulau Untung Jawa dinilai sangat
berhasil, sehingga dapat meningkatan kesejahteraan
penduduknya
Desa nelayan yang sangat berhasil membalut unsur
tradisional dengan unsur modern. Tetapi masih sangat terasa
culture’nya itu sendiri
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Holland Utara (Semenanjung
Marken)
nelayan yang dikembangkan ke arah fungsi wisata
Sustainable ology +
sustainable culture + Sustainable
economy
Permukiman yang sangat baik dari
segi sanitasi, modern tetapi sustainable
culture’nya sangat terasa
Desa nelayan yang sangat berhasil membalut unsur
dengan unsur modern. Tetapi masih sangat terasa
culture’nya itu sendiri
78 2.8 Sistematika Pembahasan
TUJUAN
Peremajaan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir dengan konsep panggung dan sustainable housing serta dengan pendekatan interaksi mangrove
Pendahuluan - Permasalahan umum yang
terdapat pada permukiman pesisir
- Penjelasan pemilihan lokasi - Permasalahan di lokasi
Landasan Teori - Penjabaran mengenai lingkup sustainable development
(redevelopment, model penanganan permukiman kumuh dan pembangunan/pengembangan permukiman ke arah horizontal/vertikal), permukiman pesisir dan budaya nelayan serta sustainable ecology (lahan basah, mangrove dan keanekaragaman ekosistem pesisir)
- Teori-teori yang berkaitan
Analisa Tapak & Bangunan - Zoning tapak - Zoning bangunan - Orientasi massa - Sirkulasi dalam tapak
(Pola jalan, Pola hijau dan Pola penyebaran fasilitas)
- Tipe unit hunian - Modul struktur - Utilitas - Block Plan
Metode Penelitian - Cara pengumpulan data - Proses pengolahan data
Hasil Dan Bahasan Analisa Manusia
- Karakteristik Penduduk - Sosial-Ekonomi-Budaya
Penduduk - Struktur Penduduk - Aktifitas &Waktu Kegiatan - Status Kepemilikkan
Analisa Lingkungan - Sirkulasi dalam tapak - Pencapaian tapak - Kegiatan sekitar tapak - Sosial-Ekonomi-Budaya sekitar - Matahari - Angin - Kebisingan - Utilitas tapak
Kesimpulan Dan Saran
BAB 1 Latar Belakang Permasalahan & Latar Belakang Pemilihan Lokasi
BAB 2 Teori terkait penyelesaian permasalahan & Hipotesis
BAB 3 Proses mencari data
BAB 4 Analisa data-data disertai
kesimpulan sementara
BAB 5 Rangkuman dari hasil analisa dan saran bagi peneliti selanjutnya