8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan prestasi kerja, kinerja atau persepsi kerja (Performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh kemampuan, sikap keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu Timotius, dalam Retno (2008). Sedangkan Steers dalam Sukono (2009) menyatakan kinerja adalah fungsi gabung an dari tiga faktor penting yaitu: a) Kemampuan, perangi dan minat seorang pekerja b) Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja c) Tingkat motivasi pekerja Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian hasil kerja dari segala sesuatu yang diusahakan yang merupakan output dari sebuah proses. Kinerja merupakan kata benda yang abstrak yaitu memiliki pengertian suatu potensi untuk melakukan kinerja. Untuk itu kinerja seseorang tidak dapat diukur secara lahiriah semata akan tetapi juga dilihat dari indikator sebagai hasildari kerja. Mampu tidaknya
21
Embed
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja...8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2002) menyatakan kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan prestasi
kerja, kinerja atau persepsi kerja (Performance) diartikan sebagai
ungkapan kemampuan yang didasari oleh kemampuan, sikap
keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu Timotius, dalam
Retno (2008). Sedangkan Steers dalam Sukono (2009) menyatakan
kinerja adalah fungsi gabung an dari tiga faktor penting yaitu:
a) Kemampuan, perangi dan minat seorang pekerja
b) Kejelasan dan penerimaan atas peranan seorang pekerja
c) Tingkat motivasi pekerja
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah
pencapaian hasil kerja dari segala sesuatu yang diusahakan yang
merupakan output dari sebuah proses. Kinerja merupakan kata benda yang
abstrak yaitu memiliki pengertian suatu potensi untuk melakukan kinerja.
Untuk itu kinerja seseorang tidak dapat diukur secara lahiriah semata akan
tetapi juga dilihat dari indikator sebagai hasildari kerja. Mampu tidaknya
9
seseorang melakukan kerja bisa dijadikan ukuran tinggi rendahnya kinerja
seseorang.
2.2 Kinerja Guru
Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yang sangat
penting. Selain guru menjadi seorang pengajar, tetapi guru juga sebagai
seorang pembimbing yang mendorong potensi siswa, mengembangkan
alternatif dan juga memobilisasi siswa dalam belajar. Silberman dalam
Kusmedi (2003) menyatakan bahwa yang dimaksud kinerja guru adalah
kemampuan dan prestasi guru dalam melaksanakan tugas pokoknya
sebagai guru. Pengertian kinerja guru tersebut diperjelas dengan pendapat
Usman dalam Retno (2008) yaitu : a) Tugas dalam bidang profesi yang
meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. b ) Tugas guru dalam bidang
kemanusiaan dimana guru harus menjadikan dirinya menjadi orang tua
kedua, c) Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah mencerdaskan
bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan
pancasila.
2.2.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Guru merupakan kunci keberhasilan bagi peserta didiknya. Guru
memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan yaitu selain hanya
sebagai pendidik juga sebagai pembimbing sekaligus sebagai fasilitator
10
bagi para peserta didiknya. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya tidak terlepas dari pengaruh faktor ekternal dan
internal dalam kehidupannya. Setyowati(2010) menyatakan 8 faktor yang
mempengaruhi kinerja guru meliputi:
1. Kepribadian seseorang
2. Pengembangan profesi
3. Kemampuan mengajar
4. Hubungan dan komunikasi dengan rekan kerja
5. Hubungan dengan masyarakat
6. Kedisiplinan
7. Kesejahteraan
8. Iklim kerja
Selanjutnya pendapat lain juga dikemukakan oleh Surya (2004)
tentang faktor yang mempengaruhi kinerja guru.“Faktor mendasar yang
terkait erat dengan kinerja profesional guru adalah kepuasan kerja yang
berkaitan erat dengan kesejahteraan guru. Kepuasan ini dilaterbelakangi
oleh faktor-faktor: (1) imbalan jasa, (2) rasa aman, (3) hubungan antar
pribadi, (4) kondisi lingkungan kerja, (5) kesempatan untuk pengembangan
dan peningkatan diri”
Dengan kinerja yang optimal dalam sebuah kelembagaan, maka
akan tercapai produktivitas yang tinggi pula dalam lembaga tersebut, dan
sebaliknya apabila dalam lembaga tersebut kinerja yang tidak optimal
maka produktivitas yang rendah akan terjadi dalam lembaga tersebut.
11
Berdasarkan peraturan mentri pendidikan Nasional No 27 tahun
2008 pasal 1 ayat 1 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor di terangkan bahwa “untuk dapat diangkat sebagai konselor,
seseorang wajip memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor yang berlaku secara Nasional”. Dan dalam undang-undang no 20
tahun 2003 pasal 1 ayat 6 keberadaan konselor dalam sistem pendidikan
Nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik sejajar dengan
kualifikasi guru dan dosen,pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator,
dan instruktur”. undang-undang tersebut menjelaskan tentang kedudukan
profesi konselor bahwa konselor merupakan seseorang pendidik yang
sama dengan guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator,
dan instruktur. Hal tersebut dikarenakan profesi konselor memenuhi
kualifikasi-kualifikasi baik akademik maupun profesional sebagai seorang
pendidik baik pada bidang formal maupun non formal.
Adapun Steers dalam Djumiati (2003) menyatakan bahwa prestasi
kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor penting yaitu:
1) kemampuan, perangai dan minat seseorang pekerja 2) kejelasan dan
penerimaan atas peranan seseorang pekerja dan 3) tingkat motivasi
pekerja. Meskipun setiap faktor secara terpisah mempunyai arti penting,
tetapi kombinasi dari ketiganya sangat menentukan kinerja setiap pegawai,
yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja orang secara
keseluruhan.
12
Mangkunegoro (2004) juga mengungkapkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja yaitu: (1) Ability / kemampuan yang terdiri
dari kemampuan potensi atau IQ dan Keterampilan (skill), artinya pegawai
yang mempunyai IQ diatas rata-rata 110 – 120 dan terampil dalam
melaksanakan tugasnya, maka akan lebih mudah mencapai kinerja
yang diharapkan. (2)Motivasi merupakan sikap pegawai dalam
menghadapi situasi kerja, yang mana motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan Buford dan Bedeian (1988) menyatakan “ Basically
performance is determined by three factors : ability, motivation, and role
clarity. To perform affectively a person must (a) be able to do a job
(ability), (b). Want to do a job (motivation) and (c) understand what the
job is ( role clarity)”. Artinya Pada dasarnya kinerja ditentukan oleh tiga
faktor : kemampuan, motivasi dan kejelasan peran. Untuk membentuk
efektivitas kerja seseorang harus (a) mampu mengerjakan tugasnya, (b)
ada keinginan melaksanakan tugas dan (c) mengerti apa yang menjadi
tugasnya. Kinerja dapat mempengaruhi profesionalisme, sehingga dalam
perkembangannya kinerja selalu memiliki makna positif dalam arti
normatif, seperti kualitas kerja, disiplin, jujur, giat, produktif dan
sebagainya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah perilaku individu sebagai ungkapan kemajuan dalam menghasilkan
sesuatu yang diperoleh dengan mendayagunakan, pengetahuan, sikap dan
13
keterampilan yang dimiliki. Sedangkan yang dimaksud dengan kinerja
guru pembimbing dalam penelitian ini adalah kemampuan dan prestasi
kerja yang ditunjukkan guru pembimbing pada waktu melaksanakan tugas
pokok, yang menjadi tanggung jawabnya.
Dengan diberlakukannnya keputusan Mendikbud No. 25/O/1995
maka tugas pokok guru pembimbing makin jelas seperti yang tertera pada
keputusan menteri tersebut, seperti yang disebutkan dalam Depdikbud
(1997) yaitu meliputi: (1) penyusunan program, (2) melaksanakan