10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Pengertian Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan seseorang atau sekelompok dalam suatu periode waktu tertentu yang merefleksikan seberapa baik seseorang atau kelompok tersebut memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi (Bernardin dan Russell, 2002). Menurut Mangkunegara (2016:67), kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku kerja yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Meningkatnya kinerja perorangan (individual performance) maka kemungkinan besar juga akan meningkatkan kinerja perusahaan (coorporate performance) karena keduanya mempunyai hubungan yang erat Kasmir (2016 : 182). Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau perusahaan secara kualitas dan kuantitas pada periode tertentu yang merefleksikan seberapa baik seseorang atau kelompok tersebut memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan.
36
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Pengertian Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan seseorang atau
sekelompok dalam suatu periode waktu tertentu yang merefleksikan seberapa baik
seseorang atau kelompok tersebut memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan dalam
usaha pencapaian tujuan organisasi (Bernardin dan Russell, 2002). Menurut
Mangkunegara (2016:67), kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan hasil kerja
dan perilaku kerja yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
tanggung jawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Meningkatnya
kinerja perorangan (individual performance) maka kemungkinan besar juga akan
meningkatkan kinerja perusahaan (coorporate performance) karena keduanya
mempunyai hubungan yang erat Kasmir (2016 : 182).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil
kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi
atau perusahaan secara kualitas dan kuantitas pada periode tertentu yang
merefleksikan seberapa baik seseorang atau kelompok tersebut memenuhi
persyaratan sebuah pekerjaan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi atau
perusahaan.
11
2. Faktor-faktor Kinerja
Faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan baik hasil maupun perilaku kerja
menurut Kasmir (2016 : 189-193) yaitu :
1. Kemampuan dan keahlian Merupakan kemampuan atau skill yang dimilki
seseorang dalam suatu pekerjan. Semakin memiliki kemampuan dan keahlian
maka akan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara benar, sesuai dengan yang
telah ditetapkan.
2. Pengetahuan Maksudnnya adalah pengetahuan tentang pekerjaan. Seseorang
yang memiliki pengetahuan tentang pekerjaan secara baik akan memberikan hasil
pekerjaan yang baik, demikian pula sebaliknya.
3. Rancangan kerja Merupakan rancangan pekerjaan yang akan memudahkan
karyawan dalam mencapai tujuannya. Artinya jika suatu pekerjaan memiliki
rancangan 18 yang baik, maka akan memudahkan untuk menjalankan pekerjaan
tersebut secara tepat dan benar.
4. Kepribadian Yaitu kepribadian seseorang atau karakter yang dimiliki
seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian atau karekter yang berbeda satu
sama lainnya. Seseorang yang memiliki kepribadian atau karakter yang baik, akan
dapat melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh penuh tanggung jawab
sehingga hasil pekerjaannya juga baik.
5. Motivasi kerja Motivasi kerja merupakan dorongan bagi seseorang untuk
melakukan pekerjaan. Jika memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya atau
12
dorongan dari luar dirinya, maka karyawan akan terangsang atau terdorong untuk
melakukan sesuatu dengan baik.
6. Kepemimpinan Kepemimpianan merupakan perilaku seseorang pemimpin
dalam mengatur, mengelola dan memerintah bawahannya untuk mengerjakan
suatu tugas dan tanggung jawab yang diberikannya.
7. Gaya kepemimpinan Merupakan gaya atau sikap seseorang pemimpin dalam
mengahadapi atau memerintahkan bawahannya.
8. Budaya organisasi Merupakan kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang
berlaku dan dimilik suatu organisasi atau perusahaan. Kebiasaan-kebiasaan atau
norma- 19 norma ini mengatur hal-hal yang berlaku dan diterima secara umum
serta harus dipatuhi oleh segenap anggota suatu perusahaan.
9. Kepuasan kerja Merupakan perasaan senang atau gembira, atau perasaan suka
seseorang sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan. Jika karyawan merasa
senang atau gembira atau suka untuk bekerja, maka hasil pekerjaannya pun akan
berhasil baik.
10. Lingkungan kerja disekitar Merupakan suasana atau kondisi lokasi tempat
bekerja. Lingkungan kerja dapat berupa ruangan, layout, sarana dan prasana, serta
hubungan kerja dengan sesama rekan kerja. Jika lingkungan kerja dapat membuat
suasana nyaman dan memberikan ketenangan maka akan membuat suasana kerja
menjadi kondusif, sehingga dapat meningkatkan hasil kerja seseorang menjadi
lebih baik, karena bekerja tanpa gangguan. Namun sebaliknya jika suasana atau
kondisi lingkukngan kerja tidak memberikan kenyamanan atau ketenangan, maka
13
akan berakibat suasana kerja menjadi terganggu yang pada akhirnya akan
mempengaruhi dalam bekerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
lingkungan kerja memengaruhi kinerja seseorang.
11. Loyalitas Merupakan kesetiaan karyawan untuk tetap bekerja dan membela
perusahaan dimana tempatnya bekerja.
12. Komitmen 20 Merupakan kepatuhan karyawan untuk menjalankan kebijakan
atau peraturan perusahaan dalam bekerja.
13. Disiplin kerja Merupakan usaha karyawan untuk menjalankan aktivitas
kerjanya secara sungguh-sungguh.Disiplin kerja dalam hal ini dapat berupa
waktu, misalnya masuk kerja selalu tepat waktu. Kemudian disiplin dalam
mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya sesuai dengan perintah yang
harus dikerjakan.
3. Indikator Kinerja
Indikator kinerja menurut Kasmir (2016 : 208-210), indikator yang
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai ada enam, yaitu:
1. Kualitas (mutu) Kualitas merupakan suatu tingkatan di mana proses atau
hasil dari penyelesain suatu kegiatan mendekati titik kesempurnaan. Makin
sempurna suatu produk, maka kinerja makin baik, demikan pula sebaliknya
jika kualitas pekerjaan yang dihasilkan rendah maka kinerjanya juga rendah.
2. Kuantitaas (jumlah) Untuk mengukur kinerja dapat pula dilakukan
dengan melihat dari kuantitas (jumlah) yang dihasilkan oleh seseorang.
14
3. Waktu (jangka waktu) Untuk jenis pekerjaan tertentu diberikan batas
waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Artinya ada pekerjaan batas waktu
minimal dan maksimal yang harus dipenuhi.
4. Kerja sama antar pegawai Kinerja sering kali dikaitkan dengan kerja
sama antar pegawai dan antar pimpinan. Hubungan ini sering kali juga
dikatakan sebagai hubungan antar perseorangan. Dalam hubungan ini diukur
apakah seorang pegawai mampu untuk mengembangkan perasaan saling
menghargai, niat baik dan kerja sama antara pegawai yang satu dengan
karyawan yang lain.
5. Penekanan biaya 17 Biaya yang dikeluarkan untuk setiap aktivitas
perusahaan sudah dianggarkan sebelum aktivitas dijalankan. Artinya dengan
biaya yang sudah dianggarkan tersebut merupakan sebagai acuan agar tidak
melebihi dari yang sudah dianggarkan.
6. Pengawasan Dengan melakukan pengawasan pegawai akan merasa
lebih bertanggung jawab atas pekerjaannya dan jika terjadi penyimpangan akan
memudahkan untuk melakukan koreksi dan melakukan perbaikan secepatnya.
B. Gaya Kepemimpinan
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Istilah pemimpin dan kepemimpinan tentu sudah tak asing lagi dalam
dunia kerja, bahkan bukan hanya dunia kerja saja yang berhubungan dengan
pemimpin dan kepemimpinan akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam sebuah keluarga pun secara tidak sadar kita dikenalkan dengan
15
pemimpin dan kepemimpinan. Berbicara tentang kepemimpinan tak terlepas
dari kata pemimpin, dimana kepemimpinan itu sendiri berasal dari kata
pemimpin. Istilah pemimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan
seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan
berbagai cara.
Gaya Kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan
untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.Gaya kepemimpinan
yang menunjukkan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang
keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya.Artinya gaya
kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya Rivai (2014:42).
Menurut Kartono (2008), gaya kepemimpinan adalah sifat, kebiasaan,
tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang pemimpin
dalam berinteraksi dengan orang lain. Maka dapat dipahami bahwa
kepemimpinan merupakan suatu prosesmempengaruhi orang lain yang
menyebabkan seseorang berbuat atau bergerak kearah aktivitas dan tujuan
tertentu.
Gaya kepemimpinan demokrartis pada umumnya berasumsi bahwa
pendapat orang banyak lebih baik dari pendapatnya sendiri dan adanya
partisipasi akan menimbulkan tanggung jawab bagi pelaksanaanya. Asumsi
lain bahwa partisipasi memberikan kesempatan kepada para anggota untuk
16
mengembangkan diri para karyawannya sehingga para karyawan dapat terus
inovatif dan kreatif Rivai (2015:43) menyatakan bahwa terdapat beberapa
karakteristik yang dimiliki seseorang pemimpin demokratis adalah senang
menerima saran dan pendapat bahkan kritikan dari karyawannya; selalu
berusaha mengutamakan kerja sama (teamwork) dalam usaha pencapaian
tujuan, ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada karyawan
berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi
berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar karyawan tidak berbuat
kesalahan yang sama, tetapi lebih berani berbuat ke-salahan yang lain, selalu
berusaha untuk meenjadikan karyawan lebih sukses daripada pemimpinnya,
dan berusaha untuk mengembangkan kapasitas diri sebagai pemimpi
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti
pengganti atau wakil, adapun pemakaian kata khalifah tersebut adalah setelah
wafatnya Rasulullah SAW terutama bagi keempat sahabatnya
khulafaurrasyidin. Oleh karena itu kata khalifah dalam bahasa Indonesia
disebut pemimpin, seirama dengan kata “amir” (yang jamaknya umara) yang
berarti penguasa. Sebabnya kedua kata ini cenderung berkonotasi sebagai
pemimpin formal dan konotasi tersebut terlihat pada bidang yang dijelajahi
dalam tugas pokoknya yang tidak saja menyentuh aspek-aspek pemerintahan
di kehidupan bermasyarakat dan bernegara tetapi juga di dalam Al-Qur’an
untuk menyatakan pemimpin yang bersifat non formal. Selain kata khalifah
juga disebutkan kata Ulil Amri yang satu akar dengan kata amir sebagaimana
disebutkan di atas, kata Ulil Amri berarti pemimpin tertinggi dalam
masyarakat Islam.
17
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain baik melalui
komunikasi langsung atau tidak langsung sehingga ia mampu menciptakan
keadaan dimana orang tersebut mampu bergerak dan bertindak serta saling
bekerjasama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian tujuan
tertentu. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda-
beda dalam memimpin bawahannya, dan perilaku pemimpin tersebut disebut
dengan gaya kepemimpinan. Dimana gaya kepemimpinan tersebut banyak
mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya.
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-
gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan
gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk
memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula
dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh seorangpemimpin.
Seorang pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling
tepat yakni yang dapat memaksimalkan kinerja dan mudah dalam
menyesuaikan dengan segala keadaan dan kondisi dalam organisasi. Gaya
kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan
seorang pemimpin, baik yang tampak maupun tidak tampak oleh
bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten
dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari prilaku
18
seseorang. Sehingga gaya kepemimpinan yang paling tepat ialah suatu gaya
yang dapat memaksimumkan produktivitas, kepuasan kerja, pertumbuhan,
dan mudah menyesuaikan dengan situasi. Oleh sebab itu gaya kepemimpinan
memiliki tiga pola dasar yaitu yang mementingkan pelaksanaan tugas,yang m
ementingkan hubungan kerjasama dan yang mementingkan hasil yang dicapai
Menurut Sunyoto (2015:5 ), gaya kepemimpinan terbagi dalam 6 gaya
antara lain:
a. Kharismatik
Gaya kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya
tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi
orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat
banyak jumlahnya dan pengawal- pengawal yang bisa
dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar-
benar sebabnya, mengapa orang itu memiliki kharisma yang
begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan gaib
(Supernatural Power) dan kemampuan-kemampuan yang super
human, yang diperoleh sebagai karunia yang Maha Kuasa.
b. Paternalistis
Yaitu kepemimpinan yang kebapak-bapakan, dengan
sifat dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak
atau belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu
dikembangkan. Dia bersikap terlalu melindungi. Dia hampir-
hampir tidak pernah memberi kesempatan kepada bawahan
untuk mengembangkan imajinasi. Gaya kepemimpinan
19
semacam ini seolah menunjukkan bahwa dirinya paling tahu
dan paling benar dalam mengambil suatu keputusan.
c. Militeristis
Gaya ini hampir memiliki kesamaan dengan gaya
kepemimpinan yang otoriter. Perbedaannya gaya semacam ini
lebih keras. Sekeras militer lalu bawahannya selalu diancam
dengan sanksi-sanksi jika ia tak mau menurutikeinginannya.
d. LiazezFaire
Pada gaya kepemimpinan laizez faire ini sang pemimpin
praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan
setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam setiap kegiatan kelompoknya.
Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh
bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin symbol, dan
biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. Dia tidak
mempunyai kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak
buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, dan
tidak berdaya menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
e. Demokrasi
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan
memberikan bimbingan yang mampu menyelenggarakan tugas-
tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya
terdiri dari teknokrat dan administrator-administrator yang
mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
20
pembangunan. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal. Dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan
demokratis ini terletak bukan pada personal individu
pemimpin, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi
aktif dari setiap warga kelompok anggota.
f. Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah seseorang yang sangat
egois, egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya
memutar balikkan fakta atau kenyataan yang sebenarnya
sehingga sesuai dengan apa yang secara subyektif
diinterpretasikan sebagai kenyataan. Akan tetapi, efektifitas
kepemimpinan yang otoriter sangat dikaitkan dengan
kekuasaan untuk mengambil tindakan yang positif belum tentu
dapat tercapai dan berbagai sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya, namun kekuasaan mengambil tindakan yang
punitive itu tidak lagi dimilikinya, ketaatan para bawahan
segera mengendor dan disiplin kerja pun akan merosot.
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
H. Joseph Reitz dalam Indah Dwi Rahayu (2017:2), dalam
melaksanakan aktivitas pemimpin ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu:
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan
21
pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan
pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa
gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku
bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
4. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan
sesuai dengan fungsinya. Tugas pokok kepemimpinan yang berupa
mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik,
membimbing dan sebagainya yang secara singkat menggerakan 6 M agar
para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi,
hanya dapat melaksanakan dengan baik apabila seorang pemimpin
menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan
sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi
kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan
bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Situasi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan
22
dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu
kelompok/organisasi.
Secara operasional dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok
kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana,
bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi
orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama
dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali
memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam
menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan
pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan
ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik
(feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan
menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-
23
keputusan pimpinan akan dukungan dan lebih mudah
menginstruksikannya,sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
c. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi
tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara
terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri
atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin
harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui
persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi
delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima
delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang
memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang
sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah
dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian
dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.
24
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas
kepemimpinan secara integral, yaitu dimana pemimpin
berkewajiban menjabarkan program kerja, pemimpin harus mampu
memberikan petunjuk yang jelas, harus berusaha mengembangkan
kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, megembangkan
kerjasama yang harmonis, pemimpin harus mampu memecahkan
masalah dan mengambil keputusan masalah sesuai batas tanggung
jawab masing-masing, pemimpin harus mendayagunakan
pengawasan sebagai alat pengendali, serta pemimpin harus berusaha
menumbuhkembangkan kemampuan memikul tanggung jawab.
5. Indikator-indikator Gaya Kepemimpinan
Garyl Yuki (2015:306) menyebutkan ciri-ciri kepemimpinan adalah
sebagai berikut:
a. Pendidikan umum yang luas. Memiliki pengetahuan yang luas baik
yang didapat secara formal maupun nonformal.
b. Kemampuan analisis. Pimpinan mampu menganalisa dalam
menentukan langkah-langkah dalam pencapaiantujuan.
c. Keterampilan berkomunikasi. Memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik dalam penyampaian perintah kepada para bawahan atau
pegawai.
d. Rasionalitas dan objektivitas. Pimpinan dalam menentukan tujuan
haruslah bersifat rasional dan dalam menilai para bawahannya
hendaknya bersifat objektif.
25
e. Programatis. Pimpinan dalam menyusun langkah-langkah dalam
proses pencapaian tujuan haruslah terprogram, tersusun dan
terkonsep.
f. Kesederhanaan. Pimpinan hendaknya mampu memberikan contoh
dengan kesederhanaan terhadap para pegawai agar tidak terlaluroyal.
g. Keberanian mengambil keputusan. Dalam pelaksanaan pengambilan
keputusan pimpinan berani mengambil resiko.
h. Kemampuan mendengar saran-saran. Pimpinan yang demokratis
harus mau mendengarkan bawahannya agar terhindar dari
sifatotoriter.
i. Adaptabilitas dan fleksibilitas. Seorang pemimpin harus bisa
beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif.
j. Ketegasan dalam bertindak. Seorang pemimpin dalam pengambilan
keputusan harus bersikap tegas tanpa kompromi agar disegani oleh
para bawahannya.
Sedangkan menurut Kartini Kartono (2008), indikator-indikator dalam gaya
kepemimpinan adalah sebagai berikut:
a. Sifat seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam gaya
kepemimpinan untuk menentukan keberhasilannya menjadi seorang
pemimpin yang berhasil, serta ditentukan oleh kemampuan pribadi
pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
b. Kebiasaan memegang peranan utama dalam gaya kepemimpinan
sebagai penentu pergerakan prilaku seorang pemimpin yang
26
menggambarkan segala tindakan yang dilakukan sebagai pemimpin
yang baik.
c. Tempramen adalah gaya prilaku seorang pemimpin dan cara khasnya
dalam memberi tanggapan, dalam berinteraksi dengan orang lain.
Beberapa pemimpin bertempramen aktif, sedangkan yang lainnya
tenang. Deskripsi ini menunjukkan adanya variasi tempramen.
d. Watak seorang pemimpin yang lebih subjektif dapat menjadi
penentu bagi keunggulan seorang pemimpin dalam mempengaruhi
keyakinan (determination), ketekunan (persistence), daya tahan
(endurance), keberanian (courage).
e. Kepribadian seorang pemimpin menentukan keberhasilannya, yang
ditentukan oleh sifat-sifat/karakteristik kepribadian yang dimilikinya
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti telah menentukan
indikator-indikator yang akan dijadikan sebagai variabel Gaya
Kepemimpinan yaitu Sifat, Kebiasaan, Tempramen, Watak.
C. MOTIVASI
Motivasi merupakan hal yang penting karena motivasi dapat menjadi
penyebab, penyalur, maupun pendukung dari prilaku seseorang sehingga orang
tersebut berkeinginan untuk bekerja keras dan antusias untuk mencapai hasil
yang optimal (Marliani, 2015). Begitu penting motivasi dalam karyawan,
dimana setiap karyawan harus memiliki motivasi yang benar dan diberi motivasi
yang bisa meningkatkan kinerja dan produktifitasnya. Motivasi secara sederhana
diartikan sebagai dorongan dari dalam karyawan. Serangkaian sikap dan nilai-
27
nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal spesifik sesuai dengan
tujuan individu yang berasal dari dalam dirinya bukan atas dorongan pihak lain
Rivai (2011:837).
Motivasi dibagi dalam dua hal pokok, menurut Marliani (2015:11) yaitu
sebagai berikut:
1. Motivasi primer.
Motivasi primer adalah motivasi yang berasal pada motif-motif dasar diri
seorang karyawan.
2. Motivasi sekunder
Motivasi sekunder yaitu motivasi yang dipelajari atau yang diberikan dari
orang lain.
Berbeda lagi dengan yang disampaikan Hezzberg (2015:74), membagi
motivasi menjadi dua bentuk yaitu:
1. Motivasi instrinsik
Motivasi yang timbul dari dalam pekerjaan, yang mana motivasi ini
diberikan dari teman kerja, atasan, dan perusahaan itu sendiri.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang timbul dari luar pekerjaan, yang mana motivasi ini bisa
diberikan dari keluarga dan teman dan faktor lingkungan setempat yang
diberikan oleh orang sekitar.
1. Aspek-aspek Motivasi
Seorang pemimpin harus memberikan perhatian kepada pegawai tentang
pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat pegawai terhadap
28
pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya maka hasratnya akan menjadi
kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam
mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian, pegawai
akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya.
Sedangkan motivasi dimaksudkan untuk merangsang pegawai untuk lebih giat
dan bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dengan adanya
motivasi tersebut diharapkan pegawai memiliki kemauan dan kemampuan
yang lebih dalam bekerja sehari-hari, sehingga kinerja pegawai dapat
dikatakan meningkat terdapat 6 karakteristik karyawan yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi yaitu :
a) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.
b) Berani mengambil dan memikul resiko.
c) Memiliki tujuan yang realistic.
d) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuan.
e) Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang
dilakukan.
f) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
Menurut Sunyoto (2015:43) teori motivasi terdiri dari, pertama content
theories atau teori kepuasan yang memusatkan perhatian pada faktor-faktor
dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan
menghentikan perilaku. Kedua adalah process theory atau teori proses yaitu
29
menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu dikuatkan, diarahkan,
didukung, dan dihentikan. Kedua kategori tersebut mempunyai pengaruh
penting bagi para manajer untuk memotivasi karyawan. Beberapa teori
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Teori Keadilan ( Equity Theory)
Intisari dari teori keadilan ini adalah bahwa karyawan membandingkan
usaha dan imbalan karyawan dengan usaha dan imbalan yang diterima
oleh orang lain dalam situasi kerja yang serupa, (Gibson dalam Suharto
dan Budi Cahyono, 2015:44). Selanjutnya dijelaskan bahwa teori motivasi
ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa individu itu dimotivasi oleh
keinginan untuk diperlakukan adil dalam pekerjaan dan orang bekerja
untuk mendapatkan imbalan dari organisasi.
b) Teori Penguatan ( Reinforcement Theory )
Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi.
Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku di masa
lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang. Menurut Budi
Cahyono, (2015:45) dalam pandangan teori ini individu bertingkah laku
tertentu karena dimasa lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu akan
berhubungan dengan hasil yang menyenangkan dan berperilaku tertentu
akan menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan karena pada
umumnya individu lebih suka akibat yang menyenangkan, mereka
umumnya akan mengulangi perilaku yang akan mengakibatkan
konsekuensi yang menyenangkan.
30
1) Pencapaian Tujuan ( Goal Setting )
2) Tujuan adalah apa yang ingin dicapai oleh seseorang dan
tujuan merupakan suatu obyek dalam suatu tindakan, (Budi
Cahyono, 2015:47), selanjutnya dijelaskan bahwa langkah-
langkah dalam penetapan tujuan mencakup:
a) Menentukan apakah orang, organisasi, dan teknologi cocok
untuk penetapan tujuan.
b) Mempersiapkan karyawan lewat bertambahnya interaksi
interpersonal, komunikasi, pelatihan, dan rencana kegiatan untuk
bagi penetapan tujuan.
c) Menekankan sifat-sifat dalam tujuan yang harus dimengerti
oleh pimpinan dan bawahan.
d) Melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengadakan
penyesuaian yang perlu dalam tujuan yang telah ditetapkan,
dimodifikasi dan dicapai dalam motivasi yang tercapai untuk
tujuan agar bisa diterapkan.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Siagian faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang
dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang bersifat khas yang
terdiri dari delapan faktor yaitu:
a. Karakteristik biografi yang meliputi:
1. Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai
31
segi kehidupan organisasional. Misalnya kaitan usia dengan tingkat kedewasaan
teknis yaitu ketrampilan tugas.
2. Jenis kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para pekerja
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar dengan demikian
perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga
mereka menjadi anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya.
3. Status perkawinan, dengan status ini secara tidak langsung dapat memberikan
petunjuk cara, dan teknik motivasi yang cocok digunakan bagi para pegawai yang
telah menikah dibandingkan dengan pegawai yang belum menikah.
4. Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan seorang seorang pencari
nafkah utama keluarga adalah semua orang yang biaya hidupnya tergantung pada
pencari nafkah utama tersebut, tidak terbatas hanya pada istri atau suami dan
anak–anaknya.
5. Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang karena masa
kerja seseorang merupakan satu indikator kecenderungan para pekerja dalam
berbagai segi organisasional seperti ; produktivitas kerja dan daftar kehadiran.
Semakin lama seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka mangkir atau
tidak masuk kerja disebabkan karena kejenuhan.
3. Indikator Motivasi
Beberapa indikator motivasi menurut Rivai (2011) yaitu:
1. Menyukai tantangan dalam pekerjaan
2. Tanggung jawab prestasi kerja
32
3. Memiliki hubungan baik dengan organisasi
4. Memiliki kerja sama yang baik
D. DISIPLIN KERJA
1. Disiplin kerja
Disiplin kerja ialah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak
tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-
sanksi apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya
siswanto (2014: 599)
Sedangkan menurut Hasibuan (2012:23) mengemukakan bahwa kedisiplinan
adalah “keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturanperaturan perusahaan
dan norma-norma sosial.”
Seorang karyawan yang memiliki disiplin kerja yang tinggi yaitu karyawan
yang memiliki syarat-syarat tertentu. Menurut Widji Wahyuni (2015:35),
menjelaskan Seorang karyawan yang menjalankan disiplin dengan baik apabila
memenuhi syarat berikut:
a. Selalu hadir tepat waktu
b. Selalu mengutamakan presentasekehadiran
c. Selalu menaati ketentuan jamkerja
d. Selalu mengutamakan jam kerja yang efesien dan efektif
e. Memiliki ketrampilan kerja pada bidang tugasnya
f. Memiliki semangat kerja yangtinggi
33
g. Memiliki sikap yangbaik
h. Selalu kreatif dan inovatif dalambekerja
Disiplin kerja memiliki berbagai bentuk macam, menurut ada dua macam
bentuk disiplin kerja yaitu:
a. Disiplin preventif
Disiplin preventif adalah disiplin berupaya menggerakan karyawan
untuk menjalankan peraturan yang ada dalam perusahaan.
b. Disiplin koretif
Disiplin koretif adalah disiplin yang diberikan kepada karyawan yang
melanggar dengan sanksi yang berlaku.
2. Faktor – Faktor Disiplin
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Menurut Singodimedjo
yang dikutip dalam Sutrisno (2013:89) faktor yang mempengaruhi disiplin
pegawai adalah:
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi. Besar kecilnya kompensasi dapat
mempengaruhi tegaknya disiplin. Para pegawai akan mematuhi segala
peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang
setimpal dengan jerih payahnya.
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam organisasi. Peranan keteladanan
pimpinan sangat berpengaruh besar dalam organisasi, bahkan sangat dominan
dibandingkan dengan semua faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai,
karena pimpinan dalam suatu perusahaan masih menjadi panutan para
pegawai. Para pegawai akan selalu meniru yang dilihatnya setiap hari. Apapun
34
yang dibuat pimpinannya.
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan. Pembinaan
disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam organisasi, bila tidak ada aturan
tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak
mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi
lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan. Bila ada seorang pegawai
yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian pimpinan untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya.
Dengan adanya tindakan terhadap pelanggaran disiplin, sesuai dengan sanksi
yang ada, maka semua pegawai akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya
berjanji tidak akan berbuat hal serupa.
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan. Dengan adanya pengawasan yang
dilakukan pimpinan, maka sedikit banyak para pegawai akan terbiasa
melaksanakan disiplin kerja.
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan
pegawai suatu organisasi, di antaranya menurut Hasibuan (2000 : 194), ialah:
a. Tujuan dan kemampuan Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan
ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai.
Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepadanya harus
sesuai dengan kemampuan pegawai yang bersangkutan, agar dia dapat
bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakan.
b. Teladan pimpinan Pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, jujur, adil, serta
35
sesuai kata dengan perbuatan. Dengan memberikan teladan yang baik,
kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Demikian sebaliknya.
c. Balas jasa/gaji dan kesejahteraan Balas jasa akan mempengaruhi
kecintaan pegawai terhadap perusahaan atau pekerjaannya. Jika kecintaan
pegawai semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan ikut baik
pula.
d. Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai,
karena sifat dan ego manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Pemimpin yang cakap dalam
memimpin akan berusaha bersikap adil kepada pegawainya. Dengan keadilan
yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
e. Waskat (pengawasan melekat) Waskat (pengawasan melekat) adalah
tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan. Dengan
waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,
sikap dan gairah kerja serta prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan
harus selalu ada atau hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan
memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat
mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya.
f. Sanksi hukuman Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai
akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan
perilaku indisipliner akan berkurang. Sangsi hukuman harus ditetapkan
berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas
kepada semua pegawai. Sangsi hukuman tidak terlalu ringan atau terlalu berat
36
namun tetap mendidik pegawai untuk mengubah perilakunya.
g. Ketegasan Pimpinan harus tegas dan berani, bertindak untuk
menghukum pegawai yang indisipliner sesuai dengan sangsi hukuman yang
telah ditetapkan pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman
bagi pegawai yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya
oleh bawahan.
h. Dan hubungan kemanusiaan Hubungan yang harmonis di antara sesama
pegawai akan menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu organisasi.
Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang
serasi. Hubungan yang serasi dapat mewujudkan lingkungan dan suasana kerja
yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada organisasi
3. Aspek-aspek Disiplin
Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin adalah salah satu
metode untuk memelihara keteraturan tersebut. Tujuan utama disiplin adalah
untuk meningkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah
pemborosan waktu dan energi. Disiplin mencoba mengatasi kesalahan dan
keteledoran yang disebabkan karena kurang perhatian, ketidakmampuan, dan
keterlambatan. Disiplin berusaha mencegah permulaan kerja yang lambat atau
terlalu awalnya mengakhiri kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau
kemalasan. Disiplin juga berusaha untuk mengatasi perbedaan pendapat antar
karyawan dan mencegah ketidaktaatan yang disebabkan oleh salah pengertian
dan salah penafsiran (Hasibuan,2015). Lebih jauh, disiplin berusaha untuk
melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan respons yang dikehendaki.
Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri
37
pegawai terhadap peraturan dan ketetapan organisasi. Dengan demikian bila
peraturan atau ketetapan yang ada dalam organisasi itu diabaikan, atau sering
dilanggar, maka pegawai mempunyai disiplin kerja yang buruk. Sebaliknya,
bila pegawai tunduk pada ketetapan pegawai, menggambarkan adanya kondisi
disiplin yang baik. Disiplin berarti tindakan yang diambil dengan
penyeliaanuntukmengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada pegawai
Menurut Hasibuan (2015:11), karakteristik disiplin pegawai yang baik
akan tercermin pada sikap pegawai meliputi sebagai berikut:
a. Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
b. Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai
dalam melakukan pekerjaan.
c. Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan
tugas dengan sebaik-baiknya.
d. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi di
kalangan pegawai.
e. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para pegawai
.
4. Indikator Disiplin Kerja
Indikator Disiplin Kerja menurut siswanto (2014:599) yaitu:
a. Absensi
b. Tepat waktu
c. Ketelitian dalam menjalakan pekerjaan
d. Perhitungan untuk mengurangi resiko dalam menjalankan pekerjaan
e. Menaati peraturan dan pedoman
38
f. Tanggung jawab
g. Kepatuhan melaksanakan tata tertib instansi dengan patuh
h. Kelancaran melaksanakan pekerjaan dengan lancar sesuai peraturan
i. Tingkat keserasian dangan pegawai lain dalam menjalankan kerja
sama
j. Tingkat sikap hormat pegawai
E. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja karyawan
Hardian (2015:7) menyatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi bawahan, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh
pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan.
Menurut Amirullah (2015:5) kepemimpinan merupakan salah satu dimensi
kompetensi yang sangat menentukan terhadap kinerja atau keberhasilan
organisasi.Selanjutnya menurut Mulyadi (2015:67) adalah proses memberi
inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai
hasil yang diharapkan. Semakin kepemimpinan dalam sebuah organisasi maka
akan meningkatkan kinerja karyawan. Menurut penelitian yang dilakukan
Hasibuan (2015:114) gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan Bank Muamalat Indonesia cabang Surakarta.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Gaya kepemimpinan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja pegawai.
39
2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja karyawan
Mangkunegara (2017:5) menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata
motif yang merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang
perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Jadi motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai
agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Selanjutnya, Mangkunegara
(2017:8) mengungkapkan motivasi adalah suatu dorongan dalam diri
seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas
dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi. ada salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu faktor motivasi, dimana motivasi merupakan
kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk mencapai tujuan atau
mencapai hasil yang diinginkan. Rivai(2015) menunjukan bahwa semakin
kuat motivasi kerja, kinerja pegawaian semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa
setiap peningkatan motivasi kerja pegawai akan memberikan peningkatan
yang sangat berarti bagi peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Hasil penelitian Nur Susilaningsih (2016), mengungkapkan bahwa
motivasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai negeri sipil pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Wonogiri Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
H2: Motivasi secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja pegawai
40
3. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja karyawan
Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi
dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya. Disiplin
karyawan yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedangkan disiplin
yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian
tujuan perusahaan. Disiplin mencoba mengatasi kesalahan dan keteledoran
yang disebabkan karena kurang perhatian, ketidakmampuan, dan
keterlambatan. Disiplin berusaha mencegah permulaan kerja yang lambat atau
terlalu awalnya mengakhiri kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau
kemalasan. Disiplin juga berusaha untuk mengatasi perbedaan pendapat antar
karyawan dan mencegah ketidaktaatan yang disebabkan oleh salah pengertian
dan salah penafsiran Ghiseli dan Brown (Sutrisno, 2015:42). Disiplin
berusaha untuk melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan respons
yang dikehendaki sehingga akan memudahkan organisasi mewujudkan tujuan
organisasi. Menurut penelitian M Harlie (2016:85), disiplin karyawan
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai PT Pelindo I Cabang
Belawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: Disiplin Kerja secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap
Kinerja pegawai
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat mmemperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu penulis tidak
menemukan penelitian dengan judul seperti judul penelitian penulis. Namun
41
penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya
bahan kajian penelitian penulis.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif. Pendekatan
asosiatif adalah suatu pendekatan penelitian dimana untuk mengetahui bahwa
adanya hubungan atau pengaruh diantara kedua variabel (variabel bebas dan
variabel terikat). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi
antara variabel gaya kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja, terhadap kinerja
pegawai.
Pada penelitian ini akan dianalisis untuk mengetahui pengaruh antara
variabel-variabel tersebut terhadap kinerja karyawan di PT Pelindo I Cabang
Belawan sehingga dapat diketahui faktor mana yang paling berpengaruh
dominan terhadap kinerja karyawan.
Kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaimana
teoriberhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai hal
yang penting. Pada dasarnya kinerja karyawan faktor penting dalam gaya
kepemimpinan seseorang baik itu motivasi dan disiplin karyawan dimana
merupakan hasil yang sangat positif bagi perusahaan Beberapa penelitian
sebelumnya beserta hasil penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian akan
disajikan antara lain:
42
No Peneliti Judul
Variabel
Model
Analisis Hasil
1 Tri Utari
(2017)
Pengaruh
Motivasi dan
Dsiplin kerja
terhadap kinerja
karyawan PT.
Pelindo I Cabang
Belawan
Regresi
Berganda
Penelitian ini menunjukkan
bahwa kompetensi dan
motivasi berpengaruh
signifikan baik secara
simultan maupun parsial
terhadap
kinerja pegawai
2 Yoga Kesuma
Wardhana
(2015)
Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Motivasi Dan
Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja
Pegawai
(Studi Kasus
Pada Kantor
Kecamatan
Medan Marelan
Kota Medan)
Regresi
Linier
Berganda
Berdasarkan hasil analisis
penelitian mengenai
hubungan disiplin kerja,
budaya organisasi terhadap
kinerja pegawai pada
Kantor Kecamatan Medan
Marelan Kota Medan
menunjukkan variabel
disiplin kerja dan budaya
organisasi berpengaruh
signifikan
terhadap variabel kinerja.
3 Rino Andri
Fauzi (2016)
Analisis pengaruh
gaya
kepemimpinan,
motivasi, dan
disiplin kerja
terhada kinerja
karyawan (Studi
Empiris pada PT
DHL Medan )
Regresi
Liniear
Berganda
Hasil yang dicapai dalam
penelitian ini adalah gaya
kepemimpinan dan motivasi
memiliki pengaruh yang
cukup
kuat terhadap kinerja.
4 Hadryansah
Azhari
(2016)
Pengaruh Gaya
Kepemimpinan
Terhadap Kinerja
Karyawan Pada
PT.Bank Rakyat
Indonesia Cabang
Pusat Medan
Regresi
Linier
Berganda
Hasil yang dicapai dalam
penelitian ini tidak terdapat
pengaruh yang signifikan
antara motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan
PT Bank Rakyat Indonesia
Cabang Pusat Medan.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
43
5 Adelia
Istiqomah
(2017)
Analisis Kepemimpinan
Transformasional
Kepemimpinan
Transaksional
Kinerja
Kelompok
Kerja Pada
PT Ace
Hardware
Medan
Regresi
Linier
Berganda
Hasil yang dicapai dalam
penelitian ini adalah
kepemimpinan
transformasional
kepemimpinan
transaksional
berpengaruh positif
terhadap kinerja
kelompok kerja pada PT.
Ace Hardware Medan
6 Muhammad
Iqbal Lubis
(2017)
Motivasi Kinerja Karyawan dalam
Produktivitas
Organisasi di
PTPN II
Kebun Tanjung
Morawa
Kabupaten
Deli Serdang
Regresi
Linier
Berganda
Hasil yang dicapai dalam
penelitian ini adalah
motivasi dan kinerja
Karyawan berpengaruh
positif terhadap
produktivitas organisasi di
PTPN II Kebun Tanjung
Morawa Kabupaten Deli
Serdang
Sumber: penulis 2019
Setelah menganalisa penelitian-penelitian sebelumnya penulis dalam
melakukan penelitian ini menitik beratkan kepada bagaimana Gaya
Kepemimpinan, Motivasi, dan Disiplin Kerja dapat mempengaruhi kepada kinerja
pegawai di kantor Pelindo I cabang Belawan, sehingga diharapkan masing-
masing variabel dalam penelitian ini Saling berhubungan antara variabel satu
dengan yang lain.
G. Kerangka Konseptual
Kinerja karyawan dipengaruhi oleh kepemimpinan, motivasi dan disiplin
44
kerja. Pada penelitian ini akan dianalisis untuk mengetahui pengaruh antara
variabel-variabel tersebut terhadap kinerja karyawan di PT Pelindo I Cabang
Belawan sehingga dapat diketahui faktor mana yang paling berpengaruh
dominan terhadap kinerja karyawan. Kerangka berpikir adalah model
konseptual tentang bagaimana teoriberhubungan dengan berbagai faktor
yang telah didefinisikan sebagai hal yang penting menurut Kasmir
(2016:182). Pada dasarnya kinerja karyawan faktor penting dalam gaya
kepemimpinan seseorang baik itu motivasi ddan disiplin karyawan dimana
merupakan hasil yang sangat positif bagi perusahaan Dalam penelitin ini
kerangka berpikir akan digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, 2015
Gambar diatas memperlihatkan bahwa penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan (X1), motivasi kerja (X2), dan
GAYA
KEPEMIMPINAN
(X1)
Sumber: Rivai (2014:42)
MOTIVASI
(X2)
Sumber: Marliani (2015:196)
DISIPLIN KERJA
(X3)
Sumber: Hasibuan (2012:23)
KINERJA
(Y)
Sumber: Kasmir
(2016:182)
H1
H2
H3
45
disiplin kerja (X3), terhadap kinerja pegawai (Y) secara parsial.
H. Hipotesis
Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1: Diduga Gaya Kepemimpinan secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai pada PT. PELINDO 1 Cabang Belawan.
H2: Diduga Motivasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai pada PT. PELINDO1 Cabang Belawan.
H3: Diduga Disiplin Kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja pegawai pada PT. PELINDO 1 Cabang Belawan.
H4: Diduga Gaya Kepemimpinan, Motivasi, Disiplin Kerja secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada PT.