BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Hipertensi
II.1.1. DefinisiHipertensi berasal dari dua kata, hiper adalah
tinggi dan tensi adalah tekanan darah, merupakan penyakit yang
sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH),
pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala
kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain
yang kompleks dan saling berhubungan.2,5Hipertensi adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan
jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,
timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah
tinggi.2Adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan
merupakan penyakit akan tetapi merupakan sesuatu yang terjadi
secara alamiah dengan pertambahan usia. Hal ini menyebabkan
penanganannya menjadi terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung
dan pembuluh darah, stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata
dan kematian dini. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah
satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung
dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.2,5Tekanan
jantung tidaklah sama setiap saat. Pada saat berolahraga atau
beraktivitas berat lainnya, atau pada keadaan yang emosional,
selain detakannya bertambah cepat, kekuatan pompa tersebut juga
bertambah melebihi angka rata-rata pada keadaan istirahat. Untuk
itu, sangat tidak dianjurkan mengukur tekanan darah sewaktu baru
selesai beraktivitas (lari, jalan jauh, naik/turun tangga dan
lain-lain) atau dalam keadaan emosi (marah, sedih, senang dan
lain-lain). Angka 140/90 menurut WHO merupakan angka paling tinggi
yang bisa ditolerir jika diukur pada saat beristirahat (aktivitas
normal). Di atas angka tersebut itulah yang disebut Hipertensi atau
keadaan Tekanan Darah Tinggi.6 Hipertensi adalah salah satu faktor
risiko penyakit jantung koroner yang kurang diwaspadai karena
bersifat asimtomatis. Banyak penderita yang mengabaikan perjalanan
lanjut hipertensi sehingga disebut juga pembunuh tersembunyi.
Pengelolaan penyakit hipertensi memerlukan pengetahuan tentang
patogenesis dan karakteristik berbagai obat hipertensi, mengingat
pilihan obat harus disesuaikan dengan indikasi serta karakteristik
setiap individu.6Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang
siapa saja, baik muda maupun tua, entah orang kaya maupun miskin.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun
2025.6Menurut WHO tekanan darah dianggap normal bila sistoliknya
120-140 mmHg dan diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan
Hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg dan diantara nilai tersebut
dikatakan normal tinggi. Batasan ini berlaku bagi orang dewasa
diatas 18 tahun.7Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang
ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi (tekanan darah
sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mmHg yang membutuhkan
penanganan segera. Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis
hipertensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:5,6.a. Hipertensi
darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak
(sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam.b.
Hipertensi mendesak (urgency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) tanpa
kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga
penurunan tekanan darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam
hitung jam sampai hari.II.1.2. EtiologiPada umumnya hipertensi
tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:2,5,6.a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau
kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stres Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang
tua serta pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:2,5,6,10.1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf
simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari ekskresi Na,
obesitas, merokok dan stres.2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin dan
lain-lain.II.1.3. Faktor Risiko2,5,6.1. Faktor Genetika (Riwayat
keluarga)
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam
suatu keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki
kemungkinan dua kali lebihbesar untuk menderita hipertensi daripada
anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal.2. Ras
Orang orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi
secara merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam
secara berbeda.3. Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya
pada masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre
menopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbedaan diantara
jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya,
sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakitjantung
oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah menopause dan
wanita mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung
4. Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi
dari pada wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat
pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada pria seringkali
dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),
depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih
berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor
psikiskuat
5. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini
mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila
stressberkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer
pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk
mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah
sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam
penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker,
paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri.
6. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untukmemompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh
tersebut. Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya
volume darah danperluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra
dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg
penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari
bobot total tubuh dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara
signifikan.7. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambahdan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga
memperkuat efekvasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika,
ternyata bahwa pada kelompokpenduduk yang mengkonsumsi terlalu
banyak garam terdapat lebih banyakhipertensi daripada orang-orang
yang memakan hanya sedikit garam.8. RokokNikotin dalam tembakau
adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini karena nikotin
terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik
bagi nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan
efinephrine (adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untukmemompa lebih keras
dibawah tekanan yang lebih tinggi.9. Konsumsi alkoholAlkohol
memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah.
Tapi pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan
darah yang agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah
yang sedikit.II.1.4. EpidemiologiDi negara berkembang, sekitar 80
persen penduduk negara mengidap hipertensi. Hipertensi diperkirakan
menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia
atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart
Association memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar
satu dari tiga orang dewasa di Amerika Serikat yang berjumlah 73
juta orang. Tekanan darah tinggi juga diperkirakan mempengaruhi
sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-anak. Hipertensi jelas
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.4,6.Di Indonesia
terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan
malnutrisi. Prevalensi hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita
(25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan darah sistole 127,33 mmHg
pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita indonesia. Tekanan
diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita.
Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus
mengalami kenaikan insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan
perubahan pola makan, penurunan aktivitas fisik, kenaikan kejadian
stres dan lain-lain.1Di Indonesia berdasarkan hasil survei
INA-MONICA (Multinational Monitoring of Trends and Determinants In
Cardiovascular Disease) tahun 1988 angka hipertensi mencapai 14,9%,
jumlah penderita hipertensi terus meningkat hingga 16,9% pada
survei 5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat hipertensi
menjadi masalah besar. Di Indonesia saja prevalensi hipertensi
cukup tinggi 7% sampai 22%. Bahkan berdasarkan hasil penelitian,
penderita akan berujung pada penyakit jantung 75%, stroke 15%, dan
gagal ginjal 10%.1II.1.5. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah
Gambar 2.1 Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah2II.1.6.
PatofisiologiJantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri.
Dari pembuluh darah yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang
disebut arteriol. Arteriol membagi darah ke pembuluh darah yang
lebih kecil lagi yang disebut kapiler. Tugas kapiler-kapiler ini
adalah memberi organ-organ makanan dan oksigen. Darah akan kembali
kejantung melalui pembuluh darah vena.2Normalnya, pembuluh darah
akan mengembang (menerima darah) dan mengecil (meneruskan darah)
melalui sistem persarafan yang kompleks. Namun peristiwa ini sering
kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan (Penyakit atau kelainan)
yang bisa membuat pembuluh darah tidak membesar atau tidak elastis
lagi akibatnya akan terjadi kekurangan darah pada organ tertentu.
Jika suatu organ kekurangan oksigen dan sari makanan, maka suatu
proses umpan balik akan terjadi.2,6.Organ tersebut akan mengirim
tanda keotak bahwa membutuhkan darah lebih banyak. Reaksinya adalah
tekanan darah ditingkatkan sayangnya peningkatan tekanan darah ini
juga terjadi pada organ-organ lainnya yang tidak mengirim tanda
tersebut. Dan yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak.
Tekanan darah yang tinggi pada ginjal dan otak mengakibatkan
kerusakan kedua organ tersebut.2,5,6.
Gambar 2.2 patofisiologi hipertensi2,5,6.
Gambar 2.3 patofisiologi hipertensi2,5,6.II.1.7.
KlasifikasiTabel 2.1 klasifikasi hipertensi menurut WHO6
KategoriSistolik
(mmHg)Diastolik
(mmHg)
Tekanan darah optimal< 120< 80
Tekanan darah normal120-12980-84
Tekanan darah normal tinggi130-13985-89
Hipertensi ringan140-15990-99
Hipertensi sedang160-179100-109
Hipertensi berat>180> 110
Tabel 2.2 Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII6KategoriSistol
(mmHg)Dan / atauDiastol (mmHg)
Normal 220/140
GejalaTidak ada, kadang sakit kepala, gelisahSakit kepala hebat,
sesak napasSesak napas, nyeri dada, kacau, gangguan kesadaran
Pemeriksaan FisikOrgan target tidak ada gangguanGangguan organ
tergetEnsefalopati, edema paru, gangguan fungsi ginjal, iskemia
jantung
PengobatanAwasi 1 3 jam mulai/teruskan obat oral, naikkan
dosisAwasi 3-6 jam, obat oral berjangka kerja pendekPasang jalur
intravena, periksa laboraturium standar, terapi obat intravena
RencanaPeriksa ulang dalam 3 hariPeriksa ulang dalam 24 jamRawat
ICU
Faktor utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output
jantung dan tahanan perifer total. Bila output jantung (curah
jantung) meningkat, tekanan darah arterial akan meningkat, kecuali
jika pada waktu yang bersamaan tahanan perifer menurun. Tekanan
darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan
darah mengalami kenaikan.4II.1.8. GejalaHampir semua gangguan medis
diikuti dengan tanda dan gejala. Namun hal ini tidak berlaku untuk
tekanan darah tinggi karena sebagian besar orang dengan tekanan
darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan gejala sampai mereka
mengukur tekanan darahnya. Kondisi hipertensi tidak bisa dianggap
remeh karena merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh
sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Penyebab hipertensi
umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini biasanya berhubungan
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Karena itu, hipertensi
seperti ini disebut hipertensi esensial.3Akan tetapi ada beberapa
faktor yang berpengaruh pada hipertensi, yakni: faktor usia,
merokok, kegemukan atau obesitas, kurang aktivitas fisik, terlalu
banyak mengonsumsi garam, minum alkohol secara berlebihan, stres,
kelainan pembuluh darah, adanya gangguan ginjal seperti gagal
ginjal, penyempitan arteri ginjal, dan sebagainya, masalah tiroid,
preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan.2,5,6.Hipertensi berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit kepala,
jantung berdebar-debar, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas,
sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging,
gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif yang memerlukan penanganan segera.2,5,6.Faktor-faktor
yang dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi faktor
keturunan pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan
riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi
didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi essensial
lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi
dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam
terjadinya hipertensi.2,5,6.II.1.9. DiagnosisII.1.9.1.
AnamnesisAnamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita
hipertensi meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darahb.
Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri,
pemakaian oba-obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada
pasien atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat
diabetes mellitus, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan,
insentitas olahraga).d. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
II.1.9.2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah
dikedua lengan, mencari kerusakan organ sasaran (retinopati,
gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi aorta).
Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan
darah < 160/100 mmHg. Palpasi denyut nadi di keempat
ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit
pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.2Perlu
dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi
ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari
penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.2II.1.9.3.
Pemeriksaan penunjang6,7,9.Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi
terdiri dari:
a. Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit)
b. Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein,
gulac. Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL
serum, LDL serum, trigliserida serum)d. Elektrolit (kalium) e.
Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)f. Asam urat (serum)g. Gula
darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP) h. Elektrokardiografi
(EKG)Beberapa anjuran test lainnya seperti:
a. Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran
seperti adanya LVHb. Plasma rennin activity (PRA), aldosteron,
katekolamin urinc. Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan
femoral)d. Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan
ginjale. Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada
otakf. Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada matag.
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urinh. Foto
thorax.2
Gambar 2.3 kardiomegali dengan hipertensi pulmonal
II.1.10. Tatalaksana6,8,9.Tujuan pengobatan pasien hipertensi
adalah:1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu
berisiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80
mmHg2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler3.
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuriaBerikut ini merupakan
bagan algoritma penanganan hipertensi menurut JNC VII, 2003
Modifikasi gaya hidup
Target tekanan darah tidak terpenuhi (< 140/90 mmHg)
Atau (< 130/80 mmHg pada pasien DM, penyakit ginjal
kronik,
3 faktor risiko atau adanya penyakit penyerta tertentu)
Obat antihipertensi inisial
Dengan indikasi khusus
Tanpa indikasi khusus
Target tekanan darah tidak terpenuhi
Gambar 2.4 Algoritma penatalaksanaan hipertensi6,8.
Gambar 2.5 Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Dengan Penyakit
Khusus6,8.
Gambar 2.6 Modifikasi Algoritma Penatalaksanaan
Hipertensi6,8.
Menurut JNC VIIIAlgoritma penanganan hipertensi imulai terlebih
dahulu dengan perubahan lifestyle atau gaya hidup. Perubahan
lifestyle yang dapat menimbulkan penurunan terhadap tekanan darah,
antara lain3:
Tabel 2.3 Modifikasi Gaya
Hidup6,7,9.ModifikasiRekomendasiPenurunan Tekanan Darah
Menurunkan Berat Badan Mengendalikan berat badan sesuai dengan
IMT normal yaitu 18,5-24,9 kg/2,5 5 kg menurunkan diastole 5
mmHg
Diet dengan mengadopsi diet DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) yaitu diet sehat untuk membantu terapi ataupun
mencegah hipertensi. Cukup asupan kalium (potassium) dengan
mengkonsumsi buah, sayuran dan makanan yang rendah lemak.
Menurunkan sistolik 8 14 mmHg
Diet rendah garamKurangi asupan garam sampai kurang dari 2.300
mg (satu sendok teh) setiap hari.Menurunkan tekanan sistolik
sebanyak 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 2,5
mmHg
Latihan fisik (Olahraga), meditasi, dzikirOlahraga yang tepat
adalah jalan kaki,
bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik. Contohnya :
jalan kaki cepat 3-5 kali seminggu, dengan lama latihan 20-60 menit
dalam sekali latihan4-9 mmHg
Batasi konsumsi alkohol Mengurangi konsumsi alkohol yaitu 2
gelas/hari untuk pria, dan 1 gelas untuk wanita.
Apabila dengan perubahan lifestyle tidak tercapai target tekanan
darah yang diinginkan (tekanan darah < 140/90 mmHg pada pasien
tanpa riwayat diabetes ataupun penyakit ginjal kronis dan tekanan
darah konsul nefrologi).
II.1.10.1. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Keadaan Khusus5,6.1.
Kelainan jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung dan pembuluh darah yang disertai hipertensi
yang perlu diperhatikan adalah penyakit jantung iskemik (angina
pektoris, infark miokard), gagal jantung dan penyakit pembuluh
darah perifer.a. Penyakit Jantung Iskemik Penyakit jantung iskemik
merupakan kerusakan organ target yang paling sering ditemukan pada
pasien dengan hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan angina
pektoris stabil obat pilihan pertama bbloker (BB) dan sebagai
alternatif calcium channel blocker (CCB). Pada pasien dengan
sindroma koroner akut (angina pektoris tidak stabil atau infark
miokard), pengobatan hipertensi dimulai dengan BB dan ACEI dan
kemudian dapat ditambahkan antihipertensi lain bila diperlukan.
Pada pasien pasca infark miokard, ACEI, BB dan antagonis aldosteron
terbukti sangat mengungtungkan tanpa melupakan penata laksanaan
lipid profil yang intensif dan penggunaanaspirin.
b. Gagal Jantung
Gagal jantung dalam bentuk disfungsi ventrikel sistolik dan
diastolik terutama disebabkan oleh hipertensi dan penyakit jantung
iskemik. Sehingga penatalaksanaan hipertensi dan profil lipid yang
agresif merupakan upaya pencegahan terjadinya gagal jantung. Pada
pasien asimtomatik dengan terbukti disfungsi ventrikel
rekomendasinya adalah ACEI dan BB . Pada pasien simtomatik dengan
disfungsi ventrikel tau penyakit jantung end stage direkoendasikan
untuk menggunakan ACEI, BB dan ARB bersama dengan pemberian
diuretik loop. Pada situasi seperti ini pengontrolan tekanan darah
sangat penting untuk mencegah terjadinya progresifitas menjadi
disfungsi ventrikel kiri.c. Hipertensi pada Pasien dengan Penyakit
Arteri Perifer (PAP) Rekomendasi :
Kelas I :
Pemberian antihipertensi pada PAP ekstremitas inferior dengan
tujuan untuk mencapai target tekanan darah < 140/90 mmHg (untuk
non-diabetes) atau target tekanan darah < 130/80 mmHg(untuk
diabetes).BB merupakan agen antihipertensi yang efektif dan TIDAK
merupakan kontraindikasi untuk pasien hipertensi dengan PAP.
Kelas IIa :
Penggunaan ACEI pada pasien simtomatik PAP ekstremitas bawah
beralasan untuk menurunkan kejadian kardiovaskular. Kelas IIb :
Penggunaan ACEI pada pasien asimtomatik PAP ekstremitas bawah
dapat dipertimbangkan untuk menurunkan kejadian
kardiovaskular.Antihipertensi dapat menurunkan perfusi tungkai
bawah dan berpotensi mengeksaserbasi simtom klaudikasio ataupun
iskemia tungkai kronis. Kemungkinan tersebut harus diperhatikan
saat memberikan antihipertensi. Namun sebagian besar pasien dapat
mentoleransi terapi antihipertensi tanpa memperburuk simtom PAP dan
penanggulangan sesuai pedoman diperlukan untuk tujuan menurunkan
risiko kejadian kardivaskular.
d. Penanggulangan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi GinjalBila
ada gangguan fungsi ginjal, maka haruslah dipastikan dahulu apakah
hipertensi menimbulkan gangguan fungsi ginjal hipertensi lama,
hipertensi primer) ataupun gangguan/penyakit ginjalnya yang
menimbulkan hipertensi. Masalah ini lebih bersifat diagnostik,
karena penanggulangan hipertensi pada umumnya sama, kecuali pada
hipertensi sekunder (renovaskular,hiperaldosteronism primer) dimana
penanggulangan hipertensi banyak dipengaruhi etiologi
penyakit.Hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal :
Pada keadaan ini penting diketahui derajat gangguan fungsi
ginjal (CCT, creatinin) dan derajat proteiuria.
Pada CCT < 25 mL/men diuretik golongan thiazid(kecuali
metolazon) tidak efektif.
Pemakaian golongan ACEI/ARB perlu memperhatikan penurunan fungsi
ginjal dan kadar kalium.
Pemakaian golongan BB dan CCB relatif aman.
Hipertensi akibat gangguan ginjal/adrenal: Pada gagal ginjal
terjadi penumpukan garam yang membutuhkan penurunan asupan
garam/diuretik golongan furosemide/dialisis. Penyakit ginjal
renovaskular baik stenosis arteri renalis maupun aterosklerosis
renal dapat ditanggulangi secara intervensi (stenting/operasi)
ataupun medikal (pemakaian ACEI dan ARB tidak dianjurkan bila
diperlukan terapi obat.Aldosteronism primer (baik karena adenoma
maupun hiperplasia kelenjar adrenal) dapat ditanggulangi secara
medikal (dengan obat antialdosteron) ataupun intervensi.
Disamping hipertensi, derajad proteinuri ikut menentukan
progresi fungsi ginjal, sehingga proteinuri perlu ditanggulangi
secara maksimal dengan pemberian ACEI/ARB dan CCB golongan non
dihidropiridin.
Pedoman Pengobatan Hipertensi dengan Gangguan Fungsi Ginjal
:
Tekanan darah diturunkan sampai < 130/80 mmHg (untuk mencegah
progresi gangguan fungsi ginjal).
Bila ada proteinuria dipakai ACEI/ARB (sepanjang tak ada
kontraindikasi).
Bila proteinuria > 1g/24 jam tekanan darah diusahakan lebih
rendah ( 125/75 mmHg).
Perlu perhatian untuk perubahan fungsi ginjal pada pemakaian
ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik > 20%) dan kadar kalium
(hiperkalemia).e. Penanggulangan Hipertensi pada Usia
LanjutHipertensi pada usia lanjut mempunyai prevalensi yang tinggi,
pada usia diatas 65 tahun didapatkan antara 60-80%. Selain itu
prevalensi gagal jantung dan stroke juga tinggi, keduanya merupakan
komplikasi hipertensi. Oleh karena itu, penanggulangan hipertensi
amat penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular pada usia lanjut.
Sekitar 60% hipertensi pada usia lanjut adalah hipertensi
sistolik terisolasi (isolated systolic hypertension) dimana
terdapat kenaikan tekanan darah sistolik disertai penurunan tekanan
darah diastolik. Selisih dari tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik disebut sebagai tekanan nadi (pulse pressure),
terbukti sebagai prediktor morbiditas dan mortalitas yang uruk.
Peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan terutama oleh
kekakuan arteri atau berkurangnya elastisitas aorta.
Penanggulangan hipertensi pada usia lanjut amat bermanfaat dan
telah terbukti dapat mengurangi kejadian komplikasi kardiovaskular.
Pengobatan dimulai bila :
TD sistolik 160 mmHg bila kondisi dan harapan hidup baik
TD sistolik 140 bila disertai DM atau merokok atau disertai
faktor risiko lainnya.Oleh karena pasien usia lanjut sudah
mengalami penurunan fungsi organ, kekauan arteri, penurunan fungsi
baroreseptor dan respons simpatik, serta autoregulasi serebral,
pengobatan harus secara bertahap dan hati-hati (start slow, go
slow) hindarkan emakaian obat yang dapat menimbulkan hipotensi
ortostatik.Seperti halnya pada usia muda, penanggulangan hipertensi
pada usia lanjut dimulai dengan perubahan gaya hidup. Diet rendah
garam, termasuk menghindari makanan yang diawetkan dan penurunan
berat pada obesitas, terbukti dapat mengendalikan tekanan darah.
Pemberian obat dilakukan apabila penurunan tidak mencapai target.
Kejadian komplikasi hipotensi ortostatik sering terjadi, sehingga
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan mengenai kemungkinan adanya
hal ini sebelum obat ini.
Obat yang dipakai pada usia lanjut sama seperti yang
dipergunakan pada usia yang lebih muda. Untuk menghindari
komplikasi pengobatan, maka dosis awal dianjurkan separuh dosis
biasa, kemudian dapat dinaikkan secara bertahap, sesuai dengan
respons pengobatan dengan mempertimbangkan kemungkian efek samping
obat. Obat-obat yang biasa dipakai meliputi diuretik (HCT) 12,5 mg,
terbukti mencegah komplikasi terjadinya penyakit jantung kongestif.
Keuntungannya murah dan dapat mencegah kehilangan kalsium tulang.
Obat lain seperti golongan ACEI, CCB kerja panjang dan obat-obat
lainnya dapat dipergunakan. Kombinasi 2 atau lebih obat dianjurkan
untuk memperoleh efek pengobatan yang optimal.Target pengobatan
harus mempertimbangkan efek samping, terutama kejadian hipotensi
ortostatik. Umumnya tekanan darah sistolik diturunkan sampai <
140 mmHg. Target untuk tekanan darah diastolik sekitar 85-90 mmHg.
Pada hipertensi sistolik penurunan sampai tekanan darah diastolik
65 mmHg atau kurang dapat mengakibatkan peningkatan kejadian
stroke. Oleh karena itu sebaiknya penurunan tekanan darah tidak
sampai 65 mmHg.f. Penanggulangan HIpertensi pada Gangguan
Neurologis Oleh karena hipertensi merupakan faktor risiko utama
maka penderita hipertensi dapat dianggap sebagai Stroke prone
patient. Pengendalian hipertensi sebagai faktor risiko akan
menurunkan kejadian stroke sebanyak 32%.Perlu perhatian khusus bila
penderita hipertensi disertai dengan kesemutan dimuka,sekeliling
bibir, ujung-ujung jari dan vertigo, ada kecenderungan insufisiensi
basiler.
Selain itu keluhan lain, seperti gangguan berbahasa, gangguan
daya ingat dan artikulasi perlu medapat perhatian lebih lanjut.
Hipertensi dengan tanda defisit neulorogi akut: Penatalaksanaan
hipertensi yang tepat pada stroke akut sangat mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas stroke.
Stroke Iskemik akut
Tidak direkomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik
akut kecuali terdapat hipertensi berat dan menetap yaitu sistolik
> 220 mmHg atau diastolik > 120 mmHg dengan tanda-tanda
ensefalopati atau disertai kerusakan target organ lain.
Obat-obat antihipertensi yang sudah dikonsumsi sebelum serangan
stroke diteruskan pada fase awal stroke, pemberian obat
antihipertensi yang baru ditunda sampai dengan 7-10 hari pasca awal
serangan stroke.
Batas penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya 20-25% dari
tekanan darah arterial rerata(MAP=mean arterial
pressure).(MAP=Tekanan diastolik + 1/3 selisih tekanan sistolik
diastolik)
Jika tekanan darah sistolik 180-220 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik 105-120 mmHg, terapi darurat harus ditunda kecuali
terdapat bukti perdarahan intraserebral, gagal ventrikel jantung
kiri, infark miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru, diseksi
aorta, ensefalopati hipertensi. Jika peninggian tekanan darah itu
menetap pada 2 kali pengukuran selang waktu 60 menit, maka
diberikan Candesartan Cilexetil(Blopress) 4-16 mg oral selang 12
jam. Jika monoterapi oral tidak berhasil atau jika obat tidak dapat
diberikan per oral, maka diberikan obat intravena yang
tersedia.
Batas penurunan tekanan darah sebanyak banyaknya sampai 20-25%
dari tekanan darah arterial rerata, dan tindakan selanjutnya
ditentukan kasus per kasus.
Stroke hemoragik akut :
Batas penurunan tekanan darah maksimal 20-25% dari tekanan darah
semula. Pada penderita dengan riwayat hipertensi sasaran (target)
tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg.
Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik
> 140 mmHg diberikan nicardipin/diltiazem/nimodipin drip dan
dititrasi dosisnya sampai dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik 90 mmHg (dosis dan cara pemberian lihat
tabel jenis-jenis obat untuk terapi emergensi).
g. Peningkatan tekanan darah bisa disebabkan stres akibat stroke
(efek cushing), akibat kandung kencing yang penuh, respon
fisiologis atau peningkatan tekanan intrakranial dan harus
dipastikan penyebabnya.
h. Penanggulangan Hipertensi pada DiabetesIndikasi pengobatan
:
Bila tekanan darah sistolik 130 mmHg dan /atau tekanan darah
diastolik 180 mmHg. Sasaran (target penurunan) tekanan darah:
Tekanan darah < 130/80 mmHg Bila disertai proteinuria 1g/24
jam : 125/75 mmHg.
Pengelolaan :
Non Farmakologis :
Perubahan gaya hidup, antara lain : menurunkan berat badan,
meningkatkanaktifitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol,
serta mengurangi konsumsigaram. Farmakologis :Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih obat antihipertensi adalah pengaruh
terhadap profil lipid, pengaruh terhadap metabolisme glukosa,
pengaruh terhadap resistensi insulin, pengaruh terhadap
huipoglikemia terselubung. Obat anti hipertensi yang dapat
dipergunakan :
*ACEI*ARB*Beta-bloker* Diuretik dosis rendah
* Alfa bloker
* CCB golongan non-dihidropiridin.
Pada diabetisis dengan tekanan darah sistolik antara 130-139
mmHg atau tekanan darah diastolik antara 80-89 mmHg diharuskan
melakukan perubahan gaya hidup sampai 3 bulan. Bial gagal mencapai
target dapat ditambahkan terapi farmakologis.Diabetisis dengan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah diastolik >
90 mmHg, disamping perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi
farmakologis secara langsung.
Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat
dicapai dengan monoterapi.
Catatan :
ACEI,ARB, dan CCB golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki
mikroalbuminuria.
ACEI dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.
Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang , TIDAK terbukti
memperburuk toleransi glukosa.
Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah
tercapai.
Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba
menurunkandosis secara bertahap.
Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.
i. Penanggulangan Hipertensi pada Kehamilan
Tekanan darah > 160/100 mmHg HARUS diturunkan untuk
melindungi ibu terhadap risiko stroke atau untuk memungkinkan
perpanjangan masa kehamilan, sehingga memperbaiki kematangan fetus.
Obat yang dapat diberikan ialah : methyl dopa dan nifedipin.
Obat-obat yang tidak boleh diberikan saat kehamilan adalah ACEI
(berkaitan dengan kemungkinan kelainan perkembangan fetus) dan ARB
yang kemungkinan mempunyai efek sama seperti penyekat ACEI.
Diuretik juga tidak digunakan mengingat efek pengurangan volume
plasma yang dapat mengganggu kesehatan janin. Terapi definitif
ialah menghentikan kehamilan atas indikasi preeklampsia berat
setelah usis kehamilan > 35 minggu.
Gambar 2. Algoritma Tatalaksana HipertensiII.1.11.
Komplikasi6,7,10.Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh
hipertensi antara lain:a. Otak
: Strokeb. Jantung: Aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
gagal jantungc. Mata
: Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)d. Paru-paru:
Edema parue. Ginjal
: Penyakit ginjal kronikf. Sistemik:Penyakit arteri perifer atau
penyakit oklusi arteri periferII.1.12. PrognosisHipertensi dapat
dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi
dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan
antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat
yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain.
Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah
mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.10II.2.
Pendekatan Kedokteran Keluarga11II.2.1. Definisi
Keluarga11Bermacam-macam batasan keluarga, beberapa di antaranya
dikemukakan sebagai berikut :a. UU No. 10 Tahun 1992, keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya.
b. Menurut Friedman, keluarga adalah kumpulan dua orang manusia
atau lebih yang satu sama lain saling terkait secara emosional,
serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang
berdekatan.
c. Menurut Goldenberg (1980), keluarga adalah tidak hanya
merupakan suatu kumpulan individu yang bertempat tinggal yang sama
dalam satu ruang fisik dan psikis yang sama saja, tetapi merupakan
suatu sistem sosial alamiah yang memiliki kekayaan bersama,
mematuhi peraturan, peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi,
tata cara negosiasi, serta tata cara penyelesaian masalah yang
disepakati bersama, yang memungkinkan berbagai tugas dapat
dilaksanakan secara efektif.
II.2.2. Bentuk Keluarga11Menurut Goldenberg, bentuk keluarga
terdiri sembilan macam, antara lain:
a. Keluarga inti (nuclear family)
b. Keluarga besar (extended family)
c. Keluarga campuran (blended family)
d. Keluarga menurut hukum umum (common law family)
e. Keluarga orang tua tunggal
f. Keluarga hidup bersama (commune family)
g. Keluarga serial (serial family)
h. Keluarga gabungan (composive family)
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (co habitation
family)II.2.3. Fungsi dan Siklus Keluarga11Berdasarkan peraturan
pemerintah No. 21 Tahun 1994 fungsi keluarga dibagi menjadi delapan
jenis, yaitu fungsi keagamaan, fungsi budaya, fungsi cinta kasih,
fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan
pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.
Apabila fungsi keluarga terlaksana dengan baik, maka dapat
diharapkan terwujudnya keluarga yang sejahtera. Yang dimaksud
keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kehidupan spiritual, dan
materiil yang layak.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ogburn (1969), telah terbukti adanya perubahan pelaksanaan fungsi
keluarga. Olehnya disebutkan, bahwa keluarga memiliki fungsi:a.
Fungsi ekonomi
b. Fungsi pelindungan
c. Fungsi agama
d. Fungsi rekreasi
e. Fungsi pendidikan
f. Fungsi status sosial
8 tahap pokok yang terjadi dalam keluarga (siklus keluarga),
yaitu:a. Tahap awal perkawinan (newly married family)
b. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child)
c. Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah (family with
children in school)
d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children
in school)
e. Tahap keluarga dengan anak usia remaja
f. Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan
keluarga
g. Tahap orang tua usia menengah
h. Tahap keluarga usia jompoII.2.4. Arti dan Kedudukan Keluarga
dalam Kesehatan11Keluarga memiliki peranan yang cukup penting dalam
kesehatan. Adapun arti dan kedudukan keluarga dalam kesehatan
adalah sebaga berikut :a. Keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat dan melibatkan mayoritas penduduk, bila masalah
kesehatan setiap keluarga dapat di atasi maka masalah kesehatan
masyarakat secara keseluruhan akan dapat turut terselesaikan.b.
Keluarga sebagai suatu kelompok yang mempunyai peranan
mengembangkan, mencegah, mengadaptasi, dan atau memperbaiki masalah
kesehatan yang diperlukan dalam keluarga, maka pemahaman keluarga
akan membantu memperbaiki masalah kesehatan masyarakat.
c. Masalah kesehatan lainnya, misalnya ada salah satu anggota
keluarga yang sakit akan mempengaruhi pelaksanaan fungsi-fungsi
yang dapat dilakukan oleh keluarga tersbut yang akan mempengaruhi
terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi masyarakat secara
keseluruhan.
d. Keluarga adalah pusat pengambilan keputusan kesehatan yang
penting, yang akan mempengaruhi kebrhasilan layanan kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
e. Keluarga sebagai wadah dan ataupun saluran yang efektif untuk
melaksanakan berbagai upaya dan atau menyampaikan pesan-pesan
kesehatan.
II.2.5Peran Dokter Keluarga11
Strategi penyelesain masalah ini dengan menggunakan prinsip
kedokteran keluarga yang terdiri dari :
1. Continuity of Care (Pelayanan yang Berkesinambungan).
2. Comprehensive of Care (Pelayanan Yang menyeluruh).
3. Coordination of Care (Pelayanan yang terkoordinasi).
4. Community (Masyarakat).
5. Prevention (Pencegahan).
6. Family (Keluarga).
1. Continuity of CareMerupakan pelayanan kesehatan dimana satu
dokter bertemu pasiennya dalam keadaan sakit maupun keadaan sehat,
dan mengikuti perjalanan penyakit dari pasiennya hingga ia
sembuh.2. Comprehensive of CareArtinya disini kita memandang pasien
tidak hanya dari sisi biologis saja tetapi juga dari sisi sosial
dan psikologisnya. Oleh sebab itu, seorang dokter keluarga
memandang pasiennya secara keseluruhan, dalam konteks memperhatikan
keseluruhan kebutuhan mereka.3. Coordination of CareArtinya disini
dokter keluarga itu berperan seperti orkestrator pelayanan
kesehatan bagi pasiennya, yang mengkoordinasikan semua pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan pasien seperti para dokter spesialis, dan
pelayanan kesehatan lain diluar praktek dokter keluarga. Dokter
keluarga bertanggung jawab dan menjadi guide bagi pasiennya.4.
CommunityDalam komunitas ini pekerjaan, budaya, dan lingkungan
merupakan aspek-aspek dalam komunitas (masyarakat) yang dapat
mempengaruhi penatalaksanaan seorang pasien. Berbagai pihak dalam
masyarakat dapat digunakan oleh dokter keluarga dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.5. PreventionPrinsip
pencegahan memilki multi aspek, termasuk mencegah penyakit menjadi
lebih berat, mencegah orang lain tertular, pengenalan faktor resiko
dari penyakit, dan promposi kesehatan ( gaya hidup
sehat).Pencegahan juga termasuk mengantisipasi masalah-masalah yang
mungkin mempunyai efek terhadap kesehatan emosional pasien dan
keluarganya.
6. Family Pada prinsip ini seorang dokter keluarga memandang
pasiennya sebagai bagian dari keluarganya dan memahami pengaruh
penyakit terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap penyakit.
Dokter keluarga juga mengenali keluarga yang berfungsi baik dan
keluarga yang disfungsi.
Hipertrofi
penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media
Bila sudah berjalan cukup lama
hiperplasi
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi
Anoksia relatif
Besarnya curah jantung
Tahanan perifer
Naiknya tonus otot polos pembuluh darah
Vasokontriksi arteriol
Diperkuat dengan adanya sclerosis koroner
Hipertensi sekunder
Hipertensi esensial
Disebabkan oleh penyakit lain
Tidak diketahui penyebabnya
10% kasus
90% kasus
Faktor predisposisi
Kebiasaan hidup
Ciri perseorangan
Faktor keturunan
Konsumsi garam yang tinggi
Kegemukan atau makanan yang berlebihan
Stres dan ketegangan jiwa
Pengaruh lain
Merokok, karena rangsangan sistem adrenergik dan meningkatkan
tekanan darah, minum alkohol, obat-obatan misal : epinefrin,
prednison
Hipertensi tk II
(sistolik >160 mmHg atau diastolic > 100 mmHg)
Kombinasi dua obat.
Biasanya diuretic dengan ACEI atau BB atau CCB
Hipertensi tk I
(sistolik 140-159 mmHg atau diastolic 90-99 mmHg)
Diuretic gol tiazid. Dapat dipertimbangkan pemberian ACEI, BB,
CCB atau kombinasi
Obat-obatan untuk indikasi khusus tersebut ditambah obat
antihipertensi (diuretic, ACEI, BB, CCB)
Optimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat antihipertensi
lain.
Pertimbangkan untuk konsultasi dengan dokter spesialis
20