Top Banner
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota Pengertian tentang kota telah banyak didefinisikan oleh para ahli dan masing-masing memiliki alasan tertentu dalam mengemukakan pendapatnya, beberapa pendapat mengenai pengertian kota diantaranya; Christaller dalam Rini (2014) dengan „Central Place Theori’ menunjukan bahwa kota adalah sebagai pusat pelayanan bukan sebagai tempat permukiman yang dilihat dari sejauh manakah kota menjadi pusat pelayanan yang tergantung pada sejauh mana pedesaan sekitarnya memanfaatkan jasa-jasa kota. Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,pelayanan social, dan kegiatan ekonomi. Kota merupakan permukiman yang mempunyai penduduk yang relatif besar, luas area terbatas, pada umumnya bersifat non agraris, kepadatan penduduk relative tinggi (Kamus Tata Ruang, 1997). Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Bintaro dalam Rini (2014) memberikan pengertian kota sebagai suatu system jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.
48

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

Apr 20, 2019

Download

Documents

duongcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Kota

Pengertian tentang kota telah banyak didefinisikan oleh para ahli dan

masing-masing memiliki alasan tertentu dalam mengemukakan pendapatnya,

beberapa pendapat mengenai pengertian kota diantaranya; Christaller dalam Rini

(2014) dengan „Central Place Theori’ menunjukan bahwa kota adalah sebagai

pusat pelayanan bukan sebagai tempat permukiman yang dilihat dari sejauh

manakah kota menjadi pusat pelayanan yang tergantung pada sejauh mana

pedesaan sekitarnya memanfaatkan jasa-jasa kota.

Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,

kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,pelayanan social, dan

kegiatan ekonomi. Kota merupakan permukiman yang mempunyai penduduk

yang relatif besar, luas area terbatas, pada umumnya bersifat non agraris,

kepadatan penduduk relative tinggi (Kamus Tata Ruang, 1997).

Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative

besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang orang yang heterogen kedudukan

sosialnya. Bintaro dalam Rini (2014) memberikan pengertian kota sebagai suatu

system jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk

yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan

materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

14

Dalam memberikan defenisi dari kota, para ahli mengajukan beberapa

aspek yang akan mendasari menurut pendapat mereka masing-masing. Sehubung

dengan hal tersebut (Hoekveld dalam Rini, 2014) memberikan pembahasan

mengenai pengertian kota diantaranya:

a) Morfologi kota diukur berdasarkan bentuk fisik kota dengan pedesaan.

b) Jumlah penduduk, kota diukur berdasarkan jumlah penduduknya.

c) Hukum, pengertian kota dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum

tersendiri bagi penghuni kota.

d) Ekonomi, kota dilihat dari segi kehidupan yang non-agraris, adanya pasar

dengan keramaian perniagaan mencirikan kota.

e) Sosial, hubungan antar kehidupan penduduk terkotak-kotak oleh

kepentingan yang berbeda-beda dan bebas memilih bergaul dengan siapa

saja yang diinginkannya

2.2 Pinggiran Kota

Daerah pinggiran kota (urban fringe) didefinisikan sebagai daerah

pinggiran kota yang berada dalam proses transisi dari daerah perdesaan

menjadi perkotaan. Sebagai daerah transisi, daerah ini berada dalam tekanan

kegiatan-kegiatan perkotaan yang meningkat yang berdampak pada perubahan

fisikal termasuk konversi lahan pertanian dan non pertanian dengan berbagai

dampaknya.

Kurtz dan Eicher dalam Muhlisin (2003) mengemukakan

definisi daerah pinggiran kota antara lain sebagai berikut :

a) Kawasan dimana tata guna lahan rural dan urban bertemu

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

15

dan mendesak, di periferi kota modern

b) Suatu kawasan yang letaknya terletak diluar perbatasan kota

yang resmi, tetapi masih dalam jarak melaju (commuting

distance)

c) Kawasan di luar kota yang pendduknya berkiblat ko kota

(urban oriented residents)

d) Suatu kawasan pedesaan yang terbuka yang dihuni oleh

orang- orang yang bekerja di dalam kota.

e) Suatu daerah tempat pertemuan orang-orang yang

memerlukan kehidupan di kota dan di desa.

Russwurm 1987 dalam Koestoer (2001) menyatakan bahwa daerah

pinggiran kota mempunyai konotasi yang luas. Secara keruangan dalam

batasan fisik, wilayah ini mencakup radius sekitas sekitas 50 km pada suatu

kota. Namun, wilayah ini pun dibedakan dalam beberapa tahapan. Pertama,

wilayah bagian „dalam‟ atau „inner fringe‟ yang mencakup daerah beradius

sekitar 10-15 kilometer dimana masih tampak batas-batas perluasan fisik

suatu kota. Kedua, wilayah bagian „luar‟ atau „outer fringe’, yang mencakup

daerah perluasan antara 25-50 kilometer dan berakhir pada suatu wilayah

bayangan kota dimana pengaruh kota sudah relatif berkurang. Dari pernyataan

tersebut dapat dikatakan bahwa daerah urban fringe „murni‟ terletak sekitar

radius 15-25 kilometer pada suatu kota.

Menurut Howard, pada akhir abad ke 19 diantara daerah perkotaan,

daerah pedesaan, dan daerah pinggiran kota, ternyata daerah pinggiran kota

memberikan peluang paling besar untuk usaha-usaha produktif maupun

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

16

peluang paling menyenangkan untuk bertempat tinggal (Daldjoeni dalam

Koestoer,2001)

Whynne Hammond dalam Muhlisin, (2003) mengemukakan

lima alasan tumbuhnya pinggiran kota sebagai berikut :

a) Peningkatan pelayanan transportasi kota, baik itu berupa

pelayanan angkutan umum ataupun jaraingan jalan yang

memadai.

b) Pertumbuhan penduduk, dimana pertumbuhan disebabkan

oleh berpindahnya sebagian penduduk dari bagian pusat

kota ke bagian pinggiran dan masuknya penduduk dari

pedesaan.

c) Meningkatnya taraf hidup masyarakat.

d) Gerakan pendirian bangunan pada masyarakat. Pemerintah

membantu mereka yang ingin memiliki rumah sendiri

melalui pemberian kredit lewat jasa suatu bank yang

ditunjuk.

e) Dorongan dari hakikat manusia sendiri, dimana merupakan

sifat dasar manusia untuk mendapatkan yang terbaik.

Pada wilayah Kecamatan Siak Hulu alasan diatas juga menjadi faktor

yang mempengaruhi pesatnya perkembangan permukiman yang terjadi di

wilayah; tersebut baik pada permukiman teratur maupun permukiman tidak

teratur. Hal ini mengingat kedua kecamatan tersebut berada pada daerah yang

berbatasan langsung dengan Kota Pekanbaru sehingga merupakan lokasi yang

ideal bagi solusi kebutuhan akan ruang didaerah perkotaan. Selain itu

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

17

pesatnya perkembangan permukiman-permukiman pada kedua wilayah

tersebut juga akibat dari bergesernya fungsi-fungsi kekotaan yang berasal dari

kota induk (Pekanbaru) menuju daerah pinggiran kota disekelilingnya seperti

fasilitas pelayanan pendidikan, aksesibilitas, transportasi, perumahan, serta

kegiatan-kegiatan sosial dan perekonomian lainnya. Sementara itu harga tanah

yang juga jauh relatif lebih murah dibandingkan pada daerah perkotaan

menjadi alasan para developer perumahan membangun permukiman-

permukiman teratur pada wilayah tersebut dengan tujuan apabila tanah

tersebut telah diolah menjadi kawasan perumahan yang lengkap dengan

sarana dan prasarana penghuninya, harga tanah yang dijual akan dapat

meningkat.

2.3 Perkembangan Fisik Ruang Kota

2.3.1 Ulasan Fisik

Komunitas secara fisik adalah daerah binaan di perkotaan yang terletak

saling berdekatan, meluas dari pusatnya hingga ke daerah pinggiran kota.

Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bangunan-bangunan dan

kegiatannya yang berada di atas atau dekat permukaan tanah; instalasi-

instalasi ibawah tanah, termasuk beberapa utilitas dibawah permukaan tanah;

dan kegiatan-kegiatan dalam ruang (Koestoer, 2001).

Perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zone-zone yang berada dalam

wilayah perkotaan. Dalam konsep ini Bintarto dalam Koestoer (2001)

menjelaskan perkembangan kota tersebut terlihat dari penggunaan lahan yang

membentuk zone-zone tertentu di dalam ruang perkotaan sedangkan menurut

Branch dalam Koestoer (2001) bentuk kota secara keseluruhan mencerminkan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

18

posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya. Branch juga

mengemukakan contoh pola-pola perkembangan kota pada medan datar dalam

bentuk ilustratif seperti:

a) Topografi

b) Bangunan

c) Jalur Transportasi

d) Ruang Terbuka

e) Kepadatan Bangunan

f) Iklim Lokal

g) Vegetasi Tutupan

h) Kualitas Estetika

Branch dalam Koestoer (2001) mengemukakan bahwa pada skala yang

lebih luas, bentuk kota secara keseluruhan mencerminkan posisinya secara

geografis dan karakteristik tempatnya. Berdasarkan teori ini, dapat diartikan

bahwa perkembangan suatu kota dapat ditentukan oleh posisi geografis serta

karakteristik tempat dimana suatu proses kegiatan berlangsung sehingga dapat

membentuk pola pola yang mengikuti kondisi wilayah tersebut. Pola-pola

perkembangan fisik kota di atas tanah datar digambarkan secara skematik oleh

Branch sebagai berikut :

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

19

Sistem jaringan jalan

Area terbangun

Gambar 2.1 Pola-Pola Umum Perkembangan Kota

Branch dalam Koestoer,(2001)

Sebuah kota adalah suatu permmukiman yang relatif besar, padat dan

permanen, terdiri dari kelompok individu yang heterogen dari segi sosial (Rapoport

dalam Koestoer, 2001). Amas Rapoport menuntun kearah suatu pemahan yang

lebih baik mengenai kota dan urbanisme. Ia merumuskan suatu defenisi baru yang

dapat diterapkan pada daerah permukiman kota di mana saja yaitu sebuah

permukiman dapat dirumuskan sebagai suatu kota bukan dari segi ciri-cirinya,

melainkan dari segi suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah wilayah dan

menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah

pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu.

Perkembangan kota secara fisik ditandai dengan semakin bertambahnya

luas daerah yang pada umumnya tidak hanya berupa penebalan pada kawasan

terbangun yang sudah ada, akan tetapi juga berkembang ke arah luar pusat kota

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

20

sebagai akibat dari perkembangan kegiatan manusian (masyarakat kota) untuk

memenuhi kebutuhan hidup dan ruang hidupnya.

Sebagian besar terjadinya kota adalah berawal dari desa yang berasal

menjadi pusat-pusat kegiatan tertentu, misalnya desa menjadi pusat pemerintahan,

pusat perdagangan, pusat pertambangan, pusat pergantian transportasi seperti

menjadi pelabuhan, pusat persilangan/pemberhentian kereta api, terminal busa dan

sebagainya.

Salah satu pemicu perkembangan kota yang begitu pesat adalah adanya

pembangunan infrastruktur seperti jalan, sekolah, pusat pelayanan, pusat kegiatan

ekonomi. Akibanya semakin tinggi pula konversi lahanpertanian menjadi lahan

permukiman.

Perkembangan kota sebagai konsekuensi dari peran fungsional

menyebabkan munculnya perubahan-perubahan, baik perubahan sosial ekonomi,

sosial budaya maupun fisik. Perubahan ini ditandai dengan perubahan fungsi kota

yang selanjutnya diikuti dengan perubahan fisik sebagai dampak dari

perkembangan aktivitas masyarakat secara keseluruhan.

2.3.2 Proses Pemekaran Kota

Suatu kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan

ini menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik.

Khususnya mengenai aspek yang berkaitan langsung dengan penggunaan lahan

perkotaan maupun penggunaan lahan pedesaan adalah perkembangan fisik,

khususnya perubahan arealnya yg disebut pendekatan morfologi kota atau “Urban

Morphological Approach” (Yunus, 2001).

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

21

Menurut Herbert dalam Yunus (2001) morfologi pemukiman menyoroti

eksistensi keruangan kekotaan dan hal ini dapat diamati dar kenampakan kota

secara fiskal yang antara lain tercermin pada sistem jalan-jalan yang ada, blok-

blok bangunan baik dari daerah hunian ataupun bukan (perdagangan dan industri)

dan juga banguna individual.

Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan maupun kegiatan penduduk

perkotaan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang perkotaan yang besar.

Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka

meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi

selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota. Proses perembetan

kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut”urban sprawl”.Adapun

macam “urban sprawl” sebagai berikut: (Yunus, 2001).

Suatu kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan

ini menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik. Aspek

fisik berkaitan langsung dengan penggunaan lahan perkotaan khususnya

perubahan areal suatu kawasan atau kota yang sering diukur dengan melihat

perubahan bentuk kota. Dengan meningkatnya jumlah penduduk perkotaan

maupun kegiatan penduduk perkotaan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan

ruang perkotaan yang besar. Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke

arah luar ini disebut ”urban sprawl”. Ada beberapa tipe urban sprawl atau

perembetan kota, seperti diperlihatkan dalam Tabel 2.1 berikut.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

22

Tabel 2.1 Tipe-Tipe Perembetan Kota

Tipe Gambar Uraian

Tipe 1: Perembetan

konsentris

(Concentric

Development/ Low

Density continous

development)

Tipe perembetan paling

lambat, berjalan perlahan-

lahan terbatas pada semua

bagianbagian luar

kenampakkan fisik kota yang

sudah ada sehingga akan

membentuk suatu kenampakan

morfologi kota yang kompak.

Peran transportasi terhadap

perembetannya tidak begitu

besar.

Tipe 2: Perembetan

memanjang (ribbon

development/lineair

development/axial

development)

Tipe ini menunjukkan

perembetan paling cepat

terlihat di sepanjang jalur

transportasi yang ada,

khususnya yang bersifat

menjari (radial) dari pusat

kota. Daerah disepanjang rute

transportasi merupakan

tekanan paling berat dari

perkembangan.

Tipe 3: Perembetan

yang meloncat (leap

frog

development/checkker

board development)

Perembetan yang terjadi pada

tipe ini dianggap paling

merugikan dan tidak efisien.

Perkembangan lahan

perkotaan terjadi berpencaran

secara sporadis dan tumbuh di

tengah-tengah lahan pertanian

sehingga penurunan

produktifitas pertanian akan

lebih cepat terjadi.

Sumber: Yunus, 2001

2.4 Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan {Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

23

permukiman, Bab I, Pasal 1 (5)}. Permukiman yang dimaksudkan dalam

undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang

didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat

tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat

kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga

fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) permukiman berarti

daerah tempat bermukim. Bintarto dalam Rini (2014) mengemukakan bahwa

permukiman dapat digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana

mereka membangun rumah-rumah, jalan-jalan, dan sebagainya guna

kepentingan mereka. Permukiman sebagai bagian permukaan bumi yang

dihuni manusia meliputi pula segala sarana dan prasarana yang menunjang

kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang

bersangkutan.

Permukiman yang menempati areal paling luas dalam pemanfaatan tata

ruang mengalami perkembangan yang selaras dengan perkembangan

penduduk dan mempunyai pola tertentu yang menciptakan bentuk dan struktur

tata ruang yang berbeda satu dengan lainnya. Perkembangan permukiman

pada bagian- bagian kota tidaklah sama, tergantung pada karakteristik

kehidupan masyarakat, potensi sumberdaya (kesempatan kerja) yang tersedia,

kondisi fisik alami serta fasilitas kota terutama berkaitan dengan transportasi

dan komunikasi (Bintarto dalam Rini, 2014).

Pola penyebaran permukiman di daerah pinggiran kota yang

mempunyai sifat desa-kota ini pembentukkannya berakar dari pola campuran

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

24

antara ciri perkotaan dan ciri pedesaan. Ada perbedaan mendasar antara pola

permukiman di perkotaan dan di pedesaan. Wilayah permukiman di daerah

perkotaan memiliki keteraturan bentuk secara fisik. Artinya, sebagian besar

permukiman menghadap secara teratur kearah kerangka jalan yang ada dan

sebagian besar terdiri dari bangunan permanen.

2.4.1 Karakteristik Kawasan Permukiman

Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 (UU

No. 1/2011) tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang dimaksud

dengan kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan

permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu

satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan

perdesaan. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah kelengkapan dasar

fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan

bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, serta nyaman, dan sarana adalah

fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Dari

pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa permukiman terdiri dari komponen:

perumahan, jumlah penduduk, tempat kerja, sarana dan prasarana, baik di

perkotaan maupun di perdesaan.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

25

Kawasan permukiman mencakup lingkungan hunian dan tempat kegiatan

pendukung, baik di perkotaan dan di perdesaan. Dengan demikian berdasarkan

Pasal 1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 (UU No. 26/2007) tentang

Penataan Ruang serta Bagian Penjelasan Pasal 59 dan Pasal 61 UU No 1/2011,

yang dimaksud dengan kawasan permukiman perkotaan dan kawasan

permukiman perdesaan dapat dijabarkan sebagai berikut. Kawasan permukiman

perkotaan adalah kawasan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan/tempat kerja yang mempunyai kegiatan

utama bukan pertanian, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, utilitas umum,

serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi pemusatan dan distribusi pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan yang dimaksud kawasan permukiman

perdesaan adalah kawasan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan/tempat kerja yang mempunyai kegiatan

utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam, yang dilengkapi dengan

prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Karakteristik permukiman di daerah pedesaan ditandai terutama oleh

ketidakteraturan bentuk fisik rumah. Pola permukimannya cenderung

berkelompok membentuk suatu perkampungan. Sandy 1977 dalam Koestoer

(2001) mengatakan bahwa pola permukiman yang masih sangat tradisioanal

banyak mengikuti pola bentuk sungai, karena di daerah itu sungai dianggap

sebagai sumber penghidupan dan jalur transportasi utama antar wilayah.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

26

Sedangkan karakteristik permukiman di Kecamatan Siak hulu dapat

diketahui secara sekilas mempunyai sifat-sifat perkotaan dan juga perdesaan.

Dari segi fisik banyak bentuk-bentuk bangunan permukiman di kedua wilayah

tersebut yang terencana dan menghadap teratur kearah kerangka jalan yang

ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen yang merupakan ciri-

ciri dari perkotaan. Selain itu pada kedua wilayah tersebut permukimannya

juga memiliki karakteristik perdesaan, dilihat dari masih banyaknya bentuk-

bentuk bangunan permukiman yang polanya tidak teratur dan cenderung

berkelompok membentuk suatu perkampungan.

2.3.1 Pola Permukiman Penduduk

Penduduk adalah sekelompok masyarakat yang tinggal menetap diwilayah

tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Ada penduduk tentu juga ada

pemukiman penduduk sebagai empat singgah dan menetap, pemukiman penduduk

pun bermacam-macam bentuk sesuai dengan karakter yang ada pada tiap wilayah.

Apakah wilayah (Region) pada daerah tersebut mempengaruhi pola pemukiman

atau sebaliknya pemukiman penduduk yang mempengaruhi lingkungan sekitar.

Pola permukiman penduduk adalah bentuk umum sebuah permukiman

penduduk terlihat mengikuti pola tertentu. Pola permukiman penduduk berbeda-

beda di setiap daerah. Adapun faktor yang mempengaruhi pola pemukiman

pendud uk adalah sebagai berikut:

a. Bentuk permukaan bumi

Betuk permukaan bumi yang berbeda-beda seperti gunung, pantai,

dataran rendah, dataran tinggi, dan sebagainya. Akan membuat pola

kehidupan yang berbeda pula, misal penduduk pantai bekerja sebagai

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

27

nelayan. Pola kehidupan yang berbeda akan menyebabkan penduduk

membuat permukiman yang sesuai dengan lingkungan tempat penduduk

itu berada.

b. Keadaan tanah

Keadaan tanah menyangkut kesuburan/kelayakan tanah ditanami

ataupun digunakan untuk kepentingan fasilitas tertentu baik fasilitas publik

atau swasta. Lahan yang subur tentu menjadi sumber penghidupan

penduduk. Lahan tersebut bisa dijadikan lahan pertanian atau

semacamnya. Karena itu, penduduk biasanya hidup mengelompok di dekat

sumber penghidupan tersebut (ini jelas terlihat di desa).

c. Keadaan iklim

Iklim memiliki unsur-unsur di antaranya curah hujan, intensitas

cahaya matahari, suhu udara, dan sebagainya yang berbeda- beda disetiap

daerah. Perbedaan iklim membuat kesuburan tanah dan keadaan alam di

setiap daerah berbeda-beda mengakibatkan pola permukiman penduduk

berbeda pula. Sebagai contoh penduduk di pegunungan cenderung

bertempat tinggal berdekatan, sementara penduduk di daerah panas

memiliki permukiman yang lebih terbuka ( agak terpencar).

d. Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi membuat suatu kelas dalam masyarakat, dikenal

dengan stratifikasi penduduk dalam sosioloi menjadikan tiga kelas dalam

masyarakat yaitu kelas bawah (low class), kelas menengah (middle class),

dan kelas atas (top class,), menjadikan sistem pola perputaran dan keadaan

ekonomi berbeda. Jika kita memilih rumah, tentu kita akan memilih tempat

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

28

yang tepat sebagai salah satu faktor utama. Kondisi ini jelas berpengaruh

terhadap pola permukiman penduduk ( ini jelas terlihat di kota).

e. Kultur penduduk

Pola permukiman penduduk sangat bergantung pada kemajuan dan

kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika penduduk itu masih tradisional, pola

permukimannya akan cenderung terisolir dari permukiman lain.

Permukiman di daerah tersebut hanya diperuntukan bagi mereka yang

masih anggota suku atau yang masih berhubungan darah.

Faktor-faktor seperti bentuk permukaan bumi, keadaan tanah, keadaan

ikim, keadaan ekonomi, dan keadaan penduduk yang telah dijelaskan sebelumnya

merupakan acuan yang pada akhirnya menghasilkan bentuk khas dari setiap

pemukiman di satu wilayah tertentu. Adapun macam bentuk tersebut seperti

terpusat, tersebar, dan pola pemukiman memanjang. Ida Bagus (2014).

Perumahan dan permukiman merupakan unsur penyusun morfologi kota

yang cukup dominan, pola – pola yang terbentuk merupakan respon terhadap

kondisi geografis yang ada maupun struktur kawasan yang telah direncanakan.

ada empat tipe perumahan di Kecamatan Siak Hulu dengan karakteristik spasial

tertentu yaitu perumahan di tepi sungai dan lanting; Perumahan campuran (ruko

dan rukan); perumahan terencana; dan perumahan biasa. Perumahan tepi sungai

umumnya berupa bangunan kayu, non-permanen, tidak terlalu luas, sejajar dan

memakan badan sungai, pola tidak teratur, sedangkan perumahan terencana

bangunannya variatif, permanen, terletak di pinggiran kota, masyarakat variatif,

pola teratur dengan lahan yg sangat luas.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

29

Perumahan tipe ruko dan rukan didominasi oleh bangunan beton,

permanen, dengan luas lantai terbatas bertingkat, terletak di pinggir jalan utama,

berbentuk pola klusterkluster kecil, dihuni umumnya oleh para pendatang.

Menurut Doxiadis dalam Soetomo (2009) ada tiga pola permukiman yaitu pola

sentripetal atau konsentrik; pola permukiman linear dan pola permukiman yang

mengikuti bentukan alam atau lanskap. Ketiga pola ini banyak dipengaruhi oleh

pola jalan yang terbentuk, jika kerangka jalan bersifat linear maka terbentuk pola

permukiman linear. Selain itu dia menambahkan bahwa pusat pertumbuhan

sebuah kawasan atau kota juga menjadi kekuatan yang mempengaruhi

perkembangan permukiman ke arah luar sebagai bentuk memusat.

Tabel 2.2 Pola Permukiman Penduduk

No Bentuk Keterangan

1

Memiliki ciri permukiman desa saling

menggerombol/mengelompok.

Biasanya memusat pada sumber

kehidupan seperti pasar, waduk dan

sebagainya

2

Memiliki ciri permukiman berupa

deretan memanjang, kanan-kiri

permukiman berupa jalan, sungai, atau

pantai.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

30

No Bentuk Keterangan

3

Memiliki ciri permukiman penduduk

menyebar di daerah pertanian antara

perumahan yang satu dengan yang lain

dihubungkan oleh jalur-jalur lintas

untuk keperluan bidang perdagangan

Sumber: Ida Bagus, Pola Pemukiman Penduduk, http://arisudev.wordpress.

2.5 Morfologi dan Pertumbuhan Kota

Morfologi Kota adalah studi tentang permukiman penduduk dan proses

pembentukan serta perubahannya, dengan melihat struktur ruang perkotaan yang

terbentuk. Analisis morfologi perkotaan meliputi beberapa skala dan pola yang

menyangkut pola pergerakan (movement), tata guna lahan (land use), dan

kepemilikan lahan. Studi ini menitik beratkan pada pola jaringan jalan yang

terbentuk, susunan (layout) tata guna lahan dan plot perumahan. (Gilliland &

Gauthier, 2006).

Morfologi Kota juga menyangkut pola hubungan bentukan tata ruang kota

terhadap perilaku penduduknya (social forms) dalam beraktivitas sehari-hari. Pola

menyebar, linier atau terkonsentrasi pada satu pusat kota akan mempengaruhi pola

pergerakan penduduk (travel demand) suatu kota yang berpengaruh pada jauh

dekatnya jarak dan mudah tidaknya pencapaian terhadap pusat-pusat aktivitas

(activity generators) Gilliland & Gauthier (2006).

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

31

2.5.1 Ruang Dan Kehidupan Manusia

Ruang dan manusia. Jagad atau planet bumi ini merupakan tempat atau

ruang bagi kehidupan manusia, dan doxiadis mengatakan hal ini maka jagad raya

tersebut merupakan human settlement, “the total surface of the earth, the largest

container for man, is for all practical purpose, the whole cosmos of man, the

sosmos of anthropos.” (Doxiadis,1968 dalam Soetomo, 2009).

Konsep five elements of human settlement dari Doxiadis dapat

dikembangkan sebagai dasar pemahaman tata ruang dan manusianya. Natural

container (wadah alam dengan semua sistem ekologi natural) dan man made

container (cell,network) meliputi bangunan dan jaringan (jalan, ruang terbuka

terbangun), merupakan wadah bagi manusia (man and society) dengan semua

kompleksitas kehidupannya. Untuk mencapai ruang bermukim manusia (human

settlemen) baik skala kecil (rumah), lingkungan permukiman, kota hingga

wilayah, maka lima elemen tersebut harus seimbang sesuai kebutuhan untuk

keberlanjutannya (sustainabilitas).

Pada skala regional human settlemen dapat terlihat jelas dalam gambar

diatas. Manusia dalam mendiami (to settle) di bumi sebagai sumber daya alam

merupakan kegiatan mengekspoitasi alam digunakan melalui penggunaan lahan

pertanian dan lahan terbangun yang merupakan sumber daya buatan yaitu cell dan

network.

Pada skala bangunan cell dan network terdiri dari ruang kamar kamar

(cells) dan ruang penghubung (networks) yang memanjang (corridor) untuk

berjalan (movement) dan ruang penghubung berupa ruang kotak atau bentuk

lainnya (bukan memanjang) yaitu hall, untuk komunikasi tidak bergerak. Cell dan

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

32

network dalam morfologi kota merupakan bangunan (private space) dan ruang

terbuka (public space) yang berupa jalan (memanjang) untuk alur ruang

komunikasi pergerakan panjang (jalur transport maupun pejalan kaki) dan ruang

publik untuk kpmunikasi diam (pergerakan pendek) seperti square di indonesia

kita sebut alun-alun.

2.5.2 Dari Urbanisasi Ke Morfologi Kota

Urbanisasi sebagai proses pembentukan kehidupan kota menghasilkan

produk fisik berupa morfologi kota. Pemahaman ini dapat dijelaskan dengan

pengertian urbanisasi (Friedman dalam Soetomo, 2009) yang menjelaskan ada dua

macam urbanisasi:

a) Konsentrasi geografis penduduk dan aktivitas non pertanian pada

milieu (lingkungan kehidupan) kota dalam bentuk dan ukuran yang

bervariasi.

b) Difusi geografis nilai-nilai, prilaku, organisasi dan institusi perkiraan.

Yang pertama menciptakan investasi fisik yang membentuk morfologi

kota dan yang kedua merupakan bentuk nilai-nilai perubahan sosial dalam proses

modernisasi.

Proses kemajuan dan berkembang pada sektor pertanian menciptakan

surplus wilayah dan selanjutnya surplus wilayah tersebut menciptakan kehidupan

pelayanan yang bersifat kegiatan non pertanian menjadi kehidupan perkotaan.

Demikian juga dari permukiman-permukiman (settlements) pedesaan yang

terisolasi hidup untuk kepentingan mereka sendiri (subsistence) kemudian proses

komunikasi berkembang dan terjadi keterhubungan antar settlement maka

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

33

berkembanglah suatu pusat kegiatan non pertanian dan bersifat kekotaan. Proses

tersebut dikenal dengan proses synoicsm (Kostof dalam Soetomo, 2009)

Proses terbentuknya morfologi kota (Urban Morphology) merupakan

proses terbentuknya kehidupan kota (non pertanian). Kota akhirnya merupakan

pusat kekuasaan maupun pusat ekonomi wilayah yang menyedot pencari kerja,

menciptakan kehidupan yang heterogen hingga kesenjangan dan permasalahan

sosial pun terjadi.

Hasil proses urbanisasi dan tingkat keberhasilannya dapat dilihat dalam

wajah ruang dan morfologi kekotaan. Ruang perkotaan yang terjadi di kota-kota

diindonessia atau di negara sedang berkembang umumnya mempunyai karakter

yang beragam, dari ruang perkotaan yang masih semi perkotaan (semi urban),

ruang perkotaan yang kumuh hingga ruang perkotaan yang rapi.

2.5.3 Dari Planned Ke Unplanned Settlement

Kostof dalam Soetomo (2009) mengatakan hasil suatu ruang kota

terbentuk oleh dua proses: hasilperencanaan disebut sebagai planned settlement

dan urban process yang menghasilkan suatu unplanned settlement. Sejarah

perkembangan planned settlement terjadi sejak 6000 tahun SM. Kota kota yang

terencana sebelum Revolusi Industri merupakan hasil puncak perencanaan kota.

Terbentuknya suatu lingkungan buatan terencana pada jaman dahulu

mudah dilakukan oleh seorang penguasa atau kepala suku yang dibantu pembantu

teknis (undagi bagi masyarakat bali tradisional) dan dibangun oleh penguasa

tersebut, hal tersebut karena tanah dan kekuasaan ada kepala suku (adat). Dapat

dikatakan bahwa stakeholder pada saat itu sangat terbatas. Sedang pada jaman

modern kekuasaan sudah tersebar dan pemilikan tanah dan fungsi-fungsi sudah

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

34

sangat heterogen dan stakeholder sudah bervariasi. Maka perencanaan kota

(lingkungan) dan implementasi pembangunannya memerlukan manajemen yang

lebih kompleks. Prinsip-prinsip mengkonsolidasi dan mengkoordinir stakeholder

mealui organisasi adlah untuk menyederhanakan ( meredusir) fungsi atau aktivitas

stakeholder agar proses perencanaan kota dapat mudah di implementasikan

(pembangunan skala besar).

Desain kota merupakan bentuk akhir dari perencanaan dan setelah terjadi

perkembangan urbanisasi yang kompleks seperti sekarang ini maka perencanaan

kota makin tidak mudah direalisir. Dan paradigma perencanaan akhirnya berada di

dalam kedekatan dengan manajemen pembangunan. Peran perencana berubah dari

penentu menjadi fasilitator terhadap semua stakeholder.

Terbentuknya Morfologi Settlement selain terencana juga terjadi secara

tidak terencana, bahkan yang ini lebih banyak. Kekuatan individual bergerak

menjadi kekuatan komunal, inilah proses unplanned settlement yang terbentuk

secara organis, tumbuh dan berkembang sesuai dengan urban proses. Kostof

dalam Soetomo (2009) mengatakan bahwa apapun initial kota waktu

direncanakan dalam perkembangannya selalu tidak bisa tetap dan terdorong

berubah karena urban proses yang membentuk unplanned settlement.

2.5.4 Planned Settlement dan Modernisasi

Perkembangan suatu settlement yaitu tempat manusia bermukim telah

terjadi sejak adanya manusia itu sendiri. Sejak manusia tinggal di goa-goa sebagai

tempat menetap hingga membentuk suatu permukiman sebagai bentuk kekuatan

komunitas telah mneghasilkan suatu ruang bentukan manusia. Ruang tersebut

yang dibuat sesuai dengan kebutuhannya baik kebutuhan individu maupun sosial

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

35

dan baik fisik maupun non fisk dalam keterbatasan kemampuan teknologi dan

alam baik sebagai sumber daya maupun sebagai ancaman (Soetomo, 2009).

Teori urbanisasi disampaikan melalui model pembentukan the first city

oleh Robert Potter dengan teori social surplus yang menjelaskan bahwa adanya

perkembangan masyarakat akan menciptakan kelompok elit seperti kelompok

bangsawan, pedagang, golongan agama, militer, sebagai kelompok dominan yang

mendorong terbentuknya masyarakat kota dan kelompok elit itulah yang

menentukan bentuknya ruang perkotaan.

Planned settlement merupakan karya manusia yang mengatur manusia

berkehidupan didalam ruang alam ini dan mengatur hubungan antar manusia, dan

mengatur hubungan manusia dengan alam (dalam menggunakan atau

memanfaatkan atau memperlakukan alam) dalam rangka mencapai kemajuan

kehidupannya. Dengan demikian planned settlement adalah usaha manusia

memodernisasikan kehidupannya.

2.5.4.1 Grid Pattern

Bentuk planned settlement pertama adalah grid pattern, sebagai bentuk

pola usaha pertama manusia mengatur ruang dibumi ini. Garis lurus merupakan

man made bukan natural, manusia menggoreskan batas area sesuai dengan

kehendaknya untuk mengatur pembagian sumber daya alam yaitu tanah (land).

Manusia diatur dalam ruang alam melalui norma-norma yang berlaku pada

budayanya. Bentuk tertua dalam membagi area, mengatur lokasi manusia untuk

settle adalah dalam bentuk grid yaitu bentuk ruang persegi yang dilakukan dengan

persimpangan garis lurus atau rectangular (rectus yaitu lurus).

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

36

Bentuk grid dengan skala besar dan mengikuti topografi dilakukan dalam

konsep kota Milton Keynes dan Candigragh, di dalam blok-blok besar memberi

kemungkinan isi didalamnya dengan bentuk bentuk struktur yang berbeda-beda.

Terjadi kombinasi antara strukturisasi makro dengan blok besar dan keberagaman

yang dinamis didalam setiap blok (Soetomo, 2009).

2.5.4.2 Diagram Pattern

2.5.4.2 Diagram Pattern

Seperti telah kita uraikan diatas kota-kota kerajaan, militer,

terbentuksebagai pusat-pusat wilayah (ekonomi maupun politik). Terutama pada

kota-kota pusat politik dan keagamaan serta militer dibentuk melalui perencanaan

atau kemauan dari atas. Kota-kota kerajaan seperti yogyakarta dan solo sebagai

kota cosmik merupakan lambang,manunggaling kawula dan gusti (bersatunya

rakyat dan pemerintah) sebagai kesatuan manusia dan kekuasaan alam (kosmik)

dimana raja sebagai pemersatunya yang digambarkan dengan sumbu kota

Gambar 2.2

Greek city: miletus (turkey)

Sumber Kostof dalam

Soetomo 2009

Gambar 2.3

Map of grid roads and land contours of

Milton Keynes (England)

Sumber Kostof dalam Soetomo, 2009

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

37

yogyakarta memanjang mengarah ke gunung merapi dan laut selatan dimana

kraton teretak pada struktur kota tersebut merupakan diagram city, dimana pola

kota dibuat untuk mengatur atau mendiagram tatanan kehidupan yang diinginkan.

Diagram city merupakan kelompok planned settlement yang paling

komplek, merupakan puncak the role of planner yang menterjemahkan kemauan

penguasa membentuk pola ruang bagi kehidupan masyarakatnya. Diagram

modern dijelaskan dengan bentuk diagram fungsional antara lain adalah pola

jaringan transport (pola konsentrik radial) dari kota modern. Contoh diagram

utopia yang digolongkan kostof misalya : socialis diagram city dari Ebenzer

Howard yang akhirnya dikenal dengan The Garden City (sugiono soetomo 2009).

Gambar 2.4

Diagram of social cities form ebenezer

howard to morrow

(Sumber: Kostof dalam Soetomo, 2009)

Gambar 2.5

Nahlah (israel) : moshav founded in 1921

(Sumber: Kostof dalam Soetomo, 2009)

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

38

2.5.4.3 Organic Pattern

Golongan pertama bentuk settlement (unplanned settlement) digolongkan

oleh Kostof dalam Type Organic Pattern, merupakan settlement bentukan

kehidupan dan alam, di sini the passage of time yang menentukan, bukan man

order. Bentuk organik mementingkan proses daripada produknya, bagaimana

settlement ini terbentuk lekat dengan proses terbentuknya masyarakat, adanya

kesatuan antara individual need and common will. Soetomo (2009) Organic

settlement sebagai wujud dari biological poces menempatkan proses pembentukan

ruang kota sebagai mahluk hidup yang never at rest. Bentuk organik settlement

terjadi pada kota-kota perdagangan yang terbentuk akibat proses interaksi suply

demand, dari suatu lokasi strategis dan manusia membentuk aktivitas pembelian

dan penjualan. Kota kota tersebut sebagai mercantile city tumbuh secara spontan

di muara sungai sebagai simpul jaringan transportasi. Kota semarang sebagai

Coastal City terbentuk oleh prularitas, dari organic settlement etnik-etnik

Cina,Arab,Jawa,dll, settlement terencana colonial city belanda dan kota kosmik

bupati semarang dengan pola diagram kota jawa (alun-alun,kanjengan,masjid,

pasar).

Fenomena pembentukan ruang kota terjadi dari kedua macam proses:

planned dan unplanned, yang silih bersambung. Kekuatan planned settlement

tidaklah langgeng, apapun initialnya kota dibentuk maka selalu akan berubah,

demikian kata Kostof. Kota Bagdad dibuat dengan bentuk cosentric sebagai

diagram city namun akhirnya berubah membentuk settlement organic Kota Arab

medina yang berpola rabirint (Soetomo, 2009).

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

39

Kita melihat Kota Yogyakarta yang bermula dari keraton teah tertelan

dalam aglomerasi Kota Yogya yang berpola fungsional tertarik oleh sumbu

regional pariwisata kearah Solo dan Magelang. Sedang di dalam kota berkembang

dengan proses urbanisasi yang beragam, menghasilkan berbagai ragam pattern

yang terencana dan tak terencana (spontan). Walaupun secara formal telah ada

rencana tata ruang (Master Plan), namun proses realisasinya baik sebagai

perangkat pengendali maupun sebagai program pembangunan tidak mudah

terealisir dan Urban Process berkembang terus dan bagian ruang kota yang tidak

terencana terbentuk paling luas. Urban Procces ternyata jauh ebih cepat

ketimbang perencanaan kota dan realisasinya (Soetomo, 2009).

Gambar 2.6

Organic pattern permukiman pedesaan

(Near Yazd, Iran)

Sumber Kostof dalam Soetomo, 2009

Gambar 2.7

Vezelay (France)

Sumber Kostof dalam

Soetomo, 2009

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

40

2.5.8 Morfologi dan Keberlanjutan Kota Dalam Lintasan Sejarah

Landskap dan Arsitektur Kota

Kota, baik kehidupan dan lingkungan fisiknya telah terjadi ribuan tahun

yang lalu. Kehidupan kota dalam sejarahnya merumakan puncak budaya suatu

bangsa. Terutama pada kota-kota yang direncanakan, hal tersebut telah

menunjukan suatu hasil peradaban manusia yang tinggi (Soetomo 2009).

Pada lembah-lembah sungai Eufrat dan Tigris suatu lokasi pertanian yang

subur telah menjado tempat bermukim manusia pada 4000-5000 tahun sebelum

Masehi. Kemakmuran tersebut melahirkan kehidupan kota sebagai pusat

pemerintahan dan kebudayaan dan agama dan perdagangan. Kota-kota kerajaan

(the city stated) merupakan karya kota terencana yang menampilkan lambang-

lambang kekuasaan dan ruang-ruang kehidupan yang nikmat. Kota pada jaman

keemasan suatu masyarakat pada jaman dahulu dirancang untuk menciptakan

suatu “ideal world”.

Taman menjadi konsep lingkungan kota untuk menciptakan ideal world

tersebut. Maka istilah garden adalah dari kata garde of eden, suatu taman eden

(surga) yang berpagar atau dijaga. Kota-kota pertama yang merupakan pusat-pusat

budaya tinggi pada ribuan tahun yang lalu banyak muncul di wilayah tropis

kering. Maka keinginan menciptakan ruang yang sejuk, sehat dan indah serta

aman merupakan dambaan para raja-raja.

Sejarah arsitektur kota lahir dari model-model taman yang terjadi di eropa

sejak abad pertengahan, dimana kekuatan budidaya pada abad tersebut terlindung

atau tersisa di dalam kompleks gereja yang di kelilingi tembok. Pada ruang

terbuka kompleks tersebut berkembang ilmu taman dengan vegetasinya baik

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

41

vegetasi yang menciptakan keindahan, kesejukan hingga vegetasi obat-obatan

yang dipelihara di taman taman tersebut (Zucker dalam Soetomo, 2009)

Setelah akhir abad kegelapan di eropa kondisi mulai aman dan

perkembangan ekonomi membaik maka pada the Late Medieval berkembang

kota-kota yang bernuansa agamis. Gereja menjadi simbol kota-kota abad

pertengahan, perkembangan kota organik yang tumbuh atas kekuatan masyarakat

tumbuh secara spontan namun berada dalam kebersamaan. Perkembangan kota

organik tersebut mempunyai karakteristik keindahan yang disebut Oleh Paul

Zucker sebagai the best picturesque, suatu keindahan yang diciptakan oleh

keberagam morfologi kota yang irregular (organik, tidak teratur seperti lukisan

harmonis dengan kondisi alam yang selalu tidak geometris. Lukisan adalah hasil

goresan yang tercipta oleh kehalusan perasaan, tidak beraturan tetapi berpola,

warna-warni bercampur namun menunjukan keharmonisan. Organic pattern

terbentuk oleh sentuhan manusia yang melakukan keharmonisan antara private

need dan common will berkembang secara organis tumbuh dan beradaptasi dalam

the passage of time dengan kekuatan serta sifat alam yang non geometris.

Sifat-sifat Cosmic City dengan pola irregular maupun yang regular juga

terjadi pada hampir semua settlement tradisional di dunia ini, kota-kota arab

madina dengan pola organik membentuk labyrinth, settlement pedesaan di jawa

dengan keharmonisan terhadap topograpi, rumah-rumah pedesaan berebaran di

perbukitan tawangmangu namun tetap mempunyai arah atap yang sama, demikian

juga pola grid pemusatan permukiman pedesaan dikelilingi sawah-sawah

mempunyai landmark Masjid sebagai simbol kesatuan sosial dan kekuatan

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

42

religius. Pola regular planned settlement juga terjadi dan berkembang menjelang

Renaisannce di Eropa (Soetomo,2009)

Pada era Renaissance yang mana kekuatan raja telah menggeser kekuatan

gereja, design lingkungan secara regular (diagram) menciptakan taman-taman

yang dilakukan dari Chateau (atau puteri dalam bahasa jawa, rumah bangsawan

atau kaum borjuasi) hingga pada skala kota dan alam seperti istana Raja Louis 14

Chateau de Versailles. Aspek lambang, estetika, kesehatan lingkungan,

sustainabilitas dan monumental menjadi kesatuan ide dalam kota-kota taman yang

menyatukan peradaban manusia dan alam. Kota Yogya dan Solo dibangun melalui

planned settlement keraton yang bersifat lambang kosmologis seperti diuraikan

sebelumnya sebagai kota yang mengagungkan alam dan tuhan. Dalam sitem

aristokrasi inilah peradaban dan morfologi kota-kota pra industri yang penuh

sentuhan rasa dan keagungan kosmos telah mewariskan sejarah citra budaya

menjadi sumber desain kota (Design Quarry).

2.6 Pola Tata Guna Lahan

Tata guna lahan (Land Use) adalah pengaturan penggunaan lahan yang

mencakup penggunaan bumi baik di daratan maupun peruntukan bumi di lautan.

Sedangkan penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam

pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal dan efisien.

Penggunaan lahan merupakan cerminan hubungan keterkaitan antara sirkulasi dan

kepadatan aktivitas/fungsi dalam kawasan. Setiap kawasan memiliki karakteristik

penggunaan lahan yang berbeda, sesuai dengan daya tampungnya, kemudahan

pencapaian, kondisi fisik alam, sistem transportasi dan kebutuhan penggunaan

lahan individual (Jayadinata dalam Hamzah, 2010).

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

43

Bila dilihat dari bentuk fisik ruang perkotaan atau disebut juga morfologi

kota adalah merupakan hasil bentukan kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan

politik (Soetomo, 2009). Hal ini dapat diartikan bahwa bentuk fisik ruang kota

menggambarkan susunan ruang yang dipengaruhi oleh berbagai elemen

pembentuknya seperti sosial-budaya kemasyarakatannya, pertumbuhan ekonomi

serta keputusan politik suatu daerah. Sehingga secara keseluruhan akan

membentuk strutur ruang yang sistematik terarah dan berkaitan secara fungsional

sebagai refleksi spasial dari perkembangan atau pertumbuhan suatu wilayah.

2.6.1 Pola-Pola Kawasan dan Ekspresi Spasial Perkotaan

Suatu pola dapat membantu menangani masalah mengenai ketepatan

(constancy) dan perubahan (change) dalam perancangan kota serta membantu

menentukan pedoman-pedoman dasar untuk menentukan sebuah perancangan

lingkungan kota yang konkret sesuai tekstur konteksnya. Teori figure ground

dalam tata kota merupakan suatu hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun

(building mass) dan ruang terbuka (open space). Metoda ini dapat

mangidentifikasi sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban

fabric), serta mengidentifikasi masalah keteraturan massa/ruang perkotaan (Zahnd

dalam Hamzah, 2010).

Berdasarkan terminologinya, figure merupakan istilah massa yang

dibangun (biasanya di dalam gambar-gambar ditunjukkan dengan warna hitam)

dan ground merupakan istilah untuk semua ruang yang berada di luar massa itu

(biasanya ditunjukkan dengan warna putih). Namun kadang sebuah figure ground

juga digambarkan dengan warna sebaliknya supaya dapat mengekspresikan efek

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

44

tertentu. Dari gambar figure ground tersebut dapat diketahui keadaan tekstur

kota/kawasan seperti yang diilustrasikan pada Tabel 2.3.

Pola-pola tekstur kawasan perkotaan dapat sangat berbeda, karena

perbedaan tekstur pola-pola tersebut mengungkapkan perbedaan rupa kehidupan

dan kegiatan masyrakat perkotaan secara arsitektural. Menganalisis pola-pola

tekstur kawasan perkotaan dan menemukan perbedaan data pada pola tersebut,

akan didapatkan informasi yang menunjukkan ciri khas tatanan kawasan itu dan

lingkungannya (Zahnd dalam Hamzah 2010). Pola-pola kawasan secara tekstural

dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok, meliputi: (Zahnd dalam Hamzah,

2010):

Gambar 2.8 pola kawasan perkotaan

a) Pola Kawasan yang Homogen

Susunan kawasan yang bersifat homogen yang jelas,dimana hanya ada

satu pola penataan. Dalam pola ini, elemen solid dan void yang membentuk

kawasan terdiri atas bentuk-bentuk yang cenderung sama, dan biasanya

memperlihatkan suatu tingkat kepadatan yang tinggi.

b) Pola Kawasan Heterogen

Susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana terdapat dua atau lebih

pola berbenturan. Pola ini biasanya mempunyai lebih banyak bentuk elemen solid

dan void, sehingga membentuk komposisi yang cukup bervariasi.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

45

c) Pola Kawasan Menyebar

Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan kacau.

Kawasan ini biasanya terbentuk atas sebab-sebab tertentu. Terlihat bahwa

kawasan ini tidak terintegrasi antara fungsi yang satu dengan yang lain, sehingga

tampak seperti kawasan yang tidak terencana. Sistem hubungan dalam tekstur figure

ground mengenal dua kelompok elemen yaitu solid yang merupakan blok-blok dari massa

bangunan dan void yang merupakan ruang luar yang terbentuk di antara blok-blok

tersebut. Ada tiga elemen dasar yang bersifat solid dan empat elemen yang bersifat void

yaitu (Zahnd dalam Hamzah, 2010) :

Table 2.3 Elemen Figure Ground

Elemen Elemen Dasar Uraian Gambar

Solid Blok tunggal Elemen tunggal bersifat agak

individual. Elemen ini dapat

dilihat sebagai bagian dari satu

unit yang lebih besar, yang

biasanya memiliki sifat penting,

misalnya sebagai penentu sudut,

hierarki, atau penyambung

Blok pendefinisi

sisi

Elemen ini dapat berfungsi

sebagai pembatas secara linier

yang dibentuk oleh elemen ini

dari satu, dua atau tiga sisi.

Blok medan Blok ini memiliki bermacam

macam massa dan bentuk namun

masing-masing tidak dilihat

sebagai individu individu

melainkan hanya dilihat

keseluruhan massanya

secara bersama.

Void Sistem tertutup

yang linier

Elemen ini memperhatikan ruang

yang bersifat linier, tetapi

kesannya tertutup. Elemen sistem

ini paling sering dijumpai di kota

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

46

Elemen Elemen Dasar Uraian Gambar

Sistem tertutup

yang

Memusat

Elemen ini memiliki pola ruang

yang berkesan terfokus dan

tertutup. Ruang tersebut dapat

diamati di pusat kota maupun di

berbagai kawasan.

Sistem terbuka

yang sentral

Elemen ini memiliki kesan ruang

yang bersifat terbuka namun

masih tampak focus. Elemen ini

nampak pada alun alun besar,

taman kota dan sebagainnya.

Sistem terbuka

yang linier

Elemen ini merupakan pola

ruang yang terkesan terbuka dan

linier. Elemen ini Nampak

misalnya pada kawasan sungai.

Sumber : Zahnd dalam Hamzah, 2010

Pendekatan morfologi kota merupakan salah satu pendekatan yang

berkaitan langsung dengan aspek penggunaan lahan kekotaan maupun kedesaan

yang menyoroti eksistensi keruangan pada bentuk-bentuk wujud dari ciri-ciri atau

karakteristiknya (Yunus,2001).

2.6.2 Ekspresi Keruangan Morfologi Kota

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kota adalah

bentuk dan pola kota. Pola suatu kota tersebut dapat menggambarkan arah

perkembangan dan bentuk fisik kota. Ekspresi keruangan morfologi kota secara

umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu bentuk kompak dan bentuk tidak kompak

(Yunus,2000).

a. Bentuk-Bentuk Kompak

Yunus (2001) mengemukakan bahwa beberapa ahli mencoba untuk

menunjukkan berbagai variasi ekspresi keruangan dari morfologi kota antara lain,

bentuk bujur sangkar (Nelson dalam Yunus, 2001), bentuk empat persegi

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

47

panjang, bentuk kipas, bentuk bulat (Nelson dalam Yunus, 2001), bentuk pita,

bentuk gurita, bentuk tidak berpola (Northam dalam Yunus, 2001). Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 2.4 dibawah ini:

Tabel 2.4 Ekspresi Keruangan Dari Morfologi Kota

Gambar Bentuk Kota Kompak Uraian

Kota berbentuk bujur sangkar

menunjukkan adanya kesempatan

perluasan kota ke segala arah yang relatif

seimbang dan kendala fisikal relatif tidak

begitu berarti. Hanya saja adanya jalur

transportasi pada sisi-sisi memungkinkan

terjadinya percepatan pertumbuhan areal

kota paarah jalur tersebut.

Dengan melihat bentuk ini mengesankan

bahwa dimensi memanjang sedikit lebih

besar daripada dimensi melebar. Hal ini

dimungkinkan karena adanya

hambatanhambatan pada salah satu

sisinya. Hambatanhambatan tersebut

berupa lereng yang terjal, perairan, gurun

pasir, hutan.

Bentuk semacam ini sebenarnya

merupakan bentuk sebagian lingkaran.

Dalam hal ini kea rah luar lingkaran kota

mempunyai kesempatan berkembang

yang relative seimbang namun

dibeberapa bagian atau sisinya akan

mengalami hambatan berupa hambatan

alami sepeti perairan, pegunungan dan

hambatan artificial berupa saluran

buatan, zoning, ring roads.

Bentuk kota seperti ini merupakan bentuk

yang paling ideal daripada suatu kota,

karena kesempatan perkembangan areal

kearah luar dapat dikatakan seimbang.

Jarak dari pusat kota kea rah bagian

luarnya sama dan tidak ada kendala-

kendala fisik yang berarti pada pada sisi-

sisi luar kotanya.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

48

Gambar Bentuk Kota Kompak Uraian

(5) Bentuk Pita

Bentuk ini sebenarnya mirip dengan

bentuk empat persegi panjang namun

karena dimensi memanjangnya jauh lebih

besar dari pada dimensi melebar, maka

dimensi ini menempati klasifikasi

tersendiri dan menggambarkan bentuk

pita. Jelas terlihat nahwa peranan jalur

memanjang sangat dominan dalam

mempengaruhi perkembangan areal

kekotaannya, serta terhambatnya

perluasan areal ke samping. Biasanya

bentuk semacam ini berada pada

sepanjang lembah pegunungan atau

sepanjang jalur transportasi darat utama.

Peran jalur transportasi pada bentuk ini

sangat dominan sebagaimana bentuk pita,

namun pada bentuk gurita jalur

transportasi tidak hanya satu jalur saja

tetapi terdapat beberapa jalur ke luar kota.

Hal ini bisa terjadi menerus apabila tdk

ada hambatan yang berarti pada jalur

tersebut.

Sumber : Yunus (2001)

b. Bentuk-Bentuk Tidak Kompak

Bentuk-bentuk areal kekotaan yang tidak kompak pada pokoknya

merupakan satu daerah kekotaan yang mempunyai areal kekotaan terpisah-pisah

oleh kenampakan bukan kekotaan. Pemisahan dapat merupakan kenampakan

topografis maupun kemampuan agraris. Beberapa contoh dapat dikemukakan di

sini antara lain :

1) Linier Bermanik

Kota ini sebenarnya juga merupakan bentuk terpecah, namun karena

terjadinya hanya disepanjang rute tertentu, kota ini seolah-olah merupakan mata

rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi. Oleh karena jarak antara kota

induk dengan kenampakan-kenampakan kota yang baru tidak jauh, beberapa

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

49

bagian tersebut membentuk kesatuan fungsional yang sama, khususnya dibidang

ekonomi. Jalur transportasi mempunyai peranan dominan dalam perkembangan

areal kekotaannya. Dalam perkembangan selanjutnya mungkin sekali bagian-

bagian tersebut dapat membentuk “ribbon city” yang besar

Gambar 2.9 linier bermanik Sumber: Nelson, 1908 dalam Yunus (2001)

2) Bentuk Terpecah (fragment cities)

Kota jenis ini pada awal pertumbuhannya mempunyai bentuk yang

kompak dalam skala wilayah yang kecil. Dalam perkembangan selanjutnya

perluasan areal kekotaan baru yang tercipta ternyata tidak langsung menyatu

dengan kota induknya, tetapi cenderung membentuk “exclaves” pada daerah-

daerah pertanian sekitarnya. Kenampakan-kenampakan kekotaan yang baru ini

dikelilingi oleh areal pertanian dan dihubungkan dengan kota induk serta

“exclaves” yang lain dengan jalur transportasi yang memadai.

Tersedianya lahan di luar kota induk yang cukup memungkinkan

terciptanya keadaan ini. “Privat Developers” mempunyai andil yang sangat besar

dalam penciptaan tipe ini. Untuk negara-negara berkembang “exclaves” ini

kebanyakan merupakan daerah permukiman, baik permukiman baru maupun lama

yang telah berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat kekotaan. Lama-kelamaan

daerah-daerah kekotaan yang terpisah-pisah tersebut dapat menyatu membentuk

kota yang lebih besar dan kompak

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

50

Gambar 2.10 Bentuk terpecah

Sumber: Nelson, 1908 dalam Yunus (2001)

3) Bentuk Terbelah (split cities)

Sebenarnya, jenis kota ini merupakan kota yang kompak, namun

berhubung ada perairan yang cukup lebar membelah kotanya, maka seolah-olah

kota tersebut terdiri dari dua bagian yang terpisah. Dua bagian ini dihubungkan

oleh jembatan serta “ferry”. Biasanya masing-masing bagian mempunyai nama

yang berbeda dengan bagian yang lain

Gambar 2.11. Bentuk terbelah

Sumber: Nelson, 1908 dalam Yunus (2001)

4) Satelit (stellar cities)

Kondisi morfologi kota ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang

dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi penggambungan antara kota

besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

51

morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon” dimana pada ujung-ujung jarinya

terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana transportasi dan telekomunikasi,

mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kenampakan ini. Proses

kontribusi yang terus-menerus akan menciptakan bentuk megapolitan .

Gambar 2.12 Bentuk Satelit

Sumber: Nelson, 1908 dalam Yunus (2001)

2.6.3 Pola-Pola Jaringan Jalan

Salah satu pembentuk unsur morfologi kota adalah pola jalan (Yunus,

2001). Dimana terdapat 3 (tiga) tipe sistem pola jalan yang dikenal yakni: (1)

sistem pola jalan tidak teratur (irrengular system); (2) sistem pola jalan radial

konsentris (radial concentric system); (3) sistem pola jalan bersudut siku atau grid

(rectangular or grid system) (Northam dalam Yunus, 2001).

Tabel 2.5 Pola Jaringan Jalan I

Pola Jalan Gambar Uraian

Sistem pola jalan tidak

teratur (irregular system)

Adanya ketidakteraturan

sistem jalan, baik ditinjau

dari segi lebar maupun

arah jalannya.

Ketidakteraturan ini

terlihat dari pola jalannya

yang melingkar lingkar,

lebarnya bervariasi dengan

cabang-cabang 'culdesac'

yang banyak. Kondisi

topografi kota yang tidak

datar juga mempengaruhi

terbentuknya sistem pola

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

52

Pola Jalan Gambar Uraian

jalan seperti ini.

Sistem pola jalan radial

konsentris (radial

concentric system)

Terdapat ciri-ciri yaitu

pola jalan konsentris,

artinya terdapat pemusatan

area pada jaringan jalan.

Selain itu terdapat sistem

yang berpola radial dengan

jalan yang melingkar

lingkar, dari pusat hingga

ke pinggiran. Pada bagian

pusat sistem pola jalan

merupakan daerah

kegiatan utama dan

sekaligus tempat

penahanan terakhir dari

suatu kekuasaan. Daerah

pusat dapat berupa pasar,

kompleks perbentengan,

ataupun kompleks

bangunan peribadatan.

Sistem pola jalan bersudut

siku atau grid (the

rectangular or grid

system)

Kota terbagi sedemikian

rupa menjadi blok-blok

empat persegi panjang

dengan jalan-jalan yang

paralel longitudinal dan

transversal membentuk

sudut siku-siku. Sistem ini

memudahkan dalam

pengembangan kota

sehingga kota akan

nampak teratur dengan

mengikuti pola yang telah

terbentuk.

Sumber : Northam dalam Yunus, (2001).

Pola jaringan jalan merupakan kumpulan jaringan jalan yang berhubungan

dan membentuk suatu model. Ada 6 pola jaringan jalan yaitu pola grid, pola

radial, pola cincin radial, pola spinal, pola heksagonal, dan pola delta. Morlok

dalam dalam Putri, M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A, (2016).

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

53

Tabel 2.6 Pola Jaringan Jalan II

Pola Jalan Gambar Uraian

Jaringan Jalan Grid

Jaringan jalan grid merupakan

bentuk jaringan jalan pada

sebagian besar kota yang

mempunyai jaringan jalan

yang telah direncanakan.

Jaringan ini terutama cocok

untuk situasi di mana pola

perjalanan sangat terpencar

dan untuk layanan transportasi

yang sama pada semua area.

Jaringan jalan radial

Jenis jaringan

radial difokuskan pada daerah

inti tertentu seperti CBD. Pola

jalan seperti menunjukkan

pentingnya CBD

dibandingkan dengan berbagai

pusat kegiatan lainnya di

wilayah kota tersebut.

Jaringan jalan cincin

radial

Jaringan jalan cincin radial

Merupakan kombinasi

bentuk-bentuk radial dan

cincin Jaringan jalan ini tidak

saja memberikan akses yang

baik menuju pusat kota, tetapi

juga cocok untuk lalu lintas

dari dan ke pusat-pusat kota

lainnya dengan memutar

pusat-pusat kemacetan.

Jaringan jalan spinal

Bentuk lain adalah jaringan

jalan spinal yang biasa

terdapat pada jaringan

transportasi antar kota pada

banyak koridor perkotaan

yang telah berkembang pesat,

seperti pada bagian timur laut

Amerika Serikat.

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

54

Pola Jalan Gambar Uraian

Jaringan jalan hexagonal

Keuntungan jaringan jalan ini

adalah adanya persimpangan-

persimpangan jalan yang

berpencar dan mengumpul

tetapi tanpa melintang satu

sama lain secara langsung.

Jaringan jalan delta

Jaringan ini hampir sama

dengan jaringan jalan

hexagonal dengan perbedaan

pada bentuknya

Sumber: Morlok dalam Putri, M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A, 2016

2.7 Komponen Tiap Bentuk Morfologi

Morfologi sendiri berasal dari kata morf yang berarti bentuk, sehingga

morfologi juga diartikan sebagai bentuk kenampakan fisik kawasan (James &

Bound, dalam Putri, M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A, 2016). Seiring berkembangnya

waktu memunculkan perubahan sosial, perubahan tersebut terwujud dalam bentuk

fisik kawasan. Produk perubahan sosial dalam fisik kawasan dikenal dengan

morfologi. Morfologi merupakan kenampakan fisik kawasan yang ditinjau dari

stuktur yang membentuk bentuk kenampakan tertentu. Kenampakan fisik

morfologi bukan hanya bentuk melainkan adanya hubungan antar kawasan.

Morfologi memiliki tiga komponen dalam mencermati kondisi fisik

kawasan. Komponen tersebut ditinjau dari penggunaan lahan kawasan yang

mencerminkan aktivitas kawasan, pola sirkulasi atau pola jaringan jalan yang

menghubungkan antar kawasan, dan pola bangunan beserta fungsinya (Soetomo,

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

55

2009). Komponen morfologi secara struktural dibedakan menjadi jaringan jalan,

kapling, dan bangunan. Ketiganya memiliki hubungan atau keterkaitan satu

dengan yang lain Bentuk morfologi dibedakan menjadi bentuk kompak dan

bentuk tidak kompak. Bentuk kompak meliputi bentuk bujur sangkar, empat

persegi panjang, bulat, kipas, pita, dan gurita. Bentuk tidak kompak meliputi

bentuk terpecah, berantai, terbelah, dan stellar (Yunus, 2005).

Penggunaan lahan merupakan salah satu komponen dalam morfologi.

Karakteristik kenampakan penggunaan lahan pada wilayah pinggiran berupa lahan

terbangun dengan fungsi permukiman, jasa, dan industri (Yunus, 2008).

Penggunaan lahan dalam morfologi ditinjau dari komposisi penggunaan lahan

yang mencerminkan penggunaan lahan campuran atau tidak (Burton dalam Putri,

M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A,2016).

Pola jaringan jalan merupakan kumpulan jaringan jalan yang berhubungan

dan membentuk suatu model. Ada 6 pola jaringan jalan yaitu pola grid, pola

radial, pola cincin radial, pola spinal, pola heksagonal, dan pola delta (Morlok

dalam Putri, M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A, 2016). Bangunan merupakan salah satu

komponen morfologi, ada 3 pola bangunan yaitu pola homogen, heterogen, dan

menyebar (Zahnd Bound dalam Putri, M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A, 2016). Pola

bangunan tidak terlepas dari kepadatan bangunan. Kepadatan bangunan dibedakan

menjadi tiga menurut Tyas dalam Putri, M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A. (2016),

kepadatan tinggi (BCR > 70%), kepadatan sedang (50% <BCR< 70%), dan

kepadatan rendah (BCR < 50%). Perpaduan ketiga karakteristik komponen dapat

membentuk bentuk morfologi kawasan. Bentuk morfologi kawasan tidak dapat

hanya ditentukan dari satu komponen, melainkan ketiganya. Karakteristik

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

56

komponen tiap bentuk morfologi dapat dilihat lebih lanjut dalam Tabel. 2.7

berikut :

Tabel 2.7 Komponen Tiap Bentuk Morfologi

No Bentuk Morfologi Penggunaan

Lahan Pola Jaringan Jalan

Bangunan

(Kepadatan &

Pola)

1 Konsentris Campuran, Pusat

kawasan Satu

(Tengah)

Radial Konsentris,Spinal,

Radial Cincin

Kepadatan Tinggi di

Pusat, Homogen

2 Memanjang Campuran, Pusat

kawasan Satu

(Sepanjang Jalan)

Grid, Spinal

Kepadaan Tinggi di

Sepanjang Jalan,

Heterogen

3 Gurita Campuran, Pusat

kawasan Satu

(Sepanjang Jalan

Atau Tengah)

Radia Konsentris, Radial

Cincin, Spinal

Kepadatan Tinggi Di

Pusat dan Sepanjang

Jalan, Heterogen

4 Tidak Berpola Campuran, Pusat

kawasan Tersebar

Tidak Berpola Kepadatan Sedang,

Heterogen

5 Linier Bermanik Campuran, Pusat

kawasan Beberapa

(Sepanjang Jalan)

Grid, Spinal Kepadatan Sedang

Berselang,

Heterogen

6 Satelit Campuran, Pusat

kawasan Beberapa

(Sepanjang Jalan

Dan Tengah)

Radial Konsentris, Radial

Cincin, Spinal

Kepadatan Tinggi

Pada Pusat

Kawasan, Heterogen

7 Terbelah Campuran Tidak Berpola Kepadatan Sedang

Sumber : Tyas, (2013), Zahnd (2008), Yunus (2005), Burton (2002), Morlok (1991) dalam Putri,

M. A; Rahayu, M. J; Putri, R. A. (2016)

2.8. Rangkuman Kajian Teori

Beberapa hal yang terkait dengan penelitian dalam kajian teori di atas

dapat di lihat pada Tabel 2.8 yakni rangkuman kajian teori, ini dimaksudkan untuk

menjustifikasi dalam pembahasan selanjutnya.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

57

Tabel 2.8 Rangkuman Kajian Teori

No Teori Sumber Keterangan

1 Definisi Kota Daljoeni dalam

Rini (2014)

Dengan „Central Place Theori’

menunjukan bahwa kota adalah

sebagai pusat pelayanan bukan sebagai

tempat permukiman yang dilihat dari

sejauh manakah kota menjadi pusat

pelayanan yang tergantung pada sejauh

mana pedesaan sekitarnya

memanfaatkan jasa-jasa kota.

2 Pinggiran kota Kurtz dan Eicher

dalam Muhlisin

(2008)

1. Kawasan dimana tata guna

lahan rural dan urban bertemu

dan mendesak, di periferi kota

modern

2. Suatu kawasan yang letaknya

terletak diluar perbatasan kota

yang resmi, tetapi masih dalam

jarak melaju (commuting

distance)

3. Kawasan di luar kota yang

pendduknya berkiblat ko kota

(urban oriented residents)

4. Suatu kawasan pedesaan yang

terbuka yang dihuni oleh

orang- orang yang bekerja di

dalam kota.

5. Suatu daerah tempat pertemuan

orang-orang yang memerlukan

kehidupan di kota dan di desa.

3

Teori

Perkembangan

Fisik Ruang

Kota

Koestoer (2001) Komunitas secara fisik adalah daerah

binaan di perkotaan yang terletak

saling berdekatan, meluas dari

pusatnya hingga ke daerah pinggiran

kota. Kota secara fisik terdiri atas

tiga tingkatan, yaitu bangunan-

bangunan dan kegiatannya yang

berada di atas atau dekat permukaan

tanah; instalasi-instalasi ibawah

tanah, termasuk beberapa utilitas

dibawah permukaan tanah; dan

kegiatan-kegiatan dalam ruang

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

58

No Teori Sumber Keterangan

4

Permukiman UU Nomor 4

tahun 1992

tentang

Perumahan dan

Permukiman,

Bab I, Pasal 1 (5)

Permukiman adalah bagian dari lingkungan

hidup di luar kawasan lindung, baik yang

berupa kawasan perkotaan maupun

perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan

penghidupan

6 Morfologi

dan

Pertumbuhan

Kota

Gilliland &

Gauthier (2006).

Morfologi Kota adalah studi tentang

permukiman penduduk dan proses

pembentukan serta perubahannya, dengan

melihat struktur ruang perkotaan yang

terbentuk. Analisis morfologi perkotaan

meliputi beberapa skala dan pola yang

menyangkut pola pergerakan (movement),

tata guna lahan (land use), dan kepemilikan

lahan. Studi ini menitik beratkan pada pola

jaringan jalan yang terbentuk, susunan

(layout) tata guna lahan dan plot perumahan.

7 Dari

Urbanisasi

Ke Morfologi

Kota

J.Friedman

dalam Soetomo

(2009)

Urbanisasi sebagai proses pembentukan

kehidupan kota menghasilkan produk fisik

berupa morfologi kota.:

8 Proses

Pemekaran

Kota

Yunus, 2001. Suatu kota mengalami perkembangan dri

waktu ke waktu. Perkembangan ini

menyangkut aspek politik, sosial, budaya,

teknologi, ekonomi dan fisik. Khususnya

mengenai aspek yang berkaitan langsung

dengan penggunaan lahan perkotaan maupun

penggunaan lahan pedesaan adalah

perkembangan fisik, khususnya perubahan

arealnya yg disebut pendekatan morfologi

kota atau “Urban Morphological Approach”

9 Pola Tata

Guna Lahan

Jayadinata dalam

Hamzah, 2010

Setiap kawasan memiliki karakteristik

penggunaan lahan yang berbeda, sesuai

dengan daya tampungnya, kemudahan

pencapaian, kondisi fisik alam, sistem

transportasi dan kebutuhan penggunaan lahan

individual

10 Komponen

Tiap Bentuk

Morfologi

Soetomo, 2009 Morfologi memiliki tiga komponen dalam

mencermati kondisi fisik kawasan.

Komponen tersebut ditinjau dari penggunaan

lahan kawasan yang mencerminkan aktivitas

kawasan, pola sirkulasi atau pola jaringan

jalan yang menghubungkan antar kawasan,

dan pola bangunan beserta fungsinya

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

59

Tabel 2.9 Sintesa Variabel Penelitian

No Pembahasan Indikator Variabel Keterangan Hasil

1 Bagaimana

perkembangan

fisik ruang

permukiman di

Kecamatan Siak

Hulu

Peta time series

perkembangan fisik

2007

2012

2017

Data aspek fisik

ruang keselruhan

Penggunaan

lahan

Data aspek fisik dasar

Topografi

Iklim Lokal

Teridentifikasinya

perkembangan fisik

ruang permukiman

di Kecamatan Siak

Hulu pada tahun

2007 -2017

2 Bagaimana pola

morfologi

kawasan

permukiman di

Kecamatan Siak

Hulu

Bentuk morfologi

Konsentris

Memanjang

Gurita

Tidak berpola

Linier bermanik

Satelit

terbelah

Teridentifikasinya

Pola morfologi

kawasan

permukiman di

Kecamatan Siak

Hulu

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kota - repository.uir.ac.idrepository.uir.ac.id/874/3/bab2.pdf · Menurut Wirth dalam Bagus (2011) kota adalah pemukiman yang relative besar, padat

60

No Pembahasan Indikator Variabel Keterangan Hasil

Pola jaringan

jalan

Bangunan

(kepadatan&pola)

Grid

Radial konsentris

cincin radial

spinal

Tidak teratur

kepadatan

- Kepadatan Tinggi

- Kepadatan Sedang

pola

- Homogen

- Heterogen

Teridentifikasinya

Pola morfologi

kawasan

permukiman di

Kecamatan Siak

Hulu

3

Merumuskan

arahan penataan

kota yang tepat

berdasarkan

bentuk

morfologi

kawasan

permukiman di

Kecamatan

Siak Hulu

Arahan penataan

morfologi Perkembangan

time series

Penggunaan lahan

Pola jaringan jalan

Kepadatan

bangunan

Bentuk morfologi

Mengetahui arahan

kebijakan tentang

pengaturan

permukiman

Sumber : Hasil Analisis, 2018