Reskiyah (D511 10 268)Perumnas Tamalate, Kecamatan RappociniBAB
IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan
Kota Makassar sebagai kotamadyanya. Makassar sendiri dalah kota
besar yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Makassar juga
menjelma sebagai kota yang mewakili Indonesia Timur dalam berbagai
hal. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 Km2 dan di huni
oleh berbagai suku dan etnis. Terdapat empat suku bangsa yang
menjadi mayoritas di Kota Makassar yaitu, Makassar, Bugis, Mandar,
dan Tana Toraja. Memiliki 14 kecamatan, dan 143 kelurahan serta
jumlah penduduk yang kurang lebih berkisar antara 1,5 juta
jiwa.Salah satu kecamatan dari 14 kecamatan yang terdapat di Kota
Makassar adalah Kecamatan Rappocini. Rappocini adalah nama
kecamatan yang terdapat di Makassar, Sulawesi Selatan saat ini.
Kecamatan Rappocini sudah ada sejak sekitar tahun 1780-an, ditandai
dengan adanya nama seorang raja kecil yang bernama Karaeng
Rappocini pada zaman kerajaan Gowa-Tallo. Kemudian pada tahun
1970-an, dibuatlah sebuah jalan yang mengubungkan Jalan Veteran
untuk tembus ke arah Kabupaten Gowa, yang diberi nama Jalan
Rappocini. Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 kelurahan dengan
luas wilayah 9,23 Km. Sepuluh kelurahan tersebut adalah Kelurahan
Gunung Sari, Karunrung, Bonto Makkio, Tidung, Banta-Bantaeng,
Buakana, Rappocini, Ballaparang, Mappala, dan Kassi-Kassi.Dalam
wilayah Kota Makassar, terdapat perumahan dan pemukiman. Perumahan
dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan
berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan
pembangunan.Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau
kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitandan
yang ada di dalam pemukiman.Pemukiman dapat terhindar dari kondisi
kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai
denganstandar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan
persyaratan rumah sehat.Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal
bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat
kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak,
dipandang dari berbagai segi kehidupan. Rumah dapat dimengerti
sebagai tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, beristirahat
dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni
memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dalam dunia ini.Rumah
harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, memberi
kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya; lebih dari itu,
rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan dan
kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya.Seperti perumahan yang
ada di Kecamatan Rappocini yakni Perumnas (Perumahan Dinas)
Tamalate. Perumnas Tamalate merupakan salah satu perumnas paling
lama di Makassar. Keberadaan Perumnas Tamalate awalnya hanya di
Kelurahan Mappala, kemudian menyebar ke Kelurahan
Kassi-kassi.Kemudian sekitar tahun 2005-2006, Perumnas Tamalate
bukan lagi perumahan Dinas (milik negara), tapi sudah menjadi rumah
pribadi. Dalam artian, sekarang ini Perumnas Tamalate sudah tidak
ada lagi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Perumnas
Tamalate?2. Bagaimana ekologi, morfologi, dan tata ruang Perumnas
Tamalate?3. Bagaimana interaksi desa/kelurahan di Perumnas
Tamalate?4. Bagaimana proses perancangan Perumnas Tamalate?5.
Aspek-aspek pemukiman apa saja yang terdapat di Perumnas
Tamalate?6. Bagaimana tipe perumahan di Perumnas Tamalate?7.
Bagaimana pemukiman kumuh di Perumnas Tamalate?8. Apa saja
permasalahan yang terdapat di pemukiman Perumnas Tamalate?9.
Bagaimana solusi dari permasalahan pemukiman Perumnas Tamalate?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola
permukiman Perumnas Tamalate, Kecamatan Rappocini, Makassar.Manfaat
dari penelitian ini, yaitu: Dapat mengetahui pola permukiman
Perumnas Tamalate Menambah wawasan atau ilmu pengetahuan tentang
pertumbuhan dan perkembangan Perumnas Tamalate.
BAB IIKAJIAN LITERATUR
A. HAKEKAT KOTA DAN PERTUMBUHANNYAa) Pengertian KotaDefinisi
kota secara umum yaitu kumpulan berbagai kawasan yang memiliki
batasan serta aturan-aturan tertentu. Kota adalah tempat
bermukimnya warga kota,tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang
ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Kota merupakan kawasan pemukiman
yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang
mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
b) Fungsi KotaFungsi kota secara internal (sekunder) yaitu :1.
Sebagai kegiatan kehidupan dalam wadah kehidupan sosial budaya
penduduk setempat, seperti kawasan permukiman dan sarananya2.
Sebagai wadah kegiatan ekonomi lokal, mendukung rumah tangga
penduduk, dalam hal :a. Kebutuhan produksi : bentukpusat kerja
pemerintah dan swasta, produksi/industri,b. Kebutuhan kerjasama
jasa, distribusi transaksi, dan simpul pertukaran informasic.
Kebutuhan layanan transportasi lokal : simpul jaringan sirkulasi
berupa terminal, stasiun, dan bandara maupun pelabuhan3. Sebagai
satuan fisik infrastruktur lokal4. Sebagaiwadah politik dan
administrasi pemerintahanFungsi Kota secara eksternal (primer)
yaitu :1. Pusat interaksi dan wadah kegiatan sosial budaya bagi
penduduk lebih luas2. Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor
sehingga mempengaruhi manajemen transaksi industri antara lain
produksi barang, produksi jasa, koleksi dan distribusi untuk
wilayah luas3. Sebagai simpul komunikasi yang lebih lengkap dan
cepat dengan jangkauan yang lebih luas4. Sebagai satuan fisik
infrastruktural terkait dengan jaringan wilayah luas5. Pusat
politik administrasi pemerintahan untuk kepentingan tingkat wilayah
lebih atasc) Ciri-ciri KotaCiri fisik kota meliput hal sebagai
berikut: Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
Tersedianya tempat-tempat untuk parkir Terdapatnya sarana rekreasi
dan sarana olahragaCiri kehidupan kota adalah sebagai berikut:
Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Adanya jarak
social dan kurangnya toleransi social diantara warganya. Adanya
penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalahdengan
pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
Warga kota umumnya sangat menghargai waktu. Cara berpikir dan
bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan
social disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar. Pada
umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat
solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.d)
Karakteristik Kota1. Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan
terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun
bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit
(tinggi) dan serba kokoh. 2. Dari aspek penduduk. Secara praktis
jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk menyebut
kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari
kelemahan-kelemahan. 3. Dari aspek sosial, gejala kota dapat
dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation dan
social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang
bersifat kosmopolitan. 4. Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat
dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang
pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi
dari bidang-bidang lain dari segi produksi atau jasa. Kota
berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan
kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. e) Hakikat
KotaBeberapa pandangan tentang hakikat kota :1. P.J.M. Nas 1979 :
28Kota adalah suatu ciptaan peradaban umat manusia. Kota sebagai
hasil dari peradaban lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda
dengan pedesaan. Pedesaan sebagai daerah yang melindungi kota. Kota
seolah-olah mempunyai karakter tersendiri, mempunyai jiwa,
organisasi, budaya atau peradaban tersendiri.2. MumfordKota sebagai
tempat pertemuan yang berorientasi ke luar. Sebelum kota menjadi
tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat
orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur, jadi ada semacam
daya tarik pada penghuni luar kota untuk kegiatan rohaniah dan
perdagangan serta,kegiatan lain.3. Max WeberKota adalah suatu
tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai
benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat
kosmopolitan.4. SjobergMelihat kota dari timbulnya suatu golongan
spesialis non agraris dan yang berpendidikan merupakan bagian
terpenting.f) Sejarah Pembetukan KotaPerkembangannya sebuah kota
berdasarkan tahap perkembangannya kota dimulai dari tahap :
1.Eopolis yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur
ketahap kehidupan kota (kota kecamatan )2.Polis yaitu tahap
perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota
kabupaten)3.Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota sudah
mengarah ke sektor industry4.Megapolis, yaitu tahap perkembangan
kota yang telah mencapai tingkat tertinggi diantaranya dengan
dengan pemekaran atau perluasan kota5.Trianopolis, yaitu tahap
perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan baik
masalah lalulintas, pelayanan maupun kriminalitas6.Nekropolis,
yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi bahkan
mengarah pada kota mati.
a. Teori Struktur Ruang KotaTeori-teori yang melandasi struktur
ruang kota yang paling dikenal yaitu: Teori Konsentris (Burgess,
1925)Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau
Central Bussiness District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya
tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat
kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona
dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD
tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling
inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan dominan
pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD
(Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan
peruntukan kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan
(warehouse), dan gedung penyimpanan barang supaya tahan lama
(storage buildings).1. Zona pusat daerah kegiatan (Central Business
District), yang merupakan pusat pertokoan besar, gedung perkantoran
yang bertingkat, bank, museum, hotel, restoran dan sebagainya.2.
Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah kegiatan.
Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal
maupun sosia ekonnomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman
kumuh yang disebut slum karena zona ini Keterangan:Daerah pusat
kegiatan (Central Business District)Zona peralihan (Transition
Zone)Zona perumahan para pekerja (Zone of working mens homes)Zona
permukiman yang lebih baik (Zone of better residences)Zona para
penglaju (Zone of commuters)dihuni penduduk miskin. Namun demikian
sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus
menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.3. Zona
permukiman kelas proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena
dihuni oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan
karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang
kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh
keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working men's
homes.4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone),
merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang
memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan
kelas proletar.5. Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan
tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman
yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha
besar, dan pejabat tinggi.6. Zona penglaju (commuters), merupakan
daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau
merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal
di pinggiran.
Teori Sektoral Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki
pengertian yang sama dengan yang diungkapkan oleh Teori
Konsentris.1. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas
bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat
perbelanjaan.2. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.3.
Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum
buruh.4. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.5.
Keterangan :Daerah Pusat Bisnis Daerah Industri ringan dan
perdagangan (zone of wholesale light manufacturing)Daerah pemukiman
kelas rendah Daerah pemukiman kelas menengah Daerah pemukiman kelas
tinggiSektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal
golongan atas yang terdiri dari para eksekutif dan pejabat. Teori
Pusat Berganda
Keterangan:Daerah Pusat Bisnis Daerah Industri ringan dan
perdagangan (zone of wholesale light manufacturing) Daerah
pemukiman kelas rendah (low-class residential)Daerah pemukiman
kelas menengah (medium class residential)Daerah pemukiman kelas
tinggi (high class residential)Daerah industri berat (Heavy
manufacturing)Daerah bisnis (Outlying business district)Daerah
tempat tinggal pinggiran (residential sub-urban)Daerah industri di
daerah pinggiran (industrial sub-urban)Teori ini menyatakan bahwa
DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif di
tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu
growing points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota,
berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat
distrik spesialisasi pelayanan, seperti retailing distrik khusus
perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan dengan dua
teori yang disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat
Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan letaknya tidak persis di
tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.1. Pusat kota atau
Central Business District (CBD).2. Kawasan niaga dan industri
ringan.3. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.4. Kawasan
madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah.5. Kawasan
adiwisma atau permukiman kaum kaya.6. Pusat industri berat.7. Pusat
niaga/perbelanjaan lain di pinggiran.8. Upakota, untuk kawasan
mudyawisma dan adiwisma.9. Upakota (sub-urban) kawasan industry
g) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kota-kota di
IndonesiaTumbuhnya suatu tempat menjadi perkotaan telah menciptakan
daerah permukiman yang demikian luas dan menyebabkan berkurangnya
lahan pertanian. Kota-kota terus memperluas batasnya dan merambah
ruang-ruang terbuka sebagai upaya untuk mendapatkan ruang untuk
hidup. Daerah pinggiran kota secara terus menerus bertambah, dan
hasil pencatatan menggambarkan perubahan secara besar-besaran dan
pertumbuhan yang menakjubkan (John C. Bollens & Henry J.
Schmadt).Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kota Meliputi
:1. Keadaan Geografis yang mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik
kota, misal : Kota sebagai simpul distribusi, kota pelabuhan, dan
lainnya 2. Tapak / Site / Topografi 3. Fungsi Kota. Kota dengan
banyak fungsi, perekonomian lebih kuat 4. Sejarah dan Kebudayaan 5.
Unsur-unsur umum: bentuk pemerintahan dan organisasi administratif,
pelayanan sosial dan lainnya Dari paparan di atas, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa, pertumbuhan kota-kota di Indonesia awalnya
didorong oleh :1. Aktivitas kota (baik dominasi kegiatan
pemerintahan/politis, perdagangan, pertahanan, pertambangan,
manufaktur, dsb) yang pada akhirnya membentuk citra (image) kota.
Citra kota tersebut dapat menentukan struktur simbolis yang akan
diperhatikan, diingat dan dianggap penting oleh oleh
kelompok-kelompok pemukim di kota itu atau oleh para
pengunjung.[footnoteRef:2] kemudian; [2: ]
2. Aktivitas kota tentunya sangat ditunjang oleh potensi fisik
wilayah;3. Warga kota (baik penduduk asli maupun pendatang) yang
melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan hidupnya di kota juga
merupakan tulang punggung penggerak dinamika kehidupan kota
B. EKOLOGI, EKONOMI, TATA RUANG, DAN MORFOLOGI KOTAa) Pengertian
EkologiEkologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata
Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. b)
Pengertian EkonomiEkonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang
kehematan atau perincian suatu anggaran.c) Pengertian Morfologi
KotaMorfologi kota merupakan ilmu terapan yang mempelajari tentang
sejarah terbentuknya pola ruang suatu kota dan mempelajari tentang
perkembangan suatu kota mulai awal terbentuknya kota tersebut
hingga munculnya daerah-daerah hasil ekspansi kota tersebut. d)
Pendekatan Morfologi Kota Bentuk morfologi suatu kawasan tercermin
pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, dan elemen-elemen
fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota.
Dalam proses perwujudannya, maka morfologi kota dapat dilihat
sebagai evolusi dari sejarah kota masa lalu, perancangan kota untuk
masa kini serta perencanaan kota untuk masa depan. Perkembangan
urbanisasi di Indonesia dapat diamati dari 3 (tiga) aspek : jumlah
penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan (kini mencapai 120 juta
dari total 230 juta jiwa); sebaran penduduk yang tidak merata
(hampir 70% di Pulau Jawa dengan 125 juta jiwa dan di Pulau
Sumatera dengan 45 juta jiwa); laju urbanisasi yang tinggi, dimana
kota-kota metropolitan, seperti : Jakarta (termasuk Bekasi, Bogor
dan Tangerang), Surabaya, Bandung, Medan, Palembang, dan Makassar,
merupakan magnet utamanya e) Kebijakan Menata Morfologi Kota
Meningkatkan kualitas RTRW kota-kota di Indonesia Mendorong
percepatan penetapan RTRW kota dalam bentuk peraturan daerah
Memenuhi kebutuhan RTH sebesar 30% dari luas tata wilayah
Mengembangkan proses pembangunan fisik kota yang lebih sistematis
f) Hubungan Ekologi Kota dengan Ekonomi KotaBerdasarkan pada sistem
hidup yang sekarang, masa kini cara hidup makin lama makin
materialistic. Bagaimanakah system kehidupan manusia? Pertama-tama,
untuk hidup secara bermakna, manusia memerlukan arti kehidupannya
yang tepat berdasarkan pada realitas spiritual. Namun demikian,
manusia juga berada dalam keadaan jasmani, dimana muncul criteria
yang fundamental pula : Bagaimana bias makan dan minum? Bagaimana
kualitas perkembangan kehidupan makin lama makin baik dalam
masyarakatnya?Pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan pada
motivasi hidup yang bersifat jasmani ataupun ekonomi, jika istilah
tersebut dipakai dalam lingkup luas. Untuk menjalankan motivasi
tersebut, dibutuhkan sebuah system pengelolaan hidup yang bersifat
teknis atau politis, kalau istilah tersebut di pakai dalam lingkup
yang lebih luas, yaitu mendirikan serta mengurus prinsip-prinsip,
aturan serta peraturan yang menjamin bahwa bentrokan antara
bermacam motivasi para individu bias diurus dengan baik. Untuk
menjalankan pengelolaan hidup tersebut, dibutuhkan sebuah cara
hidup yang bersifat tradisi atau budaya, jika istilah tersebut
dipakai dalam lingkup yang lebih luas. Akan tetapi, untuk
menjalankan cara hidup tersebut, dibutuhkan sebuah lingkungan alam
sebagai sumber kehidupannya, jika istilah tersebut dipakai di dalam
lingkup lebih luas. Sistem hidup masyarakat tersebut dijalankan di
dalam dua situasi yang berbeda, yaitu di dalam lingkungan perdesaan
serta lingkungan perkotaan. Lingkungan desa berjalan lebih alamiah
dimana akibat pengaruh kegiatan masyarakat lebih sedikit terhadap
keseluruhannya. Lain halnya dengan lingkungan kota yang bersifat
lebih sintesis. Dimana akibat kegiatan masyarakat yang banyak bias
mempengaruhi tempatnya sampai ke dimensi global. Sehingga makin
lama makin banyak ahli di berbagai bidang mengingatkan untuk
memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap lingkup perkotaan.
Misalnya Nold Egenter, seorang arsitek dan antropolos, mengatakan
demikian :Pada zaman ini, arsitektur yang disamakan dengan urbaisme
adalah salah satu bidang keahlian yang paling penting bagi setiap
ekonomi nasionalg) Kedudukan Fungsi Ekologi dan Ekonomi dalam
Penataan Ruang KotaMenurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007,
pengertian Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang. Penataan
ruang ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik
wilayah, potensi SD Alam-SD Manusia-SD Buatan, kondisi ekonomi,
sosial, budaya, politik, hukum, hankam, lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan, serta geostrategi,
geopolitik dan geoekonomi.Di dalam perkembangannya, suatu
pembangunan kota akan membawa konsekuensi negatif pula pada
beberapa aspek kotanya, termasuk pada aspek lingkungan atau
ekologis. Pada tahap awal, sebagian besar lahan perkotaan merupakan
ruang terbuka hijau, namun adanya kebutuhan ruang untuk menampung
penduduk dan aktivitasnya, ruang hijau tersebut cenderung mengalami
konversi guna lahan menjadi kawasan terbangun. Sebagian besar
permukaannya, terutama pusat kota tertutup oleh jalan, bangunan dan
lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda dengan
karakter kota secara ekologis. Tuntutan meningkatkan fungsi ekonomi
kota dengan membuka lebih banyak sektor perekonomian dan lapangan
usaha tanpa memperhatikan kondisi fisik dan daya dukung kota pun
turut andil dalam mengubah wajah kota. Pada akhirnya penurunan daya
dukung serta kualitas lingkungan kota tak dapat terhindarkan,
dengan timbulnya masalah-masalah kota lainnya seperti banjir,
tingginya polusi udara kota, meningkatnya kerawanan sosial dan lain
sebagainya. Untuk itu, melalui penataan ruang dengan beragam produk
rencana kota, diharapkan segala akibat negatif yang ditimbulkan
akibatnya perkembangan kota dapat dihindarkan atau paling tidak
diminimalisir.
h) Peranan Tata Ruang Kota dalam Mendukung Fungsi Ekologis dan
Ekonomi Setiap kota memiliki berbagai visi dan misi yang
ditetapkan, Baik yang akan berkembang sebagai kota jasa, industri,
pendidikan, perdagangan dan permukimanguna menciptakan ruang kota
yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Beberapa program rencana
tata ruang kota pada umumnya seperti : Program penyediaan air
bersih Program perbaikan sistem pembuangan air hujan (drainase)
Program pembuangan air limbah Program perbaikan sistem persampahan
Program pengendalian banjir
i) Bentuk Kota1. Orthogonal Gridiron :Merupakan penyebaran dari
pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang
berarti dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya
digunakan untuk kota yang daerahnya datar. Contoh : Los Angeles,
Tokyo2. Spider Web :Merupakan salah satu bentuk kota yang sangat
umum, kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Pusat dari segala
kegiatan yang sangat vital dengan perkembangan disekitarnya. Contoh
: Dallas3. The Square Cities (Bentuk Bujur Sangkar)Kota berbentuk
bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke
segala arah yang relatif seimbang dan kendala fisikal relatif tidak
begitu berarti. Hanya saja, ada jalur transportasi pada sisi-sisi
memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada arah
jalur yang bersangkutan (Nelson, 1908).4.Octopus/Star Shaped Cities
(Bentuk Gurita/Bintang)Dasar dari bentuk spider web dengan linear
radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe dari ruangan terbuka.
Contoh : Washington D.C. Peranan jalur transportasi pada bentuk ini
juga sangat dominan sebagaimana dalam ribbon-shaped city. Hanya
saja, pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah
saja, tetapi beberapa arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan
apabila daerah hinter land dan pinggirannya tidak memberikan
halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal
kekotaannya.
5. The Rectangular Cities (Bentuk Empat Persegi Panjang)Melihat
bentuknya orang dapat melihat bahwa dimensi memajang sedikit lebih
besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul karena
adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan areal kota
pada salah satu sisi-sisinya, (Nelson, 1958)6.Satelite and
Neighbourhood Plans (Bentuk Satelit dan Pusat-Pusat
Baru)Pengembangan kota-kota satelit ini dapat berfungsi sebagai
penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar ke kota utama
dengan jalan meningkatkan fungsi-fungsi yang ada di kota-kota
satelit sehingga memperluas working opportunities nya. Contoh :
Kota Stockholm, London, Copenhagen, Jabotabek, Gerbang Kertasusila,
Bandungraya. Dalam hal ini terlihat bahwa concentric development
mendominasi perkembangan areal kekotaannya pada main urban center
maupun pada kota-kota satelitnya.7. Linier :Perkembangan yang
diatur sepanjang Coridor, yaitu sebuah jari yang merupakan variasi
dari bentuk star. Contoh : Madrid8. Circuit Lineair or Ring Plan
(Bentuk Cincin) :Dalam bentuk ini, sebenarnya terdiri dari beberapa
pusat kota yang berkembang disepanjang jalan utama yang melingkar.
Di bagian tengah wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah
hijau/terbuka (open spaces). Masing-masing pusat mungkin dapat
berkembang menjadi kota-kota besar. Contoh nyata dari pada ring
cities adalah Randstad Holland di Negeri Belanda, yang
menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht, Rotterdam, Denhaag, Harlem,
Amsterdam dan beberapa kota-kota kecil lainnya.9.Fan Shaped Cities
(Bentuk Kipas)Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk
sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar lingkaran kota yang
bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang relatif seimbang.
Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-bagian lainnya terdapat
beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : Hambatan-hambatan alami
(natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan.
Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints) : saluran
buatan, zoning, ring roads.Batas terluar dari pada kotanya di
tandai dengan green belt zoning atau growth limitation dengan ring
roads. Dengan demikian terciptalah bentuk bulat arcificial.
10.Polycentred Bermacam penyebaran kota secara teratur dengan
dibedakan antara jalur umum dan khusus wilayah perkembangan dan
ruang terbuka yang merupakan suatu perputaran distribusi. Contoh :
Detroit.11.Ribbon shaped Cities (Bentuk Pita)Sebenarnya bentuk ini
juga mirip regtangular city namun karena dimensi memanjangnya jauh
lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati
klasifikasi tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal ini
jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi)
yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal
kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal ke samping12.Stellar
Cities (Bentuk Stellar)Kondisi morfologi kota seperti ini biasanya
terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota
satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota
besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga
kenampakan morfologi kotanya mirip telapak katak pohon, dimana pada
ujung-ujung jarinya terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana
transportasi dan telekomunikasi, mempunyai peranan yang besar dalam
pembentukan kenampakan ini. Proses konurbasi yang terus-menerus
akan menciptakan bentuk megapolitan.
13.Walled CityWalled City terbentuk karena pertumbuhan kota yang
di batasi oleh kondisi fisik topografi misalnya seperti Laut,
Gunung dan lain sebagainya.
14.Concellation CityPertumbuhan kota secara melompat-lompat
wilayah pengembangannya dihubungkan dengan jalur transportasi jalan
dari pusat ke wilayah-wilayah masing-masing.
j) Upaya Menata Morfologi Kota dengan Instrumen Penataan
Ruangtransformasi sosial belum membentuk morfologi kota-kota
Indonesia sebagaimana yang diharapkan, yakni struktur ruang kota
yang tertata, fungsi-fungsi perkotaan yang efisien, serta wajah
kota yang estetis secara visual. Salah satunya adalah karena belum
berfungsinya secara optimal RTRW sebagai instrument pemandu
pembangunan kota. Kita harus mengakui bahwa praktek-praktek
penyelenggaraan pembangunan perkotaan yang konvensional berdasarkan
UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang menunjukkan beberapa
kelemahan yang dampaknya dapat terlihat secara fisik dari bentuk
morfologi kotanya.Secara lebih luas, sesungguhnya kita dapat
mengidentifikasi 7 (tujuh) bentuk kelemahan praktek masa lalu dalam
penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia, sebagaimana
dikemukakan sebagai berikut :a. top-down dalam sistem pemerintahan
yang serba sentralistis; b. eksklusif, dimana peran Pemerintah
sangat dominan, cenderung mengabaikan peran pemangku kepentingan
lainnya; c. menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi tanpa
perhatian yang memadai atas perlindungan kualitas lingkungan dan
keselamatan publik; d. integrasi sektoral yang terbatas, sehingga
proses perencanaan(planning) tidak terkait dengan proses
perancangan (design) bangunan dan infrastruktur pada tingkat yang
lebih rinci. Terlebih bahwa rencana detail tata ruang (RDTR) tidak
dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai instrumen pengendalian
pembangunan;e. tidak sinkron antara proses perencanaan dan
pemrograman (alokasi pembiayaan pembangunan), sehingga berbagai
rencana pembangunan tidak efektif terlaksana sesuai rencana; f.
terbatasnya perhatian untuk berkembangnya kecerdasan local sebagai
asset perencanaan yang vital;g. perencanaan tata ruang dan
implementasinya tidak cukup dikawal oleh kepemimpinan lokal yang
efektif dalam merealisasikan visi pembangunan.Praktek penataan
ruang tidak berdaya dalam mengendalikan urbanisasi yang sangat
cepat dengan segenap dampak negatifnya, antara lain : penjalaran
kota yang tidak tertata ke segala arah, penurunan kualitas
lingkungan (polusi, kemacetan, banjir), serta defisit dalam
penyediaan prasarana dan sarana perkotaan. Apabila trend negatif
tersebut dibiarkan terus berlanjut, masa depan keberlanjutan
pembangunan kota-kota di Indonesia menjadi pertanyaan besar.k)
Pengertian Tata Ruang KotaYang dimaksud tentang Rencana Tata Ruang
Kota dalam peraturan pemerintah RI nomor 69 tahun 1996 tentang
pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran
serta masyarakat dalam penataan ruang meliputi:1. Ruang adalah
wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya
hidup dan melakukan kegiatan guna memelihara kelangsungan
hidupnya.2. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan
ruang, baik direncanakan maupun tidak.3. Penataan ruang adalah
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatn ruang.4. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan
wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan
wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur
pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan
buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan
lainnya membentuk tata ruang; diantaranya meliputi hirarki pusat
pelayanan seperti pusat kota, lingkungan; prasarana jalan seperti
jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya. Sementara pola
pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang
menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan
atau kegiatan alam; diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran
permukiman, tempat kerja, industri, dan pertanian, serta pola
penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan.Kebutuhan atau tingkat
kepentingan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang secara
bersamaan akan berbeda untuk setiap tingkatan rencana tata ruang
kawasan perkotaan. Pada tingkat rencana struktur, kebutuhan akan
keserasian dan keterkaitan sistem pusat-pusat menjadi prioritas
utama dibandingkan dengan kebutuhan akan pola pemanfaatan ruang.
Sebaliknya, rencana teknis ruang akan lebih menitikberatkan
kebutuhan pengaturan tata letak dibandingkan keterkaitan sistem
pusat-pusat secara hirarkisl) Tujuan penyusunan rencana tata ruang
terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan
berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional
terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lidung dan
kawasan budidaya; tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas
mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan m)
Pentingnya Tata Ruang Kota Hal yang harus dipertimbangkan dalam
tata ruang kota : Permukiman, termasuk perkantoran, mesjid, pusat
perbelanjaan, dll Paru-paru kota atau pepohonan Jalanan
Gorong-gorog atau saluran air n) Tata Ruang KotaTata ruang
perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu
lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di
wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut:
Perumahan dan permukiman Perdagangan dan jasa Industri Pendidikan
Perkantoran dan jasa Terminal Wisata dan taman rekreasi Pertanian
dan perkebunan Tempat pemakaman umum Tempat pembuangan sampahDampak
dari rencana tata ruang di wilayah perkoaan yang tidak diikuti
adalah kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan
kumuh yang berdampak kepada gangguan terhadap sistem transportasi,
sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang berimplifikasi kepada
kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran.
C. INTERAKSI DESAa) Asal Mula Terbentuknya DesaMulanya dihuni
orang seketurunan, yang memiliki nenek moyang sama, yaitu para
cikal bakal pendiri permukiman tersebut. Jika desa sudah penuh,
masalah2 ekonomi bermunculan beberapa keluarga keluarga keluar,
mendirikan permukiman baru dengan cara membuka hutan, orang Jawa
menyebut tindakan ini tetruka. Di Tapanuli, pembukaan desa baru,
menurut Marbun, sebagian karena kelompok baru ingin mencapai hak
dan kewajiban sebagai raja adat, atau tanah desa tak memadai lagi
untuk menghidupi penghuninya. Desa sebagai kesatuan masyarakat
memiliki 3 hal ;1. Daerah/ rangkah/ wilayah, yaitu tanah2
pekarangan dan pertanian beserta penggunaannya, termasuk aspek
lokasi, luas, batas, yang merupakan lingkungan geografis
setempat.2. Penduduk/ darah/ keturunan, meliputi jumlah,
pertambahan, kepadatan, penyebaran dan matapencarian.3. Adat/
warah/ ajaran, yaitu ajaran tentang tata hidup, tata pergaulan, dan
ikatan2 sebagai warga desa. Tata kehidupan ini terkait usaha
penduduk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraannyab)
Pengertian Desa Menurut Para Ahli R.Bintarto. Desa adalah merupakan
perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis,
sosial, ekonomi, politik, kultural setempat dalam hubungan dan
pengaruh timbal balik dengan daerah lain. Sutarjo Kartohadikusumo
Desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan
pemerintahan terendah di bawah camat. William Ogburn dan MF Nimkoff
Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah
terbatas.c) Klasifikasi Desa Menurut Aktifitasnya Desa agraris,
adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di
bidang pertanian dan perkebunanan. Desa industri, adalah desa yang
mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri kecil
rumah tangga. Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian utama
penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan. Menurut
Tingkat Perkembangannya Desa Swadaya adalah desa yang memiliki
potensi tertentu tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya, dengan
ciri:1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.2. Penduduknya
jarang.3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.4.
Bersifat tertutup.5. Masyarakat memegang teguh adat.6. Teknologi
masih rendah.7. Sarana dan prasarana sangat kurang.8. Hubungan
antarmanusia sangat erat.9. Pengawasan sosial dilakukan oleh
keluarga. Desa Swakarya adalah desa dalam keadaan peralihan atau
transisi dan sudah mendapatkan pengaruh dari luar untuk mengolah
potensinya sehingga desa ini sudah sedikit lebih berkembang.
Ciri-cirinya yaitu:1. Kebiasaan atau adat-istiadat sudah tidak
mengikat penuh.2. Sudah mulai menpergunakan alat-alat dan
teknologi3. Desa swakarya sudah tidak terisolasi lagi walau
letaknya jauh dari pusat perekonomian.4. Telah memiliki tingkat
perekonomian, pendidikan, jalur lalu lintas dan prasarana lain.
Desa Swasembada adalah desa yang masyarakatnya telah mampu
memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya alam dan potensinya
sudah memberikan daya dukung bagi pembangunan desanya sehingga desa
ini sudah dikatakan makmur. Ciri-ciri desa swasembada:1. Kebanyakan
berlokasi di ibukota kecamatan.2. Penduduknya padat.3. Tidak
terikat dengan adat-istiadat4. Telah memiliki fasilitas-fasilitas
yang memadai dan labih maju dari desa lain.5. Partisipasi
masyarakatnya sudah lebih efektif.d) Karakteristik Desa Berdasarkan
Letak: Desa Kota : Desa yang berada di kota. Desa Pinggiran: Desa
yang berada di pinggiran kota (daerah pesisir) Desa pedesaan: Desa
yang berada di lingkungan antar desa Desa Terpencil: Desa yang
berada jauh dari lingkungan keramaian, hanya berdiri sendiri
sebagai satu permukiman. Berdasarkan Mata pencaharian : Desa
agraris, adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya adalah
di bidang pertanian dan perkebunanan. Desa industri, adalah desa
yang mata pencaharian utama penduduknya adalah di bidang industri
kecil rumah tangga. Desa nelayan, adalah desa yang mata pencaharian
utama penduduknya adalah di bidang perikanan dan pertambakan. Desa
Pariwisata, Adalah desa yang mata pencaharian utama penduduknya di
bidang keparowisataan (dalam desa tersebut terdapat objek wisata).
Desa Tambang, adalah desa yang mata pencaharian utaman penduduknya
di bidang pertambangan. Berdasarkan Nilai Sosial : Desa tempat
keramat, adalah desa diman di dalamnya merupakan tempat keramat,
sehingga orang orang sering berkunjung, dan secara administrasi
masih menganuut sistim kantor desa bukan kantor lurah. Desa
peristirahatan, desa yang berada di jalur transportasi antar kota,
sehingga desa ini lebih banyak warung warung kecil, sebagai tempat
beristirahat, dan persinggahan. Desa orientasi kultural, desa yang
orientasi keagamannya masih menganut sistim kulutural yang mereka
anut secara turun temurun dari nenkmoyang mereka, tanpa
menghiraukan pengaruh dari luar. Desa orientasi agama, desa yang
orientasinya berdasarkan agama masanyarakat setempat Berdasarkan
Aspek Fisiologi : Desa pesisir adalah desa yang berada di pesisir
pantai. Memiliki kebiasaan yang setiap pagi harus melihat laut.
Desa tepi sungai adalah desa yang berada di tepian sungai, memiliki
kebiasaan atai fisiologi yang di pengaruhi oleh keberadaan sungai,
menganggap sungai sebagai kawan hidup. Desa pulau adalah desa yang
berada dalam pulau. Hampir sama dengan desa pesisir, psikologi desa
pulau juga dipengaruhi oleh keberadaan laut yaitu hidup harus
melihat laut. Yang membedakan keduanya yaitu sumber pencaharian
desa pesisir juga ditunjang oleh pertanian sedangkan desa pulau
hanya berharap dari hasil laut. Desa lembah / pegunugan adalah desa
yang berada di pegunungan, hidupnya dipengaruhi oleh keberadaan
gunung dan suhu yang lembab. Desa tepi danau adalah desa yang
hampir sama dengan desa pesisir, yang sumber pencaharian utama
yaitu dari danu, namun juga dari perkebunan dan pertanian.
Berdasarkan Aspek non fisiologi: Desa sepanjang jalan Desa tersebar
Desa pertambangan dan perkebunan Desa terencanae) Perkembangan
DesaMenurut Bintarto (1983:11) potensi antara satu desa dengan desa
yang lainnya tidak sama, karena keadaan geografis dan penduduknya
berbeda, luas tanah, macam tanah dan tingkat kesuburan tanah tidak
sama. Sumber air dan tata air yang berlainan menyebabakan cara
penyesuaian atau corak kehidupannya berbeda.Keadaan penduduk dan
dasar kehidupan masyarakat desa yang berbeda mengakibatkan adanya
berbagai karakteristik dan berbagai tingkat kemajuan desa yaitu :1.
Desa yang kurang berkembangDesa kurang berkembang adalah desa yang
kekurangan sumberdaya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan
dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya.
Biasanaya berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf
berkehidupan miskin dan tradisional, serta tidak memiliki sarna dan
prasarana penunjang yang mencukupi.2. Desa yang sedang
berkembangDesa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan
dan memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimiliknya tetapi
masih kekurangan sumber keuangan atau dana.Desa sedang berkembang
belum banyak memiliki sarana dan prasarana desa yang biasanya
terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota, masyarakatnya
masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan bermata pencaharian
sebagai petani saja serta banyak yang mengerjakan sesuatu secara
gotong royong.3. Desa berkembang atau desa majuDesa maju adalah
desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya manusia dan juga dalam
hal modal sehingga sudah dapat memnafaatkan dan menggunakan segala
potensi fisik dan nonfisik desa secara maksimal. Kehidupannya sudah
hampir sama dengan kota yang modern dengan mata pencaharian yang
beraneka ragam, serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk
menunjang kehidupan masyarakat. f) Fungsi Desa1. Desa sebagai
hinterland 2. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi
perkotaan.3. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota.4.Desa
sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara
Republik Indonesiag) Ciri- Ciri Wilayah dan Masyarakat Desa1.
WilayahMenurut dirjen Bangdes, ciri - ciri wilayah desa antara lain
; Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar ( lahan desa lebih
luas dari jumlah penduduknya, kepadatan rendah ). Lapangan kerja
yang dominan adalah agraris ( pertanian ) Hubungan antar warga amat
akrab. Tradisi lama masih berlaku.2. Masyarakat Kehidupan keagamaan
di kota berkurang dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia
perorangan atau individu. Pembagian kerja di antara warga-warga
kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih
banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa. Interaksi yang
lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada
faktor pribadi. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat
penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab
kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh.h) Pola Tata Ruang
DesaDesa merupakan suatu lokasi dengan kondisi lahan sangat
heterogen dan topografi yang beraneka ragam. Pola tata ruangnya
sangatlah tergantung pada topografi yang ada. Pola tata ruang
merupakan pemanfaatan ruang atau lahan di desa untuk keperluan
tertentu sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan berguna bagi
kelangsungan hidup penduduknya.Pemanfaatan lahan di desa dibedakan
atas dua fungsi, yaitu:a. Fungsi Sosial (Penggunaan tanah untuk
perkampungan)Bentuk perkampungan desa yang terdapat di permukaan
bumi satu sama lainnya berbeda, yang sangat bergantung pada kondisi
fisik geografis setempat. Pada daerah pedataran memperlihatkan
bentuk perkampungan yang berbeda di daerah perbukitan atau
pegunungan. Bentuk perkampungan di pedesaan pada prinsipnya
mengikuti pola persebaran desa. Secara umum, permukiman pedesaan
berbentuk :1. Bentuk Pedesaan MemusatBanyak ditemukan di daerah
pegunungan. Bentuk pedesaan ini terpencar menyendiri (agglomerated
rural settlement). Biasanya dihuni oleh penduduk yang berasal dari
satu keturunan sehingga merupakan satu keluarga atau kerabat
2. Bentuk Pedesaan Memanjang ( Linier ) Banyak ditemukan di
daerah pantai, jalan raya, dan sepanjang sungai. Bentuk pedesaan
ini memanjang mengikuti jalur jalan raya, alur sungai atau garis
pantai.Pola ini digunakan masyarakat dengan tujuan untuk mendekati
prasana transportasi (jalan dan sungai) atau untuk mendekati lokasi
tempat bekerja, seperti nelayan di pinggiran pantai.
Dibagi menjadi 4 yaitu:1) Pola yang mengikuti jalan. Pola desa
yang terdapat di sebelah kiri dan kanan jalan raya atau jalan umum.
Pola ini banyak terdapat di dataran rendah.2) Pola yang mengikuti
sungai.Pola desa ini bentuknya memanjang mengikuti bentuk sungai,
umumnya terdapat di daerah pedalaman.3) Pola yang mengikuti rel
kereta api.Pola ini banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera
karena penduduknya mendekati fasilitas transportasi.4) Pola yang
mengikuti pantai.Pada umumnya, pola desa seperti ini merupakan desa
nelayan yang terletak di kawasan pantai yang landai.
3. Bentuk Pedesaan Mengelilingi FasiltasBentuk perdesaan seperti
ini umumnya ditemukan di daerah dataran rendah, di mana banyak
fasilitas-fasilitas umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas tersebut misalnya mata
air, danau, waduk, dan fasilitas lain.
4. Bentuk pedesaan terpencar
i) Penggunaan tanah untuk kegiatan ekonomi
gambar pengunaan lahan untuk pertanianPenggunaan tanah di
pedesaan terdiri atas pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,
kehutanan, perdagangan dan industri. Dalam tata guna lahan di
pedesaan, juga termasuk penggunaan air dan permukaannya, seperti
air laut, sungai, danau dan sebagainya. Namun pada umumnya
penggunaan tanah dipedesaan di dominasi oleh pertanian. Pola tata
ruang desa pada umumnya sangat sederhana, letak rumah di kelilingi
pekarangan cukup luas, jarak antara rumah satu dengan lain cukup
longgar, setiap mempunyai halaman, sawah dan ladang di luar
perkampungan.Pada desa yang sudah berkembang pola tata guna lahan
lebih teratur, yaitu adanya perusahaan yang biasa mengolah
sumberdaya desa, terdapat pasar tradisional, tempat ibadah rapi,
sarana dan prasarana pendidikan serta balai kesehatan. Semakin maju
daerah pedesaan, bentuk penataan ruang semakin teratur dan tertata
dengan baik.
gambar penggunaan lahan untuk tempat tinggal
j) Faktor Interaksi Timbulnya Desa Kota Adanya wilayah-wilayah
yang saling melengkapi (regionalcomplementarity) Adanya kesempatan
untuk saling berintervensi (interventingopportunity) Adanya
kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer
ability)
k) Model interaksi desa-kotaAda 2 macam hubungan interaksi
antara kota-desa, yaitu :1. Interaksi Umum (general
interaction)Dalam interaksi ini desa maupun kota dianggap sebagai
satu kesatuan yang utuh yang berbeda satu sama lain tapi bersifat
komplementer karena saling tergantung satu sama lain.Dalam
interaksi ini ada 2 bentuk hubungan:1) Hubungan interdependend
(saling tergantung).Contoh:
Kota:Menyediakan hasil produksi dan membutuhkan bahan
bangunan.Desa:Menyediakan bahan-bahan pokok dan bahan bangunan
untuk produksiAlam dengan Topografi untuk Rekreasi
2) Hubungan Interaksi saling mempengaruhi.
Desa:Merupakan sumber tenaga kerja.Alam dengan Topografi untuk
RekreasiKota:Memerlukan tenaga kerja untuk produksi.Memerlukan
rekreasiContoh:
2. Interaksi khusus (Special interaction )Perwujudan geografis
kota dan desa terdiri atas beberapa komponen yang saling terkait,
dalam bentuk mempengaruhi (aktial) dan tergantung (dependential).
Interaksi terjadi karena adanya hubungan fungsional, kota sebagai
stimulant dan desa sebagai responses.
Desa sebagai stimuli -> Kota sebagai responsesPermintaan
hasil (non agraris) industri-industriPermintaan tenaga ahli
tekhnologi sarana tekhnisPermintaan sarana transportasiPermintaan
rumah sakit dan pusat kesehatanKota sebagai stimuli -> Desa
Sebagai responsesPermintaan untuk produksi Hasil
pertanianPermintaan (lahan, industri, Tenaga musiman Perdagangan
pasar)Permintaan rekreasi Alam budayaContoh:
Interaksi antara desa kota melahirkan suatu perkembangan baru
bagi desa maupun bagi kota. Hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan potensi yang dimiliki desa maupun kota, dan adanya
persamaan kepentingan. Dalam proses interaksi atau hubungan timbal
balik tersebut terdapat proses pergerakan yaitu :1. Pergerakan
manusia2. Perpindahan gagasan, ide atau informasi3. Pergerakan
materi atau benda4. Pergerakan energik) Pengaruh interaksi desa
kota1. Pengaruh positif interaksi desa-kotaa. Pengetahuan penduduk
desa meningkat, karena adanya sistem teknologi. Misalnya
pengetahuan tentang pertanian.b. meningkatkan hubungan sosial
ekonomi desa dan kota karena kemudahan sarana transportasi.c.
Adanya guru dari kota yang menjadi penggerak pembangunan desa.2.
Pengaruh negatif interaksi desa-kotaa. Penetrasi kebudayaan kota ke
desa yang kurang sesuai dengan tradisi budaya desa.b. Perluasan
kota dan masuknya orang berharta/ kaya ke desa sehingga menggubah
tata guna lahan desa.c. Daya tarik kota dalam berbagai bidang
menyebabkan tenaga potensial di desa kurang.d. Muncul masalah baru
(pengangguran, tuna wisma,kejahatan,masalah pangan maupun
lingkungan).
D. PERANCANGAN KOTAa) Pengertian Perancangan Kota Minaret Branch
(1995: 201) mengatakan bahwa:Di dalam perencanaan kota
komprehensif, perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus,
yang membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota.
Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia
terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas
estetika, dan karakte spasial. Harry Anthony (dalam buku
Antoniades, 1986: 326) memberi pengertian bahwa:Perancangan kota
merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota sedemikian
rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan
memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya.
Frederick Gutheim (dalam Antoniades, 1986: 326) menyatakan
bahwa:perancangan kota (urban design) merupakan bagian dari
perencanaan kota (urban planning) yang menangani aspek estetika dan
yang menetapkan tatanan (order) dan bentuk (form) kota. Antoniades
(1986: 326) juga mendukung pendapat di atas bahwa:perancangan kota
menangani permasalahan keindahan kota yang tercermin dari fisik
kota yang dirancang oleh perancang kota.b) Perbedaan Perancangan
Kota dengan Perencanaan Kota dan Perancangan ArsitekturPittas dan
Ferebee (1982: 10) menjelaskan bahwa perancangan kota merupakan
bidang ilmu yang unsur-unsurnya meminjam dariantara
lainbidangbidang ilmu arsitektur, lansekap, administrasi publik,
hukum, sosiologi, dan geografi perkotaan. Sebagai sebuah bidang
ilmu, perancangan kota mempunyai perbedaan dengan perencanaan kota
maupun dengan arsitektur. Perencanaan kota memandang perancangan
kota sebagai salah satu implementasi rencana kota, sedangkan para
arsitek melihat perancangan kota tidak selalu harus demikian,
tetapi dapat timbul sebagai usaha untuk mengatasi problema
perkotaan secara praktis lewat pengaturan bentuk-bentuk fisik
(Antoniades, 1986:326-327). Perencanaan kota (urban planning),
meskipun berkaitan dengan tata ruang dan juga, antara lain,
ekonomi, sosial, budaya; tapi biasanya tidak berkaitan dengan
kualitas visual lingkungan. Perancangan arsitektural, di lain
pihak, berfokus pada bangunan secara individual
(tunggal).Melanjutkan perbedaan dengan perencanaan kota dan
arsitektur di atas, Pittas dan Ferebee (1982: 12-13)
mendeskripsikan tentang karakteristik perancangan kota, yaitu:1)
Perancangan kota mempunyai dimensi publik (masyarakat luas); dan
hal ini tidak tergantung pada tempat pelaksanaannya: di tanah milik
umum ataupun di tanah milik pribadi.2) Jangka waktu pelaksanaan
hasil perancangan kota mempunyai jangka waktu yang lebih lama
daripada hasil perancangan arsitektur atau arsitektur lansekap.3)
Perancangan kota lebih bersifat memungkinkan perubahan lingkungan
buatan daripada melaksanakan perubahan tersebut.4) Perancangan kota
seringkali perlu dilakukan secara anonim, berbeda dengan
perancangan arsitektur yang nama arsiteknya ditonjolkan.5)
Perancangan kota berorientasi ke proses nilai di samping juga
berorientasi produk.6)Perhatian perancangan kota lebih tertuju
kepada komposisi bangunanbangunan dalam lingkungan visual publik
serta hubungannya dengan ruang terbuka publik daripada ke bangunan
tunggal.7) Perancangan kota menyadari adanya klien yang pluralistis
(berkaitan dengan berbagai institusi pemerintah dan swasta), dan
perancangan kota mengembangkan metode pembelajaran untuk tipe klien
seperti itu.8) Hasil perancangan kota bersifat lebih relativistis
dibanding produk arsitektur, tapi lebih pasti dibanding hasil
perencanaan kota.9) Tidak seperti pendidikan perencanaan kota,
perancangan kota menyadari batas-batas spasial maupun dimensional
dalam melihat dunia (dengan pandangan keruangan tiga dimensi). 10)
Tidak seperti pendidikan arsitektur, perancangan kota memberi nilai
yang lebih pada program (proses) daripada terhadap artefak (produk
berupa fisik).11) Dalam sejarah, rancangan kota yang baik tidak
selalu dihasilkan oleh perancang kota yang hebat.12) Pendidikan
perancangan kota menuntut pemberian materi tentang ilmu-ilmu
sosial, hukum, ekonomi dan administrasi perusahaan.Kemampuan dalam
mengolah bentuk dan hubungan tiga dimensi diperlukan. Pendidikan
ini juga memerlukan kolaborasi dan kemampuan untuk bekerja dalam
kerangka institusional. Dari bahasan tentang perbedaan di atas,
dapat ditarik ringkasan tentang perbedaan perancangan kota
dibanding perencanaan kota dan arsitektur, seperti gambar
berikut:
c) Teknik Dasar Perancangan KotaMenurut Spreiregen : Teknik
Ruang Terbuka : Didasari oleh jaringan ruang terbuka dari pusat
kota hingga ke pinggir kota ;bukan dimana harus membangun, tapi
dimana tidak membangun Teknik Transportasi : Didasari oleh hirarki
struktur jalur transportasi kereta api, mobil, kapal atau pesawat
terbang. Teknik jaringan modal : Didasari oleh jadwal terkoordinasi
dari rencana anggaran belanja kota dan masyarakat untuk pembuatan
jalan, utilitas kota, bangunan publik, dll.d) Proses Penyusunan
Rencana KotaProses perencanaan kota yang menganut faham perencanaan
komprehensif, secara umum terlihat pada gambar sebagai berikut:
Istilah komprehensif yang arti katanya ialah menyeluruh, dalam
hal ini diartikan bahwa dalam penelitian perencanaan semua aspek
perkotaan dianalisis. Aspek-aspek tersebut, menurut PerMendagri No.
2 Tahun 1987 Pasal 22 meliputi antara lain:1) Aspek fisik dasar2)
Aspek lingkungan hidup3) Aspek kependudukan dan kebudayaan4) Aspek
penggunaan tanah5) Aspek status penguasaan tanah6) Aspek
perekonomian7) Aspek fasilitas dan utilitas8) Aspek sistem
transportasi9) Aspek keruangan dan pembiayaan pembangunan kota10)
Aspek kelembagaan Pemerintahan dan Pengelolaan Kota.
Berbagai aspek tersebut di atas juga menjadi kajian dalam
perancangan kota. Selain itu, beberapa masalah yang biasa dihadapi
perancangan kota, seperti misalnya: citra kota (image of the city),
juga menjadi bahan masukan bagi proses perencanaan kota (tahap
penelitian perencanaan).
e) Domain (lingkup) Bidang Perancangan KotaUntuk merumuskan
unsur-unsur bentuk fisik kota, perlu dirumuskan terlebih dulu
domain atau lingkup bidang perancangan kota. Seperti telah
dijelaskan di bagian sebelumnya, perancangan kota (urban design)
dalam hal ini dipandang sebagai bagian dari proses perencanaan kota
(urban planning) yang berkaitan dengan kualitas fisik lingkungan
kota. Dalam hal kualitas fisik ini, perencana dan perancang kota
tidak akan dapat merancang seluruh unsur bentuk fisik kota, kecuali
bila yang dihadapi kota baru atau kawasan kosong yang akan
direncanakan (Shirvani, 1985:6).Domain perancangan kota terbentang
dari tampilan muka bangunan (eksterior) ke luar (ke ruang publik
diantara bangunan-bangunan). Berkaitan dengan ini Barnett (1974,
dalam Shirvani, 1985: 6) mengatakan bahwa domain perancangan kota
sebagai "merancang kota tanpa merancang bangunan-bangunan". Dengan
kata lain, domain tersebut mencakup ruang-ruang di antara
bangunan-bangunan.Dalam hal ruang-ruang luar tersebut, berdasar
pengalaman "Urban Design Plan of San Fransisco, 1970" (Wilson et.
al, 1979 dalam Shirvani, 1985: 6), ruangruang dikelompokan menjadi
empat group, yaitu:1)pola dan citra internal: menjelaskan maksud
ruang-ruang di antara bangunanbangunan dalam lingkup kawasan kota,
terutama dalam hal focal points, viewpoints, landmarks, dan pola
gerak;2) bentuk dan citra eksternal: berfokus pada skyline (garis
langit) kota, serta citra dan identitas kota secara keseluruhan;3)
sirkulasi dan perparkiran: mengkaji karakteristik jalan (dalam hal:
kualitas pemeliharaan, kepadatan ruang, tatanan, kemonotonan,
kejelasan rute, orientasi ke tujuan, keselamatan, dan kemudahan
gerakan), serta persyaratan dan lokasi perparkiran;4) kualitas
lingkungan: berkaitan dengan sembilan faktor, yaitu kecocokan
penggunaan, kehadiran unsur alam, jarak ke ruang terbuka,
kepentingan visual dari fasad jalan, kualitas pandangan, kualitas
pemeliharaan, kebisingan, dan iklim setempat.Pengelompokan di atas
belum menunjukkan unsur-unsur bentuk fisik kota dalam perancangan
kota. Unsur-unsur tersebut, dijelaskan oleh Shirvani (1985: 7-8),
meliputi delapan butir, yaitu:1) guna lahan2) bentuk dan massa
bangunan3) sirkulasi dan perparkiran4) ruang terbuka5) jalan
pedestrian 6) pendukung kegiatan7) perpapanan nama8) preservasi.f)
Jenis Produk Perancangan KotaDari sisi perencanaan kota,
perancangan kota merupakan upaya merancang kota, tanpa merancang
bangunan, sehingga menurut Shirvani (1985: 141-156), produk
perancangan kota terbatas pada empat macam bentuk, yaitu: (a)
kebijakan (policies), (b) rencana (plan), (c) pedoman (guidelines),
dan(d) program. Di sisi lain, dari pandangan arsitektur,
perancangan kota dapat saja mencakup suatu lahan luas milik satu
tangan (dalam arti satu pengambil keputusan)misal: perumahan
massal, kampus perguruan tinggi, taman wisatayang padanya dapat
dilakukan upaya perancangan kota. Dalam hal ini, produk yang
dihasilkan tidak hanya empat macam bentuk di atas, tapi sampai
dengan rancangan (design) kawasan.
g) Manfaat Perancangan KotaManfaat Perancangan Kota
(Spreiregen,1964) : Menjadikan kota manusiawi Menghubungkan bentuk
kota dengan seting alam Memberikan pusat-pusat baru pada urban
fabric Menggabungkan (dengan serasi) yang monumental dengan yang
biasa Menggabungkan (dengan serasi) fisik perkotaan dengan fisik
yang alami Menciptakan situs fokal Menjadikan kota sebagai kesatuan
dari keanekaragaman Menjadikan perluasan kota komprehensip
h) Perancangan Kota sebagai perluasan bidang ArsitekturKarena
kita sudah berada di bidang Arsitektur, maka lebih mudah bila kita
lihat Perancangan kota dari kacamata arsitektur. Perancangan kota
dapat dilihat sebagai perluasan bidang arsitektur. Mengapa
demikian? Dari satu sisi skala atau cakupan area, Arsitektur
merancang bangunan pada satu persil (atau disebut berskala mikro),
sedangkan cakupan perancangan kota meluas tidak hanya satu persil
tapi suatu kawasan (yang biasanya terdiri dari banyak persil)dapat
disebut juga sebagai berskala mezo (lihat Gambar I-1). Dengan
demikian, perancangan kota berkaitan dengan penataan lingkungan
fisik yang lebih luas daripada hanya satu persil seperti yang
dialami oleh bidang arsitektur. Karena dapat dilihat sebagai
ekstensi daribidang Arsitektur, maka bidang Perancangan Kota (Urban
Design) sering pula disebut sebagai Arsitektur Kota.
Perluasan cakupan dari mikro ke mezo (kawasan) menimbulkan
beberapa implikasi, yaitu antara lain:a) Klien dan partisipasiDalam
pekerjaan arsitektural, yang umumnya menangani satu persil, kita
melayani satu klien; sedangkan dalam perancangan kota, yang
biasanya mencakup banyak persil, maka perancang kota berhadapan
dengan banyak pemilik persil yang berarti banyak klien atau banyak
pengambil keputusan. Dengan banyaknya pengambil keputusan maka
perancangan kota mau tidak mau perlu melibatkan partisipasi mereka
(partisipasi masyarakat atau pihak-pihak terkait).b) Masalah
lingkunganDalam penanganan satu persil, masalah lingkungan kurang
terasa, tapi bila cakupan meluas ke kawasan, maka masalah
kelestarian lingkungan menjadi lebih nyata. Masalah lingkungan
timbul akibat interaksi antar guna lahan dalam kawasan, juga akibat
kegiatan sirkulasi lalu lintas, dan sebagainya.c) Masalah sosial
(hubungan antar manusia)Satu persil berarti satu keluarga, tapi
berkaitan dengan satu kawasan, terdapat masalah hubungan antar
keluarga, antar manusia atau disebut sebagai masalah sosial.
Masalah ini misalnya terwujud dalam kebutuhan akan fasilitas umum
atau fasilitas sosial prasarana umum, serta juga kegiatan yang khas
di masyarakat kita, yaitu perdagangan sektor informal
(kakilima).
i) Perancangan Kota sebagai implementasi Rencana KotaPerencanaan
kota (urban planning) menangani lingkungan binaan (built
environment) dalam lingkup kota (makro). Untuk melaksanakan hasil
perencanaan kota diperlukan program-program penanganan kawasan
(mezo), maka dapat diartikan bahwa perancangan kota (urban
design)sebagai penanganan lingkungan binaan berskala mezomerupakan
salah satu langkah implementasi (pelaksanaan) rencana kota.
E. ASPEK-ASPEK, PENGEMBANGAN DAN PERMASALAHAN PERMUKIMANa)
Pengertian PemukimanPermukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasanperkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dantempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan {Undang-undang Republik IndonesiaNomor 4 tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman, Bab I, Pasal 1 (5)}. Permukiman
yang dimaksudkandalam Undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu
yaitu kawasan yang didominasi oleh lingkungan huniandengan fungsi
utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana lingkungan, dan tempatkerja terbatas untuk mendukung
perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut
dapatberdaya guna dan berhasil guna.Prasarana yang harus dilengkapi
di dalam kawasan hunian ini adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yangmemungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, seperti: (1) jaringan jalanuntuk mobilitas
manusia dan angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta
untuk menciptakanbangunan yang teratur; (2)jaringan saluran
pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untukkesehatan
lingkungan ; (3 jaringan saluran air hujan untuk pematusan
(drainase) dan pencegahan banjirsetempat.Ada pula ketentuan pada
pasal ini bahwa apabila tidak terdapat air tanah sebagai sumber air
bersih, jaringan airbersih merupakan sarana dasar.Sarana lingkungan
yang semestinya ada di dalam kawasan lingkungan ini adalah
fasilitas penunjang, yangberfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.
Fasilitaspenunjang ini dapat meliputi aspek ekonomi yang antara
lain, tersedianya bangunan perniagaan atauperbelanjaan yang tidak
mencemari lingkungan, sedangkan fasilitas penunjang yang meliputi
aspek sosialbudaya, antara lain berupa bangunan pelayanan umum dan
pemerintah, pendidikan dan kesehatan, peribadatan,rekreasi dan
olahraga, pemakaman dan pertamanan.b) Pasal PemukimanPasal 1Dalam
Undang-undang ini yang dimaksud dengan :1. "Rumah" adalah bangunan
yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga;2. "Perumahan" adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yangdilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan;3.
"Permukiman" adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaanmaupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dan tempat kegiatan yangmendukung perikehidupan dan penghidupan;4.
"Satuan lingkungan permukiman" adalah kawasan perumahan dalam
berbagai bentuk dan ukuran dengan penataantanah dan ruang,
prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur;5. "Prasarana
lingkungan" adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapatberfungsi sebagaimana
mestinya;
6. "Sarana lingkungan" adalah fasilitas penunjang, yang
berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangankehidupan ekonomi,
sosial dan budaya;7. "Utilitas umum" adalah sarana penunjang untuk
pelayanan lingkungan;8. "Kawasan siap bangun" adalah sebidang tanah
yang fisik-fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan
perumahandan permukiman skala besar yang terbagi dalam satu
lingkungan siap bangun atau lebih yang pelaksanaannya
dilakukansecara bertahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan
jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuaidengan
rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat II dan memenuhi persyaratanpembakuan pelayanan
prasarana dan sarana lingkungan, khusus untuk Daerah Khusus Ibukota
Jakarta rencana tataruang lingkungannya ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;9. "Lingkungan siap bangun" adalah
sebidang tanah yang merupakan bagian dari kawasan siap bangun
ataupun berdirisendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi
dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai
denganpersyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untukmembangun kaveling
tanah matang;10. "Kaveling tanah matang" adalah sebidang tanah yang
telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan pembakuandalam
penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, dan rencana tata ruang
lingkungan tempat tinggal atau lingkunganhunian untuk membangun
bangunan11. "Konsolidasi tanah permukiman" adalah upaya penataan
kembali penguasaan, penggunaan, dan pemilikan tanaholeh masyarakat
pemilik tanah melalui usaha bersama untuk membangun lingkungan siap
bangun dan menyediakankaveling tanah matang sesuai dengan rencana
tata ruang yang ditetapkan Pemerintah Daerah Tingkat II, khusus
untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta rencana tata ruangnya
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Pasal 2(1)
Lingkup pengaturan Undang-undang ini meliputi penataan dan
pengelolaan perumahan dan permukiman, baik didaerah perkotaan
maupun di daerah perdesaan, yang dilaksanakan secara terpadu dan
terkoordinasi.(2) Lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) yang menyangkut penataan perumahan meliputi
kegiatanpembangunan baru, pemugaran, perbaikan, perluasan,
pemeliharaan, dan pemanfaatannya, sedangkan yang menyangkut
penataan permukiman meliputi kegiatan pembangunan baru, perbaikan,
peremajaan, perluasan,pemeliharaan, dan pemanfaatannya.
c) Aspek-aspek Permukiman1. Aspek Fisika. Aspek Lokasi/
Lingkungan Status Tanah (milik,sewa,hakguna,liar,dsb) Tata guna
lahan dan bangunan(sesuai tidaknya penggunaan lahan dan bangunan
pada lokasi RTRW) Gangguan Bencana(banjir,Kebakaran,Gangguan alam
lainya) Kondisi Fisik Lingkungan(lingkungan alam dan buatan )
Kepadatan Pengguna Lahan ( Tingkat kepadatan bangunan dalam
penggunaan lahanb. Aspek Bangunan Kepadatan bangunan ( BC yaitu
Kepadatan yang diperkenankan pada lokasi ) Kualitas
Bangunan(kondisi fisik bangunan,gradasi,penyebarannya) Kesehatan
dan Kenyamanan Bangunan (Kondisi peruangan bangunan,sistem
pencahayaan dan penghawaan,Prasarana gedung/bangunan) Koefisien
Lantai Bangunan (Luas lantai yang diperkenankan-FAR)c. Aspek Sarana
dan Prasarana Ketersedian dan kebutuhan Air bersih Ketersedian dan
kebutuhan Sistem Sanitasi Ketersedian dan kebutuhan Sistem Drainase
Ketersedian dan kebutuhan Jaringan Jalan Ketersedian dan kebutuhan
Jaringan Listrik,Telepon,dll Ketersedian dan kebutuhan Sistem
pembuangan sampahd. Aspek Fasilitas Umum dan SosialMeliputi
Kebutuhan fasilitas social&umum,ketersediannya pada suatu
permukiman.Misalnya:Fasilitas taman /open space,Tempat ibadah,balai
pertemuan warga,pekuburan,dll.2. Aspek Non Fisika. Aspek
Kependudukan Kepadatan (tinggi,sedang,rendah sesuai dengan struktur
kota : metropolitan,besar,sedang,kecil ) Struktur penduduk (menurut
umur,jenis kelamin) Struktur Penduduk sesuai kepala RT &
anggota RT Pertumbuhan Penduduk (kematian,kelahiran,migrasi)
Tingkat Kesehatan & kematian (Kematian,gizi,Penyakit yang
melandab. Aspek Sosial Kemasyarakatan Asal usul suku pada
permikiman Keadaan & tingkat Partisipasi dalam pembangunan dan
kegiatan kemasyarakatan Kondisi & tingkat Keamanan Masyarakat
Tingkat pendidikan masyarakatc. Aspek Ekonomi Jenis Pekerjaan
Pemukim Tingkat Pendapatan Penduduk(tinggi,sedang,rendah menurut
paradigm tertentu) Jenis Kegiatan usaha (usaha formal &non
formal )d. Aspek Budaya Adat istiadat & Kebiasaan yang menonjol
bagi pemukiman Hubungan kekerabatan dan Ketetanggaan pemukim Agama
& Kepercayaan masyarakat Upacara upacara Keagaman dan budaya
Situs budaya yang ada dan perlu dilestarikane. Aspek Psikologis
Rasa aman Rasa tentram Rasa Senang/Bahagia Rasa Takut Rasa
gelisah/was-was
d) SaranaSarana adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan
budaya Sarana Penghunian Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Sarana Pendidikan dan Pembelajaran Sarana Kesehatan Sarana
Peribadatan Sarana Perdagangan dan Niaga Sarana kebudayaan dan
Rekreasi Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga e)
PrasaranaPrasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Jaringan Jalan Jaringan Drainase Jaringan drainase adalah
prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan
penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus
disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan Jaringan Air
Bersih Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih
yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga Jaringan
Listrik Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus
dipenuhi adalah: Penyediaan kebutuhan daya listrik Penyediaan
jaringan listrik Parkir Persyaratan dan kriteria ini disusun
sebagai acuan bagi pengembang lingkungan perumahan dalam skala
besar untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas transportasi umum
lokal a) Lahan parkir untuk area hunian b) Lahan parkir untuk
pusat-pusat kegiatan f) Karakteristik Perumahan danPrototypeMenurut
buku Housing and residential development terdapat 5klasifikasi tipe
lingkungan perumahan (neighborhood)1. Lingkungan perumahan tua
tetap bertahan setelah beberapa generasi.Nilai lahan dan bangunan
tetap bertahan. Kawasan-kawasan ini yangbiasanya dikonservasi untuk
mempertahankan nilai sejarah danbudayanya.2. Lingkungan perumahan
untuk keluarga menengah yang terdiri daribangunan tunggal.
Karakteristik kawasan terlihat bangunan hunian 1dan 2 lantai dengan
kepadatan penduduk rendah3. Lingkungan perumahan transisi dari
hunian ke areal komersil.4. Lingkungan perumahan baru yang terletak
dikawasan sub urban.5. Lingkungan perumahan kumuh yang berada
diantara guna lahanlainnya seperti komersial dan industry.Jenis
bangunan hunian bisa diklasifikasikan berdasarkan
penghuninyaseperti dibawah ini:1. Keluarga mandiri yaitu keluarga
yang mampu melayani diri sendiridalam hal-hal mata pencaharian,
menyediakan hunian yangberkembang. Jenis penghuni ini biasanya
mendiami bangunan-bangunan hunian seperti rumah tunggal, apartemen,
perumahanpensiunan perusahaan, rumah jompo.2. Keluarga semi mandiri
yaitu keluarga yang sebagian bergantungkepada
orang/institusi/pemerintah untuk menangani diri sendiri.Jenis
penghuni ini biasanya mendiami bangunan-bangunan hunianseperti
rumah tunggal, apartemen, rumah-rumah penampungan,rumah pensiunan
perusahaan, rumah jompo.3. Keluarga non mandiri yaitu keluarga yang
sama sekali bergantungkepada orang/instasi/pemerintah untuk
melayani diri sendiri. Jenispenghuni ini biasanya mendiami bangunan
hunian seperti rumah sakit, rumah jompo.g) Permasalahan
perkembangan permukiman yang ada pada saat ini adalah (1) perbedaan
peluang antar pelaku pembangunan yang ditunjukkan oleh ketimpangan
pada pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, perumahan dan
ruang untuk kesempatan berusaha; (2) konflik kepentingan yang
disebabkan oleh kebijakan yang memihak pada suatu kelompok dalam
pembangunan perumahan dan permukiman; (3) alokasi tanah dan ruang
yang kurang tepat akibat pasar tanah dan perumahan yang cenderung
mempengaruhi tata ruang sehingga berimplikasi pada alokasi tanah
dan ruang yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan lain
dan kondisi ekologis daerah yang bersangkutan; (4) terjadi masalah
lingkungan yang serius di daerah yang mengalami tingkat urbanisasi
dan industrialisasi tinggi, serta eksploitasi sumber daya alam; dan
(5) komunitas lokal tersisih akibat orientasi pembangunan yang
terfokus pada pengejaran target melalui proyek pembangunan baru,
berorientasi ke pasar terbuka dan terhadap kelompok masyarakat yang
mampu dan menguntungkan.h) Sebab dan Akibat dari
UrbanisasiSebab-sebab dari adanya urbanisasi ini berbagai negara
memang agak berlainan namun secara umum dapat dikatakan adalah
karena ketimpangan keruangan ( spatial imbalance ) termasuk di
dalamnya ketimpangan penduduk dan ekonomi. Di Indonesia sebab-sebab
urbanisasi adalah :1. Sebagai akibat dari pertambahan penduduk
alami di kota.2. Sebagai akibat dari perpindahan penduduk desa ke
kota, dan3. Berkembangnya daerah tepian kota.Beberapa pendapat dari
pelbagai ilmuwan mengenai sebab dan akibat urbanisasi :a. Dwyer,
Singh, dan Suharso mempunyai pendapat yang sama yaitu bahwa sebab
dari perpindahan penduduk desa ke kota adalah kekurangan tanah dan
rendahnya pendidikan atau motivasi ekonomi.b. Mc Gee berpendapat
bahwa migrasi informal dan migrasi formal cendrung menjadi pola
urbanisasi di kota-kota Negara berkembang.Akibat dari urbanisasi
dapat dikaitkan dengan dampak lingkungan terutama dampak lingkungan
hidup di kota :1.Pertambahan penduduk kota yang begitu cepat, sudah
sulit diikuti dengan kemampuan daya dukung kotanya, ruang untuk
tempat tinggal,dan kelancaran lalu lintas sudah sangat
kurang.2.Pertambahan kendaraan baik roda dua maupun roda empat
dapat menimbulkan polusi udara, maupun polusi suara yang dapat
membahayakan bagi kehidupan manusia tersebut.3.Pencemaran yang
bersifat social dan ekonomi dapat kita lihat seperti banyaknya para
gelandangan, pengemis, pelbagai bentuk kenakalan, kejahatan.Untuk
mengatasi dan mengelola pelbagai masalah yang ditimbulkan oleh
urbanisasi diperlukan adanya suatu kebijaksaan atau policy terhadap
masalah urbanisasi. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
pada khususnya untuk mengatasi masalah urbanisasi yang sudah maupun
yang sedang dilaksanakan antara lain :1.Mempelajari, meneliti, dan
melaksanakan pengembangan wilayah di pelbagai tempat.2.
Mengembangkan industri kecil atau industri rumah tangga.3. Mengatur
arus penduduk dari desa ke kota.]4. Melancarkan kegiatan kegiatan
keluarga berencana.5. Pembangunan perumahan rakyat yang murah dan
memenuhi syarat.
F. SYARAT, STANDAR, DAN TYPE PERUMAHANa) Pengertian Perumahan
dan PermukimanPerumahan dan pemukiman merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia. Di dalam masyarakat Indonesia, perumahan
merupakan pencerminan dari jati diri manusia, baik secara
perseorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan
lingkungan alamnya Mempunyai fungsi yang strategis sebagai pusat
pendidikan keluarga, pembinaan generasi muda, juga dapat disebut
sebagai barang modal (tidak bergerak) atau capital goods .Rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No.4 tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman) .Perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagi lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.Permukiman
adalah bagian dari Lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau Lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.b) Persyaratan
LokasiLokasi lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:a) Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan
lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat
atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: kriteria
keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut
bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian,
hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan
pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;
kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi
tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas
ambang batas,pencemaran air permukaan dan air tanah dalam; kriteria
kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas),
kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak
langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan
tersedia); kriteria keindahan/keserasian/keteraturan
(kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan, mempertahankan
karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak
meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/setu/sungai/kali
dan sebagainya; kriteria fleksibilitas, dicapai dengan
mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan
perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan
prasarana; kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan
mempertimbangkan jarak pencapaian ideal kemampuan orang berjalan
kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan
prasarana-utilitas lingkungan; dan kriteria lingkungan berjati
diri, dicapai dengan mempertimbangkan keterkaitan dengan karakter
sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual
terhadap lingkungan tradisional/lokal setempat.b) Lokasi
perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status
kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan
ekologis.c) Keterpaduan antara tatanan kegiatan dan alam di
sekelilingnya, dengan mempertimbangkan jenis, masa tumbuh dan usia
yang dicapai, serta pengaruhnya terhadap lingkungan, bagi tumbuhan
yang ada dan mungkin tumbuh di kawasan yang dimaksud. c)
Persyaratan Fisik
Ketentuan dasar fisik lingkungan perumahan harus memenuhi
faktor-faktor berikut ini:1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah
permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian
teknis.2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (lihat Tabel 2)
dengan ketentuan: tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada
lahan bermorfologi datarlandai dengan kemiringan 0-8%; dan
diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.
d) Syarat-syarat PerumahanMenurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan lokasi
lingkungan perumahan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:Lokasi perumahan harus sesuai dengan rencana peruntukan
lahan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat
atau dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah setempat, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria
keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut
bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian,
hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan
pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan
tinggi;]2. Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan
bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara
di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah
dalam;3. Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian
(aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal,
langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan
sarana lingkungan tersedia);4. Kriteria keindahan/ keserasian/
keteraturan (kompatibilitas), dicapai dengan penghijauan,
mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada,
misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/
setu/ sungai/ kali dan sebagainya;5. Kriteria fleksibilitas,
dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan pertumbuhan fisik/
pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik
lingkungan dan keterpaduan prasarana;6. Kriteria keterjangkauan
jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak pencapaian ideal
kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap
penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan; dan7. Kriteria
lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan
keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat,
terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/ lokal
setempat.8. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan
yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan
administratif, teknis dan ekologis.Berikut adalah data dasar
lingkungan perumahan :
1 RT : Terdiri dari 150 250 jiwa penduduk 1 RW: 2.500 jiwa
penduduk (terdiri dari 8 10 RT)1 Kelurahan: 30.000 jiwa penduduk
(terdiri dari 10 12 RW)1 Kecamatan: 120.000 jiwa penduduk (terdiri
dari 4 6 kelurahan)Kota: Terdiri dari sekurang-kurangnya 1
kecamatan
e) Syarat-syarat PemukimanSuatu bentuk permukiman yang ideal di
kota merupakan pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat
komprehensif, sebab perumahan dan permukiman menyangkut kehidupan
manusia termasuk kebutuhan manusia yang terdiri dari berbagai
aspek. Sehingga dapat dirumuskan secara sederhana tentang ketentuan
yang baik untuk suatu permukiman yaitu harus memenuhi sebagai
berikut:1. Lokasinya sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh
kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak
pada pencemaran udara atau pencemaran lingkungan lainnya.2.
Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan
pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.3. Mempunyai
fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat
dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang lebat
sekalipun.4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa
jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing
rumah.5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/ tinja yang dapat
dibuat dengan sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan
rembesan, ataupun tanki septik komunal.6. Permukiman harus dilayani
oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan
permukiman tetap nyaman.7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti
taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat
beribadat, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya
permukiman itu.8. Dilayani oleh jaringan listrik dan
telepon-7.983000 112.750000 f) Elemen PermukimanElemen-elemen
permukiman ( ekistik elemen ) adalah sebagai berikut:1. Alam
Lingkungan (nature)Keadaan geologi, kondisi topografi, kondisi
tanah, hidrografi, flora dan fauna serta iklim.2. Manusia
(man)Kebutuhan biologi, ruang, udara dan suhu, perasaan dan
penglihatan, kebutuhan emosi ( hubungan sosial,keamanan dan
keindahan), nilai moral.3. Masyarakat (society)Komposisi jumlah dan
kepadatan penduduk, strata sosial, pola-pola kebudayaan,
pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan
kesejahtraan, hukum dan administrasi.4. Sarana (shells)Perumahan,
pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit), pertokoan dan pasar,
fasilitas rekreasi (teater,museum,stadion), pusat
pemerintahan,pusat pelayanan informasi.5. Jaringan Prasarana
(Networks)Air bersih, listrik, jaringan transportasi (jalan, jalur
kereta api), sistem komunikasi, saluran air kotor, lay out
lingkungan (pola lingkungan).h) Tipe-tipe PerumahanRumah merupakan
kebutuhan dasar manusia yang selain berfungsi sebagai tempat
berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari dalam keluarga, juga
berperan besar dalam pembentukan karakter keluarga Tipe Rumah
tinggal/hunian dapat digolongkan kedalam 4 tipe (Berdasarkan
Keputusan Menpera No.4/KPTS/BKP4/1995 tentang klasifikasi rumah
tidak bersusun), yaitu: Rumah mewah Rumah menengah Rumah sederhana
Rumah sangat sederhana Adapun penggolongan sarana hunian ini
berdasarkan beberapa ketentuan / peraturan yang telah berlaku,
berdasarkan tipe wujud fisik arsitektural dibedakan atas: Hunian
Tidak Bertingkat Hunian tidak bertingkat adalah bangunan rumah yang
bagian huniannya berada langsung di atas permukaan tanah, berupa
rumah tunggal, rumah kopel dan rumah deret Rumah Tunggal (hunian
tidak bertingkat) Rumah kediaman yang mempunyai persil sendiri dan
salah satu dinding bangunan induknya tidak dibangun tepat pada
batas persil. Untuk rumah tunggal lebar minimal kapling 8
meter.
Rumah Kopel (hunian gandeng dua) Dua buah tempat kediaman
lengkap, dimana salah satu sisi bangunan induknya menyatu dengan
sisi satu bangunan lain atau satu tempat kediaman lain, dan
masing-masing mempunyai persil sendiri. Untuk rumah kopel lebar
minimal kapling ditentukan 7 meter.
Rumah Deret (hunian gandeng banyak) Beberapa tempat kediaman
lengkap dimana satu atau lebih dari sisi bangunan induknya menyatu
dengan sisi satu atau lebih bangunan lain atau tempat kediaman
lain, tetapi masing-masing mempunyai persil sendiri. Untuk rumah
deret minimal kapling ditentukan 6 meter.
Hunian Bertingkat Hunian bertingkat adalah rumah susun (rusun)
baik untuk golongan berpenghasilan rendah (rumah susun sederhana
sewa), golongan berpenghasilan menengah (rumah susun sederhana) dan
maupun golongan berpenghasilan atas (rumah susun mewah apartemen).
Tabel 3 Penggolongan sarana hunian
G. PERMUKIMAN KUMUHa) Pengertian Permukiman KumuhSecara umum,
daerah kumuh (slum area) diartikan sebagai suatu kawasan pemukiman
atau pun bukan kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat
tinggal yang bangunan-bangunannya berkondisi substandar atau tidak
layak yang dihuni oleh penduduk miskin yang padat. Kawasan yang
sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak
kota besar, oleh penduduk miskin yang berpenghasilan rendah dan
tidak tetap diokupasi untuk dijadikan tempat tinggal, seperti
bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong di
sekitar pabrik atau pusat kota, dan di bawah jembatan.b) Kriteria
Umum Permukiman Kumuh1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek,
namun terletak pada tempat yang perlu dibenahi.2. Keadaan fisik
hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas, namun
masih dapat ditingkatkan.3. Para penghuni lingkungan permukiman
kumuh pada umumnya bermata pencaharian tidak tetap dalam usaha non
formal dengan tingkat pendidikan rendah4. Pada umumnya penghuni
mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling bawah,
meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah,
kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.5. Ada
kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan
program pembangunan kota pada umumnya.6. Kehadirannya perlu dilihat
dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu, tetapi tidak
semua begitu saja dapat dianggap permanen.c) Kriteria Khusus
Permukiman Kumuh1. Berada di lokasi tidak legal2. Dengan keadaan
fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah
(miskin)3. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota4. Tdak
diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)5.
Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non
formal), ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan
secara umum walau tidak selalu murah.d) Permasalahan Pemukiman
KumuhSecara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah
permukiman kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak
memenuhi standard untuk bangunan layak huni. rumah yang berhimpitan
satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya
kebakaran sarana jalan yang sempit dan tidak memadai tidak
tersedianya jaringan drainase kurangnya suplai air bersih jaringan
listrik yang semrawut fasilitas MCK yang tidak memadaie) Penanganan
Masalah Permukiman KumuhSecara Ringkas Penataan Wilayah untuk
Pengananan Masalah Permukiman Kumuh tersebut adalah :a.Menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama dalam penataan lingkungan
permukiman kumuh .b.Mendorong usaha produktif masyarakat melalui
perkuatan jaringan kerja dengan mitra swasta dan dunia usaha.
c.Mencari pemecahan terbaik dalam penentuan kelayakan penataan
lingkungan permukiman kumuh .d.Melaksanakan penegakkan dan
perlindungan hukum kepada masyarakat yang tinggal di lingkungan
permukiman kumuh .e.Melakukan pemberdayaan kepada para pelaku untuk
mencegah terjadinya permasalahan sosial.f.Menerapkan budaya bersih
dan tertib di lingkungan perumahan dan permukiman .