-
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Matematika SD
Definisi matematika sebenarnya itu tidak ada, karena tidak
terdapat satu
definisipun yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau
pakar
matematika, hal ini dimaksudkan agar para siswa atau orang
yang
mempelajari matematika dapat menangkap dengan mudah
keseluruhan
pandangan para ahli matematika, sehingga mereka dapat
mengartikan
matematika dari sudut pandang manapun (Soedjadi 2000:11).
Meskipun
demikian ada beberapa definisi mengenai matematika yang
diungkapkan
Soedjadi (2000:11), sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisir secara sistematis.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif
dan masalah tentang ruang dan bentuk.
5. Matematikan adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang
logik.
6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang
ketat.
Dari beberapa definisi yang sudah diungkapakan Soedjadi
(2000:11) di atas,
maka penulis simpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan
tentang
bilangan, bentuk serta data-data kuantitatif yang tersusun
secara sistematis
dan logik.
Matematika memiliki beberapa karakteristik seperti; memiliki
objek
kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir
deduktif, memiliki
simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan,
dan
konsisten dalam sistemnya (Soedjadi 2000:13). Matematika sangat
diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan IPTEK,
sehingga
-
8
perlu dibekalkan dalam semua jenjang pendidikan. Matematika
pada
hakikatnya merupakan suatu ilmu yang cara penalarannya deduktif
formal
dan abstrak, harus di berikan pada anak SD yang berfikirnya
operasional
konkret. Tujuan umum diberikannya matematika dijenjang
pendidikan dasar
menurut Soedjadi (2000:43) adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan siswa agar dapat menghadapi perubahan keadaan
didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang,
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Tujuan dan ruang lingkup pembelajaran matematika yang
tercantum
dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, adalah
sebagai
berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan karakteristik antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram,
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat
dalam mempelajari matematika, serta ikut ulet dan percaya
diri
dalam pemecahan masalah.
Ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI
mencakup: a) bilangan, b) geometri dan pengukuran, c) pengolahan
data.
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas
5
semester II adalah sebagai berikut:
-
9
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD
Kelas 5 Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
1. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan
masalah
1.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta
sebaliknya
1.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
1.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
1.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Geometri dan
Pengukuran
2. Memahami sifat-sifat bangun dan
hubungan antar
bangun
2.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar 2.2
Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang 2.3 Menentukan
jaring-jaring berbagai bangun
ruang sederhana
2.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan
bangun ruang
sederhana
Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika itu
bersifat
abstrak dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting
untuk
dipelajari. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar
memerlukan
strategi yang tepat dan menarik, sehingga matematika harus
dirancang
sedemikian rupa agar menjadi suatu pembelajaran yang
menyenangkan,
mudah dimengerti, dan tidak berkesan sulit untuk dipelajari.
2.1.2 Belajar
Permendiknas No 41 Tahun 2007 menyatakan bahwa “belajar
adalah
perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi
seseorang sebagai
akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik
yang
dilakukan. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa “belajar ialah
suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah
-
10
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hamdani (2011:20)
mengungkapkan
bahwa:
Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga
penyesuaian, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat,
penyesuain sosial, bermacam-macam ketrampilan lain, dan
cita-
cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan
pada
dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui
interaksi
dengan lingkungan.
Selain itu menurut Agus Suprijono (2012:3), ”belajar dalam
idealisme
berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju keperkembangan
pribadi
seutuhnya”. Dave Meier (2002:156), mengungkapkan ”belajar
adalah
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi
tindakan”.
Belajar bukan hanya mengenai mata pelajaran yang ada di sekolah
melainkan
juga pengalaman yang dapat diperoleh dari lingkungan, dari
pengalaman
tersebut dapat menambah wawasan/pengetahuan yang bukan hanya
sekedar
tahu tetapi dapat memahami pengetahuan yang didapat,
sehingga
memperoleh keselarasan antara pikiran, mental, maupun emosial
seseorang,
dari hal tersebut akan memunculkan tindakan, kebiasaan, ataupun
perubahan
tingkah laku.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh Agus Suprijono
(2012:3),
Dave Meier (2002:156), Hamdani (2011:20), Slameto (2010:2),
maupun
berdasar Permendiknas disimpulkan bahwa belajar adalah segala
usaha yang
diperoleh dari kehidupannya sendiri maupun interaksi dengan
orang lain
untuk merubahan tingkah laku/tindakan, pola pikir, gaya hidup,
maupun
untuk memperoleh kepuasan hidup yang sifatnya permanen. Belajar
bukan
hanya apa yang diajarkan disekolah tetapi juga pengalaman hidup
masing-
masing orang.
Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu
faktor
dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, faktor dari dalam
seperti jasmaniah,
psikologis, dan kelelahan. Sedangkan dari luar diri siswa
seperti keluarga,
-
11
sekolah, dan masyarakat (Slameto 2010:54-72). Beberapa faktor
tersebut
sangat mempengaruhi proses belajar mengajar maupun hasil dari
belajar.
Kegiatan belajar memiliki beberapa ciri umum yaitu; menunjukkan
aktivitas
yang disadari, merupakan interaksi individu dengan
lingkungannya, dan hasil
belajar ditandai dengan tingkah laku (Aunurrahman 2011:36-37).
Selain itu,
Baharuddin dan Wahyuni (2007:15), juga mengungkapkan ciri-ciri
belajar
sebagai berikut:
1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. 2.
Perubahan tingkah laku bersifat permanen. 3. Perubahan tingkah laku
tidak harus segera dapat diamati pada
saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tersebut
bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengamatan.
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Baharuddin dan Wahyuni (2007:16), juga mengungkapkan
prinsip-prinsip
belajar sebagai berikut:
1. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,
bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak
aktif.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. 3.
Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses
belajar.
4. Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan
selama proses belajar.
5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Agus Suprijono (2012:5) mengungkapkan “tujuan belajar untuk
mencapai instruksional yang berbentuk pengetahuan dan
ketrampilan dan
sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional yaitu berfikir
kritis dan
kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan
sebagainya”.
Definisi dari tujuan belajar itu sendiri adalah deskripsi
tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah proses belajar (Oemar
Hamalik
2008:73).
-
12
Berdasar tujuan belajar di atas, maka menurut penulis tujuan
belajar
adalah untuk menjadi pribadi yang berakhlak, cerdas dan
berkualitas, serta
mampu melakukan tindakan yang bermanfaat. Sehingga dalam suatu
proses
pembelajaran itu pasti memiliki tujuan yang diharapkan akan
dapat tercapai.
2.1.3 Pembelajaran
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”.
Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai kombinasi yang
melibatkan siswa,
guru, fasilitas-fasilitas pendukung belajar serta adanya
prosedur dalam
pelaksanaan belajar, semua kombinasi tersebut saling
mempengaruhi untuk
pencapaian tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik 2008:57).
Pembelajaran
merupakan proses, cara, perbuatan mempelajari, dan tindak ajar
(Agus
Suprijono 2012:13). Selain itu Hamdani (2011:23) juga
mengungkapkan
hakikat dari pembelajaran, yaitu:
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan atau stimulus, dan berdasar aliran kognitif
pembelajaran adalah sebagai cara guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berfikir agar mengenal dan memahami
sesuatu
yang sedang dipelajari. Humanistik mengartikan pembelajaran
adalah sebagai memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih
bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat
dan
kemampuannya.
Berdasar definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh Agus
Suprijono
(2012:13), Hamdani (2011:23), Oemar Hamalik (2008:57), maupun
Sisdiknas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha mempelajari
sesuatu
atau mengajar sesuai dengan prosedur pelaksanaan untuk mencapai
tujuan
tertentu. Pembelajaran akan berhasil lebih baik jika
pelaksanaanya
menekankan pada proses pembelajaran yang mendidik bukan
sekedar
mendapatkan hasil belajar.
-
13
Hamdani (2011:47) mengungkapkan pembelajaran memiliki
ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa
dalam belajar.
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik
perhatian dan menantang siswa.
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat
dan menarik
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran,
baik secara fisik maupun psikologis.
7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. 8. Pembelajaran
dilakukan secara sadar dan sengaja.
Hamdani (2010:47) mengungkapkan “tujuan pembelajaran adalah
membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dengan
pengalaman
itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun
kualitasnya”.
Tingkah laku itu meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai
atau norma
yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa.
Pembelajaran
bertujuan untuk mengubah siswa yang belum terdidik menjadi
terdidik,
belum tahu menjadi tahu, dan siswa memiliki prilaku dan
kebiasaan yang
positif (Aunurrahman 2011:34). Komponen-komponen dalam
pembelajaran
meliputi tujuan, subjek belajar, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur
belajar (Oemar Hamalik 2008:57). Hamdani (2010:3) berpendapat
bahwa:
Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan
sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan,
peristiwa,
dan informasi dari sekitarnya. Pengetahuan dan pengalaman
yang
ada, siswa menggunakan informasi yang berasal dari
lingkungannya dalam rangka mengkonstruksikan interpretasi
pribadi serta makna-maknanya. Makna dibangun ketika guru
memberikan permasalahan yang relevan degan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan
kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk
membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat
pada
siswa.
-
14
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
usaha
guru yang dilakukan terhadap siswa untuk memberikan bekal
dan
pengalaman sehingga memberikan kemudahan serta pembentukan
kepribadian yang lebih baik. Oleh karena itu tujuan dari
pembelajaran adalah
untuk membantu siswa memperoleh berbagai pengalaman, sehingga
dapat
merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik lagi untuk
mengendalikan
pola hidup pada dirinya.
2.1.4 SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual)
Dave Meier (2002:91) mengungkapkan bahwa “pembelajaran tidak
otomatis meningkat dengan meyuruh orang berdiri dan bergerak
kesana
kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan
aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar
dalam
pembelajaran, dan hal itu disebut belajar SAVI”. Sehingga
pembelajaran SAVI
adalah penggabungan fisik, aktivitas, intelektual dan semua
indra. Dave
Meier (2002:92-99) menjelaskan unsur-unsur SAVI adalah sebagai
berikut:
1. Belajar Somatis Belajar somatis berarti belajar dengan indra
peraba, kinestetis,
praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu
belajar secara berkala. Untuk merangsang hubungan pikiran-
tubuh, suasana belajar harus dapat membuat siswa bangkit dan
berdiri dari tempat duduknya dan aktif secara fisik dari waktu
ke
waktu secara berkala. Peraturan dalam belajar somatis ini
adalah
siswa harus aktif dan tindak boleh hanya duduk dan diam
tetapi
melibatkan fisiknya dalam memanipulasi obyek kongkrit yang
digunakan sebagai media pembelajaran.
2. Belajar Auditory Merupakan belajar dengan mendengar dan
berbicara. Untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menarik bagi
seluruh auditori yang kuat dari dalam diri siswa yaitu
dengan
mencarikan cara untuk mengajak siswa membicarakan apa yang
senang dipelajari. Peraturan dalam belajar auditory ini
adalah
siswa harus menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara,
mengajak siswa bicara saat memecahkan masalah, membuat
model, mengumpulkan informasi atau kegiatan pembelajaran
lainnya.
-
15
3. Belajar Visual Setiap orang memiliki ketajaman visual yang
sangat kuat. Hal
ini dikarenakan di dalam otak terdapat lebih banyak
perangkat
untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang
lain. Siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih mudah
belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau
sebuah
buku. Dalam pembelajaran visual meminta siswa untuk
mengamati dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan
situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang
dicontohkan.
4. Belajar Intelektual Kata intelektual menunjukkan apa yang
dilakukan siswa dalam
pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan
kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan
menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari
pengalaman tersebut. Aspek intelektual akan terlatih jika
siswa
diajak untuk terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan
masalah, menganalisis pengalaman, mengerjakan perencanaan,
dan lain sebagainya. Dalam belajar intelektual ini dalam
memecahkan permasalahan siswa harus mampu saling
bekerjasama, karena setiap anak pasti memiliki pemikiran
tersendiri dalam memecahkan maslah, sehingga pemikiran
tersebut harus diselaraskan agar mendapatkan pemecahan
masalah yang tepat.
Dave Meier (2002:106-108), mengungkapkan kerangka
perencanaan
pembelajaran SAVI, dikelompokkan menjadi empat tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan (Pendahuluan) Tujuannya menimbulkan minat
siswa, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:
a. Menenangkan rasa takut. b. Memberikan sugesti positif. c.
Membangkitkan rasa ingin tahu. d. Merangsang rasa ingin tahu siswa.
e. Memberi tujuan yang jelas dan bermakna. f. Mengajak siswa
terlibat penuh sejak awal g. Menciptakan lingkungan fisik yang
positif. h. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar. i. Menciptakan
lingkungan emosional yang positif. j. Banyak bertanya dan
mengemukakan berbagai masalah. k. Memberikan pernyataan yang
memberi manfaat kepada
siswa.
-
16
2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Tujuannya membantu siswa
menemukan materi belajar yang
baru dengan cara menyenangkan, relevan, melibatkan panca
indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Tahap ini dapat
dilakukan misalnya seperti:
a. Presentasi interaktif. b. Pelibatan seluruh otak, seluruh
tubuh. c. Pengamatan fenomena dan dunia nyata. d. Proyek belajar
berdasar kemitraan dan tim. e. Grafik dan sarana presentasi
berwarna-warni. f. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan.
g. Pengalaman belajar di dunia nyata dan kontekstual. h. Aneka
macam cara untuk disesuaikan dengan gaya belajar. i. Pelatihan
menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Tujuannya adalah membantu
siswa mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai
cara. Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:
a. Simulasi dunia nyata b. Permainan dalam belajar. c. Pelatihan
aksi pembelajaran. d. Aktivitas pemecahan masalah. e. Aktivitas
pemprosesan belajar. f. Refleksi dan artikulasi individu. g. Usaha
aktif/umpan balik/renungan/usaha kembali
4. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup) Tujuannya adalah
membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru pada pekerjaan
sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil
akan
terus meningkat. Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:
a. Pelatihan terus menerus. b. Materi penguatan pasca sesi. c.
Aktivitas penguatan penerapan. d. Umpan balik dan evaluasi kinerja.
e. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi.
Pembelajaran SAVI itu penting untuk diterapkan karena SAVI
memiliki
keunggulan dibanding pembelajaran yang lain, seperti
memperhatikan
seluruh gaya belajar siswa, pembelajaran juga didesain dengan
permainan-
permainan belajar, maka pembelajaran akan mudah diikuti dan
terasa
menyenangkan bagi siswa, siswa juga belajar dengan kelompok,
dengan
belajar bersama kelompok maka siswa bisa bertukar pikiran,
selain itu
-
17
kelebihan yang lainnya adalah dengan pembelajaran SAVI maka
siswa dapat
belajar menemukan dan memecahkan masalah serta mengungkapkan
pendapat/ide-ide untuk proses belajar, dengan demikian
pembelajaran akan
dialami sendiri oleh siswa sehingga belajar akan lebih bermakna
bagi siswa.
Sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
pelaksanaan
pembelajaran meliputi 3 tahapan, yaitu:
1. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan
serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan
perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran
2. Kegiatan Inti Peleksanaan kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat
meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup adalah kegiatan yang
dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,
umpan balik, dan tindak lanjut.
Sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
diuraikan
di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah
pembelajaran
dengan menggunakan SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual)
dalam
pembelajaran matematika diuraikan pada tabel 2 berikut ini.
-
18
Tabel 2
Kegiatan Pembelajaran Matematika dengan SAVI
Kegiatan Pembelajaran Unsur SAVI
1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan guru:
a. Membuka pelajaran dengan salam dan berdo’a. b. Melakukan
sugesti positif dan memotivasi. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang jelas dan
bermakna.
Auditory
Auditory,
Visual
2. Kegiatan Inti Pelaksanaan pembelajaran:
Membentuk kelompok belajar secara heterogen
yang beranggotakan 4-5 siswa.
Dalam kegiatan inti meliputi:
A. Eksplorasi: a. Siswa mengamati benda-benda berbentuk
gambar bangun ruang dan bentuk bangun ruang
konkritnya.
b. Uji coba kolaboratif dengan tanya jawab mengenai media yang
digunakan dan untuk
mengetahui pengetahuan siswa tentang materi
bangun ruang yang akan dipelajari.
c. Siswa mengamati bangun ruang dan jaring-jaring bangun
ruang.
B. Elaborasi: a. Permainan “perburuan harta karun” dengan
setiap kelompok mencari bangun ruang (limas,
prisma, kerucut, tabung) di dalam kotak benda
yang sudah disediakan guru.
b. Dengan bekerja kelompok siswa mendefinisikan nama benda yang
didapat,
termasuk jenis bangun ruang apa dan ciri-ciri
bentuk benda.
c. Siswa melakukan pembelajaran dengan permen dan tusuk gigi
untuk mengidentifikasi sifat-
sifat bangun ruang.
d. Dengan bekerja kelompok siswa mengidentifikasi sifat-sifat
bangun ruang dan
membuat jaring-jaring bangun ruang.
e. Siswa menggambar bangun ruang. f. Siswa memanipulasi bangun
ruang hingga
menemukan bentuk jaring-jaringnya.
g. Siswa menggambar dan membuat jaring-jaring bangun ruang.
Somatis
Visual
Auditory,
visual,
intelektual
Visual
Somatis
Intelektual,
visual,
auditory
Somatis
Intelektual,
somatis
Somatis,
intelektual
Somatis,
intelektual
-
19
C. Konfirmasi: a. Siswa mempresentasikan hasil diskusi, dan
kelompok lain memberi tanggapan.
b. Memberikan penghargaan berupa tepuk tangan dan pujian pada
setiap kelompok yang
presentasi.
c. Guru memberikan penjelasan kembali dari yang sudah
dipresentasikan siswa ataupun
memberi tambahan materi.
Auditory,
visual
Auditory
Auditory,
visual
3. Kegiatan Penutup a. Tindak lanjut dengan tanya jawab dari
materi yang
sudah dipelajari
b. Evaluasi diri siswa dengan menceritakan apa yang sudah
dikerjakan selama proses pembelajaran
berlangsung dan mengungkapkan kesan-kesannya.
c. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran.
d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya.
Auditory,
intelektual
Auditory
Auditory
Auditory
2.1.5 Aktivitas Belajar
Kegiatan pembelajaran hendaknya siswa ditempatkan sebagai
subjek
belajar, oleh karena itu siswa harus memiliki pengalaman belajar
secara
optimal, sehingga pembelajaran harus berorientasi pada aktivitas
belajar
siswa (Wina Sanjaya 2009:178). Aktivitas belajar adalah
kegiatan-kegiatan
siswa dalam belajar, seperti; mendengarkan penjelasan guru,
mencatat hal-hal
yang dianggap penting, berdiskusi, keberanian untuk bertanya,
keberanian
mengajukan pendapat, kritik, saran, presentasi, mengerjakan
latihan, dan
kegiatan belajar yang lainnya.
Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2008:90-91)
mengelompokkan
jenis-jenis aktivitas siswa sebagai berikut:
1. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain
bekerja, atau bermain.
2. Kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara,
diskusi.
Lanjutan Tabel 2
-
20
3. Kegiatan mendengarkan seperti: mendengarkan penyajian bahan,
percakapan, atau diskusi kelompok, siaran radio, maupun
mendengarkan suatu permainan instrumen musik.
4. Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman,
mengerjakan tes, mengisi angket.
5. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram,
peta, pola.
6. Kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan (simulasi), menari, berkebun.
7. Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor, menemukan hubungan, membuat
keputusan.
8. Kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan
sebagainya.
Oemar Hamalik (2008:91) mengungkapkan bahwa manfaat
aktivitas
dalam pembelajaran diantaranya adalah:
1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi
siswa.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang
pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4. Siswa belajar berdasar minat dan kemampuan sendiri sehingga
sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan
perbedaan individual.
5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis,
kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.
6. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit,
sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis
serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
7. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup.
Tanpa ada aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin terjadi,
sehingga
aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam
interaksi
belajar mengajar, mengingat bahwa belajar merupakan hasil dari
pengalaman,
maka dibutuhkan aktivitas untuk dapat melakukan pembelajaran.
Jadi dapat
disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan
sebagai proses
dalam belajar untuk mengembangkan psikologis dan intelektual
anak.
-
21
Ngalim Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang
mempengaruhi aktivitas belajar (proses belajar) siswa,
yaitu:
1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri
individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek
fisik yaitu sehat tidaknya kondisi tubuh mempengaruhi
aktivitas
belajar siswa. Aspek psikis meliputi perhatian, pengamatan,
tanggapan, fantasi, ingatan, fikiran, bakat, dan motif.
2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru
dan cara mengajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar seperti yang sudah
diungkapkan
diatas terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu SAVI.
Dengan pembelajaran SAVI siswa diajak untuk memanfaatkan indra
sebanyak
mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses
belajar,
pembelajaran juga didesain semenarik mungkin dan menyenangkan
agar
mampu merangsang semua alat indra anak untuk melakukan aktivitas
belajar
(Meier 2002:90). Dengan demikian SAVI juga mampu
mempengaruhi
aktivitas belajar siswa baik dari faktor internal maupun
eksternal. Dengan
meningkatnya aktivitas belajar yang dialami sendiri oleh siswa
dengan kata
lain pembelajaran berpusat pada siswa, maka akan meningkatkan
kemampuan
dan daya ingat siswa, sehingga hasil belajar siswa juga akan
meningkat lebih
baik.
Aktivitas belajar dalam pembelajaran matematika yang dapat
diukur
meliputi beberapa aspek, yaitu: kegiatan visual, lisan,
mendengarkan,
menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional (Oemar
Hamalik
2008:90). Pengukuran pelaksanaan/aktivitas dalam pembelajaran
dapat
dilakukan dengan evaluasi beracuan kriteria yaitu menentukan apa
yang
dianggap prestasi yang baik dan nilai akhir apa yang diharapkan,
selain itu
dapat dilakuklan dengan evaluasi diri pelajar, yaitu memberikan
laporan,
masukan, atau keluhan terhadap proses pembelajaran yang sudah
berlangsung
(Dave Meier 2002:165). Selain itu skala penilaian lebih tepat
digunakan
untuk mengukur suatu proses, misalnya proses belajar pada siswa
(Nana
Sudjana 2012:79). Berdasar penjelasan tersebut, maka pengukuran
aktivitas
belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika
dengan
-
22
menggunakan skala penilaian. Dengan menggunakan skala penilaian
dapat
mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
2.1.6 Hasil Belajar
Agus Suprijono (2012:5), mengungkapkan bahwa hasil belajar
merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar merupakan
kemampuan siswa
dari proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku
secara
keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi saja.
Berdasarkan
pemikiran Gagne dalam (Agus Suprijono 2012:5-6), hasil belajar
berupa:
1. Informasi verbal, yaitu mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, merespon secara spesifik terhadap rangsangan
spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya.
4. Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani.
5. Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam (Poerwanti,
dkk
2008:1.22), secara garis besar mencakup 3 ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, adalah ranah yang menekankan pada
pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual.
2. Ranah afektif, adalah ranah yang berkaitan dengan
pengembangan-pengembangan perasaan, sikap nilai, dan
emosi.
3. Ranah psikomotorik, adalah ranah yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan atau ketrampilan motorik.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
hasil
belajar adalah kemampuan siswa yang mencakup kognitif, afektif,
dan
psikomotorik yang diperoleh melalui proses belajar. Hail belajar
yang
diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi mengenai kemajuan
para siswa
dalam proses pembelajaran.
-
23
Hamdani (2010:139-146) mengemukakan faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, yaitu:
a. Faktor internal, yaitu faktor dari diri siswa 1. Kecerdasan,
yaitu kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
2. Jasmani atau fisiologis. 3. Sikap, yaitu kecenderungan untuk
mereaksi terhadap suatu
hal, orang, atau benda dengan suka, atau tidak suka, atau
acuh tak acuh.
4. Minat, berkaitan denga perasaan biasanya rasa senang 5.
Bakat, yaitu kemampuan potensi yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
6. Motivasi, yaitu sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
belajar adalah
keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan Riana
(2010:7),
dengan SAVI dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa
karena
dengan SAVI selain siswa lebih aktif dalam pembelajaran siswa
juga dapat
memanipulasi benda kogkrit yang dilakukan secara diskusi serta
dapat
membuat dugaan-dugaan mengenai hasil yang didiskusikan.
Dengan
demikian penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan SAVI
dapat
mengaktifkan siswa untuk menemukan sendiri sebab dari
permasalahan
dalam matematika, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi
yang
dipelajari, dan nilai yang diperoleh saat mengerjakan tes atau
tugas juga akan
lebih baik, sehingga hasil belajarnya juga baik, dengan demikian
SAVI dapat
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
Depdiknas (2008:9) tentang Rancangan Penilaian Hasil Belajar
menyatakan bahwa:
Penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas penilain hasil belajar oleh; pendidik, satuan pendidikan,
dan
pemerintah. Penilaian hasil belajar/prestasi belajar oleh
pendidik
dilakukan secara berkeseninambungan, yang bertujuan untuk
memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta
untuk
meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Pengukuran
dalam
prestasi belajar ini menggunakan tes tertulis, tugas, maupun
presentasi. Penilaian prestasi belajar digunakan untuk
menilai
-
24
pencapaian kompetensi, bahan peyusun laporan hasil belajar,
dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Mekanisme penilaian berdasar Rancangan Penilaian Hasil Belajar
oleh
Departemen pendidikan tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan penilaian, seperti mengembangkan indikator
penilaian, kisi-kisi, instrumen penilaian (berupa tes,
penugasan,
dan yang lainnya) dan pedoman penskoran.
2. Pelaksanaan penilaian, merupakan penyajian penilaian kepada
pesarta didik. Kegiatan yang dilakukan berupa melakukan
penilaian menggunakan instrumen yang telah dikembangkan,
memeriksa hasil pekerjaan peserta didik mengacu pada pedoman
penskoran untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan
kesulitan
belajar peserta didik.
3. Analisis hasil penilaian, yang dilakukan adalah menganalisis
hasil penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu membandingkan
hasil
penilaian masing-masing peserta didik dengan standar yang
sudah
ditetapkan.
4. Tindak lanjut hasil analisis, kegiatan yang dilakukan
meliputi pelaksanaan progam remidi untuk peserta didik yang
belum
tuntas, dan mengadministrasikan semua hasil penilaian yang
telah
dilaksanakan.
Penilaian dalam pembelajaran sangat penting untuk mengetahui
keberhasilan progam pembelajaran, dalam penilaian pembelajaran
beberapa
cara yang dapat dilakukan seperti tes pra pembelajaran dan
pasca-sesi
pembelajaran yang bertujuan menguji pengetahuan dan mengukur
hasilnya
dan ujian lisan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang
dipelajari (Dave Meier, 2002:160). Penilaian dalam matematika
harus
mencakup soal atau tugas yang memerlukan kemampuan berfikir,
dengan
demikian dapat meningkatkan kemampuan berfikirnya (Depdiknas
2008:10).
Berdasar uraian diatas serta berdasarkan tujuan dan ruang
lingkup
pembelajaran matematika yang tercantum dalam Permendiknas No 22
Tahun
2006 yang berisikan tentang memahami konsep matematika,
menggunakan
penalaran, memecahkan masalah matematika, mengkomunikasikan
gagasan,
dan memiliki sikap menghargai dalam kegunaan matematika,
maka
pengukuran hasil belajar yang dapat digunakan dalam
pembelajaran
matematika adalah dengan menggunakan tes dan non tes. Yaitu
mencakup tes
-
25
tertulis, dan skala sikap. Skala sikap digunakan untuk mengukur
sikap
seseorang terhadap objek tertentu (Nana Sudjana 2012:80). Dalam
penelitian
ini pengukuran sikap siswa terhadap pembelajaran matematika.
2.2 Keterkaitan Pembelajaran SAVI dengan Aktivitas Belajar dan
Hasil
Belajar Matematika
Pembelajaran SAVI yang digunakan dalam penelitian ini dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan hasil belajar
matematika. Melalui
pembelajaran SAVI siswa diajak untuk memanfaatkan indra
sebanyak
mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses
belajar,
pembelajaran juga didesain semenarik mungkin dan menyenangkan
agar
mampu merangsang semua alat indra anak untuk melakukan aktivitas
belajar
(Meier 2002:90). Berdasar pernyataan tersebut, terlihat bahwa
pembelajaran
SAVI memiliki karakteristik yang berpusat pada siswa, karena
siswa
dilibatkan langsung dalam pembelajaran. Dengan demikian
penulis
simpulkan bahwa pembelajaran SAVI mampu meningkatkani aktivitas
belajar
siswa. Dalam penelitian ini aktivitas belajar siswa meningkat
dengan cara
pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk siswa diajak untuk
melakukan
pengamatan benda konkrit, permainan, mengidentifikasi
sifat-sifat bangun
ruang, memanipulasi bangun ruang, menggambar dan membuat
jaring-jaring
bangun ruang, dan presentasi.
Pembelajaran SAVI juga berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan Riana
(2010:7), dengan
SAVI dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, karena
dengan
pembelajaran SAVI selain siswa lebih aktif dalam belajar, siswa
juga dapat
memanipulasi benda kogkrit yang dilakukan secara diskusi serta
dapat
membuat dugaan-dugaan mengenai hasil yang didiskusikan.
Dengan
demikian penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan SAVI
dapat
mengaktifkan siswa untuk menemukan sendiri sebab dari
permasalahan
dalam matematika, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi
yang
dipelajari, dengan kondisi tersebut nilai yang diperoleh saat
mengerjakan tes
-
26
atau tugas akan lebih baik dengan kata lain hasil belajar siswa
juga akan lebih
baik. Dengan demikian SAVI dapat meningkatkan hasil belajar
matematika
siswa. Hasil belajar matematika dapat meningkat karena
pengoptimalan
aktivitas belajar siswa, yaitu siswa diajak untuk memanipulasi
media peraga,
mengidentifikasi masalah dalam matematika, presentasi, serta
latihan soal.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dian Puspitasari (2011:2), dari hasil penelitiannya setelah
dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan penerapan SAVI didapatkan hasil
1)
Keaktifan siswa meningkat dari 40,74 pada awal siklus I menjadi
74,81 pada
akhir siklus II. 2) Hasil belajar meningkat dari rata-rata 55,83
dan ketuntasan
kelas 25,93% sebelum tindakan, meningkat menjadi rata-rata 76,30
dan
ketuntasan kelas mencapai 82,14% pada akhir siklus II.
Penelitian ini
menyimpulkan dengan peneraan SAVI dapat meningkatkan hasil
belajar
siswa.
Ilman Gunawan (2011:2), hasil penelitiannya menunjukkan
dahwa
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, hal tersebut
ditunjukkan
dengan 1) Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan,
pada siklus I nilai rata-rata sebesar 63,71, siklus II sebesar
69,96, dan siklus
III nilai rata-rata 74,40. 2) Hasil belajar meningkat, pada
siklus I nilai rata-
rata sebesar 65,16, pada siklus II nilai sebesar 75,60, dan pada
siklus III nilai
sebesar 80,00. 3) Variansi rata-rata nilai menurun, pada siklus
I sebesar
197,51, pada siklus II sebesar 111,45 dan pada siklus III nilai
sebesar 92,07.
Jadi dengan menggunakan model kooperatif tipe SAVI dapat
meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun datar.
Riana Irawati (2010:5) dalam skripsinya menyimpulkan hasil
penelitian
sebagai berikut: 1) Terdapat peningkatan hasil belajar dalam
tiap siklus,
sebelumnya semua belum mencapai KKM atau (0%), pada siklus I
yang
mencapai KKM naik menjadi (46,15%), siklus II (76,92%), dan
silkus
terakhir menjadi (100%). 2) Terdapat peningkatan peran serta
siswa dalam
pembelajaran. 3) Siswa lebih senang belajar matematika. 4)
Meningkatkan
-
27
kreativitas siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan
pembelajaran
menggunakan SAVI dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam
pembelajaran matematika.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dian
Puspitasari
(2011:2), Ilman Gunawan (2011:2), dan Riana Irawati (2010:5)
tentang
penerapan SAVI dalam kegiatan pembelajaran matematika, yang
dilaksanakan
dengan menggunakan berbagai media belajar yang konkrit,
dilaksanaan
diskusi untuk pemecahan masalah, siswa dilatih untuk berbicara
atau
mengemukakan pendapat, pembelajaran dengan
permainan-permainan,
sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih mengasyikkan dan
terpusat
pada siswa. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas
belajar
dan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan ini dapat
dilihat dari
peningkatan nilai rata-rata dari tiap siklus pembelajaran.
Sehingga SAVI dapat
diterapkan dalam pembelajaran matematika dan terbukti mampu
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika.
2.4 Kerangka Pikir
SAVI yang diterapkan dalam pembelajaran matematika pada
penelitian ini
dapat meningkatkan aktivitas belajar, karena pembelajaran
melibatkan seluruh
fisik, indra, dan intelektual anak. Dalam pembelajaran dengan
SAVI ini
dilakukan permainan, pengamatan media konkrit, diskusi untuk
melakukan
praktik pembelajaran dan memecahkan permasalahan matematika yang
ada,
memanipulasi media yang digunakan sehingga pembelajaran mudah
dipahami
anak, serta mempresentasikan hasil diskusi untuk melatih siswa
berbicara
didepan orang banyak serta sebagi wujud penghargaan hasil kerja
siswa.
Pembelajaran dilakukan dengan kelompok yang heterogen sehingga
siswa
lebih senang dalam belajar, karena memang diusia anak kelas 5 SD
lebih
senang belajar dengan teman sebaya. Dengan serangkaian
kegiatan
pembelajaran tersebut maka aktivitas belajar siswa lebih
banyak.
-
28
Pengoptimalan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat
membantu
memperkuat ingatan dan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari.
Apabila siswa mampu memahami materi dengan baik, maka hasil
belajarpun
juga akan lebih baik. Peningkatan hasil belajar matematika
dilakukan dengan
siswa diajak untuk memanipulasi benda peraga, mengidentifikasi
masalah
dalam matematika, presentasi, serta mengerjakan tugas-tugas
matematika.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan serangkaian
aktivitas belajar
yang maksimal, akan meningkatkan hasil belajar siswa serta
menjadikan
pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran dengan SAVI dalam
matematika
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar
matematika.
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
1. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar
pada
siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga semester II
tahun
2012/2013.
2. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar
dengan
cara; 1) pengamatan benda konkrit, 2) permainan, 3)
mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang, 4) memanipulasi bangun ruang , 5)
menggambar
dan membuat jaring-jaring bangun ruang, 6) presentasi.
3. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar
matematika
pada siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga semester II
tahun
2012/2013.
4. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar
matematika
dengan cara mengoptimalkan aktivitas belajar siswa, seperti:
1),
memanipulasi bangun ruang, 2) mengidentifikasi sifat-sifat
bangun
ruang, 3) presentasi, dan 4) mengerjakan latihan soal.