Top Banner
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada subbab kajian teori akan dipaparkan tentang kajian atau pendapat para ahli yang mendukung penelitian yang akan dilakukan. Sudah banyak ahli yang mengkaji suatu objek. Namun dari hasil yang dikaji memiliki sudut pandang yang berbeda. Pada subbab kajian teori membahas tentang hakikat matematika, metode demonstrasi dan keterampilan dalam berhitung. 2.1.1. Hakikat Matematika Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Th 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa matematika merupakan ilmu yang universal serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam perkembangan teknologi modern, serta berperan penting dalam berbagai macam disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pada zaman sekarang yang serba cangih seperti saat ini, matematika dijadikan sebagai dasar perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Matematika yang dijadikan dasar perkembangan teknologi informasi dan konfirmasi terdapat dibidang teori seperti bilangan, aljabar, analisis, peluang maupun matematika diskrit. Matematika agar dapat dijadikan sabagi dasar perkembangan teknologi dimasa mendatang maka dibutuhkan adanya penguasaan matematika yang kuat sejak kecil. Dengan demikian banyak ahli yang memberikan pendapat tentang matematika seperti yang tertulis dalam Departeman Pendidikan Nasional (2004) adalah disiplin ilmu yang hasil kajian memiliki sifat abstrak dan dibangun memalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkitan antara konsep dalam matematika bersifat kuat dan jelas. Sejalan dengan hal tersebut Saniyah (2004) mengemukakan matematika sebagai disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibanding ilmu yang lain, mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Sedangkan Van de
26

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hakikat Matematika · 2018. 7. 27. · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1. Kajian Teori Pada subbab kajian teori akan dipaparkan tentang kajian atau

Feb 06, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    Pada subbab kajian teori akan dipaparkan tentang kajian atau pendapat para

    ahli yang mendukung penelitian yang akan dilakukan. Sudah banyak ahli yang

    mengkaji suatu objek. Namun dari hasil yang dikaji memiliki sudut pandang yang

    berbeda. Pada subbab kajian teori membahas tentang hakikat matematika, metode

    demonstrasi dan keterampilan dalam berhitung.

    2.1.1. Hakikat Matematika

    Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI

    yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Th 2006

    tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa

    matematika merupakan ilmu yang universal serta dapat dijadikan sebagai dasar

    dalam perkembangan teknologi modern, serta berperan penting dalam berbagai

    macam disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pada zaman sekarang

    yang serba cangih seperti saat ini, matematika dijadikan sebagai dasar

    perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Matematika yang dijadikan

    dasar perkembangan teknologi informasi dan konfirmasi terdapat dibidang teori

    seperti bilangan, aljabar, analisis, peluang maupun matematika diskrit.

    Matematika agar dapat dijadikan sabagi dasar perkembangan teknologi dimasa

    mendatang maka dibutuhkan adanya penguasaan matematika yang kuat sejak

    kecil. Dengan demikian banyak ahli yang memberikan pendapat tentang

    matematika seperti yang tertulis dalam Departeman Pendidikan Nasional (2004)

    adalah disiplin ilmu yang hasil kajian memiliki sifat abstrak dan dibangun

    memalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep yang diperoleh

    sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga

    keterkitan antara konsep dalam matematika bersifat kuat dan jelas.

    Sejalan dengan hal tersebut Saniyah (2004) mengemukakan matematika

    sebagai disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibanding ilmu yang lain,

    mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Sedangkan Van de

  • 7

    Walle (2008) juga mengemukankan bahwa matematika adalah ilmu tentang

    sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan logis. Dalam matematika

    membahas tentang teori bilangan, peluang, bentuk, alogritma, dan perubahan.

    Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak, matematika bergantung pada logika

    bukan pada pengamatan sebagai standar kebenaran.

    Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan

    disiplin ilmu yang memiliki sifat abstrak dan khas yang berkaitan dengan angka-

    angka, berhitung, untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehirupan

    manusia dan digunakan sebagai dasar perkembangan ilmu pengetahuana dan

    teknologi yang ada di alam ini.

    Dalam pembelajaran matematika tentunya memerlukan sebuah komponen-

    komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran, tujuan mata pelajaran

    matematika untuk semua jenejnag pendidikan dasar dan menengah dinyatakan

    dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006 (Wardhani, 2010) adalah sebagai berikut

    1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

    luwes, akurat , efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

    2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

    bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

    3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

    menafsirkan solusi yang diperoleh.

    4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

    5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

    dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

    dalam pemecahan masalah.

    Komponen-komponen tujuan mata pelajaran matematika seperti yang

    terdapat dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006 dapat tercapai jika proses

    pembelajaran dikemas secara aktif, kreatif, efisien dan menyenangkan bagi siswa.

    Selain mengemas pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan menyenangkan

    bagi siswa guru sebaiknya juga mengetahui karakteristik pada mata pelajaran

    matematika itu sendiri. Dengan begitu siswa tidak merasa bosan dalam

  • 8

    memahami pembelajaran yang dilaksanakan dan tujuan-tujuan mata pelajaran

    matematika dapat tercapai dengan baik.

    Selain tujuan yang memiliki beberapa komponen matematika juga memiliki

    beberapa karakteristik untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika.

    Karakteristik secara umum menurut Wardhani, Sri (2010) adalah sebagai berikut

    1) Memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, Objek matematika adalah objek mental atau pikiran. Oleh karena itu bersifat abstrak.

    Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah fakta,

    konsep, operasi (skill), dan prinsip.

    2) Mengacu pada kesepakatan fakta matematika meliputi istilah (nama) dan simbol atau notasi atau lambang. Fakta merupakan

    kesepakatan atau permufakatan atau konvensi. Kesepakatan itu

    menjadikan pembahasan matematika mudah dikomunikasikan.

    Pembahasan matematika bertumpu pada kesepakatankesepakatan.

    3) Mempunyai pola pikir deduktif, Pola pikir deduktif didasarkan pada urutan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma

    (postulat), definisi, sifat-sifat, dalil-dalil (rumus-rumus) dan

    penerapannya dalam matematika sendiri atau dalam bidang lain

    dan kehidupan sehari-hari. Pola pikir deduktif adalah pola pikir

    yang didasarkan pada hal yang bersifat umum dan diterapkan pada

    hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang didasarkan pada

    suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui kebenarannya.

    4) Konsisten dalam sistemnya, Dalam suatu sistem matematika berlaku hukum konsistensi atau ketaatan, artinya tidak boleh

    terjadi kontradiksi di dalamnya. Konsistensi ini mencakup dalam

    hal makna maupun nilai kebenarannya.

    5) Memiliki simbol yang kosong dari arti, Rangkaian simbol-simbol dapat membentuk kalimat matematika yang dinamai model

    matematika. Secara umum simbol dan model matematika

    sebenarnya kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model

    matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan konteks

    tertentu.

    6) Memperhatikan semesta pembicaraan, Karena simbol dan model matematika kosong dari arti, dan akan bermakna bila dikaitkan

    dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau semesta

    dari konteks yang dibicarakan. Lingkup atau semesta dari konteks

    yang dibicarakan sering diistilahkan dengan nama ‟semesta

    pembicaraan‟. Ada-tidaknya dan benar-salahnya penyelesaian

    permasalahan dalam matematika dikaitkan dengan semesta

    pembicaraan.

    Pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan

    di dalam kelas dengan perencanaan yang matang. Pembelajaran dalam kelas

    terdapat interaksi antara guru dan beberapa siswa yang saling bertukar informasi.

  • 9

    Dalam berinterkasi bertukar informasi tersebut mengandung makna belajar dan

    mengajar. Makna belajar jika dilihat dari sisi siswa dan makna mengajar jika

    dilihat dari sisi guru. Belajar bertujuan kepada apa yang dilakukan seseorang

    sebagai sabjek dan mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan oleh

    guru sebagai pemberi pelajaran. Dari kedua sisi itu akan berkolaborasi secara

    terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadinya interkasi antara guru dan

    beberapa siswa didalam pembelajaran matematikan yang sedang berlangsung.

    Menurut Corey (Susanto, 2013), pembelajaran adalah suatu proses dimana

    lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

    dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

    respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam pandangan Corey sebagai

    upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif sehingga

    memungkinkan siswa berubah bertingkah laku.

    Adapun menurut Komalasari (2010) mengemukakan definisi pembelajaran

    sebagai salah satu sistem atau proses membeljarkan peserta didik yang

    direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar peserta didik

    dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

    Muhsetyo, dkk (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika

    adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui

    serangkaian kegiatan yang terencana sehingga pesert didik memperoleh

    kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang

    menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran

    matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) tingkat

    perkembangan peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif

    peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari, (6)

    pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.

    Sedangkan menurut Susanto (2013) Pembelajaran matematika adala suatu

    proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru unruk mengembangkan

    kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa,

    serta dapat meningkatkan kemampuan mengkrontruksi pengetahuan baru sebagai

    upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

  • 10

    Pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman secara

    langsung kepada siswa secara terprogram sesuai dengan rencana guru yang dapat

    menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan menjadikan siswa dapat

    meningkatkan kemampuan berfikir untuk mengkontruksikan pengetahuan yang

    baru. Dalam pembelajaran siswa dan guru merupakan komponen utama. Kedua

    komponen tersebut berkolaborasi dengan baik menjadikan suatu kegiatan interaksi

    antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa.

    2.1.2. Pengertian Metode

    Secara etimologi metode berasal dari kata “Methodos” yang berasal dari

    bahasa latin yaitu “Methodos”. Methodos berasal dari dua kata dasar yaitu metha

    dan hodos. Metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi

    methodos artinya jalan yang dilalui. Menurut W, Sri Anitah (2008) metode adalah

    cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa, karena metode lebih

    menekankan pada peran guru.

    Joni (W, Sri Anitah 2008) mengemukakan bahwa metode adalah berbagai

    cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.

    Sedangkan Menurut Uno (2007) metode pembelajaran adalah cara yang

    digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk

    mencapai tujuan pembelajaran.

    Dari pendapat beberapa ahli tentang pengertian metode dapat di simpulkan

    bahwa metode merupakan cara yang digunakan guru untuk mencapai kompetensi-

    kompetensi pembelajaran yang telah direncanakan guru dengan melibatkan siswa

    sebagai objek agar siswa dapat lebih aktif, kreati dalam mengikuti pembelajaran

    dikelas. Selain itu metode juga dpat membantu guru dalam menyampaikan

    pembelajaran dan makna dalam pembelajaran dapat lebih cepat untuk

    tersampikan.

    2.1.3. Metode Demonstrasi

    Menurut W, Sri Anitah (2008), metode demonstrasi merupakan metode

    mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan secara

    langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya

    secara proses. Sedangkan pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa metode

  • 11

    demonstrasi adalah metode efektif sebeb membantu para siswa untuk mencari

    jawaban dangan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar (Sudjana,

    2008).

    Anas (2014) mengemukan bahwa metode demonstrasi adalah metode

    mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau

    untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan

    menggunakan metode demonstrasi siswa dan guru dapat memperlihatkan suatu

    proses penemuan pengetahuan baru. Sedangkan menurut Syaodin dan Ibrahim

    (2010) mengemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan sebuah metode

    yang dalam pembelajarnnya memperlihatkan langkah-langkah suatu proses

    terbentuknya atau terjadinya sesuatu yang menitikberatkan pada kemampuan

    seorang guru untuk mendemonstrasikannya.

    Begitu juga Huda (2015) mengemukakan bahwa metode demonstrasi

    adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan

    suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk

    sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau

    sumber belajar lain didepan seluruh siswa.

    Dari paparan tentang pengertian metode demonstrasi beberapa ahli dapat

    ditarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi memfokuskan pembelajaran pada

    proses pencarian atau penemuan pengatahuan yang baru bagi siswa dengan

    berbantua media, baik itu media nyata maupun media tiruan, dalam hal ini

    dibutuhkan kesiapan guru dalam segi materi pembelajaran dan penguasaan kelas

    ataupun metode demonstrasi. Metode demonstrasi sangat cocok jika dalam

    perencanaan pembelajaran siswa diminta untuk malakukan suatu kegiatan untuk

    memperoleh jawaban, karena metode demonstrasi diharapkan siswa aktif

    mengikuti pembelajaran dengan mengamati sebuah proses penemuan pengetahuan

    yang baru bagi siswa. Misalkan mengamati bahan-bahan apa saja yang digunakan,

    mengamati bangaimana proses menggunakan bahan-bahan, mengamati perubahan

    yang terjadi dan mengamati hasilnya dari proses tersebut. Metode demonstrasi ini

    meskipun sederhan tetapi lebih memberikan pengalaman langsung kepada siswa

  • 12

    sehingga siswa dapat lebih cepat menerima pembelajaran, dan pembelajaran yang

    telah dilakukan pun akan tersimpan secara sempurna dalam otak siswa.

    Menurut W, Sri Anitah (2008), metode demonstrasi akan lebih sesuai jika

    digunakan untuk (1) mengonkretkan suatu konsep atau prosedur yang abstrak; (2)

    mengajarkan bagaiman berubuat atau menggunakan yang abstrak; (3) meyakinkan

    bahwa alat dan prosedur tersebut bisa digunakan; (4) membangkitikan minat

    menggunakan alat dan prosedur. Dengan begitu dalam metode demonstrasi akan

    banyak digunakan pada mata pelajaran seperti matematika. Karena mata pelajaran

    matematika merupakan mata pelajaran yang abstrak.

    W, Sri Anitah (2008), juga mengungkapkan bahwa metode demonstrasi juga

    memiliki karakteristik. Karakteristik metode demonstrasi adalah mengajar dengan

    cara modeling, guru bisa berperan sebagai modeling atau guru dapat mengajak

    nara sumber untuk mendemonstrasikan objek pembelajaran dengan syarat nara

    sumber tersebut harus menguasi materi atau bisa jadi siswa yang berperan

    menjadi model pada saat pembelajaran. Sehingga dalam pembelajaran yang

    menerapkan metode demonstrasi ini sangat lah baik jika diterapkan karena

    pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam

    pembelajaran yang dilaksanakan bukan hanya guru saja yang menjadi objek tetapi

    siswa juga dapat menjadi objek dalam pembelajaran.

    Prasyarat yang dikemukakan oleh W, Sri Anitah (2008) untuk

    mengoptimalkan pembelajaran dengan metode demonstrasi pada kemampuan

    guru yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan metode demonstrasi,

    diantaranya adalah (a) mampu secara proses dalam melaksanakan demonstrasi

    materi atau topik yang dipraktikan; (b) mampu mengelola kelas, dan menguasai

    siswa secara menyeluruh; (c) mampu menggunakan alat bantu yang digunakan;

    (d) mampu melaksanakan penilaian proses. Selain kemampuan guru, ada juga

    kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan saat menerapkan metode

    demonstrasi, antara lain (1) siswa harus memiliki motivasi, perhatian, dan minat

    untuk belajar, (2) memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan;

    (3) mampu mengamati proses yang sedang didemonstrasikan; (4) mampu

    mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi. Jika semua

  • 13

    prasyarat tersebut dipenuhi maka pembelajaran akan lebih mudah tercapai

    sehingga waktu yang digunakan sangatlah efesien dan membuat siswa lebih

    bermakna dalam pembelajaran.

    Dalam segala metode pembalajaran tentu memiliki sebuah kelebihan dan

    kelemahan. Begitu juga dengan metode demonstrasi, meskipun metode

    demonstrasi terlihat sangat sederhana tetapi juga memiliki kelebihan dan

    kekuranang. Berikut ini akan dipaparkan mengenai kelebihan dan kekurangan

    metode demonstrasi

    a. Kelebihan Metode Demonstrasi

    Kelebihan metode demonstrasi menurut W, Sri Anitah (2008) adalah

    1) Siswa-siswi dapat dapat memehami bahan pelajaran sesuai dengan objek

    sebenarnya;

    2) Dapat mengembagkan rasa ingin tahu siswa;

    3) Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis;

    4) Dapat mengetahui hubungan yang struktual atau urutan objek;

    5) Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.

    Kelebihan metode demonstrasi menurut Huda (2010) adalah

    1) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret;

    2) Memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran;

    3) Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari;

    4) Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam

    diri siswa;

    5) Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari;

    6) Membuat proses pengajaran lebih menarik;

    7) Merangsang siswa untuk aktif mengamati antar teori dengan kenyataan;

    8) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja

    suatu benda;

    9) Memudahkan berbagai jenis penjelasan

    10) Memperbaiki kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah melalui pengamatn

    dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.

  • 14

    b. Kelemahan Metode Demonstrasi

    Kelemahan metode demonstrasi meurut W, Sri Anitah (2008) adalah

    1) Pembelajaran hanya dapat menimbulkan cara berfikir yang konkret;

    2) Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi

    tidak efektif;

    3) Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya;

    4) Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba dan melakukan praktik

    demonstrasi.

    Kelemahan metode demonstrasi menurut Huda (2010) adalah

    1) Metode deomnstrasi mengharuskan keterampilan guru secara khusus;

    2) Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti peralatan, tempat, dan

    biyaya yang memadahi setiap kelas;

    3) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping waktu yang

    cukup panjang;

    4) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan;

    5) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai

    materi atau barang yang didemonstrasikan.

    Dari paparan menganai kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi,

    dapat dikaji bahwa metode demonstrasi berpengaruh positif terhadap hasil belajar

    dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Metode demonstrasi dapat meningkatkan

    kreatifitas, aktivitas, pemhaman, dan keberanian pada siswa. Tetapi metode

    demonstrasi juga memiliki kelemahan yang begitu banyak.

    Sebagai solusinya dari kelemahan metode demonstrasi. Maka guru harus

    menguasi mata pelajar tersebut, memahami setiap proses demonstrasi, memahami

    karakteristik siswa, memanajemen waktu pembelajaran, dan mampu

    mengkondisikan siswa untuk belajar. sehingga kelemahan-kelemahan yang ada

    pada metode demonstrasi dapat diminimalkan dan pembelajaran yang

    dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu.

    Dalam menerapkan metode pembelajaran demonstrasi guru harus

    memahami langkah-langkah atau sintaks metode pembalajaran yang akan dipilih

  • 15

    oleh guru tersebut agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Berikut

    ini adalah langkah-langkah pembelajaran menurut para ahli.

    a. Langkah-langkah pembelajaran Metode Demonstrasi menurut W, Sri Anitah

    (2008) sebagai berikut :

    1) Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran.

    2) Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.

    3) Pelaksanaan demonstrasi bersama dengan perhatian dan peniruan dari siswa.

    4) Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi.

    5) Kesimpulan

    b. Langkah-langkah pembelajaran Meode Demonstrasi menurut Suprijono

    (2015) sebagai berikut :

    1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

    2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.

    3) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlihatkan

    4) Manunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai sekenario

    yang telah disiapkan.

    5) Seluruh siswa memperlihatkan demonstrasi dan menganalisisnya.

    6) Tiap siswa mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa

    didemonstrasikan.

    7) Guru membuat kesimpulan pembelajaran.

    c. Selain langkah-langkah pembelajaran yang telah dikemukkan oleh kedua ahli

    diatas terdapat pula tahap-tahapan implementasi metode demonstrasi yang

    terdiri dari tujuh tahap menurut Huda (2010) sebagai berikut :

    1) Merumuskan dengan jelas jenis kecakapan atau keterampilan yang diperoleh

    setelah demonstrasi dilakukan.

    2) Menentukan peralatan yang digunakan, kemudian diuji coba terlebih dahulu

    agar pelaksanaan demonstrasi tidak mengalami kegagalan.

    3) Menetapkan prosedur yang dilakukan, dan melakukan percobaan sebelum

    demonstrasi dilakukan.

    4) Menentukan durasi pelaksanaan demonstrasi.

  • 16

    5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar pada

    saat maupun sesudah demonstrasi.

    6) Meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu.

    7) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.

    Berdasarkan pendapat para ahli mengenai langkah-langkah implementasi

    metode deomonstrasi dapat dikaji bahwa dalam implementasi metode demonstrasi

    terdapat tujuh tahap yang perlu dilakukan. Setiap tahap menunjukan kehiatan

    yang berbeda-beda yang perlu dipahami guru sehingga pembelajaran dapat

    berjalan dengan baik dan lancar.

    Tahap pertama adalah merumuskan dengan jelas jenis kecakapan atau

    keterampilan yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan. Dalam tahap ini tugas

    guru menyampikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa harus

    memahami setiap penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran.

    Tahap kedua adalah menentukan peralatan yang digunakan, kemudian diuji

    coba terlebih dahulu agar pelaksanaan demonstrasi tidak mengalami kegagalan.

    Pada tahap ini guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, guru

    memberikan penjelasan singkat mengenai alat dan bahan tersebut, selain itu guru

    harus mengecek apakah alat tersebut masih layak untuk dipergunakan apa tidak.

    Pada tahap ini juga dapat di bentuk kelompok, pembentukan kelompok dibagi

    secara heterogen atau acak.

    Tahap ketiga adalah menetapkan prosedur yang dilakukan, dan melakukan

    percobaan sebelum demonstrasi dilakukan. Pada tahap ini guru meberikan contoh

    demonstrasi kepada siswa. Dan siswa harus memahami setiap proses yang di

    demonstrasikan, jika diperlukan siswa diminta untuk mencatat proses demonstrasi

    yang telah dicontohkan oleh guru.

    Tahap keempat adalah menentukan durasi waktu dalam demonstrasi. Pada

    tahap ini siswa dan guru malakukan kesepakatan untuk menentukan waktu

    demonstrasi kepada setiap siswa atau kepada setiap kelompok. Dengan

    menentukan durasi semonstrasi dapat mengefisienkan waktu pembelajaran yang

    dilakukan. Sehingga dalam pembelajaran waktu yang dibutuhkan tidak terlalu

    lama.

  • 17

    Tahap kelima adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    memberikan komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi. Saat demonstrasi

    guru dapat melakukan sesi tanya jawab kepada setiap siswa atau setiap kelompok

    untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam proses mendemonstrasikan atau

    kesalahpahaman dalam siswa berfikir atau untuk meningkatkan keaktifan pada

    siswa. Setelah demonstrasi perwakilan kelompok atau beberapa siswa dapat

    diminta untuk menyampikan hasil demonstrasi didepan kelas.

    Tahap keenam adalah meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap

    perlu. Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kesimpulan pada

    demonstrasi yang telah dilakukan. Setelah melakukan demonstrasi siswa diminta

    untuk mencatat hasil demonstrasi yang telah dilakukan dan guru dapat meminta

    siswa untuk membuat rangkuman singkat atau mencatat hal yang penting

    mengenai pengetahuan yang telah didapat pada saat demonstrasi.

    Tahap ketujuh adalah menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.

    Dalam tahap ini guru menentukan cara mengambil nilai. Misal guru dapat

    menggunakan penilaian dengan cara tes tertulis maka guru harus membuat soal

    untuk melakukan penilaian pada pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan

    melakukan penilaian maka guru dapat menetapkan apakah metode demonstarasi

    ini berhasil diterapkan dalam pembalajaran yang telah dilakukan.

    2.1.4. Keterampilan Beritung

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), dikemukakan bahwa

    keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Sedangkan menurut

    Purnamasari (2011), keterampilan merupakan keahlian atau kemampuan yang

    dimiliki oleh seseorang dimana keahlian atau kemampuan itu timbul dikarenakan

    faktor keturunan dan kebiasaan seseorang itu belajar dan berlatih secara

    berkesinambungan. Seseorang dapat dikatakan terampil jika dalam melakukan

    pekerjaan dengan cepat dan benar. Keterampilan yang dimilki oleh setiap orang

    berbeda-beda. Sehingga keterampilan orang tersebut akan mempengaruhi hasil

    pekerjaan yang dikerjakan.

  • 18

    Webster’s New Third International Dictionary (dalam Wibawati, 2013)

    merumuskan berhitung sebagai cadang matematika yang berkenaan dengan sifat

    dan hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama

    menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagaian. Sedangkan

    menurut Concise Oxford English Dictionary dan Encyclopedia Americana (dalam

    Wibawati, 2013) merumuskan singkat berhitung sebagai ilmu tentang bilangan.

    Menurut Dali (dalam Wibawati 2013) berhitung dipakai untuk menghitung benda-

    benda dan kemudian barulah manusia kuno menggunakan jari tangan mereka

    sebagai alat berhitung.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan berhitung merupakan keahlian

    atau kemampuan yang diperlukan manuasia untuk menyelesaikan sebuah masalah

    yang berkaitan dengan perhitungan. Selain itu keterampilan berhitung diperlukan

    oleh manusia untuk mengembangkan sebuah teknologi maupun ilmu pengetahuan

    yang baru. Maka dari itu keterampilan berhitung sangatlah penting dan diperlukan

    bagi manusia.

    Keterampilan berhitung merupakan sasaran utama dalam pembelajaran

    matematika. Sasaran utama berdasarkan pada kurikulum matematika Sekolah

    Dasar antara lain a) pengembangan konsep-konsep; 2) pengembangan

    matematika; c) pemngembangan keterampilan; d) kemampuan pemecahan

    masalah; dan e) pengembangan sikap menghargai dan sikap-sikap yang lain yang

    menguntungkan. Pada sasaran yang ketiga yaitu pengembangan keterampilan,

    maka siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat: 1) mengetahui fakta mendasar

    mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan; 2)

    mengerti beberapa alogaritma (bentuk-bentuk untuk mencatat perhitungan); 3)

    melakukan pemeriksaan hasil hitungan; 4) menduga jawabnya untuk menghindari

    hasil yang tidak masuk akal. Untuk meningkatkan penguasaan siswa, guru dapat

    memperbanyak latihan-latihan untuk siswa.

    2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

    Pada subbab kajian hasil-hasil yang relevan akan disajikan sebuah tabel

    yang membahas mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan

  • 19

    variabel yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini

    disajikan Tabel 2.1 tentang State Of The Art

    Tabel 2.1

    State Of The Art

    Peneliti Tahun Responden/

    Partisipan Variabel

    Model

    Analisis Hasil

    Lestari, D 2012 Kelas VII

    SMP IT Al-

    Fitya School

    Medan

    Metode

    Demonstrasi;

    Hasil Belajar;

    SBK

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat

    meningkatkan kemampuan siswa dalam

    menggambar buah-buahan sehingga

    karya siswa lebih natural. Hal ini

    dibuktikan dengan hasil kerja siswa pada

    siklus I adalah sebagai berikut: 1 siswa

    memperoleh predikat sangat baik

    (3.22%), 6 siswa memperoleh predikat

    baik (19,36%), 14 siswa memperoleh

    nilai cukup (45,16%), dan 10 siswa yang

    memperoleh predikat kurang (32,26%).

    Nilai rata-rata kelas pada siklus I ini

    adalah 73,35. 5) Nilai hasil kerja siswa

    pada siklus II adalah sebagai berikut: 7

    siswa memperoleh predikat sangat baik

    (22,58%), 21 siswa memperoleh

    predikat baik (67,74%), dan 3 siswa

    memperoleh nilai cukup (9,68%).

    Sukerti, dkk 2013 Kelompok

    B TK

    Kusuma

    Darma

    Tukad

    Mungga

    Metode

    Demonstrasi;

    Keterampilan

    Motorik

    Halus

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa

    penerapan metode demonstrasi dengan

    berbantuan media daun pisang melalui

    kegiatan menganyam dapat

    meningkatkan keterampilan motorik

    halus pada anak kelompok B TK

    Kusuma Dharma Tukad Mungga

    Buleleng semester 2 tahun pelajaran

    2012/2013. Dibuktikan dengan hasil

    penelitian rata-rata siklus I sebesar 61,37

    (61,37%) sedangkan siklus II sebesar

    83,65 (83,65%) dan terjadi peningkatan

    sebesar 22,28 (22,28%)

    Nonik, dkk 2013 Kelompok

    A PAUD

    Widya

    Dharma

    Bondalem

    Tejakula

    Metode

    Demonstrasi;

    Kemampuan

    Kognitif

    PTK Disimpulkan bahwa terdapat

    peningkatan kemampuan kognitif pada

    anak semester II tahun ajaran 2012/2013

    di PAUD Widya Dharma Bondalem.

    Hal ini dapat dilihat dari adanya

    peningkatan kemampuan kognitif pada

    siklus I adalah 55,56% yang berada pada

    kategori rendah kemampuan kognitif

    pada siklus II sebesar 70,67% berada

    pada kategori tinggi. Peningkatan

    kemampuan kognitif anak dapat terjadi

    karena melalui penerapan metode

    demonstrasi berbantuan media kartu

    gambar dapat meningkatkan

  • 20

    kemampuan kognitif anak.

    Hendrawati,

    dkk

    2014 Kelompok

    B TK

    Melati

    Payangan

    Gianyar

    Metode

    Demonstrasi;

    Keterampilan

    Motorik

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa

    dengan penerapan metode demonstrasi

    melalui kegiatan melukis dengan cara

    inkonvensional dapat meningkatkan

    keterampilan motorik halus pada anak

    kelompok B di TK Melati Payangan

    Gianyar. Hal ini dapat dibuktikan

    dengan melihat hasil penelitian yang

    menunjukan bahwa rata-rata pada siklus

    I sebesar 39,68% yang berada pada

    kategori sangat rendah, dan rata-rata

    pada siklus II sebesar 87,4% tergolong

    pada kategori aktif.

    Adnyawati,

    dkk

    2014 Mahasiswa

    jurusan

    PKK IKIP

    Negeri

    Singaraja

    Metode

    Demonstrasi; Keterampilan

    Proses; Hasil

    Pembelajaran

    PTK Hasil penelitannya bahwa (1) tingkat

    keterampilan proses mahasiswa setelah

    penerapan metode demonstrasi dan

    media job sheet berada pada kategori

    terampil dengan rata-rata persentase

    adalah 71% (siklus I = 67,6% dan siklus

    II=74,4%) sehingga memiliki

    peningkatan keterampilan proses

    mahasiswa sebesar 6,8% ; (2) tingkat

    hasil belajar mahasiswa setelah

    penerapan metode demonstrasi dan

    media job sheet berada pada kategori

    baik dengan rata-rata persentase adalah

    71,69% (siklus I = 68,86 dan siklus II =

    74,52) sehingga memiliki peningkatan

    hasil belajar mahasiswa sebesar 5,7%.

    Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan

    bahwa penerapan metode demonstrasi

    dan media job sheet dapat meningkatkan

    keterampilan proses dan pembelajaran

    dekorasi kue mahasiswa jurusan PKK

    IKIP Negeri Singaraja.

    Ranaya 2013 Siswa kelas

    IVA SDN 5

    Pusungi

    Metode

    Demonstrasi;

    Hasil Belajar;

    IPA

    PTK Menyimpulkan hasil penelitiannya

    bahwa penerapan metode demonstrasi

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa

    Kelas IVA SDN 5 Pusungi. Dengan

    melihat hasil penelitianya bahwa hasil

    tindakan siklus I diperoleh ketuntasan

    belajar klasikal 55 % dengan nilai rata-

    rata 6,7. Hasil tindakan siklus II

    diperoleh ketuntasan belajar klasikal 90

    % dengan nilai ratarata

    7,3.

    Wahyuni,

    dkk

    2014 Kelompok

    B TK

    Kemala

    Bhayangkari

    1 Denpasar

    Metode

    Demonstrasi;

    Keterampilan

    Motorik Halus

    PTK Hasil analisis data menunjukkan bahwa

    terjadi peningkatan keterampilan

    motorik halus melalui penerapan metode

    demonstrasi dengan kegiatan mencetak

    dengan memanfaatkan lingkungan

    sebagai sumber belajar pada siklus I

    sebesar 32,47% yang berada pada

    kategori sangat rendah ternyata

  • 21

    mengalami peningkatan pada siklus II

    menjadi 82,35% tergolong pada kategori

    tinggi. Jadi, terjadi peningkatan

    keterampilan motorik halus dalam

    kegiatan mencetak pada anak sebesar

    49,88%. Dapat disimpulkan bahwa

    penerapan metode demonstrasi melalui

    kegiatan mencetak dengan

    memanfaatkan lingkungan sebagai

    sumber belajar dapat meningkatkan

    keterampilan motorik halus anak

    kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1

    Denpasar Kecamatan Denpasar Utara

    Tahun Pelajaran 2013/2014.

    Bartik 2013 Kelas III

    SDN 11

    Sungai

    Kunyit

    Aktivitas;

    Metode

    Demonstrasi

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa

    dengan penerapan metode demonstrasi

    telah dapat meningkatkan aktivitas

    pembelajaran matematika di kelas III

    SDN 11 Sungai Kunyit. Hal ini

    dibuktikan aktivitas fisik dengan rata-

    rata 31,25% sebelum tindakan

    (baseline), meningkat menjadi 45,83%,

    pada siklus I dan naik menjadi 85,41%

    dengan kategori tinggi pada siklus II.

    Aktivitas mental dengan rata-rata 25%

    sebelum tindakan (baseline), meningkat

    menjadi 43,75% pada siklus I dan lebih

    meningkat pada siklus II dengan rata-

    rata 83,33% dengan kategori tinggi.

    Sedangkan untuk aktivitas emosional

    dengan rata-rata 27,08% sebelum

    tindakan (baseline), pada siklus I

    meningkat menjadi rata-rata 45,93%,

    dan pada siklus II meningkat lagi

    menjadi rata-rata 87,50% dengan

    kategori tinggi.

    Darlin, dkk 2013 Kelas V

    SDN 31

    Sungai

    Ambawang

    Metode

    Demonstrasi;

    Keterampilan

    Berbicara

    PTK Hasil penelitian keterampilan berbicara

    bahasa Indonesia dengan menerapkan

    metode demonstrasi, dari siklus I, siklus

    II dan siklus III terjadi peningkatan

    sebesar 10. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa penerapan metode

    demonstrasi dapat meningkatkan

    keterampilan berbicara bahasa Indonesia

    di kelas V Sekolah Dasar Negeri 31

    Sungai Ambawang.

    Misiyanti,

    dkk

    2014 Metode

    Demonstrasi;

    Motorik

    Halus

    PTK hasil penelitian menunjukan bahwa

    terjadi peningkatan perkembangan

    motorik halus dengan penerapan metode

    demonstrasi berbantuan media konkret

    melalui kegiatan kolase pada siklus I

    sebesar 70,50% yang berada pada

    kategori sedang ternyata mengalami

    peningkatan pada siklus II menjadi

    82,50% tergolong pada kategori tinggi.

  • 22

    Jadi terjadi peningkatan perkembangan

    motorik halus pada anak sebesar

    12,00%.

    Maniamas 2013 kelas V

    SDN 55

    Raba

    Sekuap

    Aktivitas;

    Metode

    Demonstrasi

    PTK Hasil peneilitian di simpulkan bahwa

    menggunakan metode demonstrasi pada

    pembelajaran IPA dapat meningkatkan

    aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat

    peningkatan yang terjadi pada setiap

    indikator kinerja aktivitas siswa, yaitu:

    (a) Visual Activities, dimulai dari

    pengamatan awal sebelum dilakukan

    tindakan yaitu 30% kemudian pada

    siklus I mengalamai peningkatan 32%

    menjadi 62%, pada siklus II mengalami

    peningkatan 34% menjadi 96%, (b) Oral

    Activities, dimulai dari pengamatan

    awal sebelum dilakukan tindakan yaitu

    14% kemudian pada siklus I mengalami

    peningkatan 38% menjadi 52%, pada

    siklus II mengalami peningkatan 40%

    menjadi 92%.

    Lahamado 2016 Kelas V

    SDN

    Raram-

    padende

    Hasil Belajar;

    Metode

    Demonstrasi

    PTK Hasil penelitian menunjukan bahwa

    pada tindakan siklus I diperoleh

    ketuntasan belajar klasikal sebesar 75%,

    namun hasil belajar tersebut belum

    mencapai indikator capaian yakni 80%,

    maka dilanjutkan pada siklus II. Pada

    tindakan pelaksanaan siklus II diperoleh

    ketuntasan belajar klasikal sebesar 95%,

    terdapat 19 siswa yang tuntas dari 20

    siswa yang mengikuti tes dan terjadi

    peningkatan sebesar 20% dari hasil

    pelaksanaan siklus I. Aktifitas guru,

    meningkat dari 60% pada siklus I

    menjadi 95% pada siklus II. Aktifitas

    belajar siswa meningkat dari 62% pada

    siklus I menjadi 94% pada siklus II.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan

    bahwa melalui metode demonstrasi

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa

    materi bernyanyi di kelas V SDN

    Rarampadende.

    Sari 2012 TK Tri Bina

    Paya-

    kumbuh

    Kemampuan

    Sains; Metode

    Demonstrasi

    PTK Hasil penelitian yang didapat dilihat dari

    nilai rata-rata yang diperoleh melalui

    permainan sains dengan menggunakan

    metode demonstrasi pada kondisi awal,

    siklus I dan siklus II terjadi peningkatan

    pada setiap siklusnya yang dapat dilihat

    pada nilai rata-rata kondisi awal 10%

    meningkat pada siklus I menjadi 40%

    dan melebihi Kriteria Ketuntasan

    Minimum 75% pada siklus II mencapai

    90%. Maka penelitian dislmpulkan

    bahwa metode demonstrasi dapat

    meningkatkan kemampuan sains Di

  • 23

    Taman Kanak-Kanak Tri Bina

    Payakumbuh.

    Husain, dkk 2012 - Metode

    Demonstrasi;

    Pemahaman;

    Analisis

    Eks-

    perimen

    Hasil penlitian dapat dilihat dari nilai

    rerata setiap kelompok, untuk kelompok

    treatment adalah 76.53, sedangkan untuk

    kelompok kontrol adalah 55.75 dan nilai

    menggunakan Independent Samples

    TTest sebesar --8.964 dengan nilai

    signifikan sebesar 0.000 yang artinya

    dengan taraf signifikansi sebesar 5%

    terdapat perbedaan hasil uji kompetensi

    antara kedua kelompok. Maka dapat

    disimpulkan bahwa metode demonstrasi

    sangat berpengaruh terhadap

    pemahaman dan analisis siswa.

    Andriyani 2013 TK Widya

    Suta Kerti

    Sulanyah

    Metode

    Demonstrasi;

    Media Dadu;

    Kemampuan

    Mengenal

    Konsep

    Bilangan

    PTK Hasil analisis data menunjukkan bahwa

    kemampuan mengenal konsep bilangan

    dengan penerapan metode demonstrasi

    berbantuan media dadu pada siklus I

    sebesar 59,4% yang berada pada

    kategori rendah, mengalami peningkatan

    pada siklus II menjadi 87,6% tergolong

    pada kategori tinggi. Jadi, terjadi

    peningkatan kemampuan mengenal

    konsep bilangan pada anak kelompok B

    semester II di TK Widya Suta Kerti

    Sulanyah Kecamatan Seririt Kabupaten

    Buleleng sebesar 28,2% dengan

    penerapan metode demonstrasi

    berbantuan media dadu.

    Captina,

    dkk

    2014 Kelas V

    SDN 06

    Toho

    Kemampuan

    Membaca;

    Metode

    Demonstrasi

    PTK Hasil penelitian kemampuan membaca

    cepat peserta didik pada siklus I

    pembelajaran peserta didik yaitu untuk

    lafal suara pada saat membaca 3 peserta

    didik dikategorikan Sangat baik, 9

    peserta didik dikategorikan Baik, 2

    peserta didik dikategorikan Cukup.

    Untuk kemampuan intonasi suara pada

    saat membaca 3 peserta didik

    dikategorikan Sangat baik, 8 peserta

    didik dikategorikan Baik, 3 peserta didik

    dikategorikan Cukup. Nilai rata-rata dari

    aspek yang dinilai pada siklus I yaitu

    68,75%. Karena nilai yang diperoleh

    belum memperoleh nilai yang

    memuaskan dan masih kurang dari

    target minimal peneliti yaitu 80%. Hal

    ini menunjukan dengan menerapkan

    metode demonstrasi melalui peningkatan

    kemampuan membaca cepat

    menggunakan metode demonstrasi di

    kelas V SD Negeri 06 Toho dapat

    meningkatkan kemampuan membaca.

    Selvianti,

    dkk

    2013 Kelas X Kemampuan

    Monolog

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa

    keterampilan siswa mengungkapkan

  • 24

    Prosedur;

    Metode

    Demonstrasi

    makna dalam monolog berbentuk teks

    procedure dengan menggunakan

    metode demonstrasi meningkat, yakni

    pada siklus I sebesar 58%, pada siklus

    II sebesar 71,5%, dan pada siklus III

    sebesar 82,5%.

    Utomo 2015 Kelas IV

    semester I

    SDN

    Klatakan 02

    Kecamatan

    Tanggul

    Hasil Belajar;

    IPA; Metode

    Demonstrasi

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa

    metode demonstrasi dapat meningkatkan

    prestasi belajar IPA siswa

    Fidiati 2013 Kelas 4

    SDN I Kuta

    Dalom

    Gisting

    Kabupaten

    Tanggamus

    Kemampuan

    Membaca

    Peta; Metode

    Demonstrasi

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa

    pelaksanaan pembelajaran dengan

    metode demonstrasi dapat

    meningkatkan aktivitas siswa kelas 4

    SDN 1 Kuta Dalom Gisting Kabupaten

    Tanggamus.

    Mustokiyah 2013 Kelas II SD

    N Sidotopo

    Wetan I

    Surabaya

    Metode

    Demonstrasi;

    Hasil Belajar

    PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa

    penerapan metode demonstrasi dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    setelah dilakukan kegiatan pembelajaran

    diperoleh hasil bahwa sebesar 95,45%

    dari total keseluruhan siswa dinyatakan

    tuntas dalam mengikuti pembelajaran

    IPA di kelas II SD N Sidotopo Wates

    Wetan Surabaya.

    Artadana,

    dkk

    2015 Kelas X

    SMA Luar

    Biasa C1 N

    Denpasar

    Metode

    Demonstrasi;

    Motivasi

    Belajar

    Pra Eks-

    perimen

    Hasil penelitian menujukan bahwa rata-

    rata skor hasil belajar IPA sebelum

    mendapat perlakuan sebesar 58,00.

    Setelah mendapat perlakuan berupa

    pembelajaran dengan metode

    demonstrasi dan penggunaan media

    berupa CD interaktif, rata-rata skor hasil

    siswa mengalami peningkatan menjadi

    88,14. Jadi, terdapat pengaruh yang

    signifikan yang diakibatkan oleh metode

    demonstrasi terhadap hasil belajar IPA

    pada kelas X SLB C1 Negeri Denpasar.

    Sukerti, dkk 2014 Kelas V

    SDN 3

    Dencarik

    Banjar

    Metode

    Demonstrasi;

    Ketermpilan

    Menulis

    PTK Hasil penelitian tentang keterampilan

    menulis narasi siklus Ivsebesar 64,0 %

    kriteria sedang, siklus II sebesar 72,5%

    kriteria tinggi. Hasil akhir penelitian ini

    menunjukkan bahwa penerapan metode

    demonstrasi dengan menggunakan

    media gambar berseri untuk

    meningkatkan keterampilan menulis

    narasi siswa kelas V Semester 1 SDN 3

    Dencarik Kecamatan Banjar, Kabupaten

    Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013.

    Wilantara 2014 Kelas XI

    SMK

    Taman

    Siswa

    Yogyakarta

    Metode

    Demonstrasi;

    Prestasi

    Belajar

    Quasi

    Experi-

    mental

    Hasi penelitian secara deskriptif

    menunjukkan bahwa kecenderungan

    prestasi belajar pemeliharaan/servis

    system pengapian konvensional siswa

    kelas XI semester genap SMK

  • 25

    Tamansiswa Yogyakarta TahunAjaran

    2013/2014 yang diajarkan menggunakan

    metode ceramah termasuk dalam

    kategori sedang dan yang diajarkan

    menggunakan metode demonstrasi

    dalam kategori sangat tinggi. Pada uji-t

    diperolehthitung = 20,200 dan p =

    0,000, karena p < 0,005 berarti ada

    perbedaan yang sangat signifikan

    prestasi belajar pemeliharaan/servis

    system pengapian konvensional siswa

    kelas XI semester genap SMK

    Tamansiswa Yogyakarta Tahun Ajaran

    2013/2014 yang diajarkan menggunakan

    metode ceramah dan metode

    demonstrasi. Dilihat dari hasil rerata

    ternyata metode mengajar menggunakan

    metode demonstrasi sebesar 24,345 dan

    metode ceramah sebesar 13,897, hal ini

    berarti metode demonstrasi berpengaruh

    lebih baik daripada metode ceramah

    terhadap prestasi belajar

    pemeliharaan/servis system pengapian

    konvensional siswa kelas XI semester

    genap SMK Tamansiswa Yogyakarta

    Tahun Ajaran

    2013/2014.

    Fatah, A 2012 Kelas XI

    SMK

    Muhamma-

    diyah

    Metode

    Demonstrasi;

    Prestasi

    Belajar

    Eksperi-

    men

    Hasil penelitian menujukan bahwa nilai

    rata-rata hasil belajar sebelum

    pembelajaran demonstrasi sebesar 69,17

    dan rata-rata hasil belajar dengan

    menggunakan metode demonstrasi

    sebesar 79,58. Dengan selisih rata-rata

    sebesar 10,51. Sehingga penelitian ini

    disimpulkan bahwa penerapan

    pembelajaran dengan metode

    demonstrasi pada konsep perbaikan dan

    perawatan sistem kopling dapat

    meningkatkan prestasi belajar siswa

    kelas XI TKR pada SMK

    Muhammadiyah Belik Pemalang.

    Sodikin 2015 Kelas XI

    program

    IPA SMA

    Negeri 12

    Bandar

    Lampung

    Metode

    Eksperimen;

    Metode

    Demonstrasi;

    Kemampuan

    Menggunakan

    Alat Ukur;

    Sikap;

    Prestasi

    Belajar

    Eksperi-

    mental

    Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1)

    Tidak ada pengaruh penggunaan metode

    pembelajaran eksperimen dan

    demonstrasi terhadap prestasi kognitif

    (p-value = 0,151) dan afektif (p-value =

    0,368). (2) Tidak ada pengaruh

    kemampuan menggunakan alat ukur

    terhadap prestasi kognitif (p-value =

    0,593) dan afektif (pvalue = 726). (3)

    Tidak ada pengaruh sikap ilmiah

    terhadap prestasi kognitif (p-value =

    0,399) dan afektif (p-value = 0,084). (4)

    Tidak ada interaksi antara metode

    pembelajaran dengan kemampuan

  • 26

    menggunakan alat ukur terhadap prestasi

    kognitif (p-value = 0,832). (5) Tidak ada

    interaksi antara metode pembelajaran

    dengan sikap ilmiah terhadap prestasi

    kognitif (p-value = 0,839). (6) Tidak ada

    interaksi antara kemampuan

    menggunakan alat ukur dengan sikap

    ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-

    value = 318). (7) Ada interaksi antara

    metode pembelajaran dengan

    kemampuan menggunakan alat ukur dan

    sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif

    (p-value = 0,029).

    Dewi 2016 Kelas VII E

    dan VII G

    SMP Negeri

    1

    Tegaldlimo

    Metode

    Deonstrasi;

    Hasil Belajar

    Quasi

    Eksperi-

    ment

    Berdasarkan hasil uji anakova pengaruh

    perlakuan terhadap hasil belajar kognitif

    dapat di ketahui bahwa p-level lebih

    kecil dari alpha 0.05 ( p < 0,05) dengan

    sig 0,000. Hal ini berarti bahwa Ho

    ditolak dan Ha di terima, Dengan kata

    lain penggunaan media pembelajaran 3

    dimensi berpengaruh terhadap hasil

    belajar siswa kelas VII SMP N 1

    Tegaldlimo.

    Purwoko 2016 - Metode

    Demonstrasi;

    Motivasi

    Belajar; Hasil

    Belajar

    PTK Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)

    skor rata-rata motivasi siklus I sebesar

    48,91 meningkat menjadi 59,61 pada

    siklus II dengan peningkatan sebesar

    10,9%. Motivasi belajar siswa pada

    siklus III juga mengalami peningkatan,

    yaitu dari skor rata-rata 59,61 pada

    siklus II menjadi 70,61 pada siklus III

    dengan peningkatan 10,81%. Hal ini

    menujukkan bahwa siswa sudah terbiasa

    dengan kegiatan belajar dengan metode

    demonstrasi, sehingga motivasi siswa

    untuk belajar sudah terbentuk dengan

    baik dan dapat menunjukkan partisipasi

    aktif dalam tindakan siklus III secara

    keseluruhan. 2) ada peningkatan rata-

    rata nilai pratindakan sebesar 56,25

    dengan siklus I menjadi 63,28,

    kemudian siklus I ke siklus II juga

    mengalami peningkatan dari 63,28

    menjadi 72,81, dan siklus II ke siklus III

    juga mengalami peningkatandari 72,81

    menjadi 81,56. Dapat disimpulkan

    bahwa penerapan metode demonstrasi

    dapat meningkatkan hasil belajar sistem

    pendingin.

    Saputra 2016 Kelas XI

    TKR A

    SMK

    Muhamma-

    diyah 2

    Sleman

    Metode

    Demonstrasi;

    Keaktifan;

    Prestasi

    Belajar

    PTK Hasil penelitian ini ditunjukan dengan

    adanya peningkatan tes prestasi belajar

    pada siklus I didapat nilai rata-rata pre-

    test 60,37 dan nilai rata-rata post-test

    69,75 sehingga prestasi belajar siswa

    mengalami peningkatan sebesar 9,38

  • 27

    dan pada siklus II didapat nilai rata-rata

    pre-test 62,62 nilai rata-rata post-test

    75,25 mengalami peningkatan prestasi

    belajar sebesar12,63 dan tes pada siklus

    III nilai rata-rata pre-test 65,25 dan nilai

    rata-rata post-test 82,75. Selain itu hasil

    rata-rata lembar observasi keaktifan

    belajar siswa pada siklus I 42%

    mengalami peningkatan pada siklus II

    sebesar 26% menjadi 68% dan pada

    siklus III mengalami peningkatan

    sebesar 19,50% menjadi 87,50%.

    Berdasarkan hasil penelitian tindakan

    kelas ini dapat disimpulkan bahwa

    penggunaan metode demonstrasi dan

    media film dapat meningkatkan prestasi

    belajar dan keaktifan belajar siswa pada

    mata pelajaran sistem rem pada siswa

    kelas XI TKR A SMK Muhammadiyah

    2 Sleman tahun pelajaran 2015/2016.

    Eto, T M 2013 Kelas V

    SDK Stella

    Maris

    Surabaya.

    Metode

    Demonstrasi;

    Metode

    Ceramah;

    Hasil Belajar

    Compara-

    tive

    research

    Hasil penelitian menujukan bahwa 1)

    Pembelajaran metode demonstrasi yang

    diberikan kepada siswa kelompok I

    ternyata memberikan peningkatan hasil

    belajar dribbel bolabasket sebesar

    5,90%. Hasi uji t menunjukan nilai

    thitung 15,938 > nilai ttabel 2,045, hal

    ini dapat dikatakan, bahwa pembelajaran

    metode demonstrasi memberikan

    pengaruh yang signifikan terhadap

    peningkatan hasil belajar dribbel

    bolabasket siswa. 2) Pembelajaran

    metode ceramah yang diberikan kepada

    siswa kelompok II ternyata memberikan

    peningkatan hasil belajar dribbel

    bolabasket sebesar 2,28%. Hasi uji t

    menunjukan nilai thitung 3,195 > nilai

    ttabel 2,045, hal ini dapat dikatakan,

    bahwa pembelajaran metode ceramah

    memberikan pengaruh yang signifikan

    terhadap peningkatan hasil belajar

    dribbel bolabasket siswa. Pembelajaran

    metode demonstrasi yang diberikan

    kepada siswa kelompok I ternyata

    memberikan peningkatan hasil belajar

    yang lebih baik dari pada metode

    ceramah yang diberikan pada siswa

    kelompok II. Hasil uji beda antar

    kelompok menunjukan bahwa nilai

    thitung 4,505 > nilai ttabel 2,045. Hal ini

    dapat dikatakan bahwa terdapat

    perbedaan yang signifikan antara hasil

    belajar siswa kelompok I (Metode

    Demonstrasi) dan kelompok II (Metode

    Ceramah) dalam materi dribbel

  • 28

    permainan bolabasket.

    Sahary 2016 Kelas VII

    SMP N 19

    Bintan

    Metode

    Demonstrasi;

    Kmahiran

    Menulis

    Eksperi-

    men

    Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata

    siswa pada tahapan pre-test hanya 54,28,

    sedangkan pada post-test nilai rata-rata

    siswa yaitu 85,47. Hasil penelitian

    perbandingan pre-test dan post-test pada

    aspek penlaian yang sudah di tentukan

    peneliti berdasarkan ciri-ciri karangan

    narasi terdapat dua aspek yang sangat

    dominan, yaitu pada aspek teks

    berisikan tentang kehidupan manusia

    dan teks terdapat dialog. Skor rata-rata

    tersebut menandakan adanya kenaikan

    sebesar 31,19. Pada pengujian ini Ho

    ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya

    dengan menggunakan metode

    demonstrasi dapat memengaruhi

    kemahiran menulis karangan narasi

    siswa.

    Berdasarkan Tabel 2.1 tentang State of the Art yang menyajikan tentang

    hasil penelitian terdahulu yang relevan terhadap penelitian yang akan

    dilaksanakan. Peneliti menemukan 30 penelitian dengan varaiabel bebas yang

    sama yaitu metode demonstrasi tetapi peneliti tidak menemukan penelitian

    terdahulu yang variabel terikatnya sama dengan variabel terikat yanag akan

    dilakukan. Dari 30 penelitian yang terdahulu sebanyak 22 penelitian terdahulu

    menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas dan 8 penelitian terdahulu

    menggunakan metodologi eksperimen. Dua puluh dua penelitian yang

    menggunakan meodologi penelitian tindakan kelas menyimpulkan hasil

    penelitiannya bahwa metode demonstrasi yang terapkan dalam pembelajaran

    dapat meningkatkan variabel terikat yang digunakan dalam masing-masing

    penelitian yang telah dilakukan. Sedangkan delapan yang menggunakan

    metodologi ekperimen sebanyak tujuh menyatakan hasil penelitian menunjukan

    bahwa terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi yang signifikan terhadap

    variabel terikat yang digunakan dalam penelitian dan satu penelitian menyatakan

    hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh penerapan

    metode demonstrasi tehadap variabel terikat yang digunakan dalam penelitian.

    Hasil penelitian yang menunjukan tidak terdapat pengaruh dalam

    menerapkan metode demonstrasi adalah penelitian yang telah dilakukan oleh

    Sodikin, (2015) dengan judul penelitian “Penerapan Pembelajaran Berbasis

  • 29

    Masalah Melalui Metode Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Menggunakan

    Alat Ukur dan Sikap Ilmiah Siswa” Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1)

    Tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran eksperimen dan

    demonstrasi terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,151) dan afektif (p-value =

    0,368). (2) Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur terhadap

    prestasi kognitif (p-value = 0,593) dan afektif (pvalue = 726). (3) Tidak ada

    pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,399) dan afektif (p-

    value = 0,084). (4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan

    kemampuan menggunakan alat ukur terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,832).

    (5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap

    prestasi kognitif (p-value = 0,839). (6) Tidak ada interaksi antara kemampuan

    menggunakan alat ukur dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value =

    318). (7) Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan

    menggunakan alat ukur dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value =

    0,029).

    Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh sodikin memiliki sebuah

    kelemahan menurut penulis antara lain seperti 1) terlalu banyak variabel yang

    diteliti sehingga peneliti tidak dapat fokus terhadap variabel yang diteliti; 2)

    dalam melaksanakan penelitian seharusnya menggunakan kelas yang homogen

    sehingga dalam mengolah data lebih mudah. 3) uji analisis yang digunakan adalah

    uji anava, seharusnya uji analisisnya menggunakan uji ancova. Uji anava

    digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata data, sedangkan dalam penelitian ini

    analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

    variabel terikat. Sehingga analisis yang digunakan seharusnya menggunakan uji

    analisis covariat atau uji ancova. Karena uji ancova digunakan untuk mengetahui

    pengaruh perlakuan terhadap perubahan respon dengan mengontrol perubahan

    lain yang kuantitatif.

    Dari penelitian yang terdahulu yang telah dianalisis oleh peneliti dapat

    diambil kesimpulan bahwa belum terdapat pengaruh penerapan metode

    demonstrasi secara singifikan terhadap variabel terikat, tempat, dan waktu yang

    berbeda dengan metodologi penelitian yang berbeda juga. Dengan begitu peneliti

  • 30

    ingin menguji kembali dengan menerapkan metode demonstrasi untuk

    membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan

    berhitung dan menerapkan secara benar-benar serta meninggalkan kesalahan dan

    kelemahan yang terdapat dalam penelitian terdahulu.

    2.3. Kerangka Pikir

    Berdasakan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat

    membuktikan penerapan metode deomonstrasi terhadap keterampilan berhitung

    siswa, maka terdapat pendapat dari penulis. Pendapat tersebut bila disajikan dalam

    gambar akan tampak dibawah ini :

    Gambar 2.1

    Alur Kerangka Berfikir Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi

    Terhadap Keterampilan Berhitung

    Pada penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas kontrol

    dengan kelas eksperimen. Kelas kontrol yaitu SD N Dukuh 01 dengan

    menggunakan metode ceramah atau metode konvensional, sedangkan kelas

    eksperimen yaitu SD N Kecandran 01 dengan menerapkan metode pembelajaran

    Demonstrasi. Alat ukur yang digunakan ntar kelas kontrol dan kelas eksperimen

    adalah sama. Pretest diambil uji coba dan hasil dari kelas kontrol dan kelas

    eksperimen tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan, sedangkan

    Kelas Kontrol

    Pre Test

    Pembelajaran

    menggunakan

    metode ceramah

    Post Test

    Hasil postes tidak boleh

    ada perbedaan yang

    signifikan

    Uji hasil post test

    apakah ada pengaruh

    yang positif dengan

    penggunaan metode

    demonstrasi

    Kelas Eksperimen

    Pre Test

    Pembelajaran

    menggunakan

    metode demonstrasi

    Post Test

  • 31

    postes diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menujukan kelas

    eksperimen keterampilan belajarnya lebih nampak daripada kelas kontrol.

    2.4. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka, dan kerangka

    penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis:

    Ho : ada pengaruh keterampilan berhitung siswa setelah diberikan tindakan

    dengan menerapkan metode demonstrasi

    Ha : tidak ada pengaruh keterampilan berhitung siswa setelah diberikan tindakan

    dengan menerapkan metode demonstrasi.

    Keterangan :

    a. Signifikansi < alpha; Ho diterima Ha ditolak

    Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode demonstrasi

    dengan metode konvensional terhadap keterampilan berhitung siswa kelas III

    SD Negeri Kecandran 01 pada semester II tahun ajaran 2016/2017.

    b. Signifikansi > alpha; Ho ditolak Ha diterima

    Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode

    demonstrasi dengan metode demonstrasi dengan metode konvensional

    terhadap keterampilan berhitung siswa kelas III SD Negeri Kecandran 01

    pada semester II tahun ajaran 2016/2017.