-
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
Pada subbab kajian teori akan dipaparkan tentang kajian atau
pendapat para
ahli yang mendukung penelitian yang akan dilakukan. Sudah banyak
ahli yang
mengkaji suatu objek. Namun dari hasil yang dikaji memiliki
sudut pandang yang
berbeda. Pada subbab kajian teori membahas tentang hakikat
matematika, metode
demonstrasi dan keterampilan dalam berhitung.
2.1.1. Hakikat Matematika
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD /
MI
yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22
Th 2006
tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
bahwa
matematika merupakan ilmu yang universal serta dapat dijadikan
sebagai dasar
dalam perkembangan teknologi modern, serta berperan penting
dalam berbagai
macam disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pada zaman
sekarang
yang serba cangih seperti saat ini, matematika dijadikan sebagai
dasar
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Matematika yang
dijadikan
dasar perkembangan teknologi informasi dan konfirmasi terdapat
dibidang teori
seperti bilangan, aljabar, analisis, peluang maupun matematika
diskrit.
Matematika agar dapat dijadikan sabagi dasar perkembangan
teknologi dimasa
mendatang maka dibutuhkan adanya penguasaan matematika yang kuat
sejak
kecil. Dengan demikian banyak ahli yang memberikan pendapat
tentang
matematika seperti yang tertulis dalam Departeman Pendidikan
Nasional (2004)
adalah disiplin ilmu yang hasil kajian memiliki sifat abstrak
dan dibangun
memalui proses penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep
yang diperoleh
sebagai akibat logis dan kebenaran sebelumnya sudah diterima
sehingga
keterkitan antara konsep dalam matematika bersifat kuat dan
jelas.
Sejalan dengan hal tersebut Saniyah (2004) mengemukakan
matematika
sebagai disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibanding ilmu
yang lain,
mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak.
Sedangkan Van de
-
7
Walle (2008) juga mengemukankan bahwa matematika adalah ilmu
tentang
sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan logis. Dalam
matematika
membahas tentang teori bilangan, peluang, bentuk, alogritma, dan
perubahan.
Sebagai ilmu dengan objek yang abstrak, matematika bergantung
pada logika
bukan pada pengamatan sebagai standar kebenaran.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan
disiplin ilmu yang memiliki sifat abstrak dan khas yang
berkaitan dengan angka-
angka, berhitung, untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kehirupan
manusia dan digunakan sebagai dasar perkembangan ilmu
pengetahuana dan
teknologi yang ada di alam ini.
Dalam pembelajaran matematika tentunya memerlukan sebuah
komponen-
komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran, tujuan mata
pelajaran
matematika untuk semua jenejnag pendidikan dasar dan menengah
dinyatakan
dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006 (Wardhani, 2010) adalah
sebagai berikut
1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat , efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri
dalam pemecahan masalah.
Komponen-komponen tujuan mata pelajaran matematika seperti
yang
terdapat dalam Permendiknas No 24 Tahun 2006 dapat tercapai jika
proses
pembelajaran dikemas secara aktif, kreatif, efisien dan
menyenangkan bagi siswa.
Selain mengemas pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan
menyenangkan
bagi siswa guru sebaiknya juga mengetahui karakteristik pada
mata pelajaran
matematika itu sendiri. Dengan begitu siswa tidak merasa bosan
dalam
-
8
memahami pembelajaran yang dilaksanakan dan tujuan-tujuan mata
pelajaran
matematika dapat tercapai dengan baik.
Selain tujuan yang memiliki beberapa komponen matematika juga
memiliki
beberapa karakteristik untuk diterapkan dalam pembelajaran
matematika.
Karakteristik secara umum menurut Wardhani, Sri (2010) adalah
sebagai berikut
1) Memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, Objek matematika
adalah objek mental atau pikiran. Oleh karena itu bersifat
abstrak.
Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah
fakta,
konsep, operasi (skill), dan prinsip.
2) Mengacu pada kesepakatan fakta matematika meliputi istilah
(nama) dan simbol atau notasi atau lambang. Fakta merupakan
kesepakatan atau permufakatan atau konvensi. Kesepakatan itu
menjadikan pembahasan matematika mudah dikomunikasikan.
Pembahasan matematika bertumpu pada kesepakatankesepakatan.
3) Mempunyai pola pikir deduktif, Pola pikir deduktif didasarkan
pada urutan kronologis dari pengertian pangkal, aksioma
(postulat), definisi, sifat-sifat, dalil-dalil (rumus-rumus)
dan
penerapannya dalam matematika sendiri atau dalam bidang lain
dan kehidupan sehari-hari. Pola pikir deduktif adalah pola
pikir
yang didasarkan pada hal yang bersifat umum dan diterapkan
pada
hal yang bersifat khusus, atau pola pikir yang didasarkan
pada
suatu pernyataan yang sebelumnya telah diakui kebenarannya.
4) Konsisten dalam sistemnya, Dalam suatu sistem matematika
berlaku hukum konsistensi atau ketaatan, artinya tidak boleh
terjadi kontradiksi di dalamnya. Konsistensi ini mencakup
dalam
hal makna maupun nilai kebenarannya.
5) Memiliki simbol yang kosong dari arti, Rangkaian
simbol-simbol dapat membentuk kalimat matematika yang dinamai
model
matematika. Secara umum simbol dan model matematika
sebenarnya kosong dari arti, artinya suatu simbol atau model
matematika tidak ada artinya bila tidak dikaitkan dengan
konteks
tertentu.
6) Memperhatikan semesta pembicaraan, Karena simbol dan model
matematika kosong dari arti, dan akan bermakna bila dikaitkan
dengan konteks tertentu maka perlu adanya lingkup atau
semesta
dari konteks yang dibicarakan. Lingkup atau semesta dari
konteks
yang dibicarakan sering diistilahkan dengan nama ‟semesta
pembicaraan‟. Ada-tidaknya dan benar-salahnya penyelesaian
permasalahan dalam matematika dikaitkan dengan semesta
pembicaraan.
Pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan
di dalam kelas dengan perencanaan yang matang. Pembelajaran
dalam kelas
terdapat interaksi antara guru dan beberapa siswa yang saling
bertukar informasi.
-
9
Dalam berinterkasi bertukar informasi tersebut mengandung makna
belajar dan
mengajar. Makna belajar jika dilihat dari sisi siswa dan makna
mengajar jika
dilihat dari sisi guru. Belajar bertujuan kepada apa yang
dilakukan seseorang
sebagai sabjek dan mengajar berorientasi kepada apa yang harus
dilakukan oleh
guru sebagai pemberi pelajaran. Dari kedua sisi itu akan
berkolaborasi secara
terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadinya interkasi
antara guru dan
beberapa siswa didalam pembelajaran matematikan yang sedang
berlangsung.
Menurut Corey (Susanto, 2013), pembelajaran adalah suatu proses
dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam pandangan
Corey sebagai
upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif
sehingga
memungkinkan siswa berubah bertingkah laku.
Adapun menurut Komalasari (2010) mengemukakan definisi
pembelajaran
sebagai salah satu sistem atau proses membeljarkan peserta didik
yang
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar
peserta didik
dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
Muhsetyo, dkk (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran
matematika
adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik
melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga pesert didik
memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu
komponen yang
menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi
pembelajaran
matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang
dibicarakan, (2) tingkat
perkembangan peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4)
keterlibatan aktif
peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan peserta didik
sehari-hari, (6)
pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.
Sedangkan menurut Susanto (2013) Pembelajaran matematika adala
suatu
proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru unruk
mengembangkan
kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa,
serta dapat meningkatkan kemampuan mengkrontruksi pengetahuan
baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
matematika.
-
10
Pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman
secara
langsung kepada siswa secara terprogram sesuai dengan rencana
guru yang dapat
menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan menjadikan siswa
dapat
meningkatkan kemampuan berfikir untuk mengkontruksikan
pengetahuan yang
baru. Dalam pembelajaran siswa dan guru merupakan komponen
utama. Kedua
komponen tersebut berkolaborasi dengan baik menjadikan suatu
kegiatan interaksi
antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
2.1.2. Pengertian Metode
Secara etimologi metode berasal dari kata “Methodos” yang
berasal dari
bahasa latin yaitu “Methodos”. Methodos berasal dari dua kata
dasar yaitu metha
dan hodos. Metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya
jalan. Jadi
methodos artinya jalan yang dilalui. Menurut W, Sri Anitah
(2008) metode adalah
cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa, karena
metode lebih
menekankan pada peran guru.
Joni (W, Sri Anitah 2008) mengemukakan bahwa metode adalah
berbagai
cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai
tujuan tertentu.
Sedangkan Menurut Uno (2007) metode pembelajaran adalah cara
yang
digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat
untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dari pendapat beberapa ahli tentang pengertian metode dapat di
simpulkan
bahwa metode merupakan cara yang digunakan guru untuk mencapai
kompetensi-
kompetensi pembelajaran yang telah direncanakan guru dengan
melibatkan siswa
sebagai objek agar siswa dapat lebih aktif, kreati dalam
mengikuti pembelajaran
dikelas. Selain itu metode juga dpat membantu guru dalam
menyampaikan
pembelajaran dan makna dalam pembelajaran dapat lebih cepat
untuk
tersampikan.
2.1.3. Metode Demonstrasi
Menurut W, Sri Anitah (2008), metode demonstrasi merupakan
metode
mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan
secara
langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat
mempelajarinya
secara proses. Sedangkan pendapat ahli yang lain mengatakan
bahwa metode
-
11
demonstrasi adalah metode efektif sebeb membantu para siswa
untuk mencari
jawaban dangan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang
benar (Sudjana,
2008).
Anas (2014) mengemukan bahwa metode demonstrasi adalah
metode
mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak
didik. Dengan
menggunakan metode demonstrasi siswa dan guru dapat
memperlihatkan suatu
proses penemuan pengetahuan baru. Sedangkan menurut Syaodin dan
Ibrahim
(2010) mengemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan sebuah
metode
yang dalam pembelajarnnya memperlihatkan langkah-langkah suatu
proses
terbentuknya atau terjadinya sesuatu yang menitikberatkan pada
kemampuan
seorang guru untuk mendemonstrasikannya.
Begitu juga Huda (2015) mengemukakan bahwa metode
demonstrasi
adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan
suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukan oleh
guru atau
sumber belajar lain didepan seluruh siswa.
Dari paparan tentang pengertian metode demonstrasi beberapa ahli
dapat
ditarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi memfokuskan
pembelajaran pada
proses pencarian atau penemuan pengatahuan yang baru bagi siswa
dengan
berbantua media, baik itu media nyata maupun media tiruan, dalam
hal ini
dibutuhkan kesiapan guru dalam segi materi pembelajaran dan
penguasaan kelas
ataupun metode demonstrasi. Metode demonstrasi sangat cocok jika
dalam
perencanaan pembelajaran siswa diminta untuk malakukan suatu
kegiatan untuk
memperoleh jawaban, karena metode demonstrasi diharapkan siswa
aktif
mengikuti pembelajaran dengan mengamati sebuah proses penemuan
pengetahuan
yang baru bagi siswa. Misalkan mengamati bahan-bahan apa saja
yang digunakan,
mengamati bangaimana proses menggunakan bahan-bahan, mengamati
perubahan
yang terjadi dan mengamati hasilnya dari proses tersebut. Metode
demonstrasi ini
meskipun sederhan tetapi lebih memberikan pengalaman langsung
kepada siswa
-
12
sehingga siswa dapat lebih cepat menerima pembelajaran, dan
pembelajaran yang
telah dilakukan pun akan tersimpan secara sempurna dalam otak
siswa.
Menurut W, Sri Anitah (2008), metode demonstrasi akan lebih
sesuai jika
digunakan untuk (1) mengonkretkan suatu konsep atau prosedur
yang abstrak; (2)
mengajarkan bagaiman berubuat atau menggunakan yang abstrak; (3)
meyakinkan
bahwa alat dan prosedur tersebut bisa digunakan; (4)
membangkitikan minat
menggunakan alat dan prosedur. Dengan begitu dalam metode
demonstrasi akan
banyak digunakan pada mata pelajaran seperti matematika. Karena
mata pelajaran
matematika merupakan mata pelajaran yang abstrak.
W, Sri Anitah (2008), juga mengungkapkan bahwa metode
demonstrasi juga
memiliki karakteristik. Karakteristik metode demonstrasi adalah
mengajar dengan
cara modeling, guru bisa berperan sebagai modeling atau guru
dapat mengajak
nara sumber untuk mendemonstrasikan objek pembelajaran dengan
syarat nara
sumber tersebut harus menguasi materi atau bisa jadi siswa yang
berperan
menjadi model pada saat pembelajaran. Sehingga dalam
pembelajaran yang
menerapkan metode demonstrasi ini sangat lah baik jika
diterapkan karena
pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk lebih aktif dan
kreatif dalam
pembelajaran yang dilaksanakan bukan hanya guru saja yang
menjadi objek tetapi
siswa juga dapat menjadi objek dalam pembelajaran.
Prasyarat yang dikemukakan oleh W, Sri Anitah (2008) untuk
mengoptimalkan pembelajaran dengan metode demonstrasi pada
kemampuan
guru yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan metode
demonstrasi,
diantaranya adalah (a) mampu secara proses dalam melaksanakan
demonstrasi
materi atau topik yang dipraktikan; (b) mampu mengelola kelas,
dan menguasai
siswa secara menyeluruh; (c) mampu menggunakan alat bantu yang
digunakan;
(d) mampu melaksanakan penilaian proses. Selain kemampuan guru,
ada juga
kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan saat
menerapkan metode
demonstrasi, antara lain (1) siswa harus memiliki motivasi,
perhatian, dan minat
untuk belajar, (2) memahami tentang tujuan/maksud yang akan
didemonstrasikan;
(3) mampu mengamati proses yang sedang didemonstrasikan; (4)
mampu
mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam
demonstrasi. Jika semua
-
13
prasyarat tersebut dipenuhi maka pembelajaran akan lebih mudah
tercapai
sehingga waktu yang digunakan sangatlah efesien dan membuat
siswa lebih
bermakna dalam pembelajaran.
Dalam segala metode pembalajaran tentu memiliki sebuah kelebihan
dan
kelemahan. Begitu juga dengan metode demonstrasi, meskipun
metode
demonstrasi terlihat sangat sederhana tetapi juga memiliki
kelebihan dan
kekuranang. Berikut ini akan dipaparkan mengenai kelebihan dan
kekurangan
metode demonstrasi
a. Kelebihan Metode Demonstrasi
Kelebihan metode demonstrasi menurut W, Sri Anitah (2008)
adalah
1) Siswa-siswi dapat dapat memehami bahan pelajaran sesuai
dengan objek
sebenarnya;
2) Dapat mengembagkan rasa ingin tahu siswa;
3) Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang
sistematis;
4) Dapat mengetahui hubungan yang struktual atau urutan
objek;
5) Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.
Kelebihan metode demonstrasi menurut Huda (2010) adalah
1) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret;
2) Memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran;
3) Lebih mengarahkan proses belajar siswa pada materi yang
sedang dipelajari;
4) Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil
pembelajaran dalam
diri siswa;
5) Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari;
6) Membuat proses pengajaran lebih menarik;
7) Merangsang siswa untuk aktif mengamati antar teori dengan
kenyataan;
8) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses
atau kerja
suatu benda;
9) Memudahkan berbagai jenis penjelasan
10) Memperbaiki kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah
melalui pengamatn
dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.
-
14
b. Kelemahan Metode Demonstrasi
Kelemahan metode demonstrasi meurut W, Sri Anitah (2008)
adalah
1) Pembelajaran hanya dapat menimbulkan cara berfikir yang
konkret;
2) Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka
demonstrasi
tidak efektif;
3) Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya;
4) Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba dan
melakukan praktik
demonstrasi.
Kelemahan metode demonstrasi menurut Huda (2010) adalah
1) Metode deomnstrasi mengharuskan keterampilan guru secara
khusus;
2) Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti
peralatan, tempat, dan
biyaya yang memadahi setiap kelas;
3) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping
waktu yang
cukup panjang;
4) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan;
5) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai
materi atau barang yang didemonstrasikan.
Dari paparan menganai kelebihan dan kekurangan metode
demonstrasi,
dapat dikaji bahwa metode demonstrasi berpengaruh positif
terhadap hasil belajar
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Metode demonstrasi dapat
meningkatkan
kreatifitas, aktivitas, pemhaman, dan keberanian pada siswa.
Tetapi metode
demonstrasi juga memiliki kelemahan yang begitu banyak.
Sebagai solusinya dari kelemahan metode demonstrasi. Maka guru
harus
menguasi mata pelajar tersebut, memahami setiap proses
demonstrasi, memahami
karakteristik siswa, memanajemen waktu pembelajaran, dan
mampu
mengkondisikan siswa untuk belajar. sehingga kelemahan-kelemahan
yang ada
pada metode demonstrasi dapat diminimalkan dan pembelajaran
yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu.
Dalam menerapkan metode pembelajaran demonstrasi guru harus
memahami langkah-langkah atau sintaks metode pembalajaran yang
akan dipilih
-
15
oleh guru tersebut agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan
dengan baik. Berikut
ini adalah langkah-langkah pembelajaran menurut para ahli.
a. Langkah-langkah pembelajaran Metode Demonstrasi menurut W,
Sri Anitah
(2008) sebagai berikut :
1) Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
2) Memberikan penjelasan tentang topik yang akan
didemonstrasikan.
3) Pelaksanaan demonstrasi bersama dengan perhatian dan peniruan
dari siswa.
4) Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap
hasil demonstrasi.
5) Kesimpulan
b. Langkah-langkah pembelajaran Meode Demonstrasi menurut
Suprijono
(2015) sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
disampaikan.
3) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlihatkan
4) Manunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai
sekenario
yang telah disiapkan.
5) Seluruh siswa memperlihatkan demonstrasi dan
menganalisisnya.
6) Tiap siswa mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman
siswa
didemonstrasikan.
7) Guru membuat kesimpulan pembelajaran.
c. Selain langkah-langkah pembelajaran yang telah dikemukkan
oleh kedua ahli
diatas terdapat pula tahap-tahapan implementasi metode
demonstrasi yang
terdiri dari tujuh tahap menurut Huda (2010) sebagai berikut
:
1) Merumuskan dengan jelas jenis kecakapan atau keterampilan
yang diperoleh
setelah demonstrasi dilakukan.
2) Menentukan peralatan yang digunakan, kemudian diuji coba
terlebih dahulu
agar pelaksanaan demonstrasi tidak mengalami kegagalan.
3) Menetapkan prosedur yang dilakukan, dan melakukan percobaan
sebelum
demonstrasi dilakukan.
4) Menentukan durasi pelaksanaan demonstrasi.
-
16
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar
pada
saat maupun sesudah demonstrasi.
6) Meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
7) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai langkah-langkah
implementasi
metode deomonstrasi dapat dikaji bahwa dalam implementasi metode
demonstrasi
terdapat tujuh tahap yang perlu dilakukan. Setiap tahap
menunjukan kehiatan
yang berbeda-beda yang perlu dipahami guru sehingga pembelajaran
dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Tahap pertama adalah merumuskan dengan jelas jenis kecakapan
atau
keterampilan yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan. Dalam
tahap ini tugas
guru menyampikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Siswa harus
memahami setiap penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran.
Tahap kedua adalah menentukan peralatan yang digunakan, kemudian
diuji
coba terlebih dahulu agar pelaksanaan demonstrasi tidak
mengalami kegagalan.
Pada tahap ini guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, guru
memberikan penjelasan singkat mengenai alat dan bahan tersebut,
selain itu guru
harus mengecek apakah alat tersebut masih layak untuk
dipergunakan apa tidak.
Pada tahap ini juga dapat di bentuk kelompok, pembentukan
kelompok dibagi
secara heterogen atau acak.
Tahap ketiga adalah menetapkan prosedur yang dilakukan, dan
melakukan
percobaan sebelum demonstrasi dilakukan. Pada tahap ini guru
meberikan contoh
demonstrasi kepada siswa. Dan siswa harus memahami setiap proses
yang di
demonstrasikan, jika diperlukan siswa diminta untuk mencatat
proses demonstrasi
yang telah dicontohkan oleh guru.
Tahap keempat adalah menentukan durasi waktu dalam demonstrasi.
Pada
tahap ini siswa dan guru malakukan kesepakatan untuk menentukan
waktu
demonstrasi kepada setiap siswa atau kepada setiap kelompok.
Dengan
menentukan durasi semonstrasi dapat mengefisienkan waktu
pembelajaran yang
dilakukan. Sehingga dalam pembelajaran waktu yang dibutuhkan
tidak terlalu
lama.
-
17
Tahap kelima adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi. Saat
demonstrasi
guru dapat melakukan sesi tanya jawab kepada setiap siswa atau
setiap kelompok
untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam proses
mendemonstrasikan atau
kesalahpahaman dalam siswa berfikir atau untuk meningkatkan
keaktifan pada
siswa. Setelah demonstrasi perwakilan kelompok atau beberapa
siswa dapat
diminta untuk menyampikan hasil demonstrasi didepan kelas.
Tahap keenam adalah meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang
dianggap
perlu. Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kesimpulan
pada
demonstrasi yang telah dilakukan. Setelah melakukan demonstrasi
siswa diminta
untuk mencatat hasil demonstrasi yang telah dilakukan dan guru
dapat meminta
siswa untuk membuat rangkuman singkat atau mencatat hal yang
penting
mengenai pengetahuan yang telah didapat pada saat
demonstrasi.
Tahap ketujuh adalah menetapkan rencana untuk menilai kemajuan
siswa.
Dalam tahap ini guru menentukan cara mengambil nilai. Misal guru
dapat
menggunakan penilaian dengan cara tes tertulis maka guru harus
membuat soal
untuk melakukan penilaian pada pembelajaran yang telah
dilakukan. Dengan
melakukan penilaian maka guru dapat menetapkan apakah metode
demonstarasi
ini berhasil diterapkan dalam pembalajaran yang telah
dilakukan.
2.1.4. Keterampilan Beritung
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), dikemukakan bahwa
keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan menurut
Purnamasari (2011), keterampilan merupakan keahlian atau
kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang dimana keahlian atau kemampuan itu
timbul dikarenakan
faktor keturunan dan kebiasaan seseorang itu belajar dan
berlatih secara
berkesinambungan. Seseorang dapat dikatakan terampil jika dalam
melakukan
pekerjaan dengan cepat dan benar. Keterampilan yang dimilki oleh
setiap orang
berbeda-beda. Sehingga keterampilan orang tersebut akan
mempengaruhi hasil
pekerjaan yang dikerjakan.
-
18
Webster’s New Third International Dictionary (dalam Wibawati,
2013)
merumuskan berhitung sebagai cadang matematika yang berkenaan
dengan sifat
dan hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka
terutama
menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagaian.
Sedangkan
menurut Concise Oxford English Dictionary dan Encyclopedia
Americana (dalam
Wibawati, 2013) merumuskan singkat berhitung sebagai ilmu
tentang bilangan.
Menurut Dali (dalam Wibawati 2013) berhitung dipakai untuk
menghitung benda-
benda dan kemudian barulah manusia kuno menggunakan jari tangan
mereka
sebagai alat berhitung.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan berhitung merupakan
keahlian
atau kemampuan yang diperlukan manuasia untuk menyelesaikan
sebuah masalah
yang berkaitan dengan perhitungan. Selain itu keterampilan
berhitung diperlukan
oleh manusia untuk mengembangkan sebuah teknologi maupun ilmu
pengetahuan
yang baru. Maka dari itu keterampilan berhitung sangatlah
penting dan diperlukan
bagi manusia.
Keterampilan berhitung merupakan sasaran utama dalam
pembelajaran
matematika. Sasaran utama berdasarkan pada kurikulum matematika
Sekolah
Dasar antara lain a) pengembangan konsep-konsep; 2)
pengembangan
matematika; c) pemngembangan keterampilan; d) kemampuan
pemecahan
masalah; dan e) pengembangan sikap menghargai dan sikap-sikap
yang lain yang
menguntungkan. Pada sasaran yang ketiga yaitu pengembangan
keterampilan,
maka siswa Sekolah Dasar diharapkan dapat: 1) mengetahui fakta
mendasar
mengenai penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
bilangan; 2)
mengerti beberapa alogaritma (bentuk-bentuk untuk mencatat
perhitungan); 3)
melakukan pemeriksaan hasil hitungan; 4) menduga jawabnya untuk
menghindari
hasil yang tidak masuk akal. Untuk meningkatkan penguasaan
siswa, guru dapat
memperbanyak latihan-latihan untuk siswa.
2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Pada subbab kajian hasil-hasil yang relevan akan disajikan
sebuah tabel
yang membahas mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
relevan dengan
-
19
variabel yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan.
Berikut ini
disajikan Tabel 2.1 tentang State Of The Art
Tabel 2.1
State Of The Art
Peneliti Tahun Responden/
Partisipan Variabel
Model
Analisis Hasil
Lestari, D 2012 Kelas VII
SMP IT Al-
Fitya School
Medan
Metode
Demonstrasi;
Hasil Belajar;
SBK
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode
demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam
menggambar buah-buahan sehingga
karya siswa lebih natural. Hal ini
dibuktikan dengan hasil kerja siswa pada
siklus I adalah sebagai berikut: 1 siswa
memperoleh predikat sangat baik
(3.22%), 6 siswa memperoleh predikat
baik (19,36%), 14 siswa memperoleh
nilai cukup (45,16%), dan 10 siswa yang
memperoleh predikat kurang (32,26%).
Nilai rata-rata kelas pada siklus I ini
adalah 73,35. 5) Nilai hasil kerja siswa
pada siklus II adalah sebagai berikut: 7
siswa memperoleh predikat sangat baik
(22,58%), 21 siswa memperoleh
predikat baik (67,74%), dan 3 siswa
memperoleh nilai cukup (9,68%).
Sukerti, dkk 2013 Kelompok
B TK
Kusuma
Darma
Tukad
Mungga
Metode
Demonstrasi;
Keterampilan
Motorik
Halus
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa
penerapan metode demonstrasi dengan
berbantuan media daun pisang melalui
kegiatan menganyam dapat
meningkatkan keterampilan motorik
halus pada anak kelompok B TK
Kusuma Dharma Tukad Mungga
Buleleng semester 2 tahun pelajaran
2012/2013. Dibuktikan dengan hasil
penelitian rata-rata siklus I sebesar 61,37
(61,37%) sedangkan siklus II sebesar
83,65 (83,65%) dan terjadi peningkatan
sebesar 22,28 (22,28%)
Nonik, dkk 2013 Kelompok
A PAUD
Widya
Dharma
Bondalem
Tejakula
Metode
Demonstrasi;
Kemampuan
Kognitif
PTK Disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan kognitif pada
anak semester II tahun ajaran 2012/2013
di PAUD Widya Dharma Bondalem.
Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan kemampuan kognitif pada
siklus I adalah 55,56% yang berada pada
kategori rendah kemampuan kognitif
pada siklus II sebesar 70,67% berada
pada kategori tinggi. Peningkatan
kemampuan kognitif anak dapat terjadi
karena melalui penerapan metode
demonstrasi berbantuan media kartu
gambar dapat meningkatkan
-
20
kemampuan kognitif anak.
Hendrawati,
dkk
2014 Kelompok
B TK
Melati
Payangan
Gianyar
Metode
Demonstrasi;
Keterampilan
Motorik
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa
dengan penerapan metode demonstrasi
melalui kegiatan melukis dengan cara
inkonvensional dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus pada anak
kelompok B di TK Melati Payangan
Gianyar. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melihat hasil penelitian yang
menunjukan bahwa rata-rata pada siklus
I sebesar 39,68% yang berada pada
kategori sangat rendah, dan rata-rata
pada siklus II sebesar 87,4% tergolong
pada kategori aktif.
Adnyawati,
dkk
2014 Mahasiswa
jurusan
PKK IKIP
Negeri
Singaraja
Metode
Demonstrasi; Keterampilan
Proses; Hasil
Pembelajaran
PTK Hasil penelitannya bahwa (1) tingkat
keterampilan proses mahasiswa setelah
penerapan metode demonstrasi dan
media job sheet berada pada kategori
terampil dengan rata-rata persentase
adalah 71% (siklus I = 67,6% dan siklus
II=74,4%) sehingga memiliki
peningkatan keterampilan proses
mahasiswa sebesar 6,8% ; (2) tingkat
hasil belajar mahasiswa setelah
penerapan metode demonstrasi dan
media job sheet berada pada kategori
baik dengan rata-rata persentase adalah
71,69% (siklus I = 68,86 dan siklus II =
74,52) sehingga memiliki peningkatan
hasil belajar mahasiswa sebesar 5,7%.
Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode demonstrasi
dan media job sheet dapat meningkatkan
keterampilan proses dan pembelajaran
dekorasi kue mahasiswa jurusan PKK
IKIP Negeri Singaraja.
Ranaya 2013 Siswa kelas
IVA SDN 5
Pusungi
Metode
Demonstrasi;
Hasil Belajar;
IPA
PTK Menyimpulkan hasil penelitiannya
bahwa penerapan metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Kelas IVA SDN 5 Pusungi. Dengan
melihat hasil penelitianya bahwa hasil
tindakan siklus I diperoleh ketuntasan
belajar klasikal 55 % dengan nilai rata-
rata 6,7. Hasil tindakan siklus II
diperoleh ketuntasan belajar klasikal 90
% dengan nilai ratarata
7,3.
Wahyuni,
dkk
2014 Kelompok
B TK
Kemala
Bhayangkari
1 Denpasar
Metode
Demonstrasi;
Keterampilan
Motorik Halus
PTK Hasil analisis data menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan keterampilan
motorik halus melalui penerapan metode
demonstrasi dengan kegiatan mencetak
dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar pada siklus I
sebesar 32,47% yang berada pada
kategori sangat rendah ternyata
-
21
mengalami peningkatan pada siklus II
menjadi 82,35% tergolong pada kategori
tinggi. Jadi, terjadi peningkatan
keterampilan motorik halus dalam
kegiatan mencetak pada anak sebesar
49,88%. Dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode demonstrasi melalui
kegiatan mencetak dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus anak
kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1
Denpasar Kecamatan Denpasar Utara
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Bartik 2013 Kelas III
SDN 11
Sungai
Kunyit
Aktivitas;
Metode
Demonstrasi
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa
dengan penerapan metode demonstrasi
telah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran matematika di kelas III
SDN 11 Sungai Kunyit. Hal ini
dibuktikan aktivitas fisik dengan rata-
rata 31,25% sebelum tindakan
(baseline), meningkat menjadi 45,83%,
pada siklus I dan naik menjadi 85,41%
dengan kategori tinggi pada siklus II.
Aktivitas mental dengan rata-rata 25%
sebelum tindakan (baseline), meningkat
menjadi 43,75% pada siklus I dan lebih
meningkat pada siklus II dengan rata-
rata 83,33% dengan kategori tinggi.
Sedangkan untuk aktivitas emosional
dengan rata-rata 27,08% sebelum
tindakan (baseline), pada siklus I
meningkat menjadi rata-rata 45,93%,
dan pada siklus II meningkat lagi
menjadi rata-rata 87,50% dengan
kategori tinggi.
Darlin, dkk 2013 Kelas V
SDN 31
Sungai
Ambawang
Metode
Demonstrasi;
Keterampilan
Berbicara
PTK Hasil penelitian keterampilan berbicara
bahasa Indonesia dengan menerapkan
metode demonstrasi, dari siklus I, siklus
II dan siklus III terjadi peningkatan
sebesar 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode
demonstrasi dapat meningkatkan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia
di kelas V Sekolah Dasar Negeri 31
Sungai Ambawang.
Misiyanti,
dkk
2014 Metode
Demonstrasi;
Motorik
Halus
PTK hasil penelitian menunjukan bahwa
terjadi peningkatan perkembangan
motorik halus dengan penerapan metode
demonstrasi berbantuan media konkret
melalui kegiatan kolase pada siklus I
sebesar 70,50% yang berada pada
kategori sedang ternyata mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi
82,50% tergolong pada kategori tinggi.
-
22
Jadi terjadi peningkatan perkembangan
motorik halus pada anak sebesar
12,00%.
Maniamas 2013 kelas V
SDN 55
Raba
Sekuap
Aktivitas;
Metode
Demonstrasi
PTK Hasil peneilitian di simpulkan bahwa
menggunakan metode demonstrasi pada
pembelajaran IPA dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Hal ini dapat dilihat
peningkatan yang terjadi pada setiap
indikator kinerja aktivitas siswa, yaitu:
(a) Visual Activities, dimulai dari
pengamatan awal sebelum dilakukan
tindakan yaitu 30% kemudian pada
siklus I mengalamai peningkatan 32%
menjadi 62%, pada siklus II mengalami
peningkatan 34% menjadi 96%, (b) Oral
Activities, dimulai dari pengamatan
awal sebelum dilakukan tindakan yaitu
14% kemudian pada siklus I mengalami
peningkatan 38% menjadi 52%, pada
siklus II mengalami peningkatan 40%
menjadi 92%.
Lahamado 2016 Kelas V
SDN
Raram-
padende
Hasil Belajar;
Metode
Demonstrasi
PTK Hasil penelitian menunjukan bahwa
pada tindakan siklus I diperoleh
ketuntasan belajar klasikal sebesar 75%,
namun hasil belajar tersebut belum
mencapai indikator capaian yakni 80%,
maka dilanjutkan pada siklus II. Pada
tindakan pelaksanaan siklus II diperoleh
ketuntasan belajar klasikal sebesar 95%,
terdapat 19 siswa yang tuntas dari 20
siswa yang mengikuti tes dan terjadi
peningkatan sebesar 20% dari hasil
pelaksanaan siklus I. Aktifitas guru,
meningkat dari 60% pada siklus I
menjadi 95% pada siklus II. Aktifitas
belajar siswa meningkat dari 62% pada
siklus I menjadi 94% pada siklus II.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa melalui metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
materi bernyanyi di kelas V SDN
Rarampadende.
Sari 2012 TK Tri Bina
Paya-
kumbuh
Kemampuan
Sains; Metode
Demonstrasi
PTK Hasil penelitian yang didapat dilihat dari
nilai rata-rata yang diperoleh melalui
permainan sains dengan menggunakan
metode demonstrasi pada kondisi awal,
siklus I dan siklus II terjadi peningkatan
pada setiap siklusnya yang dapat dilihat
pada nilai rata-rata kondisi awal 10%
meningkat pada siklus I menjadi 40%
dan melebihi Kriteria Ketuntasan
Minimum 75% pada siklus II mencapai
90%. Maka penelitian dislmpulkan
bahwa metode demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan sains Di
-
23
Taman Kanak-Kanak Tri Bina
Payakumbuh.
Husain, dkk 2012 - Metode
Demonstrasi;
Pemahaman;
Analisis
Eks-
perimen
Hasil penlitian dapat dilihat dari nilai
rerata setiap kelompok, untuk kelompok
treatment adalah 76.53, sedangkan untuk
kelompok kontrol adalah 55.75 dan nilai
menggunakan Independent Samples
TTest sebesar --8.964 dengan nilai
signifikan sebesar 0.000 yang artinya
dengan taraf signifikansi sebesar 5%
terdapat perbedaan hasil uji kompetensi
antara kedua kelompok. Maka dapat
disimpulkan bahwa metode demonstrasi
sangat berpengaruh terhadap
pemahaman dan analisis siswa.
Andriyani 2013 TK Widya
Suta Kerti
Sulanyah
Metode
Demonstrasi;
Media Dadu;
Kemampuan
Mengenal
Konsep
Bilangan
PTK Hasil analisis data menunjukkan bahwa
kemampuan mengenal konsep bilangan
dengan penerapan metode demonstrasi
berbantuan media dadu pada siklus I
sebesar 59,4% yang berada pada
kategori rendah, mengalami peningkatan
pada siklus II menjadi 87,6% tergolong
pada kategori tinggi. Jadi, terjadi
peningkatan kemampuan mengenal
konsep bilangan pada anak kelompok B
semester II di TK Widya Suta Kerti
Sulanyah Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng sebesar 28,2% dengan
penerapan metode demonstrasi
berbantuan media dadu.
Captina,
dkk
2014 Kelas V
SDN 06
Toho
Kemampuan
Membaca;
Metode
Demonstrasi
PTK Hasil penelitian kemampuan membaca
cepat peserta didik pada siklus I
pembelajaran peserta didik yaitu untuk
lafal suara pada saat membaca 3 peserta
didik dikategorikan Sangat baik, 9
peserta didik dikategorikan Baik, 2
peserta didik dikategorikan Cukup.
Untuk kemampuan intonasi suara pada
saat membaca 3 peserta didik
dikategorikan Sangat baik, 8 peserta
didik dikategorikan Baik, 3 peserta didik
dikategorikan Cukup. Nilai rata-rata dari
aspek yang dinilai pada siklus I yaitu
68,75%. Karena nilai yang diperoleh
belum memperoleh nilai yang
memuaskan dan masih kurang dari
target minimal peneliti yaitu 80%. Hal
ini menunjukan dengan menerapkan
metode demonstrasi melalui peningkatan
kemampuan membaca cepat
menggunakan metode demonstrasi di
kelas V SD Negeri 06 Toho dapat
meningkatkan kemampuan membaca.
Selvianti,
dkk
2013 Kelas X Kemampuan
Monolog
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa
keterampilan siswa mengungkapkan
-
24
Prosedur;
Metode
Demonstrasi
makna dalam monolog berbentuk teks
procedure dengan menggunakan
metode demonstrasi meningkat, yakni
pada siklus I sebesar 58%, pada siklus
II sebesar 71,5%, dan pada siklus III
sebesar 82,5%.
Utomo 2015 Kelas IV
semester I
SDN
Klatakan 02
Kecamatan
Tanggul
Hasil Belajar;
IPA; Metode
Demonstrasi
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa
metode demonstrasi dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA siswa
Fidiati 2013 Kelas 4
SDN I Kuta
Dalom
Gisting
Kabupaten
Tanggamus
Kemampuan
Membaca
Peta; Metode
Demonstrasi
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran dengan
metode demonstrasi dapat
meningkatkan aktivitas siswa kelas 4
SDN 1 Kuta Dalom Gisting Kabupaten
Tanggamus.
Mustokiyah 2013 Kelas II SD
N Sidotopo
Wetan I
Surabaya
Metode
Demonstrasi;
Hasil Belajar
PTK Hasil penelitian disimpulkan bahwa
penerapan metode demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
setelah dilakukan kegiatan pembelajaran
diperoleh hasil bahwa sebesar 95,45%
dari total keseluruhan siswa dinyatakan
tuntas dalam mengikuti pembelajaran
IPA di kelas II SD N Sidotopo Wates
Wetan Surabaya.
Artadana,
dkk
2015 Kelas X
SMA Luar
Biasa C1 N
Denpasar
Metode
Demonstrasi;
Motivasi
Belajar
Pra Eks-
perimen
Hasil penelitian menujukan bahwa rata-
rata skor hasil belajar IPA sebelum
mendapat perlakuan sebesar 58,00.
Setelah mendapat perlakuan berupa
pembelajaran dengan metode
demonstrasi dan penggunaan media
berupa CD interaktif, rata-rata skor hasil
siswa mengalami peningkatan menjadi
88,14. Jadi, terdapat pengaruh yang
signifikan yang diakibatkan oleh metode
demonstrasi terhadap hasil belajar IPA
pada kelas X SLB C1 Negeri Denpasar.
Sukerti, dkk 2014 Kelas V
SDN 3
Dencarik
Banjar
Metode
Demonstrasi;
Ketermpilan
Menulis
PTK Hasil penelitian tentang keterampilan
menulis narasi siklus Ivsebesar 64,0 %
kriteria sedang, siklus II sebesar 72,5%
kriteria tinggi. Hasil akhir penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan metode
demonstrasi dengan menggunakan
media gambar berseri untuk
meningkatkan keterampilan menulis
narasi siswa kelas V Semester 1 SDN 3
Dencarik Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013.
Wilantara 2014 Kelas XI
SMK
Taman
Siswa
Yogyakarta
Metode
Demonstrasi;
Prestasi
Belajar
Quasi
Experi-
mental
Hasi penelitian secara deskriptif
menunjukkan bahwa kecenderungan
prestasi belajar pemeliharaan/servis
system pengapian konvensional siswa
kelas XI semester genap SMK
-
25
Tamansiswa Yogyakarta TahunAjaran
2013/2014 yang diajarkan menggunakan
metode ceramah termasuk dalam
kategori sedang dan yang diajarkan
menggunakan metode demonstrasi
dalam kategori sangat tinggi. Pada uji-t
diperolehthitung = 20,200 dan p =
0,000, karena p < 0,005 berarti ada
perbedaan yang sangat signifikan
prestasi belajar pemeliharaan/servis
system pengapian konvensional siswa
kelas XI semester genap SMK
Tamansiswa Yogyakarta Tahun Ajaran
2013/2014 yang diajarkan menggunakan
metode ceramah dan metode
demonstrasi. Dilihat dari hasil rerata
ternyata metode mengajar menggunakan
metode demonstrasi sebesar 24,345 dan
metode ceramah sebesar 13,897, hal ini
berarti metode demonstrasi berpengaruh
lebih baik daripada metode ceramah
terhadap prestasi belajar
pemeliharaan/servis system pengapian
konvensional siswa kelas XI semester
genap SMK Tamansiswa Yogyakarta
Tahun Ajaran
2013/2014.
Fatah, A 2012 Kelas XI
SMK
Muhamma-
diyah
Metode
Demonstrasi;
Prestasi
Belajar
Eksperi-
men
Hasil penelitian menujukan bahwa nilai
rata-rata hasil belajar sebelum
pembelajaran demonstrasi sebesar 69,17
dan rata-rata hasil belajar dengan
menggunakan metode demonstrasi
sebesar 79,58. Dengan selisih rata-rata
sebesar 10,51. Sehingga penelitian ini
disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran dengan metode
demonstrasi pada konsep perbaikan dan
perawatan sistem kopling dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas XI TKR pada SMK
Muhammadiyah Belik Pemalang.
Sodikin 2015 Kelas XI
program
IPA SMA
Negeri 12
Bandar
Lampung
Metode
Eksperimen;
Metode
Demonstrasi;
Kemampuan
Menggunakan
Alat Ukur;
Sikap;
Prestasi
Belajar
Eksperi-
mental
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1)
Tidak ada pengaruh penggunaan metode
pembelajaran eksperimen dan
demonstrasi terhadap prestasi kognitif
(p-value = 0,151) dan afektif (p-value =
0,368). (2) Tidak ada pengaruh
kemampuan menggunakan alat ukur
terhadap prestasi kognitif (p-value =
0,593) dan afektif (pvalue = 726). (3)
Tidak ada pengaruh sikap ilmiah
terhadap prestasi kognitif (p-value =
0,399) dan afektif (p-value = 0,084). (4)
Tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran dengan kemampuan
-
26
menggunakan alat ukur terhadap prestasi
kognitif (p-value = 0,832). (5) Tidak ada
interaksi antara metode pembelajaran
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
kognitif (p-value = 0,839). (6) Tidak ada
interaksi antara kemampuan
menggunakan alat ukur dengan sikap
ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-
value = 318). (7) Ada interaksi antara
metode pembelajaran dengan
kemampuan menggunakan alat ukur dan
sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif
(p-value = 0,029).
Dewi 2016 Kelas VII E
dan VII G
SMP Negeri
1
Tegaldlimo
Metode
Deonstrasi;
Hasil Belajar
Quasi
Eksperi-
ment
Berdasarkan hasil uji anakova pengaruh
perlakuan terhadap hasil belajar kognitif
dapat di ketahui bahwa p-level lebih
kecil dari alpha 0.05 ( p < 0,05) dengan
sig 0,000. Hal ini berarti bahwa Ho
ditolak dan Ha di terima, Dengan kata
lain penggunaan media pembelajaran 3
dimensi berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa kelas VII SMP N 1
Tegaldlimo.
Purwoko 2016 - Metode
Demonstrasi;
Motivasi
Belajar; Hasil
Belajar
PTK Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
skor rata-rata motivasi siklus I sebesar
48,91 meningkat menjadi 59,61 pada
siklus II dengan peningkatan sebesar
10,9%. Motivasi belajar siswa pada
siklus III juga mengalami peningkatan,
yaitu dari skor rata-rata 59,61 pada
siklus II menjadi 70,61 pada siklus III
dengan peningkatan 10,81%. Hal ini
menujukkan bahwa siswa sudah terbiasa
dengan kegiatan belajar dengan metode
demonstrasi, sehingga motivasi siswa
untuk belajar sudah terbentuk dengan
baik dan dapat menunjukkan partisipasi
aktif dalam tindakan siklus III secara
keseluruhan. 2) ada peningkatan rata-
rata nilai pratindakan sebesar 56,25
dengan siklus I menjadi 63,28,
kemudian siklus I ke siklus II juga
mengalami peningkatan dari 63,28
menjadi 72,81, dan siklus II ke siklus III
juga mengalami peningkatandari 72,81
menjadi 81,56. Dapat disimpulkan
bahwa penerapan metode demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar sistem
pendingin.
Saputra 2016 Kelas XI
TKR A
SMK
Muhamma-
diyah 2
Sleman
Metode
Demonstrasi;
Keaktifan;
Prestasi
Belajar
PTK Hasil penelitian ini ditunjukan dengan
adanya peningkatan tes prestasi belajar
pada siklus I didapat nilai rata-rata pre-
test 60,37 dan nilai rata-rata post-test
69,75 sehingga prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 9,38
-
27
dan pada siklus II didapat nilai rata-rata
pre-test 62,62 nilai rata-rata post-test
75,25 mengalami peningkatan prestasi
belajar sebesar12,63 dan tes pada siklus
III nilai rata-rata pre-test 65,25 dan nilai
rata-rata post-test 82,75. Selain itu hasil
rata-rata lembar observasi keaktifan
belajar siswa pada siklus I 42%
mengalami peningkatan pada siklus II
sebesar 26% menjadi 68% dan pada
siklus III mengalami peningkatan
sebesar 19,50% menjadi 87,50%.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas ini dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode demonstrasi dan
media film dapat meningkatkan prestasi
belajar dan keaktifan belajar siswa pada
mata pelajaran sistem rem pada siswa
kelas XI TKR A SMK Muhammadiyah
2 Sleman tahun pelajaran 2015/2016.
Eto, T M 2013 Kelas V
SDK Stella
Maris
Surabaya.
Metode
Demonstrasi;
Metode
Ceramah;
Hasil Belajar
Compara-
tive
research
Hasil penelitian menujukan bahwa 1)
Pembelajaran metode demonstrasi yang
diberikan kepada siswa kelompok I
ternyata memberikan peningkatan hasil
belajar dribbel bolabasket sebesar
5,90%. Hasi uji t menunjukan nilai
thitung 15,938 > nilai ttabel 2,045, hal
ini dapat dikatakan, bahwa pembelajaran
metode demonstrasi memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar dribbel
bolabasket siswa. 2) Pembelajaran
metode ceramah yang diberikan kepada
siswa kelompok II ternyata memberikan
peningkatan hasil belajar dribbel
bolabasket sebesar 2,28%. Hasi uji t
menunjukan nilai thitung 3,195 > nilai
ttabel 2,045, hal ini dapat dikatakan,
bahwa pembelajaran metode ceramah
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar
dribbel bolabasket siswa. Pembelajaran
metode demonstrasi yang diberikan
kepada siswa kelompok I ternyata
memberikan peningkatan hasil belajar
yang lebih baik dari pada metode
ceramah yang diberikan pada siswa
kelompok II. Hasil uji beda antar
kelompok menunjukan bahwa nilai
thitung 4,505 > nilai ttabel 2,045. Hal ini
dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa kelompok I (Metode
Demonstrasi) dan kelompok II (Metode
Ceramah) dalam materi dribbel
-
28
permainan bolabasket.
Sahary 2016 Kelas VII
SMP N 19
Bintan
Metode
Demonstrasi;
Kmahiran
Menulis
Eksperi-
men
Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata
siswa pada tahapan pre-test hanya 54,28,
sedangkan pada post-test nilai rata-rata
siswa yaitu 85,47. Hasil penelitian
perbandingan pre-test dan post-test pada
aspek penlaian yang sudah di tentukan
peneliti berdasarkan ciri-ciri karangan
narasi terdapat dua aspek yang sangat
dominan, yaitu pada aspek teks
berisikan tentang kehidupan manusia
dan teks terdapat dialog. Skor rata-rata
tersebut menandakan adanya kenaikan
sebesar 31,19. Pada pengujian ini Ho
ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya
dengan menggunakan metode
demonstrasi dapat memengaruhi
kemahiran menulis karangan narasi
siswa.
Berdasarkan Tabel 2.1 tentang State of the Art yang menyajikan
tentang
hasil penelitian terdahulu yang relevan terhadap penelitian yang
akan
dilaksanakan. Peneliti menemukan 30 penelitian dengan varaiabel
bebas yang
sama yaitu metode demonstrasi tetapi peneliti tidak menemukan
penelitian
terdahulu yang variabel terikatnya sama dengan variabel terikat
yanag akan
dilakukan. Dari 30 penelitian yang terdahulu sebanyak 22
penelitian terdahulu
menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas dan 8
penelitian terdahulu
menggunakan metodologi eksperimen. Dua puluh dua penelitian
yang
menggunakan meodologi penelitian tindakan kelas menyimpulkan
hasil
penelitiannya bahwa metode demonstrasi yang terapkan dalam
pembelajaran
dapat meningkatkan variabel terikat yang digunakan dalam
masing-masing
penelitian yang telah dilakukan. Sedangkan delapan yang
menggunakan
metodologi ekperimen sebanyak tujuh menyatakan hasil penelitian
menunjukan
bahwa terdapat pengaruh penerapan metode demonstrasi yang
signifikan terhadap
variabel terikat yang digunakan dalam penelitian dan satu
penelitian menyatakan
hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh
penerapan
metode demonstrasi tehadap variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian.
Hasil penelitian yang menunjukan tidak terdapat pengaruh
dalam
menerapkan metode demonstrasi adalah penelitian yang telah
dilakukan oleh
Sodikin, (2015) dengan judul penelitian “Penerapan Pembelajaran
Berbasis
-
29
Masalah Melalui Metode Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan
Menggunakan
Alat Ukur dan Sikap Ilmiah Siswa” Hasil penelitian menunjukan
bahwa: (1)
Tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran eksperimen
dan
demonstrasi terhadap prestasi kognitif (p-value = 0,151) dan
afektif (p-value =
0,368). (2) Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur
terhadap
prestasi kognitif (p-value = 0,593) dan afektif (pvalue = 726).
(3) Tidak ada
pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif (p-value =
0,399) dan afektif (p-
value = 0,084). (4) Tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran dengan
kemampuan menggunakan alat ukur terhadap prestasi kognitif
(p-value = 0,832).
(5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap
ilmiah terhadap
prestasi kognitif (p-value = 0,839). (6) Tidak ada interaksi
antara kemampuan
menggunakan alat ukur dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
kognitif (p-value =
318). (7) Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan
kemampuan
menggunakan alat ukur dan sikap ilmiah terhadap prestasi
kognitif (p-value =
0,029).
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh sodikin memiliki
sebuah
kelemahan menurut penulis antara lain seperti 1) terlalu banyak
variabel yang
diteliti sehingga peneliti tidak dapat fokus terhadap variabel
yang diteliti; 2)
dalam melaksanakan penelitian seharusnya menggunakan kelas yang
homogen
sehingga dalam mengolah data lebih mudah. 3) uji analisis yang
digunakan adalah
uji anava, seharusnya uji analisisnya menggunakan uji ancova.
Uji anava
digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata data, sedangkan
dalam penelitian ini
analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap
variabel terikat. Sehingga analisis yang digunakan seharusnya
menggunakan uji
analisis covariat atau uji ancova. Karena uji ancova digunakan
untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap perubahan respon dengan mengontrol
perubahan
lain yang kuantitatif.
Dari penelitian yang terdahulu yang telah dianalisis oleh
peneliti dapat
diambil kesimpulan bahwa belum terdapat pengaruh penerapan
metode
demonstrasi secara singifikan terhadap variabel terikat, tempat,
dan waktu yang
berbeda dengan metodologi penelitian yang berbeda juga. Dengan
begitu peneliti
-
30
ingin menguji kembali dengan menerapkan metode demonstrasi
untuk
membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
keterampilan
berhitung dan menerapkan secara benar-benar serta meninggalkan
kesalahan dan
kelemahan yang terdapat dalam penelitian terdahulu.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasakan beberapa teori mengenai pembelajaran yang dapat
membuktikan penerapan metode deomonstrasi terhadap keterampilan
berhitung
siswa, maka terdapat pendapat dari penulis. Pendapat tersebut
bila disajikan dalam
gambar akan tampak dibawah ini :
Gambar 2.1
Alur Kerangka Berfikir Pengaruh Metode Pembelajaran
Demonstrasi
Terhadap Keterampilan Berhitung
Pada penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelas
kontrol
dengan kelas eksperimen. Kelas kontrol yaitu SD N Dukuh 01
dengan
menggunakan metode ceramah atau metode konvensional, sedangkan
kelas
eksperimen yaitu SD N Kecandran 01 dengan menerapkan metode
pembelajaran
Demonstrasi. Alat ukur yang digunakan ntar kelas kontrol dan
kelas eksperimen
adalah sama. Pretest diambil uji coba dan hasil dari kelas
kontrol dan kelas
eksperimen tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan,
sedangkan
Kelas Kontrol
Pre Test
Pembelajaran
menggunakan
metode ceramah
Post Test
Hasil postes tidak boleh
ada perbedaan yang
signifikan
Uji hasil post test
apakah ada pengaruh
yang positif dengan
penggunaan metode
demonstrasi
Kelas Eksperimen
Pre Test
Pembelajaran
menggunakan
metode demonstrasi
Post Test
-
31
postes diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
menujukan kelas
eksperimen keterampilan belajarnya lebih nampak daripada kelas
kontrol.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka, dan
kerangka
penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis:
Ho : ada pengaruh keterampilan berhitung siswa setelah diberikan
tindakan
dengan menerapkan metode demonstrasi
Ha : tidak ada pengaruh keterampilan berhitung siswa setelah
diberikan tindakan
dengan menerapkan metode demonstrasi.
Keterangan :
a. Signifikansi < alpha; Ho diterima Ha ditolak
Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode
demonstrasi
dengan metode konvensional terhadap keterampilan berhitung siswa
kelas III
SD Negeri Kecandran 01 pada semester II tahun ajaran
2016/2017.
b. Signifikansi > alpha; Ho ditolak Ha diterima
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan
metode
demonstrasi dengan metode demonstrasi dengan metode
konvensional
terhadap keterampilan berhitung siswa kelas III SD Negeri
Kecandran 01
pada semester II tahun ajaran 2016/2017.