Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kontrasepsi 1. Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau “mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008 dalam Palupi, 2011). 2. Jenis Metoda Kontrasepsi Adapun jenis metoda kontrasepsi dalam Nasution, 2013 dibagi menjadi: 7
62

BAB II

Feb 05, 2016

Download

Documents

Asep Purnama

konsep dasar kontrasepsi dan konsep dasar hipertensi serta kerangka teori.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kontrasepsi

1. Definisi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau

“mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi

adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu,

maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif

melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan

normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008 dalam Palupi,

2011).

2. Jenis Metoda Kontrasepsi

Adapun jenis metoda kontrasepsi dalam Nasution, 2013 dibagi

menjadi:

a. Kontrasepsi Sederhana

1) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang

dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang

dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah

pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan

7

Page 2: BAB II

ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai

saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk

wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.

2) Coitus Interuputus

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah

menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina

pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini

adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk

digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi

lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi.

3) KB Alami

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak

masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi.

Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode

kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.

4) Diafragma

Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak

memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas

(uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8%

kehamilan.

8

Page 3: BAB II

5) Spercimida

Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang

dapat mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan

spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi

sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan

jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila

dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.

b. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil KB

Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil

atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan

progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon

progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi

untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur,

mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk

masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.

Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat

tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi,

dan 3-10% untuk mini pil.

2) Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan

(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama

9

Page 4: BAB II

dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid,

depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian

jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas

tulang.

3) Implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan

dibawah kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama

dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan

dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun,

kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.

Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) /IUD

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan

kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari

plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit

tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya

hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan

getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai

ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi,

menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi

penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan

lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya

tinggi, angka kegagalannya 1%.

10

Page 5: BAB II

c. Metoda Kontrasepsi Mantap

1) Tubektomi

Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya

ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua

saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim),

efektivitasnya mencapai 99 %.

2) Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan

untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat

dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel

sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.

(Palupi, 2011)

B. Konsep Kontrasepsi Oral

Pil KB memberikan keuntungan yaitu tetap membuat menstruasi

teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan juga dapat

kembali pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil ini. Cara kerja pil KB

adalah dengan mencegah pelepasan sel telur. Pil ini mempunyai tingkat

keberhasilan yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara

teratur, pil ini dibagi menjadi 2 yaitu ada pil kombinasi dan pil mini.

11

Page 6: BAB II

1. Pil Oral Kombinasi

a. Definisi

Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang

berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron (Palupi, 2011).

Estrogen bekerja primer untuk membantu pengaturan hormone

releasing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan

pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang

perkembangan endometrium. Progesteron bekerja primer menekan

dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah

pelepasan ovum yang terlalu dini/prematur dari ovarium, serta juga

merangsang perkembangan dari endometrium (Palupi, 2011).

Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pil

adalah pil KB yang mengandung kombinasi derivate estrogen

(contoh: etinil estradiol) dan derivate progestin (contoh:

levonorgestrel) dalam dosis kecil (Proverawati, dkk. 2010).

Dasar dari pil kombinasi adalah meniru proses-proses

alamiah. Pil akan menggantikan produksi normal estrogen dan

progesteron oleh ovarium. Pil akan menekan hormon ovarium

selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasing

factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi (Palupi, 2011).

12

Page 7: BAB II

b. Jenis

Jenis pil oral menurut Palupi, 2011 dibagi menjadi:

1) Monofasik

Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron

dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2) Bifasik

Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron

dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon

aktif.

3) Trifasik

Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron

dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon

aktif (Glasier & Geiebb, 2006 dalam Palupi, 2011).

c. Indikasi

Pada prinsipnya semua ibu boleh menggunakan pil

kombinasi, seperti :

1) Usia reproduksi

2) Telah memiliki anak maupun belum memiliki anak

3) Gemuk atau kurus

4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi

13

Page 8: BAB II

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI

ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan

tidak cocok bagi ibu tersebut

7) Pasca keguguran

8) Anemia karena haid berlebihan

9) Nyeri haid hebat

10) Siklus haid tidak teratur

11) Riwayat kehamilan ektopik

12) Kelainan payudara jinak

13) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal,pembuluh darah

mata dan saraf.

14) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau

tumor ovarium jinak

15) Menderita tuberkolosis kecuali yang sedang menggunakan

rifampisin

16) Varises vena

d. Kontra Indikasi

1) Kontra Indikasi Absolut

a) Trombophlebitis, penyakit - penyakit tromboembolik,

penyakit serebrovaskuler (pernah/sedang), oklusi koroner

atau riwayat pernah menderita penyakit - penyakit tertentu.

b) Gangguan fungsi hepar

14

Page 9: BAB II

c) Jantung iskemik/arteri koroner

d) Karsinoma payudara atau diduga menderita karsinoma

payudara

e) Neoplasma yang estrogen-dependen atau diduga menderita

neoplasma yang estrogen-dependen.

f) Perdarahan genetalia abnormal yang tidak diketahui

penyebabnya

g) Kehamilan atau diduga hamil

h) Ikterus obstruktif dalam kehamilan

i) Hiperlipidema kongenital/familial

2) Kontra Indikasi Relative Kuat

a) Sakit kepala hebat, terutama yang vaskuler atau migraine

b) Hipertensi, bila pada 3 kunjungan atau lebih ditemukan

diastolik (istirahat) ≥90 mmHg, sistolik (istirahat) ≥140

mmHg atau diastolik ≥110 mmHg pada kunjungan pertama.

c) Diabetes mellitus

d) Penyakit kandung empedu yang aktif

e) Fase akut mononucleosis

f) Penyakit sickle cell atau penyakit sickle C

g) Rencana operasi besar elektif dalam 4 minggu mendatang

atau operasi besar yang memerlukan immobilisasi.

h) Tungkai bawah yang di-gips untuk waktu lama atau ruda

paksa pada tungkai bawah.

15

Page 10: BAB II

i) Umur ≥ 40 tahun, diiringi dengan faktor risiko lain untuk

terkena penyakit kardiovaskuler

3) Kontra Indikasi Relative Lain

a) Dapat menjadi kontra-indikasi untuk:

(1) Pre-diabetes atau riwayat keluarga dengan diabetes

yang kuat.

(2) Cholestasis selama kehamilan, hiper-bilirubinemia

kongenital (Gilbert’s disease).

(3) Saat ini memperlihatkan fungsi hepar yang

terganggu.

(4) Umur ≥ 45 tahun.

(5) Post partum (aterm) 10-14 hari.

(6) Bertambah berat badan 5 kg atau lebih selama

minum pil oral.

(7) Kegagalan mendapat siklus haid yang teratur.

(8) Penyakit jantung atau penyakit ginjal.

(9) Keadaan dimana akseptor tidak dapat dipercaya

untuk menuruti aturan pemakaian POK, misalnya

mental retardasi, kelainan psikiatrik berat,

alkoholisme dan lain-lain.

(10) Laktasi

(11) Pengobatan dengan Rifampisin.

16

Page 11: BAB II

b) Dapat diberikan POK pada wanita dengan persoalan di

bawah ini, asal diawasi dengan ketat. Adakah bertambah

buruk atau baik persoalan tersebut :

(1) Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang

meninggal karena miokard-infark sebelum usia 50

tahun. Miokard infark pada ibu atau saudara sangat

berarti/bermakna dan menunjukkan perlunya

evaluasi kadar lemak darah (kolesterol sebagai risiko

koroner).

(2) Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia.

(3) Depresi

(4) Chloasma atau rambut yang rontok, yang

berhubungan dengan kehamilan.

(5) Asma bronkial.

(6) Epilepsi

(7) Varises

e. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari pil oral adalah sebagai berikut:

1) Menekan ovulasi

2) Mencegah implantasi

3) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma

4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan

sendirinya akan terganggu pula (Saifuddin, 2006).

17

Page 12: BAB II

f. Keuntungan

Keuntungan dari pil oral adalah sebagai berikut:

1) Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir

100%, daya guna pemakaian 95-98%.

2) Frekuensi koitus tidak perlu di atur.

3) Siklus haid jadi teratur.

4) Keluhan-keluhan disminorea yang primer menjadi berkurang

atau hilang sama sekali (Prawirohardjo, 2008).

g. Kelemahan

Adapun kelemahan dari penggunaan pil oral adalah sebagai

berikut (Meilani, dkk. 2010):

1) Pil harus diminum setiap hari

2) Dapat mengurangi produksi ASI (karena terdapat hormon

estrogen)

3) Kenaikan metabolisme sehingga sebagian akseptor akan

menjadi lebih gemuk

4) Dapat meningkatkan tekanan darah (pada kontrasepsi yang

menggunakan turunan estrogen yang jenisnya etinilestradiol)

5) Tidak mencegah infeksi menular seksual (PMS).

18

Page 13: BAB II

h. Efek Samping

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil

kombinasi ini antara lain (Palupi, 2011) :

1) Peningkatan resiko thrombosis vena, emboli paru, serangan

jantung, stroke dan kanker leher rahim.

2) Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.

3) Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi,

perubahan suasana hati dan penurunan libido.

4) Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).

5) Kembung.

6) Perdarahan bercak atau spotting (terjadi 3 bulan pertama).

7) Pusing.

8) Amenorea

9) Nyeri payudara.

10) Kenaikan berat badan (Proverawati,dkk. 2010).

11) Perdarahan tidak teratur, mual, pusing, nyeri payudara, berat

badan sedikit naik, berhenti haid, jerawat, dapat meningkatkan

tekanan darah, Pada sebagian kecil perempuan dapat

menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati, sehingga

keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang

(Sulistiawati, 2011 dalam Palupi, 2011)

19

Page 14: BAB II

2. Mini Pil

Mini pil hanya mengandung progestin saja (contoh: nerotindron,

norgestrel, atau linestrenol) dalam dosis rendah. Oleh karena itu, mini pil

cocok untuk ibu menyusui karena tidak mengandung derivat estrogen

sehingga tidak mempengaruhi produksi ASI. Dosis progestin yang

digunakan adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Contoh mini pil yang beredar di

pasaran adalah exluton dan mini pil (Proverawati, dkk. 2010).

a. Jenis Mini Pil

1) Kemasan dengan isi 35 pil. Pil ini mengandung 300 mg

levonogestrel atau 350 mg noretindron.

2) Kemasan dengan isi 28 pil. Pil ini mengandung 75 mg

desogestrel (Saifuddin, 2006 dalam Palupi 2011).

b. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari mini pil menurut (Pinem, 2009)

sebagai berikut:

1) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus

2) Perubahan pada motilitas tuba sehingga transportasi sperma

terganggu

3) Perubahan dalam fungsi korpus luteum

4) Mengentalkan lender serviks yang mengganggu penetrasi atau

daya hidup spermatozoa

5) Endometrium berubah sehingga menghalangi implantasi ovum

yang telah dibuahi.

20

Page 15: BAB II

c. Keuntungan

Menurut (Meilani, dkk. 2010) dalam Palupi, 2011

keuntungan penggunaan mini pil adalah sebagai berikut

1) Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang

menyusui.

2) Sangat efektif pada masa laktasi.

3) Dosis gestagen rendah.

4) Tidak menurunkan produksin ASI.

5) Tidak mengganggu hubungan seksual.

6) Kesuburan cepat kembali.

7) Tidak memberikan efek samping estrogen.

8) Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler,

resiko tromoemboli vena dan resiko hipertensi.

9) Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes mellitus dan

migraine.

10) Cocok untuk perempuan yang tidak bisa mengkonsumsi

estrogen.

11) Dapat mengurangi disminorea

d. Efek Samping

Beberapa efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan

mini pil menurut (Meilani, 2010 dalam Palupi, 2011) sebagai

berikut:

21

Page 16: BAB II

1) Perdarahan tidak teratur/terganggunya pola haid (spotting,

amenorhea).

2) Nyeri payudara.

3) Fluktuasi berat badan.

4) Mual.

5) Kembung.

6) Depresi

C. Konsep Dasar Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi, tekanan darah tinggi

adalah kekuatan tekanan darah melebihi batas normal pada pembuluh

darah saat jantung memompakan darah ke seluruh tubuh (Braun, 2009).

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Ia dijuluki

sebagai “silent killer” karena penderita sering tidak merasakan adanya

gejala dan baru mengetahui ketika memeriksaan tekanan darah atau

sesudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan organ.

Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah

dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg , dikatakan hipertensi bila

lebih dari 140/90 mmHg dan diantara nilai tersebut digolongkan normal

tinggi (Mastuti, 2009).

Tekanan darah tinggi menyebabkan ketegangan pada pembuluh

darah dan jantung, jantung bekerja lebih keras untuk memompakan darah

22

Page 17: BAB II

keseluruh tubuh. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung

atau serangan jantung . tekanan darah tinggi dapat menyebabkan

kebocoran pembuluh darah dan kemudian darah masuk kedalam otak yang

disebut dengan stroke (Braun, 2010).

2. Jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua

golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

a. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang apabila

penyebabnya tidak atau belum diketahui, sangat kompleks,

merupakan interaksi dari berbagai jenis variabel. Tekanan darah

meningkat disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus seperti

keturunan, perubahan pada jantung dan pembuluh darah,

bertambahnya umur, juga stress psikologis. Hipertensi dalam

kategori ini diderita oleh sekitar 90% pasien (Martuti, 2009).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder terjadi sebagai akibat sekunder dari

penyakit lain yang bisa diketahui berupa penyakit atau kerusakan

organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal

yang tidak berfungsi, pemakaian Pil KB, dan terganggunya

keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan

darah. Dapat di sebabkan oleh penyakit endokrin, penyakit

23

Page 18: BAB II

jantung. Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah

feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang

menghasilkan hormon efinefrin (adrenalin) atau norepinefrin

(noradrenalin).

3. Tanda dan Gejala Hipertensi

Adapun tanda gejala dari hipertensi menurut Corwin, 2009 adalah

sebagai berikut:

a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan

muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.

c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan sususan saraf

pusat.

d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan

filtrasi glomerulus.

e. Edema dependen dan Pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

4. Kriteria Hipertensi

Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada

Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia

pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi

hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data

24

Page 19: BAB II

penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang

(Mahmudi, 2012).

Adapun pengklasifikasian hipertensi menurut World Health

Organization (WHO) dibagi menjadi beberapa kategori yaitu hipertensi

ringan, sedang, dan berat.

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-99

Tingkat 2 (hipertensi

sedang)

160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Sumber : Mahmudi, 2012

5. Faktor Resiko Hipertensi

Adapun faktor faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi

adalah sebagai berikut:

a. Genetik

Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara

barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi

hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditasnya maupun

25

Page 20: BAB II

mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi

dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan

terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya

mungkin bersifat poligenik (Gray, dkk, 2005 dalam Hamid, 2014

).

b. Usia

Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering

mengalami hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi,

risiko stroke dan penyakit kardiovaskular yang lain akan

meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2004

dalam Hamid, 2014).

c. Jenis Kelamin

Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-

menopause dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh

hormon.

d. Geografi dan Lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara

populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju,

seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya

rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan

usia dibanding masyarakat barat.

e. Pola Hidup

26

Page 21: BAB II

Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang

penting terhadap timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan

berat badan di atas 30%, mengkonsumsi banyak garam dapur,

dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi (Soeharto,

2004 dalam Hamid, 2014).

f. Garam Dapur

Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini

mengatur keseimbangan air didalam system pembuluh darah.

Sebagian sodium dalam diet datang dari makanan dalam bentuk

garam dapur atau sodium chlorid (NaCl). Pemasukan sodium

mempengaruhi tingkat hipertensi. Mengkonsumsi garam

menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini

meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung

harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik.

Kenaikan ini berakibat bagi ginjal yang harus menyaring lebih

banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama

dengan pengeluaran (output) dalam system pembuluh darah,

jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah tinggi.

g. Obesitas

Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah

sekitar pinggang dan perut lebih mudah terkena tekanan darah

tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki

kelebihan lemak dipanggul dan paha. Indeks Massa Tubuh (IMT)

27

Page 22: BAB II

adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan untuk mengukur

kadar kegemukan yang melibatkan seluruh berat badan.

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

(IMT )=Berat Badan(Kg)

Tinggi Badan (m )+Tinggi Badan(m)

Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan ideal

bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas

bila IMT ≥ 27.

h. Aktifitas Fisik atau Olahraga

Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika

berolah raga secara teratur anda akan lebih sehat dan memiliki

tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang tidak

melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan karena mereka

yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak merokok, dan

tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga

tampaknya memiliki pengaruh langsung terhadap menurunnya

tekanan darah. Sebaiknya melakukan olah raga yang teratur

dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat

tetapi hanya sesekali. Dengan melakukan gerakan yang tepat

selama 30-45 menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat

menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan

sistolik maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan

darah, olah raga juga dapat menurunkan berat badan, membakar

28

Page 23: BAB II

lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot (Kurnia,

2007).

i. Stress dan Tekanan Mental

Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang

menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat,

kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan

meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap

darah akan meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan

kenaikan tekanan darah. Hubungan antara stres dan penyakit

bukanlah hal baru, selama ber abad-abad para dokter telah

menduga bahwa emosi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang

secara berarti. Diawal tahun 1970, ada dugaan bahwa semua

penyakit kesakitan yang terjadi, 60% nya berkaitan dengan stres.

Berdasarkan temuan terbaru tentang interaksi pikiran-tubuh,

diperkirakan bahwa sebanyak 80% dari dari semua masalah yang

berkaitan dengan kesehatan disebabkan atau diperburuk oleh

stress.

j. Konsumsi Kopi

Kopi juga berakibat buruk pada penderita hipertensi

karena kopi mengandung kafein yang meningkatkan denyut

jantung dan naiknya tekanan darah. Minum kopi lebih dari empat

29

Page 24: BAB II

cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik

sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.

k. Alkohol

Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi.

Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang

tidak minum atau minum sedikit. Menurut Hendra Budiman dari

FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan

pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat

bila intake alkohol diatas tiga gelas per hari. Pada penderita

hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan

menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol.

l. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah,

adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan

diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan

oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap

nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk

bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu,

30

Page 25: BAB II

karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen

dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena

jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang

cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Astawan, 2002).

m. Pemakaian Pil KB

Berdasarka penelitian kesehatan menyatakan bahwa

pemakaian pil KB meningkatkan resiko terjadinya hipertensi

pada wanita terutama yang mengandung etinilestradiol dan

keadaan ini erat kaitanya dengan usia dan lama penggunaanya.

Etinilestradiol merupakan penyebab terjadianya hipertensi,

progesteron memiliki pengaruh minimal terhada tekanan darah.

dijumpai peningkatan angiostensinogen dan angiostensin II.

Etinilestradiol dapat meningkatkan angiostensinogen 3–5 kali

kadar normal (Kurniawati, 2010).

Selama penggunaan pil kontrasepsi terjadi peningkatan

ringan tekanan darah sistolik dan diastolik, terutama pada 2 tahun

pertama penggunaannya. Tekanan darah tinggi dijumpai pada 2–

4% wanita pemakai pil kontrasepsi, terutama yang mengandung

etinilestradiol. Keadaan ini erat kaitannya dengan usia wanita

dan lama penggunaan. Kejadian hipertensi meningkat sampai 2-3

kali lipat setelah 4 tahun penggunaan pil kontrasepsi yang

mengandung estrogen. Jika tekanan darah > 160/95 mm Hg

sebaiknya jangan diberikan pil kontrasepsi yang mengandung

31

Page 26: BAB II

estrogen, dan bila tekanan darah >200/120 mmHg semua jenis

kontrasepsi hormonal merupakan kontraindikasi.

6. Patogenesis

Berbagai mekanisme hipertensi merupakan penyimpangan dari

pengendalian fisiologik normal tekanan darah. Tingkat tekanan darah

merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai

faktor genetik, lingkungan, dan demografik yang mempengaruhi dua

variabel hemodinamik: curah jantung dan resistensi perifer total. Total

curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah

sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistensi perifer total

terutama ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh

darah dan hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan keseimbangan

antara pengaruh vasokontriksi humoral (termasuk angiotensin II dan

katekolamin) dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan oksida

nitrat). Pembuluh resistensi juga memperlihatkan autoregulasi;

peningkatan aliran darah memicu vasokontriksi agar tidak terjadi

hiperperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti pH dan hipoksia, serta

interaksi saraf (sistem adrenergik α- β- ) mungkin penting.

Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah,

sebagai berikut:

a. Melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi

resistensi perifer dan homeostasis natrium. Renin dikeluarkan

oleh sel jukstaglomerulus ginjal mengubah angitensinogen

32

Page 27: BAB II

plasma menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi

angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh

Angiontensin-converting enzyme (ACE). Angiotensin II

meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi

perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan volume

darah (stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorpsi

natrium dalam tubulus distal).

b. Ginjal juga menghasilkan berbagai zat vasodepresor atau

antihipertensi (termasuk prostaglandin dan nitrat oksida) yang

mungkin melawan efek vasodepresor angiontensin.

c. Bila volume darah berkurang, laju filtrasi glomerulus

(glomerular filtration rate) turun sehingga terjadi peningkatan

reabsorpsi natriumoleh tubulus proksimal sehingga natrium

ditahan dan volume darah meningkat.

d. Faktor natriuretik yang tidak bergantung pada laju filtrasi

glomerulus, termasuk peptida natriuretik atrium, disekresikan

oleh atrium jantung sebagai respons terhadap ekspansi volume,

menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal dan

menyebabkan vasodilatasi.

e. Bila fungsi ekresi ginjal terganggu, mekanisme kompensasi yang

membantu memulihkan keseimbangan elektrolit dan cairan

adalah peningkat tekanan arteri.

33

Page 28: BAB II

7. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem

saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan

steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

34

Page 29: BAB II

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk

pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan fungsional pada

sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &

Suddarth, 2002).

8. Pengukuran Tekanan Darah

Darah dibawa oleh jantung ke seluruh tubuh melalui pembuluh

darah. Setiap waktu jantung berdetak, memompakan darah kedalam

pembuluh darah. Tekanan darah terjadi karena adanya daya dorong pada

dinding pembuluh darah saat darah dipompakan oleh jantung. Kekuatan

tekanan darah tertinggi terjadi ketika jantung memompakan darah dan

35

Page 30: BAB II

mengalirkanya ke seluruh bagian tubuh inilah yang disebut dengan

tekanan darah sistolik. Diantara detak jantung dengan detak jantung

selanjutnya, jantung berada dalam keadaan istirahat.

Tekanan darah berada pada tingkat terendah dan inilah yang

disebut dengan tekanan darah diastolik. Tekanan darah diukur dalam

milimeter merkuri (mmHg) dan dibagi dalam dua penomeran, bagian atas

disebut dengan sistolik dan bawah disebut diastolik (Braun, 2010). Adapun

alat yang digunakan pada pengukuran tekanan darah biasa dilakukan

dengan menggunakan alat yaitu spignomamometer air raksa.

9. Komplikasi Hipertensi

Adapun komplikasi yang dapat disebabkan oleh hipertensi menurut

Infodatin Kemenkes RI, 2013 adalah stroke, penyakit jantung koroner

(PJK), dan gagal ginjal.

a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi

dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2009). Gejala

terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang

36

Page 31: BAB II

bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah

satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya

wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara

jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).

b. Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi

kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen

miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi

iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga

hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan

waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan

bekuan (Corwin, 2009).

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein

akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada

hipertensi kronik (Corwin, 2009).

37

Page 32: BAB II

10. Pencegahan Hipertensi

a. Diet Rendah Garam

Hipertensi biasanya terjadi salah satunya karena tingginya

kadar garam yang dikonsumsi maka dari itu untuk mencegah

hipertensi perlu membatasi asupan garam karena kandungan

mineral natrium (Sodium) didalam memegang peranan penting

terhadap timbulnya hipertensi. Yang dimaksud garam disini adalah

garam natrium, baik berupa garam dapur yang ditambahkan

sewaktu memasak maupun semua bahan makanan yang

mengandung natrium tinggi. Makanan dengan tinggi garam bisa

juga didapatkan pada makanan siap saji, makanan kalengan dan

makanan yang diawetkan.

b. Diet Rendah Kolesterol

Dalam makanan yang kita konsumsi, lemak akan terpecah

menjadi asam lemak bebas, trigliserida, fosfolipid,dan kolesterol.

Lemak yang berkaitan dengan hipertensi dan trigliserida.

Sebenarnya kolesterol merupakan salah satu unsur penting yang

dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormone kortikoid, hormone

testosterone pada laki – laki dan estrogen pada wanita,

pemeliharaan jaringan saraf, pembentukan vit D, dan pada anak

dibutuhkan untuk perkembangan sel – sel otaknya.

Ada dua macam kolesterol, yakni kolesterol HDL (High

Density Lipoprotein. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein).

38

Page 33: BAB II

Kolesterol HDL tidak berbahaya,oleh karenanya sering disebut

kolesterol baik. Ia mengangkut kolesterol lebih sedikit daripada

LDL dan membawa kelebihan kolesterol jahat (LDL) yang

menempel di pembuluh darah arteri ke hati, untuk dimetabolisme

kembali. Ia dapat mencegah pengendapan kolesterol di arteri

sehingga dinding pembuluh darah terbebas dari endapan kolesterol

(Arterisklerosis). Kolesterol LDL-lah yang selama ini dikenal

berbahaya atau serig disebut kolesterol jahat. Ia mengangkut

kolesterol paling banyak dalam darah. Kedua jenis kolesterol

tersebut memiliki fungsi yang saling berlawanan. Kolesterol LDL

dan HDL harus berada dalam tubuh secara seimbang. Jika tidak,

misalnya LDL cenderung lebih tinggi ketimbang HDL, maka akan

dapat terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri sehingga terjadi

penyempitan pembuluh darah yang berakibat pada terjadinya

peningkatan tekanan darah.

Trigliserida merupakan lemak dalam tubuh yang berasal

dari makanan hewani dan nabati. Ia dapat berada dalam darah

maupun berbagai organ tubuh. Peningkatan kadar trigliserida

dalam darah memicu peningkatan kadar kolesterol. Kadar

trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor

seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula , dan makanan

berlemak. Tingginya kadar trigliserida dapat dikontrol dengan diet

rendah karbohidrat.

39

Page 34: BAB II

c. Diet Tinggi Serat

Serat makanan (dietary fiber) memang bukan zat gizi

makanan, namun ia dibutuhkan dalam proses pencernaan makanan.

Ia bermanfaat untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh.

Diet tinggi serat bermanfaat untuk menghindari kelebihan lemak.

lemak jenuh, dan kolesterol. Setiap gram konsumsi serat dapat

menurunkan kolesterol LDL rata – rata 2,2 mg/dl. Konsumsi serat

juga menghindari kelebihan gula dan natrium, serta dapat

menurunkan berat badan dan mencegah kegemukan. Kadar

kolesterol dan kegemukan merupakan faktor faktor yang

mempengaruhi tekanan darah dalam sehari dianjurkan oleh Dietary

Guidelines For American untuk mengkonsumsi makanan yang

mengandung serat 20-35 gram. Rata – rata penduduk Indonesia

dikonsumsi serat sebanyak makananya tergolong rendah, menurut

hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor berkisar 10-15 gram/hari.

d. Menurunkan Berat Badan

Menurunkan berat badan hendaknya dilakukan secara

perlahan – lahan dengan mengonsumsi lebih sedikit kalori dan

memperbanyak aktivitas fisik. Dukung usaha menurunkan berat

badan dengan mengurangi camilan terutama yang padat kalori, dan

makanan diluar waktu makan utama. Latihan fisik disertai diet

rendah kalori dapat memacu pembakaran lemak sehingga berat

badan berkurang dan tidak mudah naik kembali. Latihan fisik yang

40

Page 35: BAB II

rutin hendaknya diikuti dengan memperbanyak aktivitas fisik

ringan seperti berjalan kaki dan melakukan pekerjaan rumah

tangga. Juga mengurangi aktivitas pasif seperti duduk menonton

televisi atau bermain video games.

Diet yang dianjurkan adalah mengurangi asupan lemak dan

protein, terutama dari usia dewasa sampai usia lanjut. Penurunan

berat badan memang tidak mudah dilaksanakan. Hal ini biasanya

karena ketidakpatuhan dan ketidakdisiplinan orang untuk

melaksanakan program yang telah ditetapkan selain itu juga

membutuhkan motivasi dan tekad yang kuat untuk melakukanya.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

1) Mengubah lingkungan yang mendorong ngemil atau makan

sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan.

2) Mengubah cara makan juga akan membantu untuk makan

lebih sedikit karena diperlukan 15 menit bagi otak untuk

menerima pesan kalau sudah kenyang. Misalnya dengan

memperlambat kecepatan makan.

3) Mengonsumsi produk susu dengan kandungan lemak

rendah. Karena diyakini dapat membantu membakar lebih

banyak kalori. Begitupula dengan teh hijau dan teh hitam.

4) Minum delapan gelas (2L) sehari. Karena dapat membantu

membakar ekstra 100 kalori.

41

Page 36: BAB II

e. Gaya Hidup Baik

Gaya hidup yang baik akan membantu penderita hipertensi

melewati hari-harinya. Diantara gaya hidup yang perlu dilakukan

pada penderita hipertensi adalah:

1) Olahraga secara teratur

2) Menghindari rokok dan alkohol

3) Hidup santai dan tidak emosional

4) Makanlah makanan yang bergizi

f. Berdampingan dengan Penderita Hipertensi

Kesadaran untuk menjaga dan mengontrol tekanan darah

hendaknya tidak hanya semata – mata ada pada si penderita, namun

peran serta orang-orang yang hidup berdampingan denganya

sangat berarti. Berikut ada beberapa hal yang perlu dicatat

mengenai cara merawat penderita darah tinggi bagi orang-orang

yang ada disekitarnya.

1) Mengondisikan gaya hidup yang baik seperti olahraga

teratur, menjauhi dari rokok dan alkohol dan diet rendah

garam.

2) Berempati terhadap pola diet penderita hipertensi.

3) Sediakanlah alat pengukur tekanan darah dirumah, agar

lebih mudah mengontrol tekanan darah. Jika tidak, minimal

ingatkan selalu untuk memeriksakan tekanan darah secara

rutin.

42

Page 37: BAB II

4) Untuk pasien yang menjalani pengobatan, hendaknya

keluarga selalu memerhatikan dan mendampingi setiap

langkah setiap langkah pengobatan yang dijalani

5) Pekalah terhadap setiap perubahan yang terjadi pada

penderita. Jika muncul gejala peningkatan tekanan darah

secara drastis (biar dipastikan dengan pengukuran tekanan

darah sendiri) atau keluhan yang mengarah pada

peningkatan tekanan darah atau penyakit lainya, segera

ambil tindakan misalnya bawa ke dokter atau rumah sakit

sebelum terlambat.

11. Pengobatan

a. Umum

Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan

menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi

penatalaknaan dasar yaitu :

1) Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor

risiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau

menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan

obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan

mengurangi asupan garam serta rileks.

2) Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang

telah terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi

43

Page 38: BAB II

penderita Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi

adalah :

a) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena,

spironolactone.

b) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol,

timolol.

c) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril,

quinapri.

d) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin.

e) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem,

amlodipine, nifedipine.

f) Vasodilator-direct, contohnya minixidil,

mitralazine

g) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya

losartan.

h) False-neurotransmiter, contohnya clodine,

metildopa, guanabens.

b. Khusus

Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi

sekunder yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita

hipertensi. Tanda- tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali

sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat

44

Page 39: BAB II

dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana

yang canggih.

D. Penelitian Terkait

Hasil penelitian terkait oleh Hyejin dan Kisok pada tahun 2013 dengan

jumlah responden 3356 wanita yang berumur 35-55 tahun yang dikumpulkan

pada dari tahun 2007 – 2009 oleh Korea National Health And Nutrition

Examination Surveys terdapat hubungan antara lama durasi (>24 bulan)

penggunaan kontrasepsi oral dengan peningkatan dari tekanan darah sistolik

dan tekanan darah diastolik (95% CI= 1.03-3.73 OR=1.96).

Penggunaan kontrasepsi pil KB dapat meningkatkan tekanan darah

pada wanita, Walaupun peningkatannya tidak begitu tinggi dan akan kembali

normal setelah beberapa minggu pemakaian pil KB dihentikan. Alat

kontrasepsi hormonal pil KB dapat menyebabkan tekanan darah tinggi

(hipertensi) pada kurang lebih 4–5% perempuan yang tekanan darahnya

normal sebelum mengkonsumsi obat tersebut, dan dapat meningkatkan

tekanan darah pada 9-16% perempuan yang telah menderita hipertensi

sebelumnya. Resiko peningkatan tekanan darah ini berhubungan dengan ras,

riwayat hipertensi dalam keluarga, kegemukan, diet/asupan makanan,

merokok dan lamanya penggunaan alat kontrasepsi hormonal kombinasi

tersebut (Palupi, 2011).

Penelitian juga dilakukan pada tahun 2010 oleh Kurniawati yang

menyatakan bahwa pemakaian pil KB kombinasi mempunyai hubungan yang

45

Page 40: BAB II

bermakna dengan tekanan darah tinggi OR 3,51 (95% CI 1,03-11,91) pernah

memakai OR 2,71 (95% CI: 0,71-10,32) sedangkan untuk faktor yang

mempengaruhinya adalah umur, riwayat hipertensi keluarga, dan obesitas.

E. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori yag telah dipaparkan diatas maka dapat

disusun kerang teori sebagai berikut:

46

Faktor Risiko hipertensi

1. Genetik2. Umur3. Jenis kelamin4. Geografi dan lingkungan 5. Pola hidup6. Garam dapur 7. Obesitas8. Aktifitas fisik dan

olahraga9. Stress dan tekanan

emosional10. Konsumsi kopi11. Alcohol12. Merokok

Hipertensi

primer

1. ↓ elastisitas Pembuluh Darah dan ↑ resistensi Pembuluh Darah

2. Kerja jantung meningkat.3. Vasokontriksi Pembuluh

Darah

Penyakit lain

Hipertensi

sekunderPenggunaan

pil KB

Sumber :(Palupi, 2011), (Martuti, 2009), (Gray,dkk, 2005), (Braun, 2009), (Corwin, 2009),

(Hamid, 2014), (Kurnia,2007), (Notoadmodjo, 2010).

Page 41: BAB II

F. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori yag telah dipaparkan diatas maka dapat disusun kerang teori sebagai berikut:

Sumber : (Palupi, 2011), (Martuti, 2009), (Gray,dkk, 2005), (Braun, 2009), (Corwin, 2009),

(Hamid, 2014), (Kurnia,2007), (Notoadmodjo, 2010).

47

Faktor Risiko hipertensi

13. Genetik14. Umur15. Jenis kelamin16. Geografi dan lingkungan 17. Pola hidup18. Garam dapur 19. Obesitas20. Aktifitas fisik dan olahraga21. Stress dan tekanan emosional22. Konsumsi kopi23. Alcohol24. Merokok

4. ↓ elastisitas Pembuluh Darah dan ↑ resistensi Pembuluh Darah

5. Kerja jantung meningkat.6. Vasokontriksi Pembuluh Darah

Hipertensi primer

Hipertensi sekunder

Penyakit lain

(penyerta)

Penggunaan pil KB