Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kontrasepsi
1. Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “melawan” atau
“mencegah” dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi
adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu,
maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan
normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008 dalam Palupi,
2011).
2. Jenis Metoda Kontrasepsi
Adapun jenis metoda kontrasepsi dalam Nasution, 2013 dibagi
menjadi:
a. Kontrasepsi Sederhana
1) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang
dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang
dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah
pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan
7
Page 2
ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai
saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk
wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.
2) Coitus Interuputus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina
pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini
adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk
digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi
lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
3) KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak
masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi.
Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode
kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
4) Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak
memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8%
kehamilan.
8
Page 3
5) Spercimida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang
dapat mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi
sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan
jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila
dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil
atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan
progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon
progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi
untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur,
mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.
Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi,
dan 3-10% untuk mini pil.
2) Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan
(cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama
9
Page 4
dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid,
depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian
jangka panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas
tulang.
3) Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan
dibawah kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama
dengan pil, implant mengandung levonogestrel. Keuntungan
dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun,
kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan.
Efektifitasnya sangat tinggi, angka kegagalannya 1-3%.
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) /IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari
plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit
tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya
hanya berisi hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan
getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai
ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi,
menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi
penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista, dan
lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektifitasnya
tinggi, angka kegagalannya 1%.
10
Page 5
c. Metoda Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya
ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua
saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim),
efektivitasnya mencapai 99 %.
2) Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan
untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat
dan memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel
sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.
(Palupi, 2011)
B. Konsep Kontrasepsi Oral
Pil KB memberikan keuntungan yaitu tetap membuat menstruasi
teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan juga dapat
kembali pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil ini. Cara kerja pil KB
adalah dengan mencegah pelepasan sel telur. Pil ini mempunyai tingkat
keberhasilan yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara
teratur, pil ini dibagi menjadi 2 yaitu ada pil kombinasi dan pil mini.
11
Page 6
1. Pil Oral Kombinasi
a. Definisi
Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang
berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron (Palupi, 2011).
Estrogen bekerja primer untuk membantu pengaturan hormone
releasing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan
pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang
perkembangan endometrium. Progesteron bekerja primer menekan
dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah
pelepasan ovum yang terlalu dini/prematur dari ovarium, serta juga
merangsang perkembangan dari endometrium (Palupi, 2011).
Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pil
adalah pil KB yang mengandung kombinasi derivate estrogen
(contoh: etinil estradiol) dan derivate progestin (contoh:
levonorgestrel) dalam dosis kecil (Proverawati, dkk. 2010).
Dasar dari pil kombinasi adalah meniru proses-proses
alamiah. Pil akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil akan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasing
factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi (Palupi, 2011).
12
Page 7
b. Jenis
Jenis pil oral menurut Palupi, 2011 dibagi menjadi:
1) Monofasik
Monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron
dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2) Bifasik
Bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron
dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
3) Trifasik
Trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron
dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif (Glasier & Geiebb, 2006 dalam Palupi, 2011).
c. Indikasi
Pada prinsipnya semua ibu boleh menggunakan pil
kombinasi, seperti :
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak maupun belum memiliki anak
3) Gemuk atau kurus
4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
13
Page 8
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI
ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan
tidak cocok bagi ibu tersebut
7) Pasca keguguran
8) Anemia karena haid berlebihan
9) Nyeri haid hebat
10) Siklus haid tidak teratur
11) Riwayat kehamilan ektopik
12) Kelainan payudara jinak
13) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal,pembuluh darah
mata dan saraf.
14) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau
tumor ovarium jinak
15) Menderita tuberkolosis kecuali yang sedang menggunakan
rifampisin
16) Varises vena
d. Kontra Indikasi
1) Kontra Indikasi Absolut
a) Trombophlebitis, penyakit - penyakit tromboembolik,
penyakit serebrovaskuler (pernah/sedang), oklusi koroner
atau riwayat pernah menderita penyakit - penyakit tertentu.
b) Gangguan fungsi hepar
14
Page 9
c) Jantung iskemik/arteri koroner
d) Karsinoma payudara atau diduga menderita karsinoma
payudara
e) Neoplasma yang estrogen-dependen atau diduga menderita
neoplasma yang estrogen-dependen.
f) Perdarahan genetalia abnormal yang tidak diketahui
penyebabnya
g) Kehamilan atau diduga hamil
h) Ikterus obstruktif dalam kehamilan
i) Hiperlipidema kongenital/familial
2) Kontra Indikasi Relative Kuat
a) Sakit kepala hebat, terutama yang vaskuler atau migraine
b) Hipertensi, bila pada 3 kunjungan atau lebih ditemukan
diastolik (istirahat) ≥90 mmHg, sistolik (istirahat) ≥140
mmHg atau diastolik ≥110 mmHg pada kunjungan pertama.
c) Diabetes mellitus
d) Penyakit kandung empedu yang aktif
e) Fase akut mononucleosis
f) Penyakit sickle cell atau penyakit sickle C
g) Rencana operasi besar elektif dalam 4 minggu mendatang
atau operasi besar yang memerlukan immobilisasi.
h) Tungkai bawah yang di-gips untuk waktu lama atau ruda
paksa pada tungkai bawah.
15
Page 10
i) Umur ≥ 40 tahun, diiringi dengan faktor risiko lain untuk
terkena penyakit kardiovaskuler
3) Kontra Indikasi Relative Lain
a) Dapat menjadi kontra-indikasi untuk:
(1) Pre-diabetes atau riwayat keluarga dengan diabetes
yang kuat.
(2) Cholestasis selama kehamilan, hiper-bilirubinemia
kongenital (Gilbert’s disease).
(3) Saat ini memperlihatkan fungsi hepar yang
terganggu.
(4) Umur ≥ 45 tahun.
(5) Post partum (aterm) 10-14 hari.
(6) Bertambah berat badan 5 kg atau lebih selama
minum pil oral.
(7) Kegagalan mendapat siklus haid yang teratur.
(8) Penyakit jantung atau penyakit ginjal.
(9) Keadaan dimana akseptor tidak dapat dipercaya
untuk menuruti aturan pemakaian POK, misalnya
mental retardasi, kelainan psikiatrik berat,
alkoholisme dan lain-lain.
(10) Laktasi
(11) Pengobatan dengan Rifampisin.
16
Page 11
b) Dapat diberikan POK pada wanita dengan persoalan di
bawah ini, asal diawasi dengan ketat. Adakah bertambah
buruk atau baik persoalan tersebut :
(1) Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang
meninggal karena miokard-infark sebelum usia 50
tahun. Miokard infark pada ibu atau saudara sangat
berarti/bermakna dan menunjukkan perlunya
evaluasi kadar lemak darah (kolesterol sebagai risiko
koroner).
(2) Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia.
(3) Depresi
(4) Chloasma atau rambut yang rontok, yang
berhubungan dengan kehamilan.
(5) Asma bronkial.
(6) Epilepsi
(7) Varises
e. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari pil oral adalah sebagai berikut:
1) Menekan ovulasi
2) Mencegah implantasi
3) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula (Saifuddin, 2006).
17
Page 12
f. Keuntungan
Keuntungan dari pil oral adalah sebagai berikut:
1) Efektivitasnya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir
100%, daya guna pemakaian 95-98%.
2) Frekuensi koitus tidak perlu di atur.
3) Siklus haid jadi teratur.
4) Keluhan-keluhan disminorea yang primer menjadi berkurang
atau hilang sama sekali (Prawirohardjo, 2008).
g. Kelemahan
Adapun kelemahan dari penggunaan pil oral adalah sebagai
berikut (Meilani, dkk. 2010):
1) Pil harus diminum setiap hari
2) Dapat mengurangi produksi ASI (karena terdapat hormon
estrogen)
3) Kenaikan metabolisme sehingga sebagian akseptor akan
menjadi lebih gemuk
4) Dapat meningkatkan tekanan darah (pada kontrasepsi yang
menggunakan turunan estrogen yang jenisnya etinilestradiol)
5) Tidak mencegah infeksi menular seksual (PMS).
18
Page 13
h. Efek Samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil
kombinasi ini antara lain (Palupi, 2011) :
1) Peningkatan resiko thrombosis vena, emboli paru, serangan
jantung, stroke dan kanker leher rahim.
2) Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
3) Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi,
perubahan suasana hati dan penurunan libido.
4) Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
5) Kembung.
6) Perdarahan bercak atau spotting (terjadi 3 bulan pertama).
7) Pusing.
8) Amenorea
9) Nyeri payudara.
10) Kenaikan berat badan (Proverawati,dkk. 2010).
11) Perdarahan tidak teratur, mual, pusing, nyeri payudara, berat
badan sedikit naik, berhenti haid, jerawat, dapat meningkatkan
tekanan darah, Pada sebagian kecil perempuan dapat
menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati, sehingga
keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang
(Sulistiawati, 2011 dalam Palupi, 2011)
19
Page 14
2. Mini Pil
Mini pil hanya mengandung progestin saja (contoh: nerotindron,
norgestrel, atau linestrenol) dalam dosis rendah. Oleh karena itu, mini pil
cocok untuk ibu menyusui karena tidak mengandung derivat estrogen
sehingga tidak mempengaruhi produksi ASI. Dosis progestin yang
digunakan adalah 0,03-0,05 mg per tablet. Contoh mini pil yang beredar di
pasaran adalah exluton dan mini pil (Proverawati, dkk. 2010).
a. Jenis Mini Pil
1) Kemasan dengan isi 35 pil. Pil ini mengandung 300 mg
levonogestrel atau 350 mg noretindron.
2) Kemasan dengan isi 28 pil. Pil ini mengandung 75 mg
desogestrel (Saifuddin, 2006 dalam Palupi 2011).
b. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari mini pil menurut (Pinem, 2009)
sebagai berikut:
1) Mencegah terjadinya ovulasi pada beberapa siklus
2) Perubahan pada motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu
3) Perubahan dalam fungsi korpus luteum
4) Mengentalkan lender serviks yang mengganggu penetrasi atau
daya hidup spermatozoa
5) Endometrium berubah sehingga menghalangi implantasi ovum
yang telah dibuahi.
20
Page 15
c. Keuntungan
Menurut (Meilani, dkk. 2010) dalam Palupi, 2011
keuntungan penggunaan mini pil adalah sebagai berikut
1) Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang sedang
menyusui.
2) Sangat efektif pada masa laktasi.
3) Dosis gestagen rendah.
4) Tidak menurunkan produksin ASI.
5) Tidak mengganggu hubungan seksual.
6) Kesuburan cepat kembali.
7) Tidak memberikan efek samping estrogen.
8) Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler,
resiko tromoemboli vena dan resiko hipertensi.
9) Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes mellitus dan
migraine.
10) Cocok untuk perempuan yang tidak bisa mengkonsumsi
estrogen.
11) Dapat mengurangi disminorea
d. Efek Samping
Beberapa efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan
mini pil menurut (Meilani, 2010 dalam Palupi, 2011) sebagai
berikut:
21
Page 16
1) Perdarahan tidak teratur/terganggunya pola haid (spotting,
amenorhea).
2) Nyeri payudara.
3) Fluktuasi berat badan.
4) Mual.
5) Kembung.
6) Depresi
C. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi, tekanan darah tinggi
adalah kekuatan tekanan darah melebihi batas normal pada pembuluh
darah saat jantung memompakan darah ke seluruh tubuh (Braun, 2009).
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Ia dijuluki
sebagai “silent killer” karena penderita sering tidak merasakan adanya
gejala dan baru mengetahui ketika memeriksaan tekanan darah atau
sesudah kondisinya parah seperti timbulnya kerusakan organ.
Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah
dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg , dikatakan hipertensi bila
lebih dari 140/90 mmHg dan diantara nilai tersebut digolongkan normal
tinggi (Mastuti, 2009).
Tekanan darah tinggi menyebabkan ketegangan pada pembuluh
darah dan jantung, jantung bekerja lebih keras untuk memompakan darah
22
Page 17
keseluruh tubuh. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
atau serangan jantung . tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
kebocoran pembuluh darah dan kemudian darah masuk kedalam otak yang
disebut dengan stroke (Braun, 2010).
2. Jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua
golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang apabila
penyebabnya tidak atau belum diketahui, sangat kompleks,
merupakan interaksi dari berbagai jenis variabel. Tekanan darah
meningkat disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus seperti
keturunan, perubahan pada jantung dan pembuluh darah,
bertambahnya umur, juga stress psikologis. Hipertensi dalam
kategori ini diderita oleh sekitar 90% pasien (Martuti, 2009).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi sebagai akibat sekunder dari
penyakit lain yang bisa diketahui berupa penyakit atau kerusakan
organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal
yang tidak berfungsi, pemakaian Pil KB, dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan
darah. Dapat di sebabkan oleh penyakit endokrin, penyakit
23
Page 18
jantung. Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah
feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon efinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
3. Tanda dan Gejala Hipertensi
Adapun tanda gejala dari hipertensi menurut Corwin, 2009 adalah
sebagai berikut:
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan sususan saraf
pusat.
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus.
e. Edema dependen dan Pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
4. Kriteria Hipertensi
Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada
Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia
pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi
hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data
24
Page 19
penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang
(Mahmudi, 2012).
Adapun pengklasifikasian hipertensi menurut World Health
Organization (WHO) dibagi menjadi beberapa kategori yaitu hipertensi
ringan, sedang, dan berat.
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-99
Tingkat 2 (hipertensi
sedang)
160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Sumber : Mahmudi, 2012
5. Faktor Resiko Hipertensi
Adapun faktor faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi
adalah sebagai berikut:
a. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara
barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih tinggi
hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditasnya maupun
25
Page 20
mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi
dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan
terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya
mungkin bersifat poligenik (Gray, dkk, 2005 dalam Hamid, 2014
).
b. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering
mengalami hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi,
risiko stroke dan penyakit kardiovaskular yang lain akan
meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2004
dalam Hamid, 2014).
c. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-
menopause dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh
hormon.
d. Geografi dan Lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara
populasi kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju,
seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang tekanan darahnya
rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan
usia dibanding masyarakat barat.
e. Pola Hidup
26
Page 21
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang
penting terhadap timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan
berat badan di atas 30%, mengkonsumsi banyak garam dapur,
dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi (Soeharto,
2004 dalam Hamid, 2014).
f. Garam Dapur
Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini
mengatur keseimbangan air didalam system pembuluh darah.
Sebagian sodium dalam diet datang dari makanan dalam bentuk
garam dapur atau sodium chlorid (NaCl). Pemasukan sodium
mempengaruhi tingkat hipertensi. Mengkonsumsi garam
menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini
meningkatkan volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung
harus memompa lebih giat sehingga tekanan darah naik.
Kenaikan ini berakibat bagi ginjal yang harus menyaring lebih
banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus sama
dengan pengeluaran (output) dalam system pembuluh darah,
jantung harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah tinggi.
g. Obesitas
Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah
sekitar pinggang dan perut lebih mudah terkena tekanan darah
tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki
kelebihan lemak dipanggul dan paha. Indeks Massa Tubuh (IMT)
27
Page 22
adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan untuk mengukur
kadar kegemukan yang melibatkan seluruh berat badan.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
(IMT )=Berat Badan(Kg)
Tinggi Badan (m )+Tinggi Badan(m)
Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan ideal
bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas
bila IMT ≥ 27.
h. Aktifitas Fisik atau Olahraga
Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika
berolah raga secara teratur anda akan lebih sehat dan memiliki
tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka yang tidak
melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan karena mereka
yang berolah raga makan secara lebih sehat, tidak merokok, dan
tidak minum banyak alkohol, meskipun olah raga juga
tampaknya memiliki pengaruh langsung terhadap menurunnya
tekanan darah. Sebaiknya melakukan olah raga yang teratur
dengan jumlah yang sedang daripada melakukan olah raga berat
tetapi hanya sesekali. Dengan melakukan gerakan yang tepat
selama 30-45 menit atau lebih dari 3-4 hari perminggu dapat
menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan
sistolik maupun diastolik. Selain dapat menurunkan tekanan
darah, olah raga juga dapat menurunkan berat badan, membakar
28
Page 23
lebih banyak lemak dalam darah dan memperkuat otot (Kurnia,
2007).
i. Stress dan Tekanan Mental
Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang
menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat,
kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan
meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap
darah akan meningkat yang pada akhirnya akan mengakibatkan
kenaikan tekanan darah. Hubungan antara stres dan penyakit
bukanlah hal baru, selama ber abad-abad para dokter telah
menduga bahwa emosi dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
secara berarti. Diawal tahun 1970, ada dugaan bahwa semua
penyakit kesakitan yang terjadi, 60% nya berkaitan dengan stres.
Berdasarkan temuan terbaru tentang interaksi pikiran-tubuh,
diperkirakan bahwa sebanyak 80% dari dari semua masalah yang
berkaitan dengan kesehatan disebabkan atau diperburuk oleh
stress.
j. Konsumsi Kopi
Kopi juga berakibat buruk pada penderita hipertensi
karena kopi mengandung kafein yang meningkatkan denyut
jantung dan naiknya tekanan darah. Minum kopi lebih dari empat
29
Page 24
cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik
sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.
k. Alkohol
Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi.
Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang
tidak minum atau minum sedikit. Menurut Hendra Budiman dari
FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan
pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat
bila intake alkohol diatas tiga gelas per hari. Pada penderita
hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan
menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol.
l. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah,
adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan
diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan
oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan
menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu,
30
Page 25
karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen
dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena
jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang
cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Astawan, 2002).
m. Pemakaian Pil KB
Berdasarka penelitian kesehatan menyatakan bahwa
pemakaian pil KB meningkatkan resiko terjadinya hipertensi
pada wanita terutama yang mengandung etinilestradiol dan
keadaan ini erat kaitanya dengan usia dan lama penggunaanya.
Etinilestradiol merupakan penyebab terjadianya hipertensi,
progesteron memiliki pengaruh minimal terhada tekanan darah.
dijumpai peningkatan angiostensinogen dan angiostensin II.
Etinilestradiol dapat meningkatkan angiostensinogen 3–5 kali
kadar normal (Kurniawati, 2010).
Selama penggunaan pil kontrasepsi terjadi peningkatan
ringan tekanan darah sistolik dan diastolik, terutama pada 2 tahun
pertama penggunaannya. Tekanan darah tinggi dijumpai pada 2–
4% wanita pemakai pil kontrasepsi, terutama yang mengandung
etinilestradiol. Keadaan ini erat kaitannya dengan usia wanita
dan lama penggunaan. Kejadian hipertensi meningkat sampai 2-3
kali lipat setelah 4 tahun penggunaan pil kontrasepsi yang
mengandung estrogen. Jika tekanan darah > 160/95 mm Hg
sebaiknya jangan diberikan pil kontrasepsi yang mengandung
31
Page 26
estrogen, dan bila tekanan darah >200/120 mmHg semua jenis
kontrasepsi hormonal merupakan kontraindikasi.
6. Patogenesis
Berbagai mekanisme hipertensi merupakan penyimpangan dari
pengendalian fisiologik normal tekanan darah. Tingkat tekanan darah
merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai
faktor genetik, lingkungan, dan demografik yang mempengaruhi dua
variabel hemodinamik: curah jantung dan resistensi perifer total. Total
curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah
sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistensi perifer total
terutama ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh
darah dan hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan keseimbangan
antara pengaruh vasokontriksi humoral (termasuk angiotensin II dan
katekolamin) dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan oksida
nitrat). Pembuluh resistensi juga memperlihatkan autoregulasi;
peningkatan aliran darah memicu vasokontriksi agar tidak terjadi
hiperperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti pH dan hipoksia, serta
interaksi saraf (sistem adrenergik α- β- ) mungkin penting.
Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah,
sebagai berikut:
a. Melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi
resistensi perifer dan homeostasis natrium. Renin dikeluarkan
oleh sel jukstaglomerulus ginjal mengubah angitensinogen
32
Page 27
plasma menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh
Angiontensin-converting enzyme (ACE). Angiotensin II
meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi
perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan volume
darah (stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorpsi
natrium dalam tubulus distal).
b. Ginjal juga menghasilkan berbagai zat vasodepresor atau
antihipertensi (termasuk prostaglandin dan nitrat oksida) yang
mungkin melawan efek vasodepresor angiontensin.
c. Bila volume darah berkurang, laju filtrasi glomerulus
(glomerular filtration rate) turun sehingga terjadi peningkatan
reabsorpsi natriumoleh tubulus proksimal sehingga natrium
ditahan dan volume darah meningkat.
d. Faktor natriuretik yang tidak bergantung pada laju filtrasi
glomerulus, termasuk peptida natriuretik atrium, disekresikan
oleh atrium jantung sebagai respons terhadap ekspansi volume,
menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal dan
menyebabkan vasodilatasi.
e. Bila fungsi ekresi ginjal terganggu, mekanisme kompensasi yang
membantu memulihkan keseimbangan elektrolit dan cairan
adalah peningkat tekanan arteri.
33
Page 28
7. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
34
Page 29
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk
pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner &
Suddarth, 2002).
8. Pengukuran Tekanan Darah
Darah dibawa oleh jantung ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah. Setiap waktu jantung berdetak, memompakan darah kedalam
pembuluh darah. Tekanan darah terjadi karena adanya daya dorong pada
dinding pembuluh darah saat darah dipompakan oleh jantung. Kekuatan
tekanan darah tertinggi terjadi ketika jantung memompakan darah dan
35
Page 30
mengalirkanya ke seluruh bagian tubuh inilah yang disebut dengan
tekanan darah sistolik. Diantara detak jantung dengan detak jantung
selanjutnya, jantung berada dalam keadaan istirahat.
Tekanan darah berada pada tingkat terendah dan inilah yang
disebut dengan tekanan darah diastolik. Tekanan darah diukur dalam
milimeter merkuri (mmHg) dan dibagi dalam dua penomeran, bagian atas
disebut dengan sistolik dan bawah disebut diastolik (Braun, 2010). Adapun
alat yang digunakan pada pengukuran tekanan darah biasa dilakukan
dengan menggunakan alat yaitu spignomamometer air raksa.
9. Komplikasi Hipertensi
Adapun komplikasi yang dapat disebabkan oleh hipertensi menurut
Infodatin Kemenkes RI, 2013 adalah stroke, penyakit jantung koroner
(PJK), dan gagal ginjal.
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2009). Gejala
terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
36
Page 31
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah
satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya
wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara
jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso, 2006).
b. Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi
kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga
hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan
bekuan (Corwin, 2009).
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan
rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik (Corwin, 2009).
37
Page 32
10. Pencegahan Hipertensi
a. Diet Rendah Garam
Hipertensi biasanya terjadi salah satunya karena tingginya
kadar garam yang dikonsumsi maka dari itu untuk mencegah
hipertensi perlu membatasi asupan garam karena kandungan
mineral natrium (Sodium) didalam memegang peranan penting
terhadap timbulnya hipertensi. Yang dimaksud garam disini adalah
garam natrium, baik berupa garam dapur yang ditambahkan
sewaktu memasak maupun semua bahan makanan yang
mengandung natrium tinggi. Makanan dengan tinggi garam bisa
juga didapatkan pada makanan siap saji, makanan kalengan dan
makanan yang diawetkan.
b. Diet Rendah Kolesterol
Dalam makanan yang kita konsumsi, lemak akan terpecah
menjadi asam lemak bebas, trigliserida, fosfolipid,dan kolesterol.
Lemak yang berkaitan dengan hipertensi dan trigliserida.
Sebenarnya kolesterol merupakan salah satu unsur penting yang
dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormone kortikoid, hormone
testosterone pada laki – laki dan estrogen pada wanita,
pemeliharaan jaringan saraf, pembentukan vit D, dan pada anak
dibutuhkan untuk perkembangan sel – sel otaknya.
Ada dua macam kolesterol, yakni kolesterol HDL (High
Density Lipoprotein. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein).
38
Page 33
Kolesterol HDL tidak berbahaya,oleh karenanya sering disebut
kolesterol baik. Ia mengangkut kolesterol lebih sedikit daripada
LDL dan membawa kelebihan kolesterol jahat (LDL) yang
menempel di pembuluh darah arteri ke hati, untuk dimetabolisme
kembali. Ia dapat mencegah pengendapan kolesterol di arteri
sehingga dinding pembuluh darah terbebas dari endapan kolesterol
(Arterisklerosis). Kolesterol LDL-lah yang selama ini dikenal
berbahaya atau serig disebut kolesterol jahat. Ia mengangkut
kolesterol paling banyak dalam darah. Kedua jenis kolesterol
tersebut memiliki fungsi yang saling berlawanan. Kolesterol LDL
dan HDL harus berada dalam tubuh secara seimbang. Jika tidak,
misalnya LDL cenderung lebih tinggi ketimbang HDL, maka akan
dapat terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah yang berakibat pada terjadinya
peningkatan tekanan darah.
Trigliserida merupakan lemak dalam tubuh yang berasal
dari makanan hewani dan nabati. Ia dapat berada dalam darah
maupun berbagai organ tubuh. Peningkatan kadar trigliserida
dalam darah memicu peningkatan kadar kolesterol. Kadar
trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh faktor – faktor
seperti kegemukan, konsumsi alkohol, gula , dan makanan
berlemak. Tingginya kadar trigliserida dapat dikontrol dengan diet
rendah karbohidrat.
39
Page 34
c. Diet Tinggi Serat
Serat makanan (dietary fiber) memang bukan zat gizi
makanan, namun ia dibutuhkan dalam proses pencernaan makanan.
Ia bermanfaat untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh.
Diet tinggi serat bermanfaat untuk menghindari kelebihan lemak.
lemak jenuh, dan kolesterol. Setiap gram konsumsi serat dapat
menurunkan kolesterol LDL rata – rata 2,2 mg/dl. Konsumsi serat
juga menghindari kelebihan gula dan natrium, serta dapat
menurunkan berat badan dan mencegah kegemukan. Kadar
kolesterol dan kegemukan merupakan faktor faktor yang
mempengaruhi tekanan darah dalam sehari dianjurkan oleh Dietary
Guidelines For American untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat 20-35 gram. Rata – rata penduduk Indonesia
dikonsumsi serat sebanyak makananya tergolong rendah, menurut
hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor berkisar 10-15 gram/hari.
d. Menurunkan Berat Badan
Menurunkan berat badan hendaknya dilakukan secara
perlahan – lahan dengan mengonsumsi lebih sedikit kalori dan
memperbanyak aktivitas fisik. Dukung usaha menurunkan berat
badan dengan mengurangi camilan terutama yang padat kalori, dan
makanan diluar waktu makan utama. Latihan fisik disertai diet
rendah kalori dapat memacu pembakaran lemak sehingga berat
badan berkurang dan tidak mudah naik kembali. Latihan fisik yang
40
Page 35
rutin hendaknya diikuti dengan memperbanyak aktivitas fisik
ringan seperti berjalan kaki dan melakukan pekerjaan rumah
tangga. Juga mengurangi aktivitas pasif seperti duduk menonton
televisi atau bermain video games.
Diet yang dianjurkan adalah mengurangi asupan lemak dan
protein, terutama dari usia dewasa sampai usia lanjut. Penurunan
berat badan memang tidak mudah dilaksanakan. Hal ini biasanya
karena ketidakpatuhan dan ketidakdisiplinan orang untuk
melaksanakan program yang telah ditetapkan selain itu juga
membutuhkan motivasi dan tekad yang kuat untuk melakukanya.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
1) Mengubah lingkungan yang mendorong ngemil atau makan
sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan.
2) Mengubah cara makan juga akan membantu untuk makan
lebih sedikit karena diperlukan 15 menit bagi otak untuk
menerima pesan kalau sudah kenyang. Misalnya dengan
memperlambat kecepatan makan.
3) Mengonsumsi produk susu dengan kandungan lemak
rendah. Karena diyakini dapat membantu membakar lebih
banyak kalori. Begitupula dengan teh hijau dan teh hitam.
4) Minum delapan gelas (2L) sehari. Karena dapat membantu
membakar ekstra 100 kalori.
41
Page 36
e. Gaya Hidup Baik
Gaya hidup yang baik akan membantu penderita hipertensi
melewati hari-harinya. Diantara gaya hidup yang perlu dilakukan
pada penderita hipertensi adalah:
1) Olahraga secara teratur
2) Menghindari rokok dan alkohol
3) Hidup santai dan tidak emosional
4) Makanlah makanan yang bergizi
f. Berdampingan dengan Penderita Hipertensi
Kesadaran untuk menjaga dan mengontrol tekanan darah
hendaknya tidak hanya semata – mata ada pada si penderita, namun
peran serta orang-orang yang hidup berdampingan denganya
sangat berarti. Berikut ada beberapa hal yang perlu dicatat
mengenai cara merawat penderita darah tinggi bagi orang-orang
yang ada disekitarnya.
1) Mengondisikan gaya hidup yang baik seperti olahraga
teratur, menjauhi dari rokok dan alkohol dan diet rendah
garam.
2) Berempati terhadap pola diet penderita hipertensi.
3) Sediakanlah alat pengukur tekanan darah dirumah, agar
lebih mudah mengontrol tekanan darah. Jika tidak, minimal
ingatkan selalu untuk memeriksakan tekanan darah secara
rutin.
42
Page 37
4) Untuk pasien yang menjalani pengobatan, hendaknya
keluarga selalu memerhatikan dan mendampingi setiap
langkah setiap langkah pengobatan yang dijalani
5) Pekalah terhadap setiap perubahan yang terjadi pada
penderita. Jika muncul gejala peningkatan tekanan darah
secara drastis (biar dipastikan dengan pengukuran tekanan
darah sendiri) atau keluhan yang mengarah pada
peningkatan tekanan darah atau penyakit lainya, segera
ambil tindakan misalnya bawa ke dokter atau rumah sakit
sebelum terlambat.
11. Pengobatan
a. Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan
menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi
penatalaknaan dasar yaitu :
1) Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor
risiko yang telah diketahui akan menyebabkan atau
menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan
obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan
mengurangi asupan garam serta rileks.
2) Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang
telah terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi
43
Page 38
penderita Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi
adalah :
a) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena,
spironolactone.
b) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol,
timolol.
c) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril,
quinapri.
d) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin.
e) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem,
amlodipine, nifedipine.
f) Vasodilator-direct, contohnya minixidil,
mitralazine
g) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya
losartan.
h) False-neurotransmiter, contohnya clodine,
metildopa, guanabens.
b. Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi
sekunder yang jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita
hipertensi. Tanda- tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali
sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat
44
Page 39
dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana
yang canggih.
D. Penelitian Terkait
Hasil penelitian terkait oleh Hyejin dan Kisok pada tahun 2013 dengan
jumlah responden 3356 wanita yang berumur 35-55 tahun yang dikumpulkan
pada dari tahun 2007 – 2009 oleh Korea National Health And Nutrition
Examination Surveys terdapat hubungan antara lama durasi (>24 bulan)
penggunaan kontrasepsi oral dengan peningkatan dari tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolik (95% CI= 1.03-3.73 OR=1.96).
Penggunaan kontrasepsi pil KB dapat meningkatkan tekanan darah
pada wanita, Walaupun peningkatannya tidak begitu tinggi dan akan kembali
normal setelah beberapa minggu pemakaian pil KB dihentikan. Alat
kontrasepsi hormonal pil KB dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
(hipertensi) pada kurang lebih 4–5% perempuan yang tekanan darahnya
normal sebelum mengkonsumsi obat tersebut, dan dapat meningkatkan
tekanan darah pada 9-16% perempuan yang telah menderita hipertensi
sebelumnya. Resiko peningkatan tekanan darah ini berhubungan dengan ras,
riwayat hipertensi dalam keluarga, kegemukan, diet/asupan makanan,
merokok dan lamanya penggunaan alat kontrasepsi hormonal kombinasi
tersebut (Palupi, 2011).
Penelitian juga dilakukan pada tahun 2010 oleh Kurniawati yang
menyatakan bahwa pemakaian pil KB kombinasi mempunyai hubungan yang
45
Page 40
bermakna dengan tekanan darah tinggi OR 3,51 (95% CI 1,03-11,91) pernah
memakai OR 2,71 (95% CI: 0,71-10,32) sedangkan untuk faktor yang
mempengaruhinya adalah umur, riwayat hipertensi keluarga, dan obesitas.
E. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori yag telah dipaparkan diatas maka dapat
disusun kerang teori sebagai berikut:
46
Faktor Risiko hipertensi
1. Genetik2. Umur3. Jenis kelamin4. Geografi dan lingkungan 5. Pola hidup6. Garam dapur 7. Obesitas8. Aktifitas fisik dan
olahraga9. Stress dan tekanan
emosional10. Konsumsi kopi11. Alcohol12. Merokok
Hipertensi
primer
1. ↓ elastisitas Pembuluh Darah dan ↑ resistensi Pembuluh Darah
2. Kerja jantung meningkat.3. Vasokontriksi Pembuluh
Darah
Penyakit lain
Hipertensi
sekunderPenggunaan
pil KB
Sumber :(Palupi, 2011), (Martuti, 2009), (Gray,dkk, 2005), (Braun, 2009), (Corwin, 2009),
(Hamid, 2014), (Kurnia,2007), (Notoadmodjo, 2010).
Page 41
F. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori yag telah dipaparkan diatas maka dapat disusun kerang teori sebagai berikut:
Sumber : (Palupi, 2011), (Martuti, 2009), (Gray,dkk, 2005), (Braun, 2009), (Corwin, 2009),
(Hamid, 2014), (Kurnia,2007), (Notoadmodjo, 2010).
47
Faktor Risiko hipertensi
13. Genetik14. Umur15. Jenis kelamin16. Geografi dan lingkungan 17. Pola hidup18. Garam dapur 19. Obesitas20. Aktifitas fisik dan olahraga21. Stress dan tekanan emosional22. Konsumsi kopi23. Alcohol24. Merokok
4. ↓ elastisitas Pembuluh Darah dan ↑ resistensi Pembuluh Darah
5. Kerja jantung meningkat.6. Vasokontriksi Pembuluh Darah
Hipertensi primer
Hipertensi sekunder
Penyakit lain
(penyerta)
Penggunaan pil KB