41
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia,
karena matematika selalu ada dalam lingkungan kita setiap saat.
Baik di dunia kerja, di lingkungan rumah, dan dalam kehidupan kita
pada umumnya. Matematika dapat dikatakan sebagai landasan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan karena matematika dapat mengembangkan
kemampuan berpikir logis, sistematis dan kritis dalam memecahkan
masalah. Oleh karena itu matematika diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan. Hal di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Cockrof
yang dikutip Mulyono (2009: 253), yaitu:Matematika perlu diajarkan
kepada siswa karena :1. Selalu digunakan dalam segi kehidupan.2.
Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang
sesuai.3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan
jelas.4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai
cara.5. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan
kesadaran keruangan.6. Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
1Peranan matematika begitu luas, maka dibutuhkan penguasaan
matematika yang baik dan benar oleh siswa, baik Sekolah Dasar
maupun siswa Sekolah Menengah. Penguasaan dan pemahaman konsep yang
tepat akan memudahkan mengaplikasikannya dalam berbagai bidang
terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran matematika di setiap jenjang pendidikan. Adapun usaha
yang telah dilakukan pemerintah, diantaranya melengkapi sarana dan
prasarana, meningkatkan kualitas guru, menyiapkan buku pegangan
siswa dan guru, mengembangkan dan memperbaharui kurikulum,
memberikan kesempatan pada guru untuk mengikuti pendidikan lanjut.
Semua usaha pemerintah ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan matematika. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya di bidang matematika juga dilakukan oleh para guru
matematika. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan
memvariasikan metode pembelajaran. Namun belum memperlihatkan hasil
yang memuaskan.Observasi dilakukan di SMPN I Sungai Aur pada
tanggal 09 Desember 2010. Hasil observasi diperoleh bahwa nilai
rata-rata Ujian Tengah Semester 1 matematika siswa kelas VIII SMPN
I Sungai Aur masih rendah, seperti terlihat pada Tabel I :Tabel
1.Rata-Rata dan Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Tengah Semester 1
Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur Tahun Pelajaran
2011/2012.KelasNilai Rata-RataKetuntasanJumlah Siswa (orang )
TuntasTidak tuntas
Jumlah%Jumlah%
VIII162,831028,572571,4335
VIII262,191233,332466,6736
VIII361,421233,332466,6736
VIII461,111027,782672,2236
VIII562,201234,292365,7135
VIII662,061336,112363,8936
Sumber : Guru Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Sungai Aur
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata Ujian Tengah Semester
1 siswa kelas VIII SMPN I Sungai Aur masih tergolong rendah, hanya
sebagian siswa yang dapat memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah. KKM
matematika di kelas VIII adalah 70. Hal ini menunjukkan masih
banyak siswa kelas VIII SMPN I Sungai Aur yang belum mencapai
kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan observasi pada tanggal 09
Desember 2010, penulis menemukan bahwa siswa kurang aktif dan
kurang termotivasi dalam belajar. Siswa hanya menerima penjelasan
dari guru dan mencatat apa saja yang disampaikan oleh guru. Jika
guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya mereka
hanya diam seakan-akan sudah paham dan siswa yang mau bertanya
hanya siswa yang pintar saja. Siswa masih bersifat individu dan
tidak terbiasa berbagi informasi dengan temannya. Pada saat guru
memberikan soal untuk diselesaikan, hanya beberapa siswa yang
mengerjakan sedangkan siswa yang mendapat kesulitan tidak mau
berdiskusi dengan teman yang dapat mengerjakan. Mereka hanya
menunggu guru untuk menyelesaikan soal tersebut. Hasil pengamatan
penulis terhadap pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal latihan,
terlihat siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal. Saat guru
memberikan soal sebagai berikut: seorang tukang hendak mengecat
tembok sebuah rumah. Untuk mencapai tembok yang terlalu tinggi, dia
menggunakan tangga yang panjangnya 6 m. Jika jarak ujung tangga
terhadap tembok adalah 2 m, tentukanlah tinggi tembok yang dicapai
tangga itu. Jawaban dari salah satu siswa dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 1. Jawaban Soal Latihan SiswaGambar 1 memperlihatkan
bahwa kemampuan siswa dalam memahami soal masih kurang. Soal
tersebut dapat dikerjakan dengan menggunakan konsep teorema
phytagoras. Namun siswa tidak bisa menghubungkan konsep-konsep yang
telah dipelajari/memecahkan masalah yang diberikan. Siswa kesulitan
dalam memisalkan mana sebagai sisi miring dan sisi siku-siku.
Kemudian siswa sulit dalam memilih pendekatan yang tepat untuk
menyelesaikan soal. Sehingga apa yang ditanya dari soal tidak dapat
diselesaikan. Berdasarkan permasalahan di atas terlihat bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tersebut masih rendah.
Guru sebagai komponen utama dalam pembelajaran harus mencarikan
solusi agar keadaan tersebut dapat diatasi, sehingga kompetensi
yang diinginkan dapat dicapai. Kompetensi yang ditekankan dalam
matematika adalah pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta
kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hasil observasi yang
penulis peroleh, maka penulis mencoba mengintegrasikan kemampuan
pemecahan masalah kedalam kegiatan belajar mengajar
matematika.Metode yang diperkirakan dapat digunakan guru untuk
mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan penerapan
Metode Diskusi Tipe Buzz Group. Metode Diskusi Tipe Buzz Group
diharapkan dapat mengembangkan ide-ide dalam menyelesaikan masalah
khususnya dalam kelompok. Hal ini dapat mendorong siswa
meningkatkan kerja sama mereka dan melatih untuk bertukar pendapat.
Siswa dilatih untuk berpikir cepat, tepat, dan fokus kepada pokok
permasalahan. Maka penyelesaian soal-soal pemecahan masalah melalui
Metode Diskusi Tipe Buzz Group diharapkan dapat meningkatkan cara
berpikir siswa dan siswa yang lemah dapat terbantu dalam
menyelesaikan soal-soal tersebut, sehingga dapat membantu siswa
dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Diskusi Tipe
Buzz Group untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Tahun
Pelajaran 2011/2012.B. Identifikasi MasalahBerdasarkan
masalah-masalah yang diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:1. Siswa kurang aktif dan kurang
termotivasi dalam belajar.2. Banyak siswa yang memperoleh nilai di
bawah Kriteria ketuntasan Minimum (KKM).3. Siswa tidak terbiasa
berbagi informasi dengan temannya.4. Kemampuan siswa dalam memahami
soal masih kurang.5. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
relatif rendah.C. Pembatasan MasalahBerdasarkan identifikasi
masalah, penulis membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu:1.
Kemampuan siswa dalam memahami soal masih kurang.2. Kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa relatif rendah.D. Rumusan
MasalahBerdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dengan menerapkan Metode Diskusi Tipe Buzz Group lebih baik
dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan
model pembelajaran Konvensional pada siswa kelas VIII SMPN 1 Sungai
Aur tahun pelajaran 2011/2012?.
E. AsumsiAsumsi yang menjadi landasan dari penelitian ini
adalah:1. Setiap siswa memiliki waktu dan kesempatan yang sama
dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas.2. Guru
mampu menerapkan Metode Diskusi Tipe Buzz Group dalam pembelajaran
matematika.3. Hasil tes yang diberikan .pada akhir penelitian dapat
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.F. Tujuan
PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan
Metode Diskusi Tipe Buzz Group lebih baik daripada kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Konvensional pada siswa kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur
tahun pelajaran 2011/2012.G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian
ini diharapkan bermanfaat untuk:1. Pedoman bagi penulis sebagai
calon guru, dalam melaksanakan proses belajar mengajar setelah
terjun ke lapangan agar tujuan pembelajaran tercapai secara
maksimal.2. Pengalaman baru bagi siswa kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur
agar siswa aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan kemampuan
pemecahan masalah matematis.3. Sebagai bahan masukan bagi guru
matematika di SMPN I sungai Aur dalam menerapkan metode
pembelajaran.
BAB IIKERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori1. Pembelajaran MatematikaPada hakikatnya
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan
suasana atau memberikan pelayanan agar murid-murid belajar. Secara
psikologis, belajar dapat didefenisikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan
(Slameto,2006: 2). Selanjutnya Sadirman (2011: 20) menyatakan bahwa
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan sebagainya.Kesimpulan dari kedua pendapat
di atas adalah belajar merupakan suatu proses dalam memperoleh
perubahan tingkah laku atau penampilan yang menghasilkan perubahan
tingkah laku yang sifatnya tetap. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
9Belajar matematika adalah mempelajari sesuatu yang abstrak,
dimana untuk memahaminya dibutuhkan suatu cara atau metode
tertentu, media yang baik dan sesuai dengan keadaan anak didik.
Sarana yang tersedia dan pemahaman tentang konsep-konsep yang
terdapat dalam matematika. Hal ini sesuai dengan defenisi belajar
matematika yang dikemukakan oleh Gagne dalam Erman (2003: 33)
menyatakan bahwa Dalam belajar matematika ada dua objek yang akan
diperoleh siswa yaitu objek langsung dan tak langsung. Objek tak
langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah,
belajar mandiri bersifat positif terhadap matematika, dan tahu
bagaimana sebenarnya belajar. Sedangkan objek langsung berupa
fakta, keterampilan, konsep dan aturan.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah dalam belajar matematika
siswa akan menemukan berbagai fakta, konsep, aturan tertentu dan
katerampilan. Untuk dapat berinteraksi dengan keadaan tersebut
siswa harus mempunyai kemampuan untuk menyelidiki, memecahkan
masalah, belajar mandiri dan belajar dengan teman lainnya dalam
kelompok sehingga siswa tersebut termotivasi dan bersemangat
belajar matematika.Menurut Nikson dalam Muliyardi (2002: 3)
Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk
mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep
dan prinsip terbangun kembali.Berdasarkan pendapat di atas, dapat
diartikan bahwa pembelajaran matematika merupakan upaya untuk
membantu siswa dalam menemukan konsep dan prinsip matematika
menurut kemampuannya sendiri. Pada pelaksanaan pembelajaran
matematika dibutuhkan guru yang mengerti dengan strategi
pembelajaran yang baik. Strategi yang diterapkan hendaknya mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam berpikir dan menempatkan guru sebagai
fasilitator, memberikan kesempatan pada siswa untuk menetapkan ide
mereka dalam belajar, sehingga segala informasi yang diperoleh
lebih melekat dan bermakna. 2. Metode Diskusi Diskusi merupakan
situasi dimana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa
yang lain berbincang satu sama lain dan berbagai gagasan dan
pendapat mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat J.J. Hasibuan dan
Moedjiono (2009: 20) yang menyatakan bahwa Diskusi adalah suatu
proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara
verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang
sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan
pendapat atau pemecahan masalah. Selanjutnya J.J. Hasibuan dan
Moedjiono (2009: 20) mengemukakan bahwa Metode diskusi adalah suatu
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan
kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan,
atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu
masalah.Berdasarkan pendapat di atas, diskusi adalah suatu
perbincangan atau membicarakan suatu masalah antara dua orang atau
lebih secara langsung (interaksi secara verbal) dan berbagi
informasi. Metode diskusi adalah suatu kelompok dimana guru
menjelaskan materi atau bahan pelajaran sehingga siswa berdiskusi
dengan teman sekelompoknya dan mengumpulkan pendapat untuk
menyelesaikan suatu masalah sehingga diperoleh suatu
kesimpulan.Bahan atau topik dalam pelaksanaan suatu diskusi, yang
dipermasalahkan akan didiskusikan oleh siswa dibawah pengawasan
seorang pimpinan diskusi. Melibatkan siswa dalam berdiskusi
diharapkan semua kegiatan diskusi akan berlangsung sesuai dengan
yang diharapkan.Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono (2009: 20-21)
ada beberapa jenis-jenis diskusi yaitu Whole Group, Buzz Group,
Panel, Sundicate Group, Brain Storming Group, Simposium, Informal
Debate, Colloquium, Fishbowl. Dalam penelitian ini, penulis memilih
Metode Diskusi Tipe Buzz Group. Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono
(2009: 23) langkah-langkah penggunaan metode diskusi adalah sebagai
berikut:a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai pemecahannya. Dapat pula
pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama
oleh guru dan siswa. Yang penting, judul atau masalah yang akan
didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami
dengan baik oleh siswa.b. Dengan pimpinan guru, para siswa
membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi
(ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan,
sarana dan sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan
siswa yang :1) Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan.2)
Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya.3) Lancar berbicara.4)
Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis.Tugas pimpinan diskusi
antara lain:1) Pengatur dan pengarah diskusi.2) Pengatur lalu
lintas pembicaraan.3) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat.c.
Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan
guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain
(kalau ada lebih dari satu kelompok), menjaga ketertiban, serta
memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi aktif, dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap
anggota hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan
bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana
bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang
sama.d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya.
Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari
kelompok lain. Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan
tersebut. e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.
Kesimpulan dari kutipan di atas adalah Metode Diskusi memiliki 5
langkah dalam pelaksanaannya. Pelaksanaannya dimulai dari guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya, guru dan siswa membentuk kelompok, memilih
pimpinan diskusi dan mengatur tempat duduk, para siswa berdiskusi
dalam kelompoknya masing-masing, tiap kelompok melaporkan hasil
diskusinya, akhirnya siswa mencatat hasil diskusi dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi. 3. Tipe Buzz GroupBuzz Group
berasal dari bahasa inggris yaitu Buzz berarti dengungan (suara
orang banyak yang bercakap-cakap seakan-akan suara lebah) dan Group
berarti kelompok. J.J. Hasibuan dan Moedjiono (2009: 20)
mengemukakan bahwa: Buzz Group adalah satu kelompok besar dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat
diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan
mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran
dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas
bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.Berdasarkan
kutipan di atas setiap siswa duduk berhadapan sehingga siswa dapat
dengan mudah bertukar pikiran dan dapat membandingkan interpretasi
dan informasi sehingga dapat saling memperbaiki. Jika hal ini
tercapai maka pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat
diselesaikan oleh siswa.B. Simanjuntak dan I.L Pasaribu (1986: 99)
mengemukakan bahwa Buzz Group (Buzz - suara orang banyak yang
bercakap-cakap seakan-akan suara lebah), adalah kerja kelompok
jangka pendek yang mudah dibentuk dan berlangsung hanya sebentar
saja, kadang-kadang 5 menit dan paling lama 20 menit.Berdasarkan
pendapat di atas Buzz Group merupakan kerja kelompok atau diskusi
kelompok jangka pendek yang diadakan dalam waktu singkat. Dalam
pelaksanaan Buzz Group ini guru menentukan lamanya siswa berdiskusi
dengan tujuan agar siswa tidak membuang-buang waktu.Menurut B.
Simanjuntak dan I.L Pasaribu (1986 : 99) kegunaan Buzz Group adalah
sebagai berikut:1. Bila kita ingin murid-murid menentukan
pertanyaan apa yang ingin mereka ajukan berhubung dengan suatu
masalah atau mengeluarkan pendapat tentang pokok-pokok apa yang
mereka inginkan.2. Bila kita ingin memberikan latihan tertentu,
misalnya mengenai soal-soal yang mereka anggap sulit, atau akan
menilai pekerjaan mereka, atau menilai suatu buku yang dibaca atau
film yang dilihat.
Berdasarkan pendapat di atas Buzz Group digunakan bila seorang
guru menginginkan murid-murid untuk mengajukan pertanyaan yang
mereka anggap sebagai suatu masalah tentang pokok-pokok yang mereka
inginkan dan juga bila guru ingin memberikan latihan yang dianggap
sulit oleh siswa atau guru ingin menilai pekerjaan siswa. Metode
ini berfungsi melatih siswa berpikir kritis dan melatih siswa
mengeluarkan pendapat, serta melatih ketelitian sehingga siswa
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Menurut B. Simanjuntak
(1986: 100) persiapan-persiapan dalam melaksanakan Buzz Group
adalah sebagai berikut:1. Menentukan masalah-masalah apa yang akan
didiskusikan. Tugas ini harus jelas dirumuskan dan dipahami oleh
murid. Kelompok kecil ini merupakan cara untuk meminta pendapat
seluruh kelas tentang suatu masalah, tentang langkah-langkah unit,
tentang peraturan-peraturan kelas, tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan dan sebagainya.2. Memilih saat yang tepat. Misalnya
sedang hangat dibicarakan suatu masalah dan tiap anak ingin
mengeluarkan pendapatnya.3. Menentukan peserta-peserta dalam setiap
kelompok. Cara ini harus efesien dan tak boleh memakan waktu,
kelompok ini biasanya terdiri dari 3 sampai 6 orang.4. Menentukan
lamanya kelompok itu berdiskusi. Waktunya harus singkat dan
masing-masing harus di desak untuk berfikir cepat, tepat dan
singkat, serta berpegang erat kepada pokok persoalan yang
dihadapi.5. Menentukan organisasi kelompok. Sederhana, cukup dengan
seorang ketua dan seorang penulis/pelapor.6. Meminta laporan
kelompok. Pelapor harus mencatat dan melaporkan secara singkat
hasil pembicaraan kelompok. Ia harus mampu menangkap segala
pembicaraan dan merangkumkannya dalam bentuk laporan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkaan bahwa sebelum
melaksanakaan Buzz Group ada beberapa persiapan yaitu menentukan
masalah-masalah yang akan didiskusikan, memilih saat yang tepat,
menentukan peserta-peserta setiap kelompok, menentukan lamanya
kelompok itu berdiskusi dengan tujuan untuk melatih siswa berpikir
cepat, tepat dan singkat serta fokus terhadap masalah yang akan
diselesaikan, menentukan organisasi kelompok, dan meminta laporan
kelompok. Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menentukan lamanya kelompok tersebut berdiskusi.4.
Pengelompokan SiswaPengelompokan siswa pada penelitian ini adalah
pengelompokan secara heterogen. Kelompok heterogenitas bisa
dibentuk dengan memperhatikan jenis kelamin, latar belakang sosial
ekonomi, serta kemampuan akademis siswa. Pada penelitian ini, kelas
akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4-5
orang yang masing-masing terdiri dari siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan heterogenitas berdasarkan
kemampuan akademis siswa dalam Anita (2002: 41) dapat dilihat dari
Tabel 2 :
Tabel 2 : Pengelompokkan Heterogenitas Berdasarkan Kemampuan
Akademis Siswa Langkah I Mengurutkan siswa berdasarkan kemampuan
akademisLangkah IIMembentuk kelompok pertamaLangkah IIIMembentuk
kelompok selanjutnya
1. Ani2. David3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Yusuf 12. Citra13.
Rini14. Basuki15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet25.
Dian1. Ani2. David3. 4. 5. 6. Citra Ani7. Kel 1 8. 9. 10. Dian
Rini11. Yusuf 12. Citra13. Rini14. Basuki15. 16. 17. 18. 19. 20.
21. 22. 23. 24. Slamet25. Dian1. Ani2. David3. 4. 5. 6. Yusuf
Davi7. Kel 2 8. 9. 10. Slamet Basuki11. Yusuf 12. Citra13. Rini14.
Basuki15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Slamet25. Dian
Sumber : Anita (2002: 41)
5. Kemampuan Pemecahan MasalahPembelajaran matematika akan
menuju arah yang benar dan berhasil jika kita mengetahui
karakteristik yang dimiliki matematika. Karakteristik tersebut
dapat dilihat dari aspek kompetensi yang ingin dicapai dan aspek
materi yang dipelajari untuk menunjang tercapainya kompetensi.
Penilaian perkembangan anak didik Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Depdiknas (2004) dalam Fadjar (2009: 13) mengatakan bahwa salah
satu aspek penilaian matematika dalam rapor adalah kemampuan
pemecahan masalah.Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan,
kekuatan, (KBBI, 2005: 707). Pemecahan merupakan proses yang
dilakukan untuk memecahkan masalah, sedangkan masalah adalah
sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Sehingga kemampuan
pemecahan masalah merupakan suatu kesanggupan yang dimiliki siswa
dalam proses untuk memecahkan suatu yang menjadi masalah.Fadjar
(2009: 13) mengatakan Pemecahan masalah yaitu siswa mampu memahami
masalah, memilih strategi penyelesaian, menyelesaikan masalah.
Selanjutnya pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.
506/C/PP/2004 dalam Fadjar ( 2009: 14) dinyatakan bahwa Pemecahan
masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan siswa dalam
memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan
menyelesaikan masalah, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan
masalah.Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemecahan masalah matematika merupakan kompetensi yang ditunjukkan
oleh siswa dalam memahami masalah, memilih pendekatan dan strategi
penyelesaian masalah, dan menyelesaikan masalah.Indikator yang
menunjukkan pemecahan masalah dalam Fadjar (2009: 14) antara lain
:1. Menunjukkan pemahaman masalah.2. Mengorganisasikan data dan
memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.3.
Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.4.
Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.5.
Mengembangkan strategi pemecahan masalah.6. Membuat dan menafsirkan
model matematika dari suatu masalah.7. Menyelesaikan masalah yang
tidak rutin.
Berdasarkan pernyataan di atas, indikator pemecahan masalah yang
diperhatikan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, sehingga
penulis hanya menggunakan tiga indikator saja, yaitu menunjukkan
pemahaman masalah, memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah
secara tepat, dan mengembangkan strategi pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu aspek dari hasil
belajar. Dalam kemampuan pemecahan masalah, siswa diharapkan mampu
memahami masalah dan mampu menyelesaikan masalah dari soal.6.
Pembelajaran KonvensionalPembelajaran konvensional adalah yang
dalam pelaksanaannya banyak menggunakan metode ceramah. Menurut
Nasution (2010: 209) ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:a.
Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang
dapat diamati dan di ukur.b. Bahan pelajaran disajikan kepada
kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan
murid-murid secara individual.c. Bahan pelajaran kebanyakan
berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut
pertimbangan guru.d. Berorientasi pada kegiatan guru dengan
mengutamakan proses mengajar.e. Murid-murid kebanyakan pasif,
karena terutama harus mendengarkan uraian guru.f. Murid semuanya
harus belajar menurut kecepatan yang kebanyakan ditentukan oleh
kecepatan guru mengajar.g. Penguatan biasanya baru diberikan
setelah diadakannya ulangan atau ujian.h. Keberhasilan belajar
kebanyakan dinilai oleh guru secara subjektif.i. Diharapkan bahwa
hanya sebagian kecil saja akan menguasai bahan pelajaran
sepenuhnya, sebagian lagi akan menguasainya untuk sebagian saja dan
ada lagi yang akan gagal.j. Pengajar terutama berfungsi sebagai
penyebar atau penyalur pengetahuan. Ialah sumber pengetahuan
utama.k. Siswa biasanya menempuh beberapa tes atau ulangan mengenai
bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu
ditentukan angka rapornya untuk semester itu.
Ciri-ciri pembelajaran konvensional di atas pada umumnya
digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran
konvensional yang dilakukan di SMPN 1 Sungai Aur adalah rangkaian
kegiatan-kegiatan yang dimulai dengan orientasi dan penyajian
informasi, yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari dan
dilanjutkan dengan pemberian contoh soal oleh guru, pemberian
latihan dan terakhir guru memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah.B. Penelitian RelevanPenelitian yang relevan dengan
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rini Anggraini
(2011) dengan judul : Penggunaan Metode Diskusi Tipe Buzz Group
dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMPN 3 Lengayang
Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
Metode Diskusi Tipe Buzz Group lebih baik daripada pembelajaran
konvensional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah pada penelitian ini penulis melihat kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dengan menerapkan Metode Diskusi Tipe Buzz
Group.C. Kerangka KonseptualBanyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa diantaranya adalah kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dalam belajar masih rendah, siswa kurang
aktif dan kurang termotivasi dalam belajar, dan siswa tidak
terbiasa berbagi informasi dengan temannya, serta kemampuan siswa
dalam memahami soal masih kurang.Metode Diskusi Tipe Buzz Group
merupakan merupakan suatu bagian diskusi kelompok yang berlangsung
secara singkat, siswa dilatih untuk berpikir cepat, tepat dan fokus
pada pokok persoalan. Penerapan Metode Diskusi Tipe Buzz Group ini
diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi
informasi, bertukar pikiran atau ide-ide, sehingga dapat membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada kerangka pelaksanaan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Siswa
Penerapan Metode Diskusi Tipe Buzz Group
Kemampuan pemecahan masalah matematis
D. Hipotesis Berpangkal dari latar belakang masalah dan kajian
teori maka hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan Metode Diskusi
Tipe Buzz Group lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran Konvensional
pada siswa kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur tahun pelajaran
2011/2012.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis PenelitianSesuai dengan masalah dan hipotesis yang
dikemukakan maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen,
yaitu membandingkan hasil belajar yang diperoleh antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, dalam
proses belajar mengajar menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group
pada pembelajaran matematika SMPN 1 Sungai Aur. Sedangkan pada
kelas kontrol, dalam proses belajar mengajar menggunakan model
pembelajaran Konvensional.B. Rancangan PenelitianRancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah random
terhadap subjek, dengan rancangan sebagai berikut:Tabel 3:
Rancangan Penelitian KelasPerlakuanTes Akhir
EksperimenXO
Kontrol-O
Sumber: Suharsimi (2006: 87)
Keterangan : X = Perlakuan yang diberikan di kelas eksperimen
yaitu menerapkan Metode Diskusi Tipe Buzz Group.O = Tes akhir yang
diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Populasi dan sampel1. Populasi
23Menurut Suharsimi (2006: 130) Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur yang terdaftar pada tahun pelajaran
2011/2012, seperti terlihat pada Tabel 4: Tabel 4. Populasi siswa
kelas VIIINoKelasJumlah
1VIII135
2VIII236
3VIII336
4VIII436
5VIII535
6VIII636
Jumlah214
Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Sungai Aur 2. SampelMenurut Suharsimi
(2006: 131) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. Sampel yang dipilih haruslah representatif dan
menggambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi.
Pengambilan sampel dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut
:a. Mengumpulkan data nilai Ujian Tengah Semester 1 matematika
siswa kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur tahun pelajaran 2011/2012.b.
Menentukan nilai rata-rata dan simpangan baku tiap kelas.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas populasi yang bertujuan untuk
melihat apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis
yang di uji:H0 : Populasi berdistribusi normalH1 : Populasi tidak
berdistribusi normal Uji yang digunakan adalah uji Anderson Darling
dengan bantuan Softwere MINITAB. Untuk interpretasi uji ini dapat
dilakukan dengan memperhatikan p-value. Syafriandi (2001: 4)
mengemukakan Jika p-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf
nyata yang ditetapkan maka tolak H0, dan sebaliknya terima
H0.Berdasarkan hasil pengujian diperoleh p-value kelas VIII.1 =
0,312, kelas VIII.2 = 0,104, kelas VIII.3 = 0,090, kelas VIII.4 =
0,210, kelas VIII.5 = 0,124 dan kelas VIII.6 = 0,062. Jadi, semua
kelas populasi berdistribusi normal karena p-value lebih besar dari
. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2 Halaman
66-69.c. Melakukan uji homogenitas variansi populasi untuk melihat
apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau
tidak.Formulasi statistik yang diuji adalah:H0 :H1: paling sedikit
satu tanda sama dengan tidak berlakuUji homogenitas variansi
populasi menggunakan uji Barlett dengan bantuan Software MINITAB.
Untuk interpretasi uji ini, kita dapat memperhatikan chart yang
dihasilkan. Syafriandi (2001: 5) mengemukakan bahwa Jika irisan
selang kepercayaan itu kosong, maka dikatakan bahwa kelompok
perlakuan tersebut tidak homogen, dan sebaliknya dikatakan
homogen.Setelah dilakukan uji homogenitas variansi populasi dengan
bantuan Software MINITAB, berdasarkan hasil analisis uji
homogenitas variansi populasi terdapat irisan pada tiap-tiap selang
kepercayaan (Lampiran 3 Halaman 70). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data populasi mempunyai variansi yang homogen. d. Melakukan
uji kesamaan rata-rata populasi. Hipotesis yang diuji adalahH0 : H1
: paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlakuUji yang
digunakan adalah uji ANAVA satu arah dengan bantuan Software
MINITAB. Untuk interpretasi uji ini dapat memperhatikan p-value.
Syafriandi (2001: 4) mengemukakan bahwa Jika p-value yang diperoleh
lebih kecil dari taraf nyata ( yang ditetapkan maka tolak H0 dan
sebaliknya terima H1. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh p-value
= 0,983. Karena p-value > = 0,05, maka populasi memiliki
kesamaan rata-rata. Hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 4
Halaman 71.e. Karena populasi berdistribusi normal, memiliki
variansi yang homogen, dan memiliki kesamaan rata-rata maka
dilakukan pengambilan sampel secara acak. Pengambilan kelas sampel
dilakukan dengan cara undian, kelas yang terambil pertama sebagai
kelas eksperimen adalah kelas VIII.4, dan pengambilan kedua sebagai
kelas kontrol yaitu kelas VIII.1.D. Varibel dan Data1.
VariabelVariabel adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian
penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:a.
Variabel Bebas, yaitu variabel yang peneliti perkirakan akan
berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah penerapan Metode Diskusi Tipe Buzz Group untuk kelas
eksperimen dan pembelajaran Konvensional untuk kelas kontrol.b.
Variabel Terikat yaitu variabel yang dalam penelitian ini
diperkirakan akan dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat
adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.2. Data dan
sumber Dataa. Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri atas: 1) Data primer adalah data yang langsung diambil
dari sampel yang diteliti, dalam penelitian ini data primer yaitu
data hasil tes akhir belajar matematika siswa kelas sampel setelah
penelitian berlangsung.2) Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari orang lain. Dalam hal ini data sekundernya adalah nilai Ujian
Tengah Semester 1 matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur
tahun pelajaran 2011/2012.b. Sumber DataSumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari:1) Data primer bersumber dari siswa
kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi
sampel penelitian.2) Data sekunder bersumber dari wakil kurikulum
dan guru matematika kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur tahun pelajaran
2011/2012.
E. Prosedur PenelitianSecara umum prosedur penelitian dapat
dibagi atas tiga tahap, yaitu:tahap peraiapan, tahap pelaksanaan,
dan tahap akhir : 1. Tahap Persiapana. Mempersiapkan surat izin
penelitian.b. Menyusun jadwal penelitian.Tabel 5. Jadwal Penelitian
pada Kelas Eksperimen dan Kelas KontrolHari/TanggalSub Materi
Kamis/12 Januari 2012Mengenal Lingkaran dan Unsur-unsur
Lingkaran
Sabtu/14 Januari 2012Menentukan Nilai phi ( dan Menghitung
Keliling Lingkaran
Kamis/19 Januari 2012Menghitung Luas lingkaran
Sabtu/21 Januari 2012Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur, dan
Luas Juring
Kamis/26 Januari 2012Tes Akhir
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang dapat
dilihat pada Lampiran 5 Halaman 72-124.d. Mempersiapkan
sumber-sumber, alat-alat, dan bahan yang diperlukan selama
penelitian.e. Menyusun kisi-kisi soal uji coba tes akhir (Lampiran
7 Halaman 126-127).f. Mempersiapkan soal uji coba tes akhir
(Lampiran 8 Halaman 128-130).2. Tahap Pelaksanaana. Kelas
Eksperimen (80 menit)1) Pendahuluan ( 10 menit)a) Pada awal
pembelajaran guru membuka dengan salam.b) Guru mengabsen siswa.c)
Guru memberikan apersepsi dan memberikan motivasi pada siswa.d)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.2) Kegiatan
inti (60 menit)a) Guru menjelaskan materi secara ringkas dan
memberikan beberapa contoh soal kepada siswa.b) Guru membagi siswa
beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang, memilih ketua,
sekretaris dan pelapor, serta mengatur tempat duduk. Ketua,
sekretaris, dan pelapor dipilih secara bergiliran artinya setiap
anggota dalam kelompok akan mendapat giliran sebagai ketua,
sekretaris ataupun pelapor .c) Masing-masing kelompok duduk
ditempat yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga mereka duduk
berhadapan.d) Guru memberikan beberapa pertanyaan berupa soal
pemecahan masalah.e) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya
masing-masing untuk menemukan penyelesaian masalah, sedangkan guru
berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga
ketertiban, memberikan dorongan dan penekanan agar siswa saling
bertukar pikiran/ide dan berbagi informasi.f) Waktu yang digunakan
untuk mendiskusikan satu soal adalah 5-20 menit. Siswa dilatih
untuk berpikir cepat, tepat dan singkat, serta berpegang erat
kepada pokok persoalan yang dihadapi.g) Kelompok yang dapat
menyelesaikan soal dengan cepat dapat melaporkan kepada guru dan
akan diberi nilai tambah kepada kelompok tersebut jika jawabannya
tepat sesuai dengan waktu yang ditentukan. h) Guru memilih salah
satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan
siswa yang lain mendengarkan dengan memberikan pertanyaan atau
tanggapan.i) Guru memberi ulasan atau penjelasan dari laporan
tersebut. j) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi.k)
Guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap kelompok.3) Penutup ( 10
menit)a) Guru membantu siswa menyimpulkan materi.b) Guru memberi
tugas siswa membaca atau mempelajari materi selanjutnya di rumah.b.
Kelas Kontrol (80 menit)1) Pendahulan (10 Menit)a) Pada awal
pembelajaran guru membuka dengan salam.b) Guru mengabsen siswa. c)
Guru memberikan apersepsi dan memberikan motivasi pada siswa.d)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.2) Kegiatan
inti (60 menit)a) Guru menjelaskan pelajaran dengan metode ceramah
dan tanya jawab.b) Guru memberikan soal latihan.c) Saat memberikan
latihan, guru memantau kegiatan siswa, membimbing dan membantu
siswa yang mendapatkan kesulitan dalam menjawab soal.d) Membahas
soal latihan yang diberikan bersama-sama.3) Penutup (10 menit)a)
Menutup pelajaran dengan menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.b) Guru memberi tugas siswa membaca atau mempelajari
materi selanjutnya di rumah.3. Tahap AkhirMemberikan tes akhir pada
kedua kelas setelah suatu pokok bahasan selesai dipelajari. Hasil
tes kemudian diolah. F. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian
merupakan alat pengumpul data yang digunakan dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah
tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Soal untuk tes akhir
dibuat dalam bentuk essai. Langkah-langkah penyusunan instrumen
yang dilakukan adalah sebagai berikut:1. Menyusun Tesa. Menetapkan
batasan materi berdasarkan kurikulum yang berlaku.b. Membuat
kisi-kisi soal sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah
(Lampiran 7 Halaman 126-127).c. Menyusun butir-butir soal sesuai
dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat (Lampiran 8 Halaman
128-130).d. Memvaliditasi soal tes akhir dengan guru matematika di
SMPN 1 Sungai Aur dan dosen pembimbing.2. Validitas TesValiditas
adalah tingkat ketepatan tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes
tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau validitas
kurikuler. Menurut Suharsimi (2010: 67) bahwa:Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu
sejajar dengan materi atau isi pembelajaran yang diberikan. Oleh
karena materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validasi
ini sering juga disebut validitas kurikuler.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki validitas isi
karena soal disusun berdasarkan kurikulum dan materi tersebut sudah
dipelajari serta berdasarkan kisi-kisi.3. Melaksanakan uji Coba
tesSebelum soal diujikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
maka akan diujikan terlebih dahulu di sekolah uji coba tes. Uji
coba akan dilakukan di SMPN 1 Lembah Melintang, karena menurut
keterangan wakil kepala sekolah SMPN I lembah Melintang, sekolah
ini memiliki Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) matematika yang sama
dengan KKM matematika SMPN I Sungai Aur yaitu 70. Soal uji coba tes
akhir dapat dilihat pada Lampiran 8 Halaman 128-130.4. Analisis
Itema. Tingkat Kesukaran Menurut Depdiknas (2001: 26) Tingkat
kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks. Agar tes dapat digunakan secara luas, maka setiap soal tes
diteliti tingkat kesukarannya, yaitu apabila soal tersebut termasuk
soal yang mudah, sedang atau sukar. Makin besar tingkat kesukaran
soal berarti soal itu mudah demikian juga sebaliknya. Untuk
mengetahui tingkat kesukaran soal disusun dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Dengan kriteria pada Tabel 6:Tabel 6. Kriteria Tingkat Kesukaran
SoalTingkat KesukaranKriteria
0,00 TK 0,30 Soal tergolong sukar
0,30 < TK 0,70Soal tergolong sedang
0,70 < TK 1,00Soal tergolong mudah
Sumber: Depdiknas (2001: 27)Berdasarkan analisis tingkat
kesukaran (TK) soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal nomor 1
tergolong soal mudah, soal nomor 2, 3, dan 4 tergolong soal sedang.
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada
Lampiran 12 Halaman 140.b. Daya Pembeda SoalMenurut Depdiknas
(2001: 27) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan soal
untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk
uraian digunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001: 28)
yaitu: Tabel 7. Kriteria Daya Pembeda SoalDaya PembedaKriteria
0,40 DP 1,00Soal diterima/baik
0,30 DP < 0,40Soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 DP < 0,30Soal diperbaiki
0,00 DP < 0,20Soal tidak dipakai/dibuang
Sumber: Depdiknas (2001: 28)Menurut Suharsimi (2010: 212) cara
menentukan daya pembeda (nilai DP) dapat dibedakan antara kelompok
kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas)
antara lain:1. Kelompok kecilSeluruh kelompok tes dibagi dua sama
besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut
tes dideretkan dari skor teratas sampai bawah, lalu dibagi dua.2.
Kelompok besarMengingat biaya dan waktu untuk menganalisis, maka
untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja,
yaitu, 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor terbawah
sebagai kelompok bawah.Pelaksanaan uji coba soal tes yang dilakukan
dengan merencanakan pelaksanaan uji coba tes hanya pada satu kelas
dengan jumlah siswa 32 orang. Sesuai dengan kutipan di atas maka
penelitian ini termasuk kelompok kecil, untuk itu penulis
menetapkan jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing
50% dari peserta tes uji coba soal. Berdasarkan analisis daya
pembeda (DP) soal, diperoleh bahwa semua soal memiliki kriteria
soal diterima/baik. Hasil perhitungan daya pembeda soal dapat
dilihat pada Lampiran 13 Halaman 141.c. Reliabilitas
SoalReliabilitas tes adalah suatu ukuran apakah tes tersebut dapat
dipercaya atau tidak, suatu tes dapat mempunyai kepercayaan yang
tinggi jika tes dapat memberikan hasil yang tetap. Menentukan
indeks reliabilitas tes digunakan rumus Alpha dalam Suharsimi
(2010: 109), yaitu: Dimana:= reliabilitas yang dicari = Jumlah
variansi skor tiap-tiap item = variansi total Menurut Suharsimi
(2010: 112) dengan diperolehnya koefisien korelasi yakni r11,
sebenarnya baru diketahui tinggi rendahnya koefisien tersebut.
Lebih sempurnanya perhitungan reliabilitas sampai pada kesimpulan,
sebaiknya hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel (r) product
moment, jika maka soal tes reliabel, jika sebaliknya tidak
reliabel.Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dengan . Berarti ,
maka sesuai dengan kriteria di atas maka soal tes dikatakan
reliabel. Perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 14
Halaman 142-144.G. Teknik Analisis DataAnalisis data bertujuan
untuk menguji hipotesis yang diajukan, apakah diterima atau
ditolak. Dalam menganalisis data, penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:1. Menghitung Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis SiswaAnalisis ini digunakan untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dinilai dari tes akhir yang
memuat indikator pemecahan masalah matematis dengan penerapan
Metode Diskusi Tipe Buzz Group. Untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa digunakan rubrik analitik. Menurut Puji
(2004: 13), Rubrik adalah pedoman penskoran. Rubrik analitik adalah
pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang
ditentukan. Berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat rubrik sebagai
berikut:Tabel 8: Penskoran pada Pemecahan Masalah Dalam
Pembelajaran MatematikaSkor Kriteria0123
Menunjuk-kan pemahaman masalahTidak ada pemahaman terhadap
masalah/tidak ada jawabanKurang memahami masalah serta masih banyak
kesalahanMemahami masalah dengan sedikit kesalahanMemahami masalah
dengan baik dan tidak ada kesalahan
Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara
tepatTidak mengguna-kan pendekatan dan metode yang sesuai/tidak ada
jawabanMengguna-kan pendekatan dan metode yang sesuai tetapi banyak
kesalahanMengguna-kan pendekatan dan metode yang sesuai dengan
sedikit kesalahanMengguna-kan pendekatan dan metode yang sesuai dan
dilakukan dengan baik
Mengem-bangkan strategi pemecahan masalahTidak jelas dan sukar
diikuti/tidak ada jawabanAgak jelas tetapi terdapat banyak
kesalahanJelas dengan sedikit kesalahanJelas dan tidak ada
kesalahan
Sumber: Dimodifikasi dari Penilaian Unjuk Kerja (Puji, 2004:
14)Berdasarkan rubrik yang sudah dibuat dapat dinilai tes akhir
yang dilakukan siswa. Skor yang diperoleh harus dirubah dalam skala
angka yang ditetapkan, misalnya dalam bentuk 0-100. Skor yang
diperoleh siswa jika dikonversikan ke skala 0-100 yaitu skor yang
diperoleh siswa dibagi skor maksimum dikali 100 (Dimodifikasi dari
Penilaian Unjuk Kerja, Puji 2004: 18).
2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Dengan Indikator Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis SiswaAnalisis data dimaksudkan untuk
menguji hipotesis kedua sampel tentang hasil belajar dengan
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Apabila
kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal,
memiliki variansi yang homogen dan tidak diketahui, dalam pengujian
statistik yang digunakan adalah uji-t. Sebelum dilakukan uji-t
tentang kesamaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas. Analisis data untuk uji normalitas,
uji homogenitas variansi dan uji hipotesis dilakukan dengan bantuan
Software MINITAB.1. Uji NormalitasUji normalitas dilakukan terhadap
data hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji
normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok
berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah:H0:
Skor tes siswa berdistribusi normalH1: Skor tes siswa tidak
berdistribusi normalUji yang digunakan adalah uji Anderson Darling
dengan bantuan Software MINITAB. Untuk interpretasi dari uji
normalitas ini bisa mempelihatkan p-value. Syafriandi (2001: 4)
mengemukakan Jika p-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf
nyata yang ditetapkan ( maka tolak H0 dan sebaliknya kita terima
H0. 2. Uji Homogenitas VariansiUji homogenitas bertujuan untuk
melihat apakah kedua sampel mempunyai variansi homogen atau tidak.
Uji ini dapat dilakukan dengan uji , dengan rumusan hipotesis
sebagai berikut:
Menurut Walpole (1993: 314) langkah menghitung uji statistiknya
adalah:1) Cari variansi masing-masing data kemudian dihitung harga
dengan rumus:
2) Interpretasi hasil dengan kriteria terima jika dalam keadaan
lainnya tolak . Pengujian ini dilakukan dengan bantuan Software
MINITAB. Syafriandi (2001: 5) mengemukakan Jika irisan selang
kepercayaan itu kosong, maka dikatakan bahwa kelompok perlakuan
tersebut tidak homogen dan sebaliknya dikatakan homogen. 3. Uji
HipotesisSetelah uji normalitas dan uji homogenitas, dilakukan uji
hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan Metode Diskusi
Tipe Buzz Group lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran Konvensional
pada siswa kelas VIII SMPN 1 Sungai Aur tahun pelajaran 2011/2012.
Formulasi hipotesis yang diajukan adalah:H0 : H1 : Dengan:
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelas kontrolJika
kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen,
maka uji statistik yang digunakan menurut Sudjana (2005: 239-243)
adalah dengan rumus :
dengan Dimana:= Nilai rata-rata kelas eksperimen= Nilai
rata-rata kelas kontrolS = Simpangan baku kedua kelompok = Variansi
kelas eksperimen= Variansi kelas kontroln1 = Jumlah siswa kelas
eksperimenn2 = Jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria pengujiannya adalah :Terima dimana derajat kebebasan
untuk daftar distribusi t ialah dk = (). Selain itu
ditolak.Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan Software MINITAB. Syafriandi (2001: 4) mengemukakan Jika
p-value yang diperoleh lebih kecil dari taraf nyata ( yang
dtetapkan maka tolak H0 atau sebaliknya terima H0.