BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Bayi Hipotermi (Neonatus dengan hipotermia) adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 o C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5 o C (suhu ketiak). (Marmi, 2015) Hipotermia adalah bayi yang kaki dan tangannya terasa dingin dan sering menangis, karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi masih belum sempurna, respirasi masih lemah dan konsumsi oksigen rendah, inaktivitas otot serta asupan makanan rendah. (Sari Wahyuni, 2011) B. Mekanisme Kehilangan Panas Mekanisme hilangnya panas pada bayi baru lahir yaitu dengan : a. Evaporasi Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera dimandikan. b. Konduksi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bayi Hipotermi (Neonatus dengan hipotermia) adalah bayi dengan suhu
badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5oC. Suhu
normal pada neonatus 36,5-37,5oC (suhu ketiak). (Marmi, 2015)
Hipotermia adalah bayi yang kaki dan tangannya terasa dingin dan sering
menangis, karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi masih belum
sempurna, respirasi masih lemah dan konsumsi oksigen rendah, inaktivitas otot
serta asupan makanan rendah. (Sari Wahyuni, 2011)
B. Mekanisme Kehilangan Panas
Mekanisme hilangnya panas pada bayi baru lahir yaitu dengan :
a. Evaporasi
Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat
pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air
ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera
dimandikan.
b. Konduksi
Adalah kehilangan panas karena panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin seperti : meja, tempat
tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakan di atas benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran udara
dan kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
1
d. Radiasi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi
karena benda tersebut akan menyerap radiasi panas tubuh bayi.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
Jaringan lemak subkutan tipis
Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
Cadangan glikogen dan brown fat sedikit
BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon Shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan
Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2012)
D. Patofisiologi
Temoregulasi adalah multisistem, bergantung pada multiorgan, dan
hipotermi memberikan dampak pada mereka semua dengan manifestasi
patofisiologi yang sebanding dengan tingkatan hipotermia. Sebagai garis
pertahanan pertama, kehilangan panas diminimalisasi oleh vasokonstriksi
periferal. Efek yang paling menonjol adalah pada ekstremitas. Vasokonstriksi
periferal mengarah pada acrocyanosis, ekstremitas dingin, dan penurunan
perfusi periferal. Kulit dari bayi baru lahir hipotermia sering dingin dengan
sentuhan, dan akan terasa dingin yang mencolok pada kasus yang berat (<28 oC). Eritema wajah atau kemerahan mungkin memberikan kesan vitalitas palsu.
Garis pertahanan kedua dari bayi baru lahir adalah non-shivering
thermogenesis terkait dengan metabolisme jaringan adiposa coklat. Kurangnya
kontribusi menggigil menyebabkan petugas kesehatan yang terlatih dan
keluarga kurang menyadari hipotermia pada bayi baru lahir. Selanjutnya,
bahkan nonshivering thermogenesis terganggu pada bayi baru lahir untuk 12
jam pertama kehidupan dan pada bayi yang sakit, hipoksia atau mengalami
asfiksia pada persalinan.
2
Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 37 C ( 36,5 C – 37 C)
yang diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus.
Perubahan suhu akan mempengaruhi sel – sel yang sangat sensitif di
hipotalamus (chemosensitive cells). Pengeluaran panas dapat melalui keringat,
dimana kelenjar – kelenjar keringat dipengaruhi serat – serat kolinergik
dibawah kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang
meningkat akibat adanya vasodilatasi pembuluh darah dan ini dikontrol oleh
saraf simpatik. Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamus
sehingga akan timbul peningkatan produksi panas melalui mekanime yaitu
nonshivering thermogenesis dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya
perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang
serabut – serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin
akan menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR
dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh
darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk meningkatkan
termogenesis.
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan
mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal.
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan
respon untuk menghasilkan panas berupa :
1. Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara
involuner akibat darikontraksiotot untuk menghasilkan panas.
2. Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf
sirnpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi
terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak
coklat akan meningkatkan produksi panas dan dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern sarafsimpatis, kemudian sistem
sarafperiferakan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi
3
sehingga terjadi vasokontriksi.Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran
darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses
oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST (
proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu
peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin.
Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan
sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun.
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan
trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi
oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan
pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak
mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak
berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas.
Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak
dioksidasiakan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan
fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses
lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu
akan menghasilkan panas.
E. Klasifikasi
Berikut adalah klasifikasi hipotermia :
Hipotermia ringan : suhu <36,5oC
Hipotermia sedang : Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, Suhu antara
32-36oC.
Hipotermia kuat : Bila suhu tubuh < 32oC.
4
F. Tanda dan Gejala
1. Tanda-Tanda
Hipotermia sedang (Stress dingin) : Aktivitas berkurang, letargis,
tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata),
kemampuan menghisap lemah, kaki teraba dingin.
Hipotermia berat (Cedera dingin) : sama dengan hipotermia sedang,
bibir dan kuku kebiruan, pernapasan lambat, pernapasan tidak
teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya mungkin timbul
hipoglikemia dan asidosis metabolic. Tanda-tanda stadium lanjut
hipotermia, muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang,
bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema
terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema). (Ai yeyeh
rukiyah, 2012)
2. Gejala
Awal hipotermia adalah suhu <36oC dan kedua kaki dan tangan
teraba dingin. (Deslidel, 2011)
Bayi tidak mau minum/menetek
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
Tubuh bayi teraba dingin
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras (sklerema)
G. Diagnosis
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh
atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu
petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan
pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang
dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran
melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua
BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya
5
anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur
pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.
H. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan suhu tubuh untuk mencegah hipotermi.
Menurut Indarso, F (2001), ada beberapa cara untuk mempertahankan suhu
tubuh Bayi dalam mencegah hipotermi adalah :
Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih
Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah
lahir dengan handuk yang kering dan bersih
Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan
keduanya diselimuti (metode kanguru)
Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan : 1)
menyusui bayi; 2) pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek
ASI diberikan dengan sendok atau pipet; 3) selama memberikan ASI
bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada
waktu rujukan
Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri
Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.
Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal untuk
mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong
persalinan harus menunda memandikan bayi.
2. Segera menghangatkan bayi di dalam incubator atau melalui penyinaran
lampu
3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan
ibu, lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat, tidak boleh memakai
buli-buli panas karena bahaya luka bakar
6
4. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi
ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat mengisap
beri infuse glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/Kg per hari.
(Ai yeyeh Rukiyah, 2012)
I. Komplikasi
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi yaitu : hipoglikemia,
asidosis metabolic, karena vasokonstriksi perifer dengan metabolisme
anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat sehingga pertumbuhan
terganggu, gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan
pulmonal yang menyertai hipotermi berat, shock, apnea, perdarahan
intraventrikuler. (Ai yeyeh rukiyah, 2012)
Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti
mengedip), kardiovaskular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah sistolik, pernafasan: menurunnya konsumsi
oksigen, saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer.
Ketika suhu tubuh turun, semua susunan tubuh akan terpengaruh dan
semakin rendah suhu tubuh, maka akan lebih parah pengaruhnya. Pada sistem
saraf pertama sekali dipengaruhi fungsi cerebral yang lebih tinggi, mengarah
pada timbulnya kelemahan, penurunan aktivitas otot dan kehilangan refleks.
Pada sistem pernapasan depresi dari sistem saraf pusat mengarah pada
terjadinya depresi pusat pernapasan, pernapasan menjadi lambat dan dangkal
dengan memanjangnya fase ekspirasi. Hal ini mengarah pada retensi karbon
dioksida dan menimbulkan asidosis. Jaringan paru-paru juga terlibat dengan
adanya peningkatan tekanan dalam pembuluh darah paru-paru yang mengarah
pada timbulnya edema paru-paru. Pembuluh darah kecil dapat mengalami
ruptur dan darah dapat dibatukkan keluar (hemoptisis). Pada sistem
kardiovaskuler denyut jantung menjadi lambat, sebagai akibat aksi langsung
dari suhu darah terhadap nodus sini-atrial. Tidak adanya aktivitas otot
mencegah aliran balik vena yang adekuat, sehingga mengarah pada
penurunan keluaran jantung. Juga terjadi pergeseran cairan dari darah
kedalam jaringan yang menimbulkan edema, hemokonsentrasi dan suatu
7
peningkatan viskositas darah. Hipotermia yang parah juga mempengaruhi
ritme dari kerja jantung menimbulkan fibrilasi ventrikuler dan atrium.
SEBAB PENGARUH Penurunan keluaran jantung
Lingkungan dingin Penurunan Aliran Darah Jaringan
(Luar) Vasokonstriksi
Penurunan Produk Metabolit
Paparan Penurunan Konsumsi Oksigen
Penurunan Metabolisme Jaringan
Status Hipotiroid Penurunan denyut jantung
Gangguan eksitabilitas miokardium
Masa Bayi Fibrilasi atrium dan ventrikel
dan Prematur Kematian
Penurunan aliran Depresi Pernapasan
Anestesi darah ginjal Peningkatan CO2
Depresi kesadaran Penurunan keluaran Asidosis
Koma urine
Sumber : Rosa M.Sacharin Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2 halaman 96
8
HIPOTERMIA
J. Pencegahan Hipotermia
9
BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN
HIPOTERMIA
Pengkajian
• Hari/tanggal : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan
manajemen
asuhan kebidanan.
• Pukul : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan
manajemen
asuhan kebidanan.
• Tempat : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan
manajemen
asuhan kebidanan.
• Pemeriksa : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan manajemen
asuhan kebidanan.
I. Data Subjektif
1. Biodata
Biodata Bayi
Nama
Bayi
:
(Untuk Mengenal, memanggil, dan menghindari
terjadinya kekeliruan)
Tanggal
Lahir
:
(Untuk mengetahui umur bayi saat dilakukan
pemeriksaan)
10
Jenis
Kelamin
:
(Untuk mengetahui jenis kelamin bayi, dan
membedakan bayi yang satu dengan yang lainnya)
Biodata Orang Tua Bayi
Nama
Ibu dan
Ayah
:
(Untuk Mengenal, memanggil, dan menghindari
terjadinya kekeliruan)
Umur Ibu
dan Ayah
:
(untuk mengetahui umur orang tua, pada ibu hamil usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun beresiko
melahirkan bayi BBLR yang dapat berakibat terjadinya
hipotermi)
Agama :
(Untuk memudahkan cara pemberian dukungan dalam
asuhan kebidanan dan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan dan kepercayaan
kesehatan pasien/klien dalam kehidupannya sehari- hari)
Pendidik
an Ibu
dan Ayah
:
(Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai
kesehatannya serta untuk menyesuaikan pemberian KIE
dan penatalaksanaan dengan pendidikan yang dimiliki)
Pekerjaan
Ibu dan
Ayah
:
(untuk mengetahui bagaimana taraf hidup/keadaan
status ekonomi dan mengetahui kemampuan akses serta
usaha untuk mendapatkan perawatan neonatus dengan
hipotermi)
Alamat
Ibu dan
Ayah
:
(Untuk mempermudah menghubungi keluarga jika
terjadi keadaan yang mendesak serta memudahkan
melakukan kunjungan rumah)
11
2. Alasan Datang : (Untuk mengetahui alasan mengapa klien tersebut
datang dan apa yang dirasakan saat ini. Biasanya yang ditemui pada bayi
hipotermi adalah bayi tidak mau minum/menetek, bayi tampak lesu atau
mengantuk saja, tubuh bayi teraba dingin).
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Riwayat Kehamilan : (Pada Ibu dengan riwayat gizi kurang
selama hamil atau kurus, umur ibu saat hamil <20 tahun, kehamilan
ganda, penyakit ibu seperti penyakit jantung, hipertensi, pre-eklamsi
dan eklamsi, diabetes melitus, dan carsinoma beresiko melahirkan
bayi dengan BBLR yang dapat berakibat terjadinya hipotermi.
Hipoksia ibu dan gangguan aliran darah uterus, pre-eklamsi dan
eklamsia, perdarahan antepartum, demam selama hamil, infeksi berat
seperti malaria, sifilis, dan TBC, serta kehamilan postmature
beresiko terjadinya asfiksia neonatorum yang dapat berakibat
terjadinya hipotermi. Ibu dengan kehamilan Kembar, KPD, plasenta
previa, solutio plasenta, mioma uteri, diabetes melitus, pre-eklamsi,
penyakit jantung, dan anemia beresiko melahirkan bayi prematur
yang dapat berakibat terjadinya hipotermi)
Riwayat persalinan :
a. Jenis persalinan : (bayi yang ibunya diberikan anestesi atau
analgesic beresiko mengalami hipotermi)
b. Umur kehamilan : (Bayi premature beresiko mengalami
hipotermi)
c. Komplikasi persalinan : (persalinan lama, kelainan letak, operasi
caesar beresiko terjadinya asfiksi yang dapat menyebabkan bayi
mengalami hipotermi)
d. Inisiasi Menyusui Dini : (Inisiasi menyusui dini dapat mencegah
terjadinya hipotermi)
4. Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi : (Salah satu gejala bayi hipotermi yaitu bayi tidak
mau minum/menetek)
Eliminasi : (Hipotermi dapat menyebabkan penurunan aliran
12
darah ginjal yang berakibat terjadinya penurunan
keluaran urine).
Aktivitas : (Salah satu gejala bayi hipotermi yaitu bayi
tampak lesu atau mengantuk saja)
II. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
(Bayi hipotermi biasanya tampak lemah).
Tanda-tanda Vital
Suhu :
{Bayi Hipotermi (Neonatus dengan
hipotermia) adalah bayi dengan suhu badan
di bawah normal. Adapun suhu normal bayi
adalah 36,5-37,5oC. Suhu normal pada
neonatus 36,5-37,5oC (suhu ketiak).
(Marmi, 2015)}
Nadi :
(Tanda hipotermia berat (Cedera dingin) :
sama dengan hipotermia sedang, bibir dan
kuku kebiruan, pernapasan lambat,
pernapasan tidak teratur, bunyi jantung
lambat, selanjutnya mungkin timbul
hipoglikemia dan asidosis metabolic)
Pernapasan :
(Tanda hipotermia berat (Cedera dingin) :
sama dengan hipotermia sedang, bibir dan
kuku kebiruan, pernapasan lambat,
pernapasan tidak teratur, bunyi jantung
lambat, selanjutnya mungkin timbul
hipoglikemia dan asidosis metabolic)
b. Pemeriksaan Antropometri
13
Berat Badan :
(Pada bayi baru lahir dengan BBLR yaitu
<2500 gr beresiko terjadi hipotermi)
LILA :
(Untuk melihat status gizi bayi)
c. Pemeriksaan Fisik
Muka :
(Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia,
muka, ujung kaki dan tangan berwarna
merah terang, bagian tubuh lainnya
pucat(Ai yeyeh rukiyah, 2012))
Mulut :
(Pada hipotermia berat bibir tampak
kebiruan)
Ekstremitas :
(salah satu tanda stadium lanjut hipotermia
yaitu ujung kaki dan tangan berwarna merah
terang)
Kulit :
(Salah satu tanda stadium lanjut hipotermia
yaitu kulit mengeras merah dan timbul
edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema), kulit berwarna tidak rata
(cutis marmorata))
d. Pemeriksaan Neurologi
Reflek Moro :
(pengaruh hipotermi pada sistem saraf,
mengarah pada timbulnya kelemahan,
penurunan aktivitas otot dan kehilangan
refleks)
Reflek
Menggenggam
:
Reflek Rooting :
Reflek Menghisap :
14
III. Analisa Data
Diagnosa : Bayi Ny. ….. usia ….. dengan Hipotermia