Top Banner
BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Bayi Hipotermi (Neonatus dengan hipotermia) adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 o C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5 o C (suhu ketiak). (Marmi, 2015) Hipotermia adalah bayi yang kaki dan tangannya terasa dingin dan sering menangis, karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi masih belum sempurna, respirasi masih lemah dan konsumsi oksigen rendah, inaktivitas otot serta asupan makanan rendah. (Sari Wahyuni, 2011) B. Mekanisme Kehilangan Panas Mekanisme hilangnya panas pada bayi baru lahir yaitu dengan : a. Evaporasi Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera dimandikan. b. Konduksi 1
25

BAB I DAN BAB II

Jul 13, 2016

Download

Documents

nila maya

neonatus dengan hipotermia
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB I DAN BAB II

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Bayi Hipotermi (Neonatus dengan hipotermia) adalah bayi dengan suhu

badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5oC. Suhu

normal pada neonatus 36,5-37,5oC (suhu ketiak). (Marmi, 2015)

Hipotermia adalah bayi yang kaki dan tangannya terasa dingin dan sering

menangis, karena produksi panas yang kurang akibat sirkulasi masih belum

sempurna, respirasi masih lemah dan konsumsi oksigen rendah, inaktivitas otot

serta asupan makanan rendah. (Sari Wahyuni, 2011)

B. Mekanisme Kehilangan Panas

Mekanisme hilangnya panas pada bayi baru lahir yaitu dengan :

a. Evaporasi

Adalah kehilangan panas karena penguapan cairan ketuban yang melekat

pada permukaan tubuh bayi yang tidak segera dikeringkan. Contoh : air

ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan serta bayi segera

dimandikan.

b. Konduksi

Adalah kehilangan panas karena panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin seperti : meja, tempat

tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan

menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi

diletakan di atas benda tersebut.

c. Konveksi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi pada saat bayi terpapar udara sekitar

yang lebih dingin. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran udara

dan kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

1

Page 2: BAB I DAN BAB II

d. Radiasi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat

benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi

karena benda tersebut akan menyerap radiasi panas tubuh bayi.

C. Etiologi

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

Jaringan lemak subkutan tipis

Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar

Cadangan glikogen dan brown fat sedikit

BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon Shivering (menggigil)

pada reaksi kedinginan

Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko

tinggi mengalami hipotermi. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2012)

D. Patofisiologi

Temoregulasi adalah multisistem, bergantung pada multiorgan, dan

hipotermi memberikan dampak pada mereka semua dengan manifestasi

patofisiologi yang sebanding dengan tingkatan hipotermia. Sebagai garis

pertahanan pertama, kehilangan panas diminimalisasi oleh vasokonstriksi

periferal. Efek yang paling menonjol adalah pada ekstremitas. Vasokonstriksi

periferal mengarah pada acrocyanosis, ekstremitas dingin, dan penurunan

perfusi periferal. Kulit dari bayi baru lahir hipotermia sering dingin dengan

sentuhan, dan akan terasa dingin yang mencolok pada kasus yang berat (<28 oC). Eritema wajah atau kemerahan mungkin memberikan kesan vitalitas palsu.

Garis pertahanan kedua dari bayi baru lahir adalah non-shivering

thermogenesis terkait dengan metabolisme jaringan adiposa coklat. Kurangnya

kontribusi menggigil menyebabkan petugas kesehatan yang terlatih dan

keluarga kurang menyadari hipotermia pada bayi baru lahir. Selanjutnya,

bahkan nonshivering thermogenesis terganggu pada bayi baru lahir untuk 12

jam pertama kehidupan dan pada bayi yang sakit, hipoksia atau mengalami

asfiksia pada persalinan.

2

Page 3: BAB I DAN BAB II

Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 37 C ( 36,5 C – 37 C)

yang diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus.

Perubahan suhu akan mempengaruhi sel – sel yang sangat sensitif di

hipotalamus (chemosensitive cells). Pengeluaran panas dapat melalui keringat,

dimana kelenjar – kelenjar keringat dipengaruhi serat – serat kolinergik

dibawah kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang

meningkat akibat adanya vasodilatasi pembuluh darah dan ini dikontrol oleh

saraf simpatik. Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamus

sehingga akan timbul peningkatan produksi panas melalui mekanime yaitu

nonshivering thermogenesis dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya

perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang

serabut – serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin

akan menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR

dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh

darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk meningkatkan

termogenesis.

Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan

mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal.

Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan

respon untuk menghasilkan panas berupa :

1. Shivering thermoregulation/ST

Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara

involuner akibat darikontraksiotot untuk menghasilkan panas.

2. Non-shivering thermoregulation/NST

Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf

sirnpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi

terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak

coklat akan meningkatkan produksi panas dan dalam tubuh.

3. Vasokonstriksi perifer

Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern sarafsimpatis, kemudian sistem

sarafperiferakan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi

3

Page 4: BAB I DAN BAB II

sehingga terjadi vasokontriksi.Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran

darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.

Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses

oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST (

proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu

peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin.

Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan

sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun.

Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan

trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi

oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan

pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak

mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak

berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas.

Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak

dioksidasiakan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan

fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses

lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu

akan menghasilkan panas.

E. Klasifikasi

Berikut adalah klasifikasi hipotermia :

Hipotermia ringan : suhu <36,5oC

Hipotermia sedang : Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, Suhu antara

32-36oC.

Hipotermia kuat : Bila suhu tubuh < 32oC.

4

Page 5: BAB I DAN BAB II

F. Tanda dan Gejala

1. Tanda-Tanda

Hipotermia sedang (Stress dingin) : Aktivitas berkurang, letargis,

tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata),

kemampuan menghisap lemah, kaki teraba dingin.

Hipotermia berat (Cedera dingin) : sama dengan hipotermia sedang,

bibir dan kuku kebiruan, pernapasan lambat, pernapasan tidak

teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya mungkin timbul

hipoglikemia dan asidosis metabolic. Tanda-tanda stadium lanjut

hipotermia, muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang,

bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema

terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema). (Ai yeyeh

rukiyah, 2012)

2. Gejala

Awal hipotermia adalah suhu <36oC dan kedua kaki dan tangan

teraba dingin. (Deslidel, 2011)

Bayi tidak mau minum/menetek

Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

Tubuh bayi teraba dingin

Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh

bayi mengeras (sklerema)

G. Diagnosis

Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh

atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu

petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan

pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.

Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang

dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran

melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua

BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya

5

Page 6: BAB I DAN BAB II

anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur

pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.

H. Penatalaksanaan

1. Mempertahankan suhu tubuh untuk mencegah hipotermi.

Menurut Indarso, F (2001), ada beberapa cara untuk mempertahankan suhu

tubuh Bayi dalam mencegah hipotermi adalah :

Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih

Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah

lahir dengan handuk yang kering dan bersih

Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan

keduanya diselimuti (metode kanguru)

Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat

merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan : 1)

menyusui bayi; 2) pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek

ASI diberikan dengan sendok atau pipet; 3) selama memberikan ASI

bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.

Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada

waktu rujukan

Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri

Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.

Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal untuk

mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong

persalinan harus menunda memandikan bayi.

2. Segera menghangatkan bayi di dalam incubator atau melalui penyinaran

lampu

3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang

disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan

ibu, lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat, tidak boleh memakai

buli-buli panas karena bahaya luka bakar

6

Page 7: BAB I DAN BAB II

4. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi

ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat mengisap

beri infuse glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/Kg per hari.

(Ai yeyeh Rukiyah, 2012)

I. Komplikasi

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi yaitu : hipoglikemia,

asidosis metabolic, karena vasokonstriksi perifer dengan metabolisme

anaerob, kebutuhan oksigen yang meningkat sehingga pertumbuhan

terganggu, gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan

pulmonal yang menyertai hipotermi berat, shock, apnea, perdarahan

intraventrikuler. (Ai yeyeh rukiyah, 2012)

Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti

mengedip), kardiovaskular: penurunan tekanan darah secara berangsur,

menghilangnya tekanan darah sistolik, pernafasan: menurunnya konsumsi

oksigen, saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer.

Ketika suhu tubuh turun, semua susunan tubuh akan terpengaruh dan

semakin rendah suhu tubuh, maka akan lebih parah pengaruhnya. Pada sistem

saraf pertama sekali dipengaruhi fungsi cerebral yang lebih tinggi, mengarah

pada timbulnya kelemahan, penurunan aktivitas otot dan kehilangan refleks.

Pada sistem pernapasan depresi dari sistem saraf pusat mengarah pada

terjadinya depresi pusat pernapasan, pernapasan menjadi lambat dan dangkal

dengan memanjangnya fase ekspirasi. Hal ini mengarah pada retensi karbon

dioksida dan menimbulkan asidosis. Jaringan paru-paru juga terlibat dengan

adanya peningkatan tekanan dalam pembuluh darah paru-paru yang mengarah

pada timbulnya edema paru-paru. Pembuluh darah kecil dapat mengalami

ruptur dan darah dapat dibatukkan keluar (hemoptisis). Pada sistem

kardiovaskuler denyut jantung menjadi lambat, sebagai akibat aksi langsung

dari suhu darah terhadap nodus sini-atrial. Tidak adanya aktivitas otot

mencegah aliran balik vena yang adekuat, sehingga mengarah pada

penurunan keluaran jantung. Juga terjadi pergeseran cairan dari darah

kedalam jaringan yang menimbulkan edema, hemokonsentrasi dan suatu

7

Page 8: BAB I DAN BAB II

peningkatan viskositas darah. Hipotermia yang parah juga mempengaruhi

ritme dari kerja jantung menimbulkan fibrilasi ventrikuler dan atrium.

SEBAB PENGARUH Penurunan keluaran jantung

Lingkungan dingin Penurunan Aliran Darah Jaringan

(Luar) Vasokonstriksi

Penurunan Produk Metabolit

Paparan Penurunan Konsumsi Oksigen

Penurunan Metabolisme Jaringan

Status Hipotiroid Penurunan denyut jantung

Gangguan eksitabilitas miokardium

Masa Bayi Fibrilasi atrium dan ventrikel

dan Prematur Kematian

Penurunan aliran Depresi Pernapasan

Anestesi darah ginjal Peningkatan CO2

Depresi kesadaran Penurunan keluaran Asidosis

Koma urine

Sumber : Rosa M.Sacharin Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2 halaman 96

8

HIPOTERMIA

Page 9: BAB I DAN BAB II

J. Pencegahan Hipotermia

9

Page 10: BAB I DAN BAB II

BAB II

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN

HIPOTERMIA

Pengkajian

• Hari/tanggal : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan

manajemen

asuhan kebidanan.

• Pukul : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan

manajemen

asuhan kebidanan.

• Tempat : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan

manajemen

asuhan kebidanan.

• Pemeriksa : sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan manajemen

asuhan kebidanan.

I. Data Subjektif

1. Biodata

Biodata Bayi

Nama

Bayi

:

(Untuk Mengenal, memanggil, dan menghindari

terjadinya kekeliruan)

Tanggal

Lahir

:

(Untuk mengetahui umur bayi saat dilakukan

pemeriksaan)

10

Page 11: BAB I DAN BAB II

Jenis

Kelamin

:

(Untuk mengetahui jenis kelamin bayi, dan

membedakan bayi yang satu dengan yang lainnya)

Biodata Orang Tua Bayi

Nama

Ibu dan

Ayah

:

(Untuk Mengenal, memanggil, dan menghindari

terjadinya kekeliruan)

Umur Ibu

dan Ayah

:

(untuk mengetahui umur orang tua, pada ibu hamil usia

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun beresiko

melahirkan bayi BBLR yang dapat berakibat terjadinya

hipotermi)

Agama :

(Untuk memudahkan cara pemberian dukungan dalam

asuhan kebidanan dan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan dan kepercayaan

kesehatan pasien/klien dalam kehidupannya sehari- hari)

Pendidik

an Ibu

dan Ayah

:

(Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai

kesehatannya serta untuk menyesuaikan pemberian KIE

dan penatalaksanaan dengan pendidikan yang dimiliki)

Pekerjaan

Ibu dan

Ayah

:

(untuk mengetahui bagaimana taraf hidup/keadaan

status ekonomi dan mengetahui kemampuan akses serta

usaha untuk mendapatkan perawatan neonatus dengan

hipotermi)

Alamat

Ibu dan

Ayah

:

(Untuk mempermudah menghubungi keluarga jika

terjadi keadaan yang mendesak serta memudahkan

melakukan kunjungan rumah)

11

Page 12: BAB I DAN BAB II

2. Alasan Datang : (Untuk mengetahui alasan mengapa klien tersebut

datang dan apa yang dirasakan saat ini. Biasanya yang ditemui pada bayi

hipotermi adalah bayi tidak mau minum/menetek, bayi tampak lesu atau

mengantuk saja, tubuh bayi teraba dingin).

3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Riwayat Kehamilan : (Pada Ibu dengan riwayat gizi kurang

selama hamil atau kurus, umur ibu saat hamil <20 tahun, kehamilan

ganda, penyakit ibu seperti penyakit jantung, hipertensi, pre-eklamsi

dan eklamsi, diabetes melitus, dan carsinoma beresiko melahirkan

bayi dengan BBLR yang dapat berakibat terjadinya hipotermi.

Hipoksia ibu dan gangguan aliran darah uterus, pre-eklamsi dan

eklamsia, perdarahan antepartum, demam selama hamil, infeksi berat

seperti malaria, sifilis, dan TBC, serta kehamilan postmature

beresiko terjadinya asfiksia neonatorum yang dapat berakibat

terjadinya hipotermi. Ibu dengan kehamilan Kembar, KPD, plasenta

previa, solutio plasenta, mioma uteri, diabetes melitus, pre-eklamsi,

penyakit jantung, dan anemia beresiko melahirkan bayi prematur

yang dapat berakibat terjadinya hipotermi)

Riwayat persalinan :

a. Jenis persalinan : (bayi yang ibunya diberikan anestesi atau

analgesic beresiko mengalami hipotermi)

b. Umur kehamilan : (Bayi premature beresiko mengalami

hipotermi)

c. Komplikasi persalinan : (persalinan lama, kelainan letak, operasi

caesar beresiko terjadinya asfiksi yang dapat menyebabkan bayi

mengalami hipotermi)

d. Inisiasi Menyusui Dini : (Inisiasi menyusui dini dapat mencegah

terjadinya hipotermi)

4. Pola kebiasaan sehari-hari

Nutrisi : (Salah satu gejala bayi hipotermi yaitu bayi tidak

mau minum/menetek)

Eliminasi : (Hipotermi dapat menyebabkan penurunan aliran

12

Page 13: BAB I DAN BAB II

darah ginjal yang berakibat terjadinya penurunan

keluaran urine).

Aktivitas : (Salah satu gejala bayi hipotermi yaitu bayi

tampak lesu atau mengantuk saja)

II. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum :

(Bayi hipotermi biasanya tampak lemah).

Tanda-tanda Vital

Suhu :

{Bayi Hipotermi (Neonatus dengan

hipotermia) adalah bayi dengan suhu badan

di bawah normal. Adapun suhu normal bayi

adalah 36,5-37,5oC. Suhu normal pada

neonatus 36,5-37,5oC (suhu ketiak).

(Marmi, 2015)}

Nadi :

(Tanda hipotermia berat (Cedera dingin) :

sama dengan hipotermia sedang, bibir dan

kuku kebiruan, pernapasan lambat,

pernapasan tidak teratur, bunyi jantung

lambat, selanjutnya mungkin timbul

hipoglikemia dan asidosis metabolic)

Pernapasan :

(Tanda hipotermia berat (Cedera dingin) :

sama dengan hipotermia sedang, bibir dan

kuku kebiruan, pernapasan lambat,

pernapasan tidak teratur, bunyi jantung

lambat, selanjutnya mungkin timbul

hipoglikemia dan asidosis metabolic)

b. Pemeriksaan Antropometri

13

Page 14: BAB I DAN BAB II

Berat Badan :

(Pada bayi baru lahir dengan BBLR yaitu

<2500 gr beresiko terjadi hipotermi)

LILA :

(Untuk melihat status gizi bayi)

c. Pemeriksaan Fisik

Muka :

(Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia,

muka, ujung kaki dan tangan berwarna

merah terang, bagian tubuh lainnya

pucat(Ai yeyeh rukiyah, 2012))

Mulut :

(Pada hipotermia berat bibir tampak

kebiruan)

Ekstremitas :

(salah satu tanda stadium lanjut hipotermia

yaitu ujung kaki dan tangan berwarna merah

terang)

Kulit :

(Salah satu tanda stadium lanjut hipotermia

yaitu kulit mengeras merah dan timbul

edema terutama pada punggung, kaki dan

tangan (sklerema), kulit berwarna tidak rata

(cutis marmorata))

d. Pemeriksaan Neurologi

Reflek Moro :

(pengaruh hipotermi pada sistem saraf,

mengarah pada timbulnya kelemahan,

penurunan aktivitas otot dan kehilangan

refleks)

Reflek

Menggenggam

:

Reflek Rooting :

Reflek Menghisap :

14

Page 15: BAB I DAN BAB II

III. Analisa Data

Diagnosa : Bayi Ny. ….. usia ….. dengan Hipotermia

(ringan/sedang/berat)

Masalah : Bayi tidak mau minum/menetek

Diagnosa Potensial : Hipotermi berat, apnea, hipoglikemia, asidosis,

kematian.

Masalah Potensial : Penurunan Berat Badan

IV. Penatalaksanaan

1. Mandiri

Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang kondisi bayi.

(Rasional : Ibu dan Keluarga mengerti tentang kondisi bayi dan

bersedia kooperatif dalam pemberian tindakan).

Evaluasi : ibu dan keluarga mengerti tentang kondisi bayi dan bersedia

kooperatif dalam pemberian tindakan.

Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan

keduanya diselimuti (metode kanguru)

(Rasional : kontak kulit dengan ibu dapat menjaga kehangatan tubuh

bayi dan mencegah kehilangan panas).

Evaluasi : Bayi sudah diletakkan di dada ibu dan diberi selimut serta

penutup kepala).

Memberitahu ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin.

(Rasional : Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga

bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin).

Evaluasi : Ibu menyusui bayinya

Menunda memandikan bayi sampai suhu tubuh stabil.

(Rasional : tindakan memandikan bayi segera setelah lahir, akan

menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi).

Evaluasi : Bayi tidak dimandikan

15

Page 16: BAB I DAN BAB II

Memantau suhu tubuh bayi setiap jam.

(Rasional : Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal

0,5°C/ jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan

memeriksa suhu setiap 2 jam. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu

pelan, kurang 0,5°C/jam, cari tanda sepsis).

Evaluasi : suhu tubuh bayi telah naik ≥0,5oC/ jam

Melakukan pencegahan kehilangan panas secara evaporasi pada bayi

dengan cara mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir, secar

konduksi dengan cara tidak menaruh bayi pada permukaan yang dingin

dan saat menimbang harus diberi alas, secara konveksi dengan cara

tempatkan bayi dilingkungan yang hangat dan jauhkan dari kipas angin,

AC, dan aliran udara yang dingin, secar radiasi dengan cara jauhkan

bayi dari benda-benda yang dingin.

(Rasional : Bayi dapat mengalami kehilangan panas secara evaporasi,

konduksi, konveksi, dan radiasi)

Evaluasi : Bayi sudah dikeringkan segera setelah lahir, saat

penimbangan sudah diberi alas, bayi telah diletakkan dilingkungan

yang hangat jauh dari kipas angin, AC dan aliran udara dingin lainnya,

serta jauh dari benda-benda yang dingin.

2. Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

3. Rujukan

Setelah melakukan penatalaksanaan secara mandiri segera lakukan

rujukan

16