Top Banner
BAB II KONSEP DASAR I. Konsep Keluarga A. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen kesehatan RI. 1988). B. Tipe / bentuk keluarga (Effendy, 1998) 1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. 2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan satu saudara., misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya. 3. Keluarga bcrantai (Serial Family ), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
66

BAB II

Jan 11, 2016

Download

Documents

JOS
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II

BAB II

KONSEP DASAR

I. Konsep Keluarga

A. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen

kesehatan RI. 1988).

B. Tipe / bentuk keluarga (Effendy, 1998)

1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu, dan anak-anak.

2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah

dengan satu saudara., misalnva nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, parnan, bibi, dan sebagainya.

3. Keluarga bcrantai (Serial Family ), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lcbih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti

4. Keluarga duda /janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi

kerena perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga perkaw-

inannya berpoligami dan hidup secara bersama.

Page 2: BAB II

6. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi

satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga

C. Tugas keluarga (Effendy, 1998)

1. Menurut Freeman (1981), ada lima tugas keluarga dalam bidang

kesehatan, yaitu sebagai berikut:

a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya

b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

usianya yang tertalu muda.

d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e) Mempertahankan hubungan timbai balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan. yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

fasilitas kesehatan yang ada.

2. Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan, tugas pokok tersebut

adalah, sebagai berikut:

a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b) Pemeliharaan sumber - sumber daya yang ada dalam keluarga.

c) Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai kedudukan

masing-masing.

d) Sosialisasi antar anggota keluarga.

e) Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6

Page 3: BAB II

f) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

D. Peran keluarga (Friedman, 1998)

1. Peran formal

a) Peran parental dan perkawinan

Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami -

ayah dan istri - Ibu:

1) Peran sebagai provider (penyedia).

2) Peran sebagai pengatur rumah tangga.

3) Peran perawatan anak

4) Peran sosialisasi anak.

5) Peran rekreasi.

6) Perart persaudaraan (kinship) (memelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal).

7) Peran terapeutik ( memenuhi kebutuhan afektif pasangan)

8) Peran seksual

b) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan

yang kokoh itu sangat penting. Anak - anak terutama dapat

mempengaruhi hubungan perkawinan, menciptakan situasi dimana

suami dan istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara

7

Page 4: BAB II

suatu hubungan perkawinan yang memuaskan rnerupakan salah

satu tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

c) Peran informal

1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara

para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan

pendapat.

2) Inisiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide

baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-

tujuan kelompok.

3) Pendamai (compromiser) : merupakan salah satu bagian dari

konflik dan ketidaksepakatan, pendamai inenyatakan kesalahan

posisi dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan

penyelesaian "setengah jalan".

4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawatm dan

mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan

kegiatan - kegiatan keluarga, berfungsi - mengangkat

keterikatan / keakraban

E. Fungsi Keluarga ( Effendy, 1998 )

1. Fungsi biologis

a) Untuk meneruskan keturunan.

b) Memelihara dan membesarkan anak.

8

Page 5: BAB II

c) Memenuhi kebutuhan grzi keluarga.

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

2. Fungsi Psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

b) Mcmberikan perhatian diantara anggota keluarga.

c) Memelihara dan merawat anggota keluarga.

d) Memberikan identitas keluarga.

3. Fungsi Sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak.

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

a) Mencari sumber-sumber pcnghasilan untuk pemenuhan kebutuhan

keluarga.

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk mernenuhi

kebutuhan keluarga.

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan dating

misalnya pendidikan anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

5. Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak hntuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan

minat yang dimilikinya.

9

Page 6: BAB II

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat - tingkat perkembangannya.

6. Fungsi perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan -

tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung

dan merasa aman.

7. Fungsi perasaan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,

merasakan perasaan anak dan anggota keluarga sehingga saling

pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam

keluarga.

8. Fungsi religius

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan

beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan

bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada

kehidupan lain setelah didunia ini.

9. Fungsi rekreatif

Tugas keluarga dalam fungsi rekreatif i ni tidak selalu harus pergi

ketempat rekreasi, tetapi yang penting bagairnana menciptakan

suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai

keseimbangan kepribadian masing - masing anggotanya.

10

Page 7: BAB II

F. Keperawatan kesehatan keluarga

1. Definisi

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipnsatkan pada keluarga sebagai unit

atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan mclalui

perawatan sebagai saran / penyalur (Bailon dan Maglaya, 1978).

2. Alasan Keluarga sebagai unit pelayanan.

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masvarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya.

c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan

apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan

akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(Pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan

dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

bcrbagai upaya kesehatan masyarakat

11

Page 8: BAB II

II.Konsep Penyakit

A. Pengertian

DHF (Dengue Hemoragik Fever) adalah penyakit yang terdapat pada

anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang

disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam dan limfadenopati. Trombositopenia

ringandan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Saefullah, 2000).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri

demam manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang

dapat menyebabkan kematian (Mansjoer, 2000).

Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yaitu

(Aedes albopictus dan Aedes Aegepti) (Ngastiyah, 1997).

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi

Menurut Syaifudin (1997) sistem sirkulasi adalah sarana untuk

menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-

paru ke sel-sel tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana untuk

membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru, dan

kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.

Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah dan

darah.

12

5

Page 9: BAB II

a. Jantung

Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak di dalam thorax,

diantara paru-paru, agak lebih ke arah kiri.

Struktur jantung, meliputi :

Atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kiri, katup bikuspidalis, katup

trikus spidalis, endokardium, miokardium, pericardium.

b. Pembuluh darah

Pembuluh darah ada tiga, yaitu :

1) Arteri (pembuluh nadi)

Arteri meninggalkan jantung pada vertikal kiri dan kanan.

Beberapa pembuluh darah arteri yang penting :

(a) Arteri koronaria

Arteri yang mandarahi dinding jantung

(b) Arteri subklavikula

Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan

melewati aksila

(c) Arteri brachialis

Arteri pada lengan atas

(d) Arteri radialis

Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari

(e) Arteri karotis

Arteri yang mendarahi kepala dan otak

13

Page 10: BAB II

(f) Arteri temporalis

Arteri yang teraba denyutannya pada depan telinga

(g) Arteri facialis

Teraba berdenyut di sudut rahang bawah

(h) Arteri femoralis

Arteri yang berjalan ke bawah mnyusuri paha menuju ke

belakang lutut

(i) Arteri tibia

Arteri pada kaki

(j) Arteri pulmonalis

Arteri yang menuju ke paru-paru

2) Kapiler (pembuluh rambut)

Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari

cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali di bawah

mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan

tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi

pembuluh darah yang lebih besar yang disebut vena.

Fungsi kapiler adalah :

(a) Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.

(b) Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan

jaringan.

(c) Mengambil hasil-hasil dari kelenjar.

(d) Menyerap hasil makanan yang terdapat di usus.

14

Page 11: BAB II

(e) Menyaring darah yang terdapat di ginjal.

3) Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung

Beberapa vena yang penting :

a) Vena Cava Superior

Vena balik yang memasuki atrium kanan,membawa darah

kotor ke dari daerah kepala, thorax, dan extrimitas atas.

b) Vena Cava Inferior

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua

organ tubuh bagian bawah

c) Vena Jugularis

Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung

d) Vena Pulmonalis

Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-

paru

c. Darah

Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli :

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian

cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah

(Pearce Evelyn, 2002 : 133). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang

terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah (Syaifuddin,

1997 : 232). Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel

dan plasma (Guyton, 1992).

15

Page 12: BAB II

Proses pembentukan sel darah (Hemopoesis) terdapat tiga

tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.

1) Sumsum tulang

Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :

(a) Tulang vertebrae

Vertebrae merupakan serangkaian tulang-tulang kecil

yang tidak teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga

tulang belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai

pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai

33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas

tulang belakang) berbentuk kotak dan terletak didepan dan

menyangga berat badan. Bagian yang menjorok dari korpus ke

belakang disebut Arkus neoralis (lengkung neoral) yang

melewati medulla spinalis, yang membawa serabut-serabut dari

otak ke semua bagian tubuh.

Pada Arkus terdapat bagian yang menonjol pada

vertebrae dan dilekati otot-otot yang menggerakkan tulang

belakang, yang dinamakan Processus Spinalis.

(b) Sternum (tulang dada)

Sternum adalah tulang dada. Tulang ini terlerletak sebagai

pelekatan tulang kosta dan klaviukula. Sternum terdiri dari

Manubrium sterni, Corpus sterni, dan Processus spinosis.

16

Page 13: BAB II

(c) Costa (tulang iga)

Costa terdiri 12 pasang, yaitu : 7 pasang vertebro sternalis, 3

pasang costa vertebro condralis dan 2 pasang costa fluktuantes.

Costa di bagian posterior tubuh melekat pada tulang

vertebraedan dibagian anteriormelekat pada tulang sternum,

baik secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada yang

sama sekali tidak melekat.

2) Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada

tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen di

bawah diafragma. Kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus

dextra dan lobus sinistra. Dari kedua lobus tampak adanya ductus

hepaticus dextra dan ductus hepaticus sinistra, keduanya bertemu

membentuk ductus hepaticus comunis. Ductus hepaticus comunis

menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus coledakus.

3) Limpa

Limpa terletak di sebelah kiri atas abdomen limpa

berbentuk setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah

organ berkapsula dengan berat normal 100 – 150 gr. Limpa

mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfoiddan memfagosit

material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi

menghancurkan sel darah merah yang rusak.

17

Page 14: BAB II

Volume darah pada tubuh yang sehat atau orang dewasa

terdapat darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5

liter.Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama

tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh

darah.

Tekanan viskositas atau kekentalan dari pada air yaitu

mempunyai berat jenis 1,041 – 1,067 dengan temperatur 38 C dan

ph 7,37 – 7,45.

2. Fisiologi

Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang

disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah (Pearce

Evelyn, 2002 : 133). Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di

dalam pembuluh darah yang warnanya merah (Syaifuddin, 1997 : 232).

Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma

(Guyton, 1992).

Fungsi darah secara umum terdiri atas :

a. Sebagai alat pengangkut

1) Mengambil O2 atau zat makanan dari paru-paru untuk diedarkan ke

seluruh jaringan tubuh

2) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-

paru

3) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

dibagikan ke seluruh jaringan atau alat tubuh

18

Page 15: BAB II

4) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi

tubuh untuk dikeluarjkan melalui kultit dan ginjal

5) Sebagai pertahanantubuh terhadap serangan bibit penyakit dan

racun yang akan membinasakan tubuh perantaraan leukosit,

antibodi atau zat-zat anti racun.

b. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Fungsi khususnya diterangkan lebih banyak di struktur/bagian-bagian

dari masing-masing sel darah dan plasma darah.

Bagian-bagian darah

Darah terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu :

1) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti,

ukurannya kira-kira 8mm, tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-

kira 5 juta dalam mm3. Eritrosit berwarna kuning kemerah-

merahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut

hemogoblin. Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya

banyak mengandung O2. Fungsi dari eritrosit adalah mengikat O2

dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan

mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-

paru.

19

Page 16: BAB II

Pengikatan O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemogoblin (Hb

+ O2 HbO2). Jadi O2 diangkut dari seluruh tubuh sebagai

oksihemogoblin dan kemudian dilepaskan dalam jaringan HbO2

Hb + O2 dan seterusnya Hb akan mengikat dan bersenyawa dengan

CO2 akan dilepaskan di paru-paru.

Eritrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa dan hati yang

kemudian akan beredar ke seluruh tubuh selam 14 -15 hari, setelah

itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati

akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe

yang berguna untuk pembuatan eritrosit baru dan berguna untuk

mengikat O2 dan CO2. Jumlah Hb dalam orang dewasa kira-kira

11,5 – 15 mg %. Normal Hb wanita 11,5 – 15,5 mg % dan Hb laki-

laki 13,0 – 17,0 mg %.

Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa

berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah

merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebuut

anemia.

Biasanya hal ini disebabkan karena pendarahan yang hebat

dan gangguan dalam pembuatan eritrosit.

2) Leukosit

Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat

bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai

bermacam-macam inti sel sehingga dapatr dibedakan berdasarkan

20

Page 17: BAB II

inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak berwarna), banyaknya

kira-kira 4000 – 11000/mm3.

Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh

dan memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam

tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel System). Fungsi yang lain

yaitu sebagai pengangkut dan membawa zat lemak dari dinding

usus melalui limpa ke pembuluh darah.

Sel leukosit selain di dalam pembuluh darah juga terdapat

di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit

disebabkan karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah

leukosit yang ada dalam darah akan meningkat. Hal ini disebabkan

sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe sekarang

beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap

serangan bibit penyakit tersebut.

Macam-macam leukosit meliputi :

a) Agranulosit

Sel yang tidak mempunyai granula, terdiri dari :

1) Limfosit

Leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar

limfe di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan

intinya besar, banyaknya 20-25 %. Fungsinya membunuh

dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan

tubuh.

21

Page 18: BAB II

2) Monosit

Fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34 %.

b) Granulosit

1) Neutrofil

Mempunyai inti, protoplasma banyaknya bintik-bintik,

banyaknya 60 – 70 %.

2) Eosinofil

Granula lebih besar, banyaknya kira-kira 24 %.

3) Basofil

Inti teratur dalam protoplasma terdapat granula besar,

banyaknya 0,5 %.

3) Trombosit (sel plasma)

Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya

bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong.

Warnanya putih dengan jumlah normal 150.000 – 450.000/mm3.

Trombosit memegang peran penting dalam pembekuan

darah, jika kurang dari normal maka apabila terjadi luka darah

tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus.

Proses pembekuan darah dibantu oleh zat Ca2+ dan

fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.

Jika tubuh terluka, darah akan keluar, trombosit pecah dan akan

mengeluarkan zat yang disebut trombokinase. Trombokinase akan

bertemu dengan protombin dengan bantuan Ca2+ akan menjadi

22

Page 19: BAB II

trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan

benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya,

yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadi pembekuan.

b. Plasma darah

Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan

hampir 90 % plasma darah terdiri dari :

1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah

2) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, nitrat, dan lain-lain

yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik)

3) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas

darah dan juga menimbulkan tekanan osmotic untuk memelihara

keseimbangan cairan dalam tubuh.

4) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral,dan vitamin)

5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.

6) Antibodi atau anti toksin

Hematokrit adalah presentase darah yang berupa sel. Harga normal

hematokrit adalah 40,0–54,0 %. Efek hematokrit terhadap

viskositas darah makin besar presentase sel darah merah yaitu

makin besar hematokrit.

23

Page 20: BAB II

C. Etiologi

Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypti dan

Aedes Albopictus. Vektor ini bersarang di tempat-tempat yang berisi air

bersih, vektor ini memerlukan waktu 8 – 10 hari untuk menyelesaikan masa

inkubasi eksrinsik dari lambung ke kelenjar ludah nyamuk (Sjaefullah, 1996).

Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa

memerlukan waktu sekitar 10 – 12 hari. Hanya nyamuk betina yang dapat

menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk

memotongkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit /

menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur

nyamuk Aedes Aegypti betina ± 2 minggu, nyamuk Aeds Aegypti

berkemampuan terbang 40 – 100 m (Hadinegoro, 1999).

D. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang

jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal

diseluruh tubuh, nafsu makan berkurangdan sakit perut, bintik-bintik merah

pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau

seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, limpa. Pelepasan zat

anafilatoksin, histimin dan serotin serta aktivitas dari system kalikrein

menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler sehingga

cairan dari intravascular keluar ke ekstravascular atau terjadi pembesaran

24

Page 21: BAB II

plasma akibat terjadi pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia,

penurunan tekanan darah hemokosentrasi, hipoproteinemia, effusi dan

renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga

menyebabkan reaksi antigen antibodi yang akhirnya bisa menyebabkan

anaphylaxia (Sjaefullah, 1996).

Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan

menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia

yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena gangguan trombosit dan

kelainan koagulasi dan akhirnya smpai pada perdarahan kelenjar adrenalin

(Hadinegoro, 1999).

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya

saat rejatan. Pada pasien dengan rejatan berat, volume plasma dapat berkurang

sampai 30% atau lebih. Bila rejatan hipovolemik yang terjadi akibat

kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi anoksia

jaringan, oksidasis metabolik dan kematian. Terjadinya rejatan ini biasanya

pada hari ke-3 dan ke-7 (Hadinegoro, 1999).

Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya

gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vascular, tromsitopenia

(trombosit < 100.000 / mm3), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya

faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen). Pembekuan

yang meluas pada intravascular (DIC) juga bisa terjadi saat rejatan.

Perdarahan yang terjadi seperti ptekiae, ekimosis, pupura, apistaksis,

25

Page 22: BAB II

perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal

(Hadinegoro, 1999).

E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF

dengan usia inkubasi antara 13 – 15 hari.

Adapun tanda dan gejala menurut WHO (1975) dalam Ngastiyah

(2002).

Demam mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari

1. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tornikuet positif, seperti

perdarahan pada kulit, ptekie, ekimosis, epistaksis, hematemesis, hematuri

dan melena

2. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)

3. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah

menurun (tekanan sitolik menjadi ≤80 mmHg dan diastolic ≤ 20 mmHg),

disertai kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari,

dan kaki. Perdarahan gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut (Rohim,

2002).

Selain timbul demam, perdarahan juga merupakan ciri khas Dengue

Haemoragic Fever. Gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai

pada penderita Dengue Haemoragic Fever adalah :

1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu

menelan.

26

Page 23: BAB II

2. Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare,

konstipasi)

3. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,

tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada

seluruh tubuh dan lain-lain.

4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah trombositopenia

(≤ 100.000 / mm3) dan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit ≤ 20 %)

(Hadinegoro, 1999)

Klasifikasi DHF

Berdasarkan patokan dari WHO (1999) DHF dibagi menjadi 4 derajat :

1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lainn, tanpa perdarahan spontan

Uji tourniquet (+) trombosit dan hemokonsentrasi

2. Derajat II

Derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah

rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.

4. Derajat IV

Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekana darah tak dapat di ukur.

27

Page 24: BAB II

F. Penatalaksanaan

Pada dasarnya pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif.

Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar pasien

dapat bertahan hidup. Pasien yang diduga kuat menderita demam berdarah

dengue harus dirawat di rumah sakit karena memerlukan pengawasan terhadap

kemungkinan terjadi syok atau perdarahan yang dapat mengacam keselamatan

jiwa pasien.

1) DHF tanpa renjatan

Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah dapat menyebabkan

pasien dehidrasi dan haus. Pada pasien ini harus diberi banyak minum,

yaitu 1,5 – 2 liter dalam waktu 24 jam. Dapat juga diberikan teh manis,

susu, sirup, dan bila perlu oralit. Cara pemberian ini secara sedikit demi

sedikit. Keadaan hiperpireksia di atasi dengan obat anti piretik dan

kompres dingin. Jika terjadi kejang maka harus luminal atau antikonvulsan

lainnya. Infuse diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien

terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam

terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat.

Hematokrit cenderung meningkat mencerminkan derajat kebocoran

plasma dan biasanya mendahului munculnya secara klinis perubahan

fungsi fital (hipotensi, penurunan tekanan nadi).

Sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya

hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF

harus diperiksa Ht, Hb, dan trombosit setiap hari mulai ketiga sakit sampai

28

Page 25: BAB II

demam telah turun 1 - 2 hari. Nilai Ht itulah yang menentukan pasien

perlu dipasang infus atau tidak.

2) DHF disertai renjatan (DSS)

Pasien yang mengalami renjatan atau syok harus segera di pasang

infuse karena sebagai pengganti cairan akibat kebocoran plasma. Cairan

yang biasa diberikan adalah ringer laktat, jika pemberi cairan itu tidak

dapat mengatasi maka harus diberikan plasma banyaknya pemberian

adalah 20 – 30 mm/kg BB. Pada pemberian pasien yang mengalami

renjatan berat maka pemberian cairan harus diguyur, dengan cara

membuka klem infus. Pada pasien dengan renjatan yang berulang-ulang

maka harus dipasang CVP (central venous pressure), yaitu pengaturan

vena sentral untuk menggukur tekanan vena sentral melalui safena magna

atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.

Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan pendarahan

gastrointesnial yang hebat kadang-kadang pendarahan gastrointestinal

dapat digunakan apabila nilai hemoglobin dan hemotokrit menurun

sedangkan pendarahannya sendiri tidak kelihatan.

G. Komplikasi

Adapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever adalah

1. Perdarahan

Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya

perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, danb

29

Page 26: BAB II

trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam

sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi

perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, ptekie, ekimosis dan

perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena.

2. Kegagalan Sirkulasi

DSS (Dengue Syok Syndrome) biasa terjadi sesudah hari ke 2 – 7

disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi

kebocoran plasma, effusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritonium,

hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan

berkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium, penurunan volume

sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan

sirkulasi dan penurunan perfusi organ.

Dengue Syok Syndrome juga disertai dengan kegagalan

homeostasis mengakibatkan aktifitas dan integritas system kardiovaskuler,

perfisi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan

terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan

irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan

meninggal dalam 12 – 24 jam.

3. Hepatomegali

Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan

nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel

kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limfosit yang lebih besar dan

lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.

30

Page 27: BAB II

4. Effusi Pleura

Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan

ekstravasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan

adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi

dispnea.

H. Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan

secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan

intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah

disusun dan mengevaluasi mutu yang telah dilaksanakan terhadap keluarga

(Effendy, 1998).

1. Pengkajian Keluarga

Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga

kedalam tahap-tahap meliputi identifikasi data, tahap dan riwayat

perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan

koping keluarga.

a. Mengidentifikasi Data

Data-data yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

keadaan pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun

sosial yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan untuk

mengatasinya (Friedman, 1998).

31

Page 28: BAB II

Pengumpulan data pada keluarga dengan DHF difokuskan

pada komponen-komponen yang berkaitan dengan DHF

b. Data Identitas

1) Umur

Resiko DHF umumnya terjadi pada anak < 15 tahun.Dan DHF juga

lebih sering menyerang anak – anak usia sekolah dasar, ini

dikarenakan mereka lebih senang bermain pada tempat-tempat

yang banyak tergenang oleh air. Anak usia sekolah rata – rata tidak

tahu penyebab dari penyakit DHF, ini diperburuk dengan para

orang tua tidak memperhatikan pola bermain mereka dan perilaku

membersihkan kamar serta kebiasaan menguras bak mandi.

2) Jenis Kelamin

Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin

penderita, tetapi DHF lebih banyak pada anak perempuan daripada

anak laki-laki (Hadinegoro, 1998).

3) Pekerjaan

Pekerjaan seperti di perkantoran lebih beresiko untuk menderita

DHF karena aktifitas mereka lebih sering di ruangan dan biasanya

banyak tumpukan kertas-kertas yang menjadi tempat bersarang

nyamuk.

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan

pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotor

32

Page 29: BAB II

dalam pengelolaan penderita DHF karena mereka tidak mengenal

tentang DHF dan akibatnya serta pentingnya fasilitas kesehatan.

5) Hubungan (Genogram)

DHF sangat dipengaruhi oleh banyaknya anggota yang tinggal

dalam satu rumah.

6) Latar Belakang Budaya

Kebiasaan yang mendukung adanya DHF adalah kebiasaan

perilaku, misalnya tidur di pagi hari jam 07.00 - 09.00, saat tidur

tidak memakai kelambu, kebiasaan membersihkan kamar dan

kamar mandi, menguras air bak mandi seminggu 2 x.

Tipe keluarga ini tipe keluarga inti yaitu suatu rumah tangga

yang terdiri dari suami, istri, dan anak.

c. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah

DHF adalah tahap perkembangan keluarga pra school,karena

kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat

tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur

waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami, istri,

dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu)dapat terpenuhi. Adapun

tugas perkembangan keluarga dangan anak pra sekolah

(Friedmann, 1998) adalah:

33

Page 30: BAB II

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti:rumah, ruang

bermain, privasi dan keamanan.

b) Mensosialisasikan anak

c) Mengintegrasikan anak

d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam

keluarga(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan

anak) & di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat ini An.E post opname penyakit DHF tapi setelah dirujuk

ke RS Panti Wiloso kesehatannya sudah membaik dan sudah boleh

dibawa pulang.Dirawat di RS selama 9 hari 8 malam.Setelah di

USG dan tes darah rutin baru ketahuan hasilnya (+) Demam

Berdarah.

DHF tidak ada kaitannya dengan penyakit yang lain misalnya

penyakit hipertensi, DM, dan lain – lain, karena penyakit DHF

kaitannya adalah dengan perilaku (perilaku yang sering tidur pagi

dari jam 7 - 10 pagi, tidak memakai kelambu,kebiasaan

membersihkan kamar mandi dan menguras bak mandi) meskipun

DHF adalah penyakit menular, namun penularan penyakit DHF

yaitu melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

34

Page 31: BAB II

d. Data Lingkungan

1) Kondisi rumah atau Karakteristik Rumah

Penyakit DHF sering terjadi di daerah perumahan yang

padat penduduknya. Faktor lingkungan yaitu kondisi geografis

(misalnya: ketinggian dari permukaan air laut, curah hujan, angin,

kelembaban, musim) dan kondisi demografi (misalnya: kepadatan,

morbilitas, adat istiadat, dan sosial ekonomi) (¶.Wantikirmanti dan

Ridwan Amiruddin Magister Epidemiologi FKM, paragraf 2,

wordpress.com,di akses pada tanggal 25 Juli 2008).

2) Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang

Lebih Luas

a) Perumahan dan Lingkungan Tempat Tinggal

Keadaan lingkungan di perumahan, Tn. A tinggal dilingkungan

yang padat, Tn. A tinggal di rumah no.2 dari pinggir jalan,

samping kanan keluarga pindahan dari Tlogosari

Wetan.Interaksi antara warga banyak dilakukan pada sore dan

malam hari.Tn.A juga aktif melakukan kegiatan arisan rutin di

RT dan kegiatan poskamling.

b) Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terjangkau (maka perlu

diperiksakan ke pelayanan kesehatan jika mengalami masalah

DHF)

35

Page 32: BAB II

c) Fasilitas Transportasi

Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap

kemampuan keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan

kesehatan.

d) Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial

Pengelolaan penderita DHF di keluarga sangat membutuhkan

peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan

kesehatan yang ada di masyarakat dengan cara memberikan

asuransi, JPKM, Askes, Askeskin, dll. Semuanya berperan

dalam pemberian edukasi,motivasi dan memonitor/mengontrol

perkembangan kesehatan penderita DHF di keluarga.

e. Struktur Keluarga

1) Pola Komunikasi

Adanya komunikasi yang terbuka antara anggota keluarga sehingga

untuk mengetahui masalah kesehatan DHF, dapat diketahui secara

dini.

2) Struktur Pengambilan Keputusan

Kekuasaan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan yang tepat untuk merawat anggota

keluarga yang sakit.

3) Peran

Peran kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan

keluarga terutama dalam penyediaan kebutuhan anggota keluarga

yang meliputi kebutuhan sandang,pangan,dan papan.

36

Page 33: BAB II

4) Nilai atau Norma

Nilai atau norma yang dianut oleh keluarga sangat berpengaruh

terhadap cara perawatan anggota keluarga yang sakit.

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Kekurangan perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang

sakit mengakibatkan penderita DHF tidak mendapatkan perawatan

dan pengobatan yang dibutuhkan, sehingga dapat menimbulkan

terjadinya komplikasi lebih lanjut.

2) Fungsi sosial

Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang DHF dan cara

penanggulangannya.

3) Fungsi Perawatan Keluarga

Pendidikan ataupun pengetahuan yang kurang mempunyai

kecenderungan lebih tinggi untuk menderita DHF (Friedman,

1998).

a) Mengenal Masalah Kesehatan

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DHf adalah salah

satu faktor penyebab karena apabila keluarga tidak mampu

mengenal masalah DHF, penyakit tersebut akan mengakibatkan

komplikasi yang lebih lanjut.

37

Page 34: BAB II

b)Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit DHF dikarenakan oleh ketidaktahuan tentang

penyakit, misalnya pengertian, penyebab, tanda gejala, cara

penularan dan cara pencegahan.

c) Memodifikasi Lingkungan

Ketidakmampuan keluarga memelihara dan memodifikasi

lingkungan dapat beresiko untuk dilihat dari kebiasaan keluarga

Tn.A yang senang menggantungkan pakaian.

38

Page 35: BAB II

I. Pathways Keperawatan

39

Permeabilitas vaskuler meningkat

Kebocoran plasma

VIRUS DENGUE

TERJADI VIREMIA

Hipovolemi

Syok Hipovolemi

Ht meningkatHipoproteinemiaEfusi serosaHiponatremi

Penumpukan ekstravaskuler +

rongga serosa

Pleura

Efusi

Dispnea

Pola nafas tidak efektif

Ht meningkat Viskositas

Aliran darah lambat

Suplai O2 jaringan

Gangguan perfusi jaringan

Demam akut

Keringat

Dehidrasi

Deficit volume cairan & elekrolit

Stimulasi RES

Hepatomegali

Mendesak rongga abdomen

Deficit volume cairan & elekrolit

Nafsu makan ↓

Ht meningkatHipoproteinemiaEfusi serosaHiponatremi

Defisit volume cairan & elektrolit

Hipertermi

Nyeri otot & sendi iskositas

Gangguan rasa nyaman, nyeri(Hadinegoro, 1999)

(Hidayat, 2002)(Mansjoer, Arief, 2000)

39

Page 36: BAB II

J. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan

intraseluler ke ektraseluler (kebocoran plasma dari endotel) (Carpenito,

1998).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

diharapkan defisit cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku yang perlu

untuk memperbaiki defisit cairan

b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluan

urine adekuat, tanda-tanda vita stabil, membran mukosa lembab, turgor

kulit baik.

Rencana tindakan :

a. Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-

tanda vital

Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan

cepat penyimpangan dari keadaan normalnya

b. Mengobservasi adanya tanda-tanda syok

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani

syok yang dialami pasien.

c. Memberikan cairan intravascular sesuai program dokter

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang

mengalamidefisit volume cairan dengan keadaan umum

40

Page 37: BAB II

yang buruk karena cairan langsung masuk ke dalam

pembuluh darah.

d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah

volume cairan tubuh.

e. Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolumik (riwayat

muntah, diare, kehausan, turgor jelek)

Rasional : Untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan, jika

haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami

syok.

f. Mengkaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan cairan di

rongga paru (effusi pleura) (Doenges, 2000)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam

diharapkan pola nafas menjadi efektif atau normal.

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

dalam rentang normal dan paru jelas dan bersih

b. Berpartisipasi dalam aktivitas atau perilaku peningkatan fungsi paru

41

Page 38: BAB II

Rencana tindakan :

a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada

Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi

peningkatan kerja nafas.

b. Auskultasi bunyi dan catat adanya bunyi nafas mengi, rochi

Rasional : Ronchi dan mengi menyertai obstruksi jalan nafas atau

kegagalan pernafasan.

c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

Rasional : Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan

memudahkan pernafasan, pengubahan posisi

meningkatkan pengisian udara segmen paru.

d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas

Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan

ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia.

e. Berikan oksigen tambahan

Rasional : Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen dalam

jaringan menurun (Doenges, 2000).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x 24 jam

diharapkan suplai oksigen ke jaringan adekuat.

Kriteria hasil : Menumjukkan peningkatan perfusi secara individual

misalnya status mentalbiasa atau normal, irama jantung

42

Page 39: BAB II

atau frekuensi dan nadi perifier dalam batas normal, tidak

ada sianosis dan kulit hangat

Rencana tindakan :

a. Auskultasi frekuensi dan irama jantung, catat adanya bunyi nafas

ekstra

Rasional : Tachikardi sebagai akibat hipoksemia kompensasi upaya

peningkatan alliran darah dan perfusi jaringan, gangguan

irama berhubungan dengan hipoksemia,

ketidakseimbangan eletrolit. Adanya bunyi jantung

tambahan terlihat sebagai peningkatan kinerja jantung

b. Observasi perubahan status mental

Rasional : Gelisah, bingung, disorientasi dapat menunjukkan

gangguan aliran darah serta hipoksia

c. Obsevasi warna dan suhu kulit atau membrane mukosa

Rasional : Kulit pucat atau sianosis, kuku, membran bibir, atau lidah

dingin menunjukkan vasokontruksi perifer (syok) atau

gangguan aliran darah perifer.

d. Ukur haluaran urine dan catat berat jenis urine

Rasional : Syok lanjut atau penurunan curah jantung menimbulkan

penurunan perfusi ginjal. Dimanifestasikan oleh

penurunan haluaran uerine dengan berat jenis normal atau

meningkat.

43

Page 40: BAB II

e. Berikan cairan intra vena atau peroral sesuai indikasi

Rasional : Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan

hiperviskositas darah (potensial pembentukan thrombus)

atau mendukung volume sirkulasi atau perfusi jaringan.

4. Hipertemia berhubungan dengan viremia (Hidayat, 2002).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1 x 24 jam

diharapkan temperatur suhu tubuh dalam batas normal (360 -370

C)

Kriteria hasil :

a. Klien tidak menunjukkan kenaikan suhu tubuh

b. Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 C)

Rencana tindakan :

a. Ukur tanda-tanda vital terutama suhu

b. Anjurkan keluarga dalam pengaturan suhu

c. Tingkatkan intake cairan

d. Berikan terapi untuk menurunkan suhu

5. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses patologis

(viremia) (Hidayat, 2002).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x 24 jam

diharapkan nyeri berkurang atau hilang.

44

Page 41: BAB II

Kriteria hasil :

a. Rasa nyaman pasien terpenuhi

b. Nyeri berkurang atau hilang

Rencana tindakan :

a. Mengkaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan skala nyeri (0 –

10), tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respon pasien terhadap

nyeri.

Rasional : Untuk mengetahui berat nyeriyang dialami pasien

b. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap

nyeri

Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat

dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah

klien.

c. Memberikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang

terang

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

d. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien

dari rasa nyeri

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain, pasien dapat sedikit

melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami

e. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan

teman-teman atau orang terdekat

45

Page 42: BAB II

Rasional : Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat atau

teman membuat pasien bahagia dan dapat mengalihkan

perhatiannya terhadap nyeri

f. Memberikan obat analgetik (kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri

pasien

6. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia (Doenges, 2000).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x 24 jam

diharapkan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan

porsi yang dibutuhkan atau diberikan

Rencana tindakan :

a. Mengkaji keluhan mual dan muntah yang dialami pasien

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya

b. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah

c. Menjelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit

Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi

sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat

46

Page 43: BAB II

d. Mencatat jumlah atau porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien

setiap hari

Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nuutrisi pasien

e. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Nutrisi parental sangat bermanfaat atau dibutuhkan pasien

terutama jika intake peroral sangat kurang

f. Mengukur berat badan pasien setiap hari

Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

g. Memberikan obat-obat antasida (antiemetik) sesuai program dokter

Rasional : Obat antasida (antiemetik) membantu pasien mengurangi

rasa mual dan muntah, dengan pemberian tersebut

diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

47

Page 44: BAB II

Pathway Keluarga

484

EtiologiNyamuk Aedes Aegypty

Post Opname DB

CemasCemasBingung

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang

tepat

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Ansietas

Kurang pengetahuan

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit

Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang ada

48