BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Motivasiialah suatu konsep yang menguraikan
tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang memulai
dan mengarahkan perilaku. (Gibson). Motivasi adalah keinginan untuk
berusaha atau berupaya sekuat tenaga untuk mencapai tujuan
organisasi yang dikondisikan atau ditentukan oleh kemampuan
usaha/upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. (Stephen
P. Robinson) Dari dua batasan atau definisi tersebut pada intinya
adalah mempunyai kesamaan pengertian walaupun ada perbedaan
redaksional. Motivasi secara umum berkaitan dengan usaha untuk
memenuhi semua tujuan sehingga fokus pembahasan dipersempit pada
tujuan organisasional supaya dapat merepleksikan perhatian kita
pada perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan. Dalam
batasan/definisi tersebut didapat tiga elemen kunci, yaitu: usaha
tujuan, organisasi, dan kebutuhan. Manajemen sumber daya manusia
(SDM) bukanlah sesuatu yang baru di lingkungan suatu organisasi,
khususnya usaha di bidang bisnis atau perusahaan. Usaha manusia
untuk bekerjasama secara sistematik dalam arti sengaja, berencana
dan terarah pada suatu atau beberapa tujuan organisasi, sulit
ditelusuri usianya atau sejak kapan aktivitas ini dimulai atau
diawali. Artinya, pengembangan kualitas sumber daya manusia yang
ada dan terbatas akan terus menjadi perhatian serius dan
disempurnakan untuk mencapai hal-hal yang diidealkan sebuah
organisasi atau perusahaan. Dalam pengelolaan organisasi seorang
manajer harus mempertimbangkan suatu motivasi yang berbeda untuk
sekelompok orang, yang dalam banyak hal tidak dapat diduga
sebelumnya. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan perilaku,
dalam hal ini beberapa hal berkaitan dengan titik tolak individu
yaitu kebutuhan dan tujuan. Setiap anggota organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi timbul adanya perasaan kepuasan kerja
dan ketidak puasan. Oleh karena itulah setiap pimpinan atau manajer
suatu organisasi perlu menciptakan suatu iklim yang sehat secara
etis bagi anggotanya atau pegawainya, dimana mereka melakukan
pekerjaan secara maksimal dan produktif.Hal ini sudah barang tentu
adanya perilkau individu dalam organisasi yang merupakan interaksi
antara karakteristik individu dan karakteristik organisasi
(Thoha.1998). Perilaku organisasi merupakan suatu perilaku terapan
yang dibangun atas sumbangan dari sejumlah disiplin perilkau,
seperti yang menonjol psokologi, sosiologi, psikologi sosial,
antropologi dan ilmu politik (Robbins.2001). sedangkan yang
menyangkut kepuasan kerja (jobsatisfaction) merupakan yang
disumbangkan dalam psikologi. Selain itu diperluas juga yang
mencangkup pembelajaran, persepsi, kepribadian, pelatihan,
keefektifan kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasi, proses
pengambilan keputusan, penilaian kinerja, pengukuran sikap, teknik
seleksi pegawai, desain pekerjaan dan stres kerja.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui
pengertianmotivasikerja.b. Untuk mengetahui teori-teori motivasi.c.
Untuk mengetahuiteori kepuasaan kerja dalam organisasi
BAB IITINJAUAN TEORI
A. Motivasi1. Pengertian motivasi Motivasi menurut Luthans
(1992) berasal dari kata latinmovere,artinya bergerak. Motivasi
merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya kekurangan
psikologis atau kebutuhan yang menimbulkan suatu dorongan dengan
maksud mencapai suatu tujuan atau insentif. Pengertian proses
motivasi ini dapat difahami melalui hubungan antara kebutuhan,
dorongan dan insentif (tujuan). Motivasi di dalam dunia kerja
adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan kerja.
Menurut Asad (2004) motivasi kerja dalam psikologi karya biasa
disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi
seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya.
Menurut Martoyo (2000) motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan
dorongan atau semangat kerja. Menurut Gitosudarmo dan Mulyono
(1999) motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu
motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong
perilaku seseorang. Motivasi dan dorongan kepada karyawan untuk
bersedia bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama ini
terdapat dua macam yaitu :a. Motivasi Finansial adalah dorongan
yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada
karyawan.b. Motivasi nonfinansial adalah dorongan yang diwujudkan
tidak dalam bentuk finansial/uang, akan tetapi berupa hal-hal
seperti penghargaan, pendekatan manusia dan lain lain.
2. Teori-teori motivasi Teori motivasi bervariasi, yaitu menurut
isi motivasi dan proses motivasi. Teori yang berhubungan dengan
pengidentifikasian isi motivasi berkaitan dengan apa yang
memotivasi tenaga kerja. Sedangkan teori proses lebih berkaitan
dengan bagaimana proses motivasi berlangsung. Sehingga dalam modul
2 ini akan dibahas delapan teori motivasi, empat teori dari teori
motivasi isi, yaitu: teori tata tingkat-kebutuhan, teori
eksistensi-relasi-pertumbuhan, teori dua faktor, teori motivasi
berprestasi, dan empat teori motivasi proses, yaitu: teori
penguatan, teori tujuan, teoriexpectacy, dan teoriequity.Kedelapan
teori ini akan memberikan kontribusi tentang motivasi kerja. a.
Teori Motivasi Isi1) Teori Tata Tingkat-Kebutuhan Setiap individu
memilikineeds(kebutuhan, dorongan intrinsic dan ekstrinsic factor),
yang pemunculannya sangat terkait dengan dengan kepentingan
individu. Dengan kenyataan ini, kemudian Maslow membuat need
hierarchy theory untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan
manusia. Bagitu juga individu sebagai karyawan tidak bisa
melepaskan diri dari kebutuhan-kebutuhannya.Menurut Maslow,
kebutuhan-kebutuhan manusia dapat digolongkan dalam lima tingkatan
sebagai berikut:a) Physiological needs(kebutuhan bersifat
biologis). Merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar.
Contohnya: kita memerlukan makan, air, dan udara untuk hidup.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat primer, karena
kebutuhan ini telah ada sejak lahir. Jika kebutuhan ini tidak
dipenuhi, maka individu berhenti eksistensinya.b) Safety
needs(kebutuhan rasa aman). Merupakan kebutuhan untuk merasa aman
baik secara fisik maupun psikologis dari gangguan. Apabila
kebutuhan ini diterapkan dalam dunia kerja maka individu
membutuhkan keamanan jiwanya ketika bekerja.c)
Socialneeds(kebutuhan-kebutuhan sosial). Manusia pada dasarnya
adalah makhluk sosial, sehingga mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan
sosial, sehingga mereka mempunyai kebutuhan-kebutuhan sosial
sebagai berikut:(1) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang
lain di mana ia hidup dan bekerja(2) Kebutuhan akan perasaan
dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting(3)
Kebutuhan untuk dapat berprestasi(4) Kebutuhan untuk ikut
serta(sense of participation)d) Esteemneeds(kebutuhan akan harga
diri). \ Penghargaan meliputi faktor internal, sebagai contoh,
harga diri, kepercayaan diri, otonomi, dan prestasi; dan faktor
eksternal, sebagai contoh, status, pengakuan, dan perhatian. Dalam
dunia kerja, kebutuhan harga diri dapat terungkap dalam keinginan
untuk dipuji dan keinginan untuk diakui prestasi kerjanya.
Keinginan untuk didengar dan dihargai pandangannya.e) Self
Actualization. Kebutuhan akan aktualisasi diri, termasuk kemampuan
berkembang, kemampuan mencapai sesuatu, kemampuan mencukupi diri
sendiri. pada tingkatan ini, contohnya karyawan cenderung untuk
selalu mengembangkan diri dan berbuat yang terbaik. Maslow
memisahkan kelima kebutuhan sebagai tingkat tinggi dan tingkat
rendah. Kebutuhan tingkat rendah, kebutuhan yang harus dipuaskan
pertama kali adalah kebutuhan fisiologi. Kemudian kebutuhan itu
diikuti oleh kebutuhan keamanan, sosial dan kebutuhan penghargaan.
Di puncak dari hirarki adalah kebutuhan akan pemenuhan diri
sendiri. Setiap kebutuhan dalam tata tingkat tersebut harus
dipuaskan menurut tingkatannya. Ketika kebutuhan telah terpuaskan,
maka kebutuhan berhenti memotivasi perilaku, dan kebutuhan
berikutnya dalam hirarki selanjutnya akan mulai memotivasi
perilaku. Dalam dunia kerja, orang sewaktu kerja melakukan usaha
untuk memenuhi kebutuhan paling rendah yang belum terpuaskan.
2) Teori Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan Teori ERG adalah
siangkatan dariExistence, Relatedness, danGrowth needs, yang
dikembangkan oleh Alderfer, yang merupakan suatu modifikasi dan
reformulasi dari teori tata tingkat kebutuhan dari Maslow.Alderfer
berargumen bahwa ada tiga kelompok kebutuhan inti, yaitu:a)
Kebutuhan eksistensi (existence needs), merupakan kebutuhan akan
substansi material, seperti keinginan untuk memperoleh makanan,
air, perumahan, uang, mebel, dan mobil. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan fisiological dan rasa aman dari Maslow.b) Kebutuhan
hubungan (relatedness needs), merupakan kebutuhan untuk memelihara
hubungan antarpribadi yang penting. Individu berkeinginan untuk
berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain yang dianggap
penting dalam kehidupan mereka dan mempunyai hubungan yang bermakna
dengan keluarga, teman dan rekan kerja. Kebutuhan ini mencakup
kebutuhan sosial dan dan bagian eksternal dariesteem(penghargaan)
dari Maslow.c) Kebutuhan pertumbuhan(growth needs), merupakan
kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan
kecakapan mereka secara penuh. Selain kebutuhan aktualisasi, juga
termasuk bagian intrinsik dari kebutuhan harga diri Maslow.Teori
ERG mengandung suatu dimensi frustasi-regresi. Dalam teori ERG,
dinyatakan bahwa apabila suatu tingkat kebutuhan dari urutan
tertinggi terhalang, akan terjadi hasrat individu untuk
meningkatkan kebutuhan tingkat lebih rendah. Sebagai contoh,
ketidakmampuan memuaskan suatu kebutuhan akan interaksi sosial,
akan meningkatkan keinginan untuk memiliki banyak uang atau kondisi
yang lebih baik. Jadi frustasi (halangan) dapat mendorong pada
suatu kemunduran yang lebih rendah.
3) Teori dua faktor Penelitian Herzberg menghasilkan dua
kesimpulan khusus mengenai teori tersebut yaitu:a) Serangkaian
kondisi ekstrinsik, yaitu kondisi kerja ekstrinsik seperti
upahdankondisi kerja tersebut bersifat ekstren tehadap pekerjaan
sepeti: jaminan status, prosedur, perusahaan, mutu supervisi dan
mutu hubungan antara pribadidiantara rekan kerja, atasan dengan
bawahan.b) Serangkaian kondisi intrinsik, yaitu kondisi kerja
intrinsik seperti tantangan pekerjaan atau rasa berprestasi,
melakukan pekerjaan yang baik, terbentuk dalam pekerjaan itu
sendiri. Faktor-faktor dari rangkaian kondisi intrinsik dsebut
pemuas atau motivator yang meliputi: prestasi (achivement),
pengakuan (recognation), tanggung jawab (responsibility), kemajuan
(advencement), dan kemungkinan berkembang (the possibility of
growth). Herzberg (dalam Kreitner & Kinicki, 2004) membedakan
dua faktor yang mempengaruhi motivasi para pekerja dengan cara yang
berbeda, faktor motivator dan faktor hygiene. Faktor motivasi
mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi pekerjaan, yang
merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan, yaitu: tanggung jawab,
kemajuan, pekerjaan itu sendiri, pencapaian prestasi, dan
pengakuan. Herzberg menyatakan ini sebagai faktor motivator.
Dinamakan sebagai faktor motivator, karena masing-masing
diasosiasikan dengan usaha yang keras dan kinerja yang bagus.
Motivator menyebabkan seseorang bergerak(move)dari keadaan tidak
puas kepada kepuasan. Oleh karena itu Herzberg memprediksikan bahwa
manajer dapat memotivasi individu dengan memasukkan motivator ke
dalam pekerjaan individu.4) Teori Motivasi Berprestasi Menurut
David McClelland (dalam Anoraga & Suyati, 1995) ada tiga macam
motif atau kebutuhan yang relevan dengan situasi kerja, yaitu:a)
The need for achievement (nAch),yaitu kebutuhan untuk berprestasi,
untuk mencapai sukses.b) The need for power (nPow),kebutuhan untuk
dapat memerintah orang lain.c) The need for affiliation
(nAff),kebutuhan akan kawan, hubungan akrab antar pribadi.
b. Teori Motivasi Proses1) Teori Penguatan(Reinforcement
Theory)Teori penguatan menggunakan pendekatan tingkah laku.
Penganut teori ini memandang tingkah laku sebagai akibat atau
dipengaruhi lingkungan. Keadaan lingkungan yang terus berulang akan
mengendalikan tingkah laku. Jewell dan Siegall (1998) menjelaskan
lebih lanjut model dari penguatan, yaitu melalui tiga prinsip:a)
Orang tetap melakukan hal-hal yang mempunyai hasil yang memberikan
penghargaanb) Orang menghindari melakukan hal-hal yang mempunyai
hasil yang memberikan hukumanc) Orang akhirnya akan berhenti
melakukan hal-hal yang tidak mempunyai hasil yang memberikan
penghargaan ataupun hukuman.2) Teori Penetapan Tujuan(Goal Setting
Theory) Teori ini dikemukakan oleh Locke (dalam Berry, 1998). Locke
berpendapat bahwa maksud-maksud untuk bekerja kearah suatu tujuan
merupakan sumber utama dari motivasi kerja. Artinya, tujuan
memberitahukan karyawan apa yang perlu dikerjakan dan betapa banyak
upaya akan dihabiskan. Lebih tepatnya teori penetapan tujuan
mengenal bahwa tujuan yang khusus dan sulit menghantar kepada
kinerja yang lebih tinggi. Menurut Berry (1998) lima komponen dasar
tujuan untuk meningkatkan tingkat motivasi karyawan, yaitu:a)
tujuan harus jelas (misalnya jumlah unit yang harus diselesaikan
dalam satu jam)b) tujuan harus mempunyai tingkat kesulitan menengah
sampai tinggic) karyawan harus menerima tujuan itud) karyawan harus
menerima umpan balik mengenai kemajuannya dalam usaha mencapai
tujuan tersebute) tujuan yang ditentukan secara partisipasif lebih
baik dari pada tujuan yang ditentukan begitu saja.3) Teori
Harapan(Expectancy Theory)Pertama kali dikemukakan oleh Heider
(dalam Asad, 2004). Pendekatan teori harapan mengenai performance
kerja dirumuskan P: performance, M: motivationdan A:ability. Konsep
ini akhirnya sangat populer sehingga rumusan kognitif sudah banyak
sekali variasinya. Di antara berbagai variasi terdapat beberapa
model yang dapat Kita kaji diantaranya:a) Model Vroomian Model
harapan dari Vroom tentangmotivasidanability.b) Model Lawler dan
PorterLawler dan Porter dalam menjelaskan motivasi berdasarkan
ketiga komponen sebagai berikut:Performancemerupakan hasil
interaksi perkalian darieffort, abilitydanrole perception. (1)
Effortadalah banyaknya energi yang dikeluarkan karyawan dalam
situasi tertentu.(2) Abilityadalah karakteristik individual seperti
intelegensi,manual skill, traitsyang merupakan kekuatan potensial
seseorang untuk berbuat dan sifatnya relatif stabil.(3) role
perceptionadalah kesesuaian antara effort yang dilakukan seseorang
dengan pandangan evaluator atau atasan langsung tentangjob
requirementnya.4) Teori Keadilan(Equity Theory) Teori keadilan dari
Adam menunjukkan bagaimana upah dapat memotivasi. Individu dalam
dunia kerja akan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain.
Apabila terdapat ketidakwajaran akan mempengaruhi tingkat usahanya
untuk bekerja dengan baik. Ia membuat perbandingan sosial dengan
orang lain dalam pekerjaan yang dapat menyebabkan mereka merasa
dibayar wajar atau tidak wajar. Perasaan ketidakadilan
mengakibatkan perubahan kinerja. Menurut Adam, bahwa keadaan
tegangan negatif akan memberikan motivasi untuk melakukan sesuatu
dalam mengoreksinya. Teori keadilan mempunyai empat asumsi dasar
sebagai berikut:a) Orang berusaha menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi keadilanb) Jika dirasakan adanya kondisi
ketidakadilan, kondisi ini menimbulkan ketegangan yang memotivasi
orang untuk menguranginya atau menghilangkannyac) Makin besar
persepsi ketidakadilannya, makin besar memotivasinya untuk
bertindak mengurangi kondisi ketegangan itu.d) Orang akan
mempersepsikan ketidak yang tidak menyenangkan (misalnya menerima
gaji yang terlalu sedikit) lebih cepat daripada ketidakadilan yang
menyenangkan (misalnya, mendapat gaji yang terlalu besar) Prinsip
teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak
atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu
situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan
orang lain yang sekelas, sekantor maupun tempat lain.
B. Kepuasan Kerja 1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja
merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih
antara banyaknya ganjaran yang diterima dengan banyaknya yang
mereka yakini untuk seharusnya diterima. Keith Davis dalam
Mangkunegara, mengemukakan: Job satisfaction is the favorableness
or unfavorbleness with which employees view their work. Kepuasan
kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami
pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan, Wexley dan Yulk
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai Is the way an employee feels
about his or her job atau cara pegawai merasakan dirinya atau
pekerjaannya. Berdasarkan pendapat di atas, maka kepuasan kerja
merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak pada diri
pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi
dirinya. Tiffin (1958) dalam Asad menambahkan, kepuasan kerja
berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya
sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan sesama
karyawan. Blum (1956) mengemukakan kepuasan kerja adalah sikap umum
yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap
faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial
individual di luar kerja . Secara detail dari sejumlah
penyelidikan, menurut Anoraga terdapat beberapa definisi kepuasan
kerja, diantaranya: a) Kepuasan kerja merupakan penilaian dari
pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan
memuaskan kebutuhannya (Robert Hoppecl New Hope Pensyvania). b)
Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan
sesama karyawan (Tiffin). c) Kepuasan kerja merupakan sikap umum
yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap
faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial
individu di luar kerja (Blum). d) Kepuasan kerja pada dasarnya
adalah Security feeling (rasa aman) dan mempunyai segi-segi: (1)
Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial);(2) Segi sosial
psikologi, diantaranya: kesempatan untuk maju, kesempatan
mendapatkan penghargaan, berhubungan dengan masalah pengawasan
serta berhubungan pergaulan antara karyawan dengan karyawan dan
antara karyawan dengan atasannya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai, dapat ditengarahi dari
beberapa hal, antara lain: a. Faktor Pegawai , yaitu kecerdasan
(IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik,
pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara
berfikir, persepsi dan sikap kerja. b. Faktor Pekerjaan , yaitu
jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan),
kedudukan, mutu pengawasan, jaminan financial, kesempatan promosi
jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja. Harold E. Burt, juga
mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang ikut menentukan
kepuasan kerja, yaitu:1) Faktor hubungan antar karyawan, antara
lain: a) Hubungan langsung antara manajer dengan karyawan b) Faktor
psikis dan kondisi kerja c) Hubungan social diantara karyawan d)
Sugesti dari teman sekerja e) Emosi dan situasi kerja 2)
Faktor-faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan: a) Sikap
b) Umur c) Jenis kelamin 3) Faktor-faktor luar, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan: a) Keadaan keluarga karyawan b) Rekreasi c)
Pendidikan.
3. Teori-Teori Kepuasan Kerja Menurut Wexley & Yulk
disebutkan Asad dalam bukunya berjudul Organisational Behavior and
Personnel Psychology , teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga
macam yang lazim dikenal, yaitu: a. Discrepancy Theory Teori ini
pertama kali dipelopori oleh Porter (1961). Porter mengukur
kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa
yangseharusnya dengan kenyataan yang dirasakan ( Difference between
how much of something there should be and how much there is now).b.
Equity Theory Equity theory dikembangkan oleh Adams (1963). Adapun
pendahulu dari teori ini adalah Zaleznik (1958) dikutip dari Locke
(1969). Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas
atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (
equity ) atau tidak puas atas situasi. Perasaan equity dan inequity
atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan
dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat
lain.c. Two Factor Theory Prinsip dari teori ini adalah bahwa
kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) itu
merupakan dua hal yang berbeda (Hezberg, 1966). Artinya kepuasan
kerja dan ketidak puasan terhadap pekerjaan itu merupakan suatu
variable yang kontinyu. Sedangkan, menurut Anwar Prabu Mangkunegara
teori-teori kepuasan kerja, antara lain: 1) Teori Keseimbangan
(Equity Theory) Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai
merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya
dengan perbandingan input-outcome pegawai lain (comparison person
). 2) Teori Perbedaan (Discrepancy Theory) Teori ini pertama kali
diperoleh oleh Porter. Ia berpendapat bahwa untuk mengukur kepuasan
dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara hal yang
seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai.3) Teori
Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory) Menurut teori ini,
kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapatkan
sesuatu yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai
terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begitu pula
sebaliknya, apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu
akan merasa tidak puas. 4) Teori Pandangan Kelompok (Social
Reference Group Theory) Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai
bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat
bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para
pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut
oleh pegawai dijadikan tolok ukur untuk menilai dirinya maupun
lingkungannya. Jadi, pegawai akan merasa puas apabila pekerjaan
yang dikerjakannya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang
diharapkan oleh kelompok acuan. 5) Teori Dua Faktor dari Hezberg
Teori dua faktor dikembangkan oleh Federick Hezberg. Ia menggunakan
teori Abraham Maslow sebagai titik acuanya. Penelitian Hezberg
diadakan dengan melakukan wawancara terhadap subjek insinyur dan
akuntan. Setiap subjek diminta menceritakan kejadian yang dialami
oleh mereka, baik yang menyenangkan (memberikan kepuasan) maupun
yang tidak menyenangkan atau tidak memberi kepuasan, kemudian
dianalisis dengan analisis isi (content analysis) untuk menentukan
faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan atau ketidak puasan. 6)
Teori Pengharapan (expentancy theory) Teori pengharapan
dikembangkan oleh Victor H. Vroom. Kemudian teori ini diperluas
oleh Porter dan Lawler. Sedangkan, Keith Davis (1985:65)
mengemukakan: Vroom explains that motivation is a product of how
much one wants something and ones estimate of the probability that
a certain action will lead to it. Vroom menjelaskan bahwa, motivasi
merupakan suatu produk dari cara seseorang menginginkan sesuatu dan
penaksiran seseorang tersebut memungkinkan aksi tertentu yang akan
menuntunnya. Peryataan tersebut, berhubungan dengan rumus, berikut:
Keterangan:a) Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk
mencapai sesuatu. b) Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu
dengan aksi tertentu.c) Motivasi merupakan kekuatan dorongan yang
mempunyai arah pada tujuan tertentu.
C. Hubungan Kepuasan dengan Motivasi Kerja Karyawan Kekuatan
Motivasi = fungsi (drive x habit) Cukup penting untuk memahami
hubungan dan membedakan konsep kepuasan kerja dengan motivasi kerja
karyawan, karena seringkali istilah tersebut dicampuradukkan.
Raymond B. Cattel menyatakan bahwa konsep motivasi berkaitan erat
dengan konsep pencapaian atau pemuasan tujuan (sintality ), yaitu
apabila individu memiliki motivasi atau mendapat dorongan (drive ),
maka ia sebenarnya berada dalam kondisi yang tidak seimbang ( a
state of diequilibrium ). Namun, sebaliknya jika dorongan tersebut
diperoleh dari unsur kepuasan, maka individu tersebut akan berada
pada posisi yang benar-benar seimbang ( a state of equilibrium
).Keadaan seimbang ( condition of balancing ), pada mulanya
diperoleh pada saat individu mampu mencapai sesuatu tujuan yang
benar-benar dicita-citakan atau ingin dicapai, hingga rasa kepuasan
itu hadir dan mampu dirasakan. Akan tetapi, kemudian
keinginan-keinginan ( drive of need ) tersebut beralih ke arah
pencapaian tujuan lain yang lebih tinggi. Chris Argyris menyatakan,
maksud pemuasan tujuan bukanlah untuk mencapai tingkat kepuasan
maksimal, melainkan bentuk kepuasan ideal. Jika keinginan yang
dicapai individu pada level kepuasan maksimal, maka yang terjadi
justru disharmonisasi antar individu dalam unit kerja. Keadaan
demikian, juga dapat menghalangi pecapaian dan harapan-harapan
perusahaan.Menurut teori kebutuhan, individu akan termotivasi untuk
melakukan aktivitas apabila ia mengingkan sesuatu berdasarkan
tingkat kepuasan yang ingin dicapai dalam hidupnya. Terdapat
berbagai macam teori kebutuhan yang berbeda pada individu,
sehubungan dengan level keinginan atau kepuasan yang ingin dicapai.
Teori Motivasi Berlandaskan Kebutuhan Kebanyakan pekerja atau
karyawan mengembangkan perasaan-perasaan mereka, terhadap berbagai
macam aspek pekerjaan seperti terhadap: 1. Imbalan (gaji) yang
diterim2. Supervisi yang dialami dan dirasakan3. Peluang-peluang
untuk meraih promosi dan sebagainya, yang dapat diklasifikasikan
sebagai sikap-sikap ( attitude ). Sikap atau tindakan-tindakan
merupakan reaksi afektif, kognitif dan behavioral yang saling
melengkapi. Sementara, sikap yang paling sering diaktualisakan
adalah hal-hal yang bermuatan afektif ( emotional ). Aspek attitude
( behavioral ) karyawan terhadap berbagai riset yang didesain untuk
Kebutuhan (deprivasi ) Dorongan ( drive ) atau ketegangan untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Kepuasan dan berkurangnya dorongan karena
kepuasan akan kebutuhan yang telah tercapai. Tindakan (perilaku)
yang diarahkan ke tujuan. mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi
dan menghambat pekerjaan individu, seringkali dinamakan faset-faset
kepuasan kerja. Kepuasan merupakan sebuah kondisi akhir ( and state
), yang timbul karena tujuan tertentu tercapai. Kondisi tersebut,
berupa reaksi afektif karyawan tentang aspek-aspek dari situasi
kerja. Sedangkan, motivasi terutama berkaitan dengan keinginan
individu dan bagaimana kondisi tersebut dapat terpenuhi dalam
situasi kerja yang nyaman. Kepuasan kerja juga merupakan suatu
proses pencapaian tingkat motivasi karyawan, untuk lebih bisa
produktif dalam bekerja dan merupakan bentuk kekaryaan karyawan
yang didorong oleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan-kebutuhan pekerja yang mampu terpenuhi dengan baik,
merupakan stimulus yang dapat menggerakkan untuk dapat bekerja
secara nyaman dan maksimal.
BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan Salah satu aspek dalam meningkatkan
kinerja karyawan ialah pemberian motivasi (daya perangsang) kepada
karyawan, dengan istilah populer sekarang pemberian kegairahan
bekerja kepada karyawan. Telah dibatasi bahwa memanfaatkan karyawan
yang memberi manfaat kepada perusahaan. Ini juga berarti bahwa
setiap karyawan yang memberi kemungkinan bermanfaat ke dalam
perusahaan, diusahakan oleh pimimpin agar kemungkinan itu menjadi
kenyataan. Usaha untuk merealisasi kemungkinan tersebut ialah
dengan jalan memberikan motivasi. Motivasi ini dimaksudkan untuk
memberikan daya perangsang kepada karyawan yang bersangkutan agar
karyawan tersebut bekerja dengan segala daya dan upayanya (Manulang
, 2002). Bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang
seseorang yang bersifat positif maupun negatif tentang
pekerjaannya. Yang sudah barang tentu akan mempengaruhi perilaku
organisasi, termasuk ketidakpuasan kerjaBahwa kepuasan nerja
berkaitan dengan organisasi pendidikan akan terlihat
darioutcomeatau produktivitas pendidikan yang diperoleh memuaskan
atau tidak memuaskan sehingga sudah barang tentu akan mempengaruhi
juga perilaku organisasi pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, S & Suyati, S.1995.Psikologi Industri dan Sosial.
Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Asad, M. 2004.Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. Edisi
Ke-empat
Berry, M.L. 1998.Psychology at Work: an Introduction to Industri
and Organizational Psychology.McGraw-Hill Book Co. Boston.
Jewell & Siegall. 1998.Contemporary
Industrial/Organizational Psychology.Dialih Bahasakan oleh
Danuyasa. Psikologi Industri/Organisasi Modern; Psikologi Terapan
untuk Mememecahkan Berbagai masalah di tempat Kerja, Perusahaan,
Industri, dan Organisasi.
Kreitner & Kinicki. 2004.Organizational Behavior.6-th ed.
Mc. Graw-Hill Companies, Inc.
Luthans, F. 1992.Organizational Behavior. 6-th ed. Mc. Graw-Hill
International Book Co-Singapore.
Hick, Herbert G dan Gullet GR (1996),Organisasi Teori dan Tingka
Laku.Jakarta, Bumi Aksara
Munandar, A. S. 2001.Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:
UI Press.
Indrawijaya, Adam (2000),Perilaku Organisasi. Bandung, Sinar
Baru Algesindo
Robbins, Stephen P (1994),Teori Organisasi Struktur, Desain
& Aplikasi. Jakarta, Arcen
Syarief, Miftah (2000),Desentralisasi Pendidikan dan Otonomi
Daerah, Jakarta, Sekretariat Jenderal Depdiknas
Thoha, Miftah (1998),Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada
Tilaar (1999),Manajemen Pendidikan Nasional.Bandung, PT.Remaja
Rosda Karya
Winardi (1992),Manajemen Perilaku Organisasi.Bandung, PT.Citra
Aditya Bakti
http://aniatih.blogspot.com/2013/05/teori-motivasi-dan-kepuasan-kerja-dalam.html