BAB I PENDAHULUAN 1.1 Teori Dasar Pengujian Bahan 1.1.1 Pengujian Bahan A. Pengujian Destructive Sesuai dengan namanya pengujian ini bersifta merusak bahan yang diuji sehingga bahan yang diuji akan rusak atau cacat. Bahan yang diuji adalah bahan yang telah memenuhi bentuk dan jenis secara internasional. Umumnya ada beberapa pengujian destruktif yaitu: a. Pengujian Kekerasan Pengujian ini dilakukan dengan dua pertimbanagn yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki spesifikasi kualitas tertentu. Berdasarkan pemakaianya dibagi menjadi: 1. Pengujian kekerasan dengan penekanan (indentation test) Pengujian ini dilakukan merupakan pengujian kekerasan terha-dap bahan logam dimana dalam menentukan kekerasaannya deilakukan dengan cara menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji sebagai reaksi dari pembebanan tekan. 2. Pengujian kekerasan dengan goresan (sratch test) Merupakan pengujian kekerasan terhadap material dimana dalam menentukan kekerasannya dilakukan dengan mencari perban-dingan dari bahan yang menjadi standart. Contohnya adalah pengujian metode MOH’S. 3. Pengujian kekerasan dengan cara dinamik (dynamic test)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Teori Dasar Pengujian Bahan1.1.1 Pengujian Bahan
A. Pengujian Destructive
Sesuai dengan namanya pengujian ini bersifta merusak bahan yang diuji
sehingga bahan yang diuji akan rusak atau cacat. Bahan yang diuji adalah bahan yang
telah memenuhi bentuk dan jenis secara internasional.
Umumnya ada beberapa pengujian destruktif yaitu:
a. Pengujian Kekerasan
Pengujian ini dilakukan dengan dua pertimbanagn yaitu untuk mengetahui
karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material
memiliki spesifikasi kualitas tertentu. Berdasarkan pemakaianya dibagi menjadi:
1. Pengujian kekerasan dengan penekanan (indentation test)
Pengujian ini dilakukan merupakan pengujian kekerasan terha-dap bahan
logam dimana dalam menentukan kekerasaannya deilakukan dengan cara
menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji sebagai reaksi dari
pembebanan tekan.
2. Pengujian kekerasan dengan goresan (sratch test)
Merupakan pengujian kekerasan terhadap material dimana dalam
menentukan kekerasannya dilakukan dengan mencari perban-dingan dari bahan yang
menjadi standart. Contohnya adalah pengujian metode MOH’S.
3. Pengujian kekerasan dengan cara dinamik (dynamic test)
Merupakan pengujian kekerasan dengan mengukur tinggi pantu-lan dari bola
baja atau intan (hammer) yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu.
b. Pengujian Tarik
Pengujian ini merupakan proses pengujian yang biasa dilakukan karena
pengujian tarik dapat menunjukkan perilaku bahan selama proses pembebanan. Pada uji
tarik, benda uji diberi beban gaya tarik, yang bertambah secara kontinyu, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji.
c. Pengujian Lengkung
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang
diletakkan terhadap specimen dan bahan, baik bahan yang akan digunakan pada
kontraksi atau komponen yang akan menerima pembebanan terhadap suatu bahan pada
satu titik tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan.
d. Uji Impact
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah
metode uji impct digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy dan uji
impact izod. Dasar pengujian ini adalah penyerapan energy potensial dari pendulum
beban yang mengayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji
sehingga terjadi deformasi.
e. Uji Struktur
Uji struktur mempelajari struktur material logam untuk keperluan pengujian
material logam dipotong-potong kemudian potongan diletakkan dibawah dan
dikikisdengan material alat penggores yang sesuai. Untuk pemeriaksaan =nya
dilakuakan dengan alat pembesar ataupun mikroskop elektronik.
f. Pengujian dengan larutan ETSA
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memeperjelas batas butir yang ada pada
suatu material karena larutan etsa akan memeberi warna tambahan pada batas butir.
Namun larutan ini dapat merusak batas butir tersebut.
B. Pengujian Non-Destruktif
Pengujian ini tidak merusak dan merupakan bagian dari pengujian bahan.
Berbeda dengan pengujian destruktif. Pengujian non-destruktif terdiri dari:
a. Penetrant testing
Yaitu pengujian yang digunakan untuk melihat keretakan dan perositas dari
suatu bahan. Pengujian dengan penetrant terdiri dari 4 tahap yaitu pembersihan awal,
pemberian penetrant, pembersihan penetrant, dan pemberian developer. Pengujian ini
memiliki keuntungan yaitu murah dan cepat dilaksanakan.
b. Magnetic particle testing
Pengujian yang juga biasa disebut dengan pengujian menggu-nakan partikel
magnetic ini digunakan untuk diskontinuitas yang ada dipermukaan dan dekat
permukaan. Pengujian ini dapat kita lakukan untuk melihat keretakan permukaan pada
semua logam induk maupun ion, laminasi fusi yang tidak sempurna, undercut,
dan subsurface crack. Jika dibandingkan dengan uji penetrant, pengujian ini dilakuakn
untuk diskontinuitas yang lebih dalam.
c. Ultrasonic testing
Pengujian ini menggunakan metode gelombang suara dengan frekuensi tinggi.
Keuntungan dari pengujian ini yaitu dapat dilakukan pada semua bahan dan lebih dalam
jika dibandingkan dengan uji magnetic dan uji penetrasi karena menggunakan pantulan
gelombang.
d. Radiography
Yaitu pengujian dengan menggunakan x-ray untuk mendapatkan gambar dari
material. Prinsipnya sama denagn penggunaan pada tubuh material hanya saja
menggunakan gelombang yang lebih pendek. Eddy Current memiliki prisnsip dasar
yang hampir sama dengan teknik medan magnet tetapi disini medan listrik yang
dipancarkan adalah arus bolak-balik. Prisnsipnya hampir sama dengan impedansi.
f. Eddy Current
Memiliki prinsip dasar yang hampir sama dengan teknik medan magnet tetapi
disini medan listrik yang dipancarkan dari arus bolak balik. Prinsipnya hampir sama
dengan impedansi.
g. Visual Inspection
Metode ini bertujuan untuk menemukan cacat atau retak permukaan
dan korosi dengan bantuan visual optic.
1.1.2 Sifat Mekanik Logam
Sifat mekanik logam adalah sifat yang dimiliki material ketika
mendapatkan pembebanan mekanik.Sifat-sifat logam antara lain:
1. Kekuatan (Strength) [N/mm2, kg/mm2, lb/in2]
Merupakan kemampuan material untuk menahan beban yang
diberikan pada logam tersebut.Pembebanan yang diberikan dapat berupa
pembebanan statis dan dinamis. Beberapa material seperti baja struktur,
besi tempa, aluminium, dan tembaga mempunyai kekuatan tarik dan
kekuatan tekan yang hampir sama. Ukuran kekuatan adalah tegangan
maksimum yang dapat ditahan oleh material tanpa patah. Kekuatan dibagi
menjadi beberapa macam, antara lain kekuatan tarik, kekuatan geser,
kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung.
2. Kekerasan (Hardness) [BHN, VHN, HRC]
Merupakan kemampuan material untuk menahan takik/kikisan. Untuk
mengetahui kekerasan suatu material digunakan uji brinnel, rochwell atau
vickers.
3. Kekakuan (Stiffness) [simpangan]
Merupakan kemampuan bahan untuk menahan deformasi setelah
diberi beban.
4. Ketangguhan (Toughness) [kg/mm]
Merupakan sifat yang menyatakan kemampuan bahan untuk
menyerap gaya yang diberikan.
5. Kekenyalan (Elasticity) [%]
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah beban
atau tegangan dihilangkan.
6. Kelelahan (Fatigue) [siklus]
Menyatakan kecenderungan logam untuk patah jika menerima beban
atau tegangan berulang-ulang (cycles stress) yang besar beban/tegangan
tersebut jauh di bawah kekuatan elastisnya.
7. Plastisitas (Plasticity) [%]
Merupakan kemampuan bahan untuk mengalami deformasi plastis
(perubahan bentuk secara permanen) tanpa menyebabkan
kerusakan.Material dengan plastisitas tinggi disebut ulet tapi jika rendah
disebut getas.
8. Mulur (Creep) [siklus]
Menyatakan kecenderungan logam mengalami deformasi plastis
yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu lama pada suhu yang
tinggi.
9. Kegetasan (Brittlenes)
Merupakan sifat bahan yang mempunyai sifat berlainan dengan
keuletan.Sifat ini merupakan sifat pecah dari suatu material dengan sedikit
pergeseran permanen.
10. Keuletan (Ductility)
Merupakan kemampuan logam untuk mengalami hambatan retak
saat terjadi deformasi.
11. Keausan (Wearness)
Merupakan sifat material yang menyatakan terkikisnya penampang
yang besar sebelum terjadi patahan karena bergesekan dengan
logam/material lain.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi sifat mekanik, diantaranya:
1. Kadar Karbon
Semakin tinggi kadar karbon maka kekerasan akan semakin tinggi,
namun akan menjadi rapuh. Kandungan karbon ini juga mempengaruhi
keuletan, ketangguhan, maupun sifat mampu mesinnya.
2. Homogenitas Struktur Mikro Bahan
Bentuk dan ukuran butir logam sangatlah berpengaruh. Untuk butiran
yang lebih besar akan membuat material tersebut mempunyai sifat ulet dan
sebaliknya, jika ukuran bentuk butiran kecil akan membuat material kerat
tetapi getas dan kaku.
3. Heat Treatment
Pada heat treatment yang dilakukan akanmenghasilkan mekanik logam
yang keras, kuat, tergantung pada jenis heat treatment yang dilakukan
pada material tersebut.
4. Unsur Kimia/Paduan
Unsur paduan akan mempengaruhi sifat mekanik baja. Beberapa unsur
paduan yang mempengaruhi sifat mekanik adalah:
a. Nikel (Ni)
Fungsinya meningkatkan kekerasan, ketahanan erosi, keuletan dan tahan
gesek.
b. Chromium (Cr)
Fungsinya untuk meningkatkan kekerasan, menambah karbida dan
menambah elastisitasnya.
c. Mangan (Mn)
Fungsinya untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan terhadap suhu
tinggi dan membuat mengkilap.
d. Silicon (Si)
Fungsinya meningkatkan kekenyalan dan kekerasan, meningkatkan
kekerasan dan menaikan titik kritis.
e. Molibdenum (Mb)
Dalam jumlah 0,1–0,6 % bisa meningkatkan kekuatan yang dimiliki baja.
f. Vanadium (V)
Fungsinya menaikkan kekerasan dan kekuatan baja, menurunkan
kandungan karbon eutectoid, jika bercampur Cr akan membuat baja jadi
tahan aus.
g. Cobalt (Co)
Fungsinya meningkatkan kekerasan dan daya tahan aus.
h. Boron (B)
Fungsinya menaikkan kekerasan. Pada kadar karbon kurang dari 0,6 %
akan menyebabkan rapuh.
i. Titanium (Ti)
Fungsinya sebagai deoksidasi dan efektif menambah pertumbuhan
butiran serta meningkatkan kekerasan baja.
5. Endapan
Reaksi pengendapan merupakan kebalikan dari reaksi pelarutan,
yang terjadi akibat proses pendinginan. Pengendapan dipengaruhi laju
waktu pendinginan.Pada laju waktu pendinginan cepat terjadi endapan
suatu fase dan laju pendinginan lambat dapat terjadi endapan dalam dua
fase sehingga pengendapan yang terjadi berpengaruh pada sifat
mekaniknya.
6. Cacat
Cacat terjadi kemungkinan besar selama proses pertumbuhan kristal
atau pada proses heat treatment (perlakuan panas). Cacat ini dibedakan
menajdi cacat titik, cacat garis, cacat bidang, dan cacat ruang. Cacat yang
terjadi pada baja menyebabkan kerusakan pada struktur baja misalnya
terjadinya kekosongan (vacancy), sisipan dan slip. Kerusakan ini
menyebabkan menurunnya sifat mekanik baja.
Dalam membahas sifat mekanik, tentunya kita juga mengenal
pembebanan. Ada 3 macam pembebanan, yaitu:
1. Pembebanan Statik
Merupakan pembebanan yang sifatnya static atau besarnya tetap atau
berubah dengan sangat lambat.
2. Pembebanan Dinamik
Merupakan pembebanan yang besarnya beban berubah-ubah atau dinamis.
3. Pembebanan Variying
Merupakan pembebanan yang bebannya dapat ditambahkan secara kontinyu
dan berbeda-beda.
1.1.3 Perlakuan Panas
Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material
yang terkontrol dengan tujuan mendapatkan sifat mekanik serta struktur
material sesuai dengan yang diinginkan. Secara umum proses perlakuan
panas adalah sebagai berikut:
a. Pemanasan material sampai suhu tertentu dengan kecepatan tertentu pula
(Heating)
b. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu sehingga temperaturnya
merata (Holding)
c. Pendinginan dengan media pendingin, yaitu: air, oli atau udara (Cooling)
Macam-macam perlakuan panas, yaitu:
A. Perlakuan Panas Fisik
Merupakan suatu proses yang diberikan pada material secara langsung
untuk mengubah struktur fisik suatu material agar didapatkan sifat mekanik
yang diinginkan.
Secara umum,perlakuan panas fisik dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Hardening
Merupakan perlakuan panas yang bertujuan untuk memperoleh
kekerasan maksimum pada logam baja.Baja tersebut dipanaskan dan
selanjutnya ditahan. Untuk baja eutectoid dipanaskan sampai (20-30)oC di atas
AC3 dan untuk baja hyper-eutectoid dipanaskan sampai (20-30)oC di atas AC1,
kemudian didinginkan cepat di dalam air atau tergantung pada komposit
kimia, bentuk dan dimensinya. Kecepatan pendinginan harus sesuai supaya
terjadi transformasi yang sempurna dari austenite menjadi martensit yang
bersifat keras dan getas. Kekerasan maksimum yang dicapai tergantung kadar
karbon. Semakin tinggi kadar karbon semakin tinggi kekerasan maksmimum
yang didapat.
Gambar: Daerah Temperatur Perlakuan PanasHardeningSumber : Anonymous , 2014
2. Annealing
Merupakan perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan
keuletan, menghilangkan tegangan dalam, menghaluskan ukuran butiran dan
meningkatkan sifat mampu mesin.Prosesnya adalah dengan memanaskan
material sampai temperatur tertentu, diholding beberapa saat, kemudian
didinginkan secara perlahan dalam dapur pemanas atau media
terisolasi.Terdapat beberapa macam annealing antara lain :
a. Full annealing
b. Processing annealing
c. Globular pearlite annealing
d. Isothermal annealing
e. Interdifusion annealing
f. High tempering flaw temperatur annealing
g. Recrystalisatiion annealing
Tabel Macam – macam Annealing
Type of Annealing Steels subject to the process
Heating tempature oC
Cooling rate Purpose
Full Annealing Hypoculectoid eutectoid, small and medium
AC3 +20-30AC1 +20-30
Down to 500-600oC at a rate
1. Softening2. Stress
Relieving
size steel casting of:1) 50-100oC per
hour for carbon steel
2) 20-60oC per hour for alloy steels
3. Structer
Processing Annealing
Hypocutectoid Between AC1
and Ac3
Ditto 1. Softening2. Stress reliving
Spheroidising (globular parlite Annealing)
Hyper-eutectoid AC1 +20-30 Down to 500-600oC at a rate of 20-30oC per hour
1. Softening2. Improvement
of machinability (cutting)
3. Improvement of cold broaching.
4. Preparation of structure for subsequent Hardening.
Isothermal Annealing
Chielly for alloy steels
AC3 +20-30AC1 -20-30
Rapid cooling down to AC1 -20-30, holding at the said temperatur followed by air cooling.
The same as for full Annealing
Interdiflusion Annealing (homogentnation)
Large steel casting and ingots
AC3+150-250
With the funace To eliminate coarse cast structure and segregation.
High Tempering flow temperatur Annealing
Hypereulectoid and high-alloy structure steels
AC1 -15-30 With the furnace or in the air
1. Softening2. Stress reliving3. Improvement
of machinability
Recryslallisation Annealing
All grades of steels following cold working
Ref. to Tabel 5.3 Regeneration of structure after cold working
Sumber : Komenichny,I. ( 1968 : 70 – 80 )
3. Normalizing
Perlakuan panas yang digunakan untuk mengharuskan struktur butiran
yang mengalami pemanasan berlebihan (overheated), menghilangkan
tegangan dalam meningkatkan permesinan dan memperbaiki sifat mekanik
material. Prosesnya dengan pemanasan sampai (30-50)oC di atas AC3 dan
didinginkan pada udara sampai temperatur ruang. Pendinginan di sini lebih
cepat dari pada full annealing, sehingga paerlite yang terjadi menjadi lebih
halus sehingga menjadi lebih keras dan kuat disbanding yang diperoleh
annealing. Normalizing juga menghasilkan struktur kimia yang lebih homogen
sehingga akan memberi respon yang baik terhadap proses pengerasan
(hardening). Karena itu baja yang akan dikeraskan perlu di-normalizing
terlebih dahulu. Pada normalizing tidak dilakukan pemanasan terlalu tinggi
karena butir kristal autenit yang terjadi akan terlalu besar sehingga pada
pendinginan lambat dan diperoleh butir pearlite atau ferrite yang kasar dan
mengakibatkan berkurangnya keulutan atau ketangguhan.
Gambar: Proses NormalizingSumber: Anonymous , 2014
4. Tempering
Digunakan untuk mengurangi tegangan dalam melunakan bahan
setelah di hardening dan meningkatkan keuletan.Hal ini karena baja yang
dikeraskan dengan pembentukan austenite biasanya sangat getas, sehingga
tidak cukup baik untuk berbagai pamakaian.Pembentukan austenite juga
meninggalkan tegangan sisa yang sangat tinggi dan kurang
menguntungkan.Karena itu biasanya setelah pengerasan diikuti
tempering.Prosesnya adalah dengan memanaskan baja berstruktur austenite
sampai dibawah suhu kritis, ditahan kemudian didinginkan dengan kecepatan
tinggi untuk menghasilkan austenite, kemudian dipanaskan kembali pada
temperatur di bawah temperatur eutectoid untuk melunakan austenite dengan
mengubah strukturnya menjadi hyper-eutectoid besi karbid dalam ferrite.
Tempering dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Martempering
Merupakan perbaikan dari prosedur quenching dan digunakan untuk
mengurangi distorsi dan chocking selama pendinginan. Martempering
merupakan proses perlakuan panas dengan celup terputus yang diikuti
dengan proses pendinginan cepat agar terbentuk martensit temper.
Gambar: Proses MartemperingSumber : Anonymous , 2014
b. Austempering
Austempering merupakan celup terputus yang diikuti terbentuknya
struktur bainit.Tujuannya adalah meningkatkan ductility,ketahanan impact dan
mengurangi distorsi.Struktur yang dihasilkan adalah bainite.Pendinginan
dilakukan dengan quenching sampai transformasi menjadi bainite selesai.
Gambar: Proses AustemperingSumber : Anonymous , 2014
B. Perlakuan Panas Kimiawi
Merupakan suatu proses yang diberikan pada material untuk mengubah
struktur kimia dari material agar didapatkan sifat mekanik yang diinginkan.
Macam-macam perlakuan panas kimiawi:
1. Carburizing
Suatu proses penjenuhan lapisan permukaan baja dengan karbon. Baja
yang diikuti dengan hardening akan mendapatkan kekerasan permukaan yang
sangat tinggi, sedang bagian tengahnya tetap lunak. Macam carburizing:
a) Pack Carburizing
Prosesnya material dimasukkan dalam kotak yang berisi medium kimia
aktif padat.Kotak tersebut dipanaskan sampai 900-950oC.
Gambar: Pack CarburizingSumber : Anonymous , 2014
b) PasteCarburizing
Medium kimia yang digunakan berbentuk pasta.Prosesnya yaitu bagian
yang dikeraskan ditutup dengan pasta dengan ketebalan 3-4 mm kemudian
dikeringkan dan dimasukkan ke dalam kotak, prosesnya dilakukan pada